Anda di halaman 1dari 19

Cindy Ramadani

2017.04.200.216
 Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi adanya mikroorganisme dalam urine.
 ISK tergantung banyak factor seperti: usia, gender, prevalensi bacteriuria dan
factor predisposisi yang menyebabakan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal
 Litiasis
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Nekrosis papilar
 DM pasca transpaltasi ginjal
 Nefropati analgesic
 Penyakit siikle-cell
 Senggama
 Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesterone
 katerisasi
 Eshericia coli (paling sering diisolasi
dari pasien dengan infeksi
simptomatik ataupun asimptomatik)
 Proteus spp, Klebsiella spp,
stafilokokus
 Pseudomonas spp dan stafilokokus
jarang dijumpai kecuali pasca
katerisasi
1. Sistitis akuk nonkomplikata pada 5. ISK komplikata kelainan
perempuan structural/fungsional yang dapat
menurunkan efikasi tx antibiotic
2. Sistitis akut rekurens pada
perempuan  3 episode ISK pada - Pemakaian kateter
1 tahun terakhir/ 2 episode pada 6
- Uropati obstuktif
bulan terakhir
(batu,tumor,neurogenic bladder)
3. Pielonefritis akut nonkomplikata
- Refluks vesikoureter/ abnormalitas
pada perempuan
fungsional lainnya
4. Sistitis akut non komplikata
dapat disertai kondisi yang 6. Bakteriuria asimtomatik
mengindikasikan keterlibatan
ginjal/prostat
1. Peranan pathogenesis bakteri
 Bakteri pathogen dari urine
 presentasi klinis ISK, tergantung
perlengketan mukosa bakteri,
factor virulensi.
2. Perenan factor tuan rumah (host)
 Faktor bakteri dan status saluran kemih pasien
mempunyai peranan penting untuk kolonisasi
bakteri pada saluran kemih
 Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh
jika terdapat kelainan struktur anatomi saluran
kemih.
 Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis tanpa
obstruksi saluran kemih  gangguan klirens
normal dan sangat peka terhadap infeksi.
 Hampir semua ISK disebabkan invasi
mikroorganisme asending dari uretra kedalam
kandung kemih
 Invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal
dipermudah dengan refluks vesikoureter:
 Penyebaran secara hematogen  Pada wanita mula-mula kuman dari
umumnya jaranf, namun dapat terjadi anal berkoloni divulva, kemudian
pada pasien dengan masuk kedalam kandung kemih
immunocompromised  melalui uretra yang pendek secara
staphylococcus aureus, sp candida & spontan atau mekanik akibat
mycobacterium tuberculosis hubungan seksual dan mungkin
perubahan PH dan flora vulva dalam
 Penyebaran scr limfatogenus mll
siklus menstruasi
dubur, limfatik usus dan per.
 Invasi langsung bakteri dari organ
yang berdekan dalam kedalam sal.
Urine abses intraperitonla/Fistula
vesicointestinal/ Vesikovaginal
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian
saluran kemih yang terinfeksi sebagai
berikut:
1. Pada ISK bagian bawah, keluhan
pasien biasanya berupa rasa sakit
atau rasa panas diuretra sewaktu
kencing dengan air kemih sedikit-
sedikit serta rasa tidak enak
didaerah suprapubic
2. Pada ISK bagian atas dapat
ditemukan gejala sakit kepala,
malaise, mual, muntah, demam,
menggigil, rasa tidak enak, atau
nyeri di pinggang
 Pemeriksaan urin
PH >8,0 (alkalis) pada bahan urine yang masih segar ISK yg berhubungan dengan
mikroorganisme pemecah urea
Jika ditemukan eritrosit 5-10 eritrosit/LPB  penanda bagi berbagai penyakit
glomerular maupun non-glomerular, ex: batu saluran kemih dan infeksi saluran
kemih.
Jika ditemukan leukosuria (pyuria)5leukosit/LPB
Jika ditemukan silinder:
1. Silinder eritrosit  glomerulonephritis atau vasculitis ginjal
2. Silinder leukosit + pyuria  pielonefritis
3. Slinder epitel  nekrosis tubuler akut/ glomerulonephritis akut
4. Silinder lemak  penanda untuk sindroma nefrotik bila disertai proteinuria
nefrotik
 Alternatif pemeriksaan leukosit dan
bakteri di urine dengan cepat
 Untuk mengetahui leukosituri 
berinteraksi leukocyt esterase
(granul primer netrofil)
 Untuk mengetahu bakteri
berinteraksi dengan nitrit (hasil
perunahan nitrit oleh enzi nitrate
reductase pada bakteri)
 Kultur urine (gold strandar)
Cara pengambilan sampelnya ada 3
1. Urine porsi tengah Sampel urine sebaiknya diambil saat pagi hari, sesudah
bangun tidur
2. Punksi suprapubic
3. Kateterisasi
Menegakan diagnosis definitive ISK
- Jika koloni ≥ 105/ml dari jenis sempel apapun
- Pd px asimptomatik, Jumlah koloni 102-104/ml indikasi infeksi
- Urine berasal dari pungsi suprapubic berapun jumlah koloni
- Urine berasal dari kateter: jumlah koloni 102-104/ml
 Pemeriksaan darah
Proses inflamasi atau infeksi
 didapatkanya keukositosis, peningkatan LED atau didapatkannya sel-sel muda
pada sedian darah menandakan aanya proses inflamasi akut.
 Radiologis
 Untuk mengetahui adanya batu / kelainan anatomis yang merupakan factor
predisposisi ISK  foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, USG
 Terapi non-farmakologis
- Asupan cairan yang banyak
- Pengganti kateter yang teratur pada pasien yang menggunakannya
- Pencegahan rekruensi Isk: menjaga kebersiahn dan hegiene daerah uretra dan
sekitarnya
 Terapi farmakologi
1. Sistisis akut nonkomplikata
- Kotrikomazol 2x960mg selama 3 hari
- Siprofloksasin 2x250mg selama 3 hari
- Nitrofurantion 2x100mg selama 7 hari
- Co-amoxiclav 2x635mg selama 7 hari
2. Sistitis akut rekurens pd ♂ 3. Pielonefritis akut nonkomplikata

Diperlukan antibiotic profilaksis untuk  Indikasi rawat: adanya tanda2 toksisitas


pencegahan: sistemik, tdk mampu minum ontibiotik
oral.
 Nitrofurantion 50mg/hari
 Antibiotik parenteral
 Kotrimoksazol 240mg/ hari atau 3x
seminggu - Seftriakson 1x1g/levofloksasin
4x500mg/siprofloksasin 2x400mg
 Apabila terjadi infeksi ditengah masa selama 7-14hari
profilaksis, dapat diberikan
siprofloksasin 125mg/hari - Gejala ringan siprofloksasin
2x250mg 7 hari
 Reinfeksi berulang
- Gejala berat siprofloksasin 2x250mg
Disertai factor predisposisi : terapi 14 hari
antimikroba
Tanpa factor predisposisi: asupan
cairan yang banyak, cuci setelah
senggama diikuti terapi antimikroba
takaran tunggal (trimetropin 200mg)
Terapi antimikroba jangka lama
sampai 6 bulan.
4. ISK pada laki-laki Terapi asimptomatik untuk
kortikomazol/siprofloksasin selama alkalinisasi urin:
7 hari
 Co-amoxiclav, nitrofurantoin,
5. ISK pada perempuan hamil sefalosporin oral,/ fosfomisin dosis
tunggal
 Co-amoxiclav, nitrofurantoin,
sefalosporin oral,/ fosfomisin dosis  Pielonefritis antibiotic IV sampai
tunggal pasien afebris selama 24 jam diikuti
terapi oral 10-14 hari
 Pielonefritis antibiotic IV sampai
pasien afebris selama 24 jam diikuti  Antibiotik kontraindikasi:
terapi oral 10-14 hari sulfonamide dan quinolon
 Antibiotik kontraindikasi:
sulfonamide dan quinolon
The infectious disease society of
America
menganjurkan satu dari tiga
alternative terapi antibiotic IV sebagai
terapi awal selama 48-72 jam sebelum
diketahui MO sebagai penyebabnya:
- flurokuinolon
- Amiglikosida dengan atau tanpa
ampisilin
- Sefalosporin dengan spektrum luas
dengan atau tanpa aminoglikosida
ISK tipe sederhana ISK tipe berkomplikasi

 Non-abstruksi dan bukan pd  Biasanya tdj pd peremuan hamil dan


perempuan hamil  penyakit ringan pasien dengan DM
(slef limited disease)
 Basilutia asimtomatik resiko
pielonefritis diikuti penurunan LFG
 Pd pasien DM:
 Abses perinefritik 47%
 Nefrolitiasis 41%
 Obstruksi ureter 20%
 Pd px dengan pielonefritis akut umunya baik dengan penyembuhan 100% scr
klinik maupun bakteriologi bila tx antibiotic yng diberikan sesuai
 Pd px dgn sistitis akut baik dan dapat sembuh sempurna.
 Bila teradapat infeksi yang srg kambuh, harus dicari factor2 predisposisinya
 Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotic yang intensif dan tepat serta
predisposisi mudah dikenali dan diberantas

Anda mungkin juga menyukai