Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

NY.X DENGAN MASALAH PENURUNAN KAPASITAS KANDUNG KEMIH PADA


DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH
DI RUANG MELATI RS B

Oleh:

Nama : AMALIA INDA SAFARA


NIM : P27820319058

PRODI D III KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
LAPORAN PENDAHULUAN
“ISK (Infeksi Saluran Kemih)”

A. Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam sistem
kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi. Umumnya,
ISK terjadi pada kandung kemih dan uretra.
Berdasarkan bagian yang terinfeksi, ISK terbagi menjadi ISK atas dan ISK bawah.
ISK atas merupakan infeksi yang terjadi di bagian atas kandung kemih, yaitu di ginjal dan
ureter. Sedangkan ISK bawah adalah infeksi pada kandung kemih bagian bawah, yaitu
kandung kemih dan uretra.

B. Etiologi

Etiologi infeksi saluran kemih (ISK) yang utama adalah Escherichia coli (80%)
terutama pada ISK komuniti akut tanpa penyulit (acute community-acquired
uncomplicated infections). Organisme lain yang bisa menyebabkan ISK adalah
Staphylococcus saprophyticus (10% - 15%), Klebsiella, Enterobacter, Proteus sp, dan
Enterococci.
a. Etiologi ISK Usia Tua
Pada usia tua, penyebab terbanyak dari ISK simple yang bergejala adalah
E.coli, diikuti dengan bakteri gram positif dan infeksi polimikroba.
b. Etiologi ISK Anak-Anak
Pada anak - anak, penyebab tersering dari ISK simple adalah
Enterobactericeae.
Faktor risiko infeksi saluran kemih (ISK) yang menyebabkan peningkatan
kemungkinan infeksi misalnya faktor penyulit pada inang seperti usia, diabetes, trauma
korda spinalis, dan pemakaian kateter urin. Mikroorganisme dengan tingkat virulensi
yang rendah tetap dapat menyebabkan infeksi pada inang dengan kelainan atau gangguan
anatomi, metabolik, dan imunologi.

C. Manifestasi Klinis

1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):


- Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
- Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
- Hematuria
- Nyeri punggung dapat terjadi

2. Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis):


- Demam
- Menggigil
- Nyeri panggul dan pinggang
- Nyeri ketika berkemih
- Malaise
- Pusing
- Mual dan muntah

D. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih
dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter
dan ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra,
kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan
menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis (National Kidne Foundation, 2012).
ISK terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Mikroorganisme
penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam
introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal
dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian
naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu
ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau S.aureus , limfogen dan
langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi
(Purnomo,2014). Sebagian besar pasien ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK
komplikasi adalah ISK yang diperburuk dengan adanya penyakit lainya seperti lesi,
obstruksi saluran kemih, pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan
neurologi serta menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran yang normal dan
perlindungan saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK komplikasi membutuhkan
terapi yang lebih lama (Aristanti, 2015).
E. Pathway
Mikroorganisme

Masuk ke dalam saluran kemih

Ureter VU/kandung kemih Ginjal

Uretritis Sistisis Pielonefritis

Reaksi antigen Inflamasi Ansietas


antibodi

Pembengkakkan Kekhwatiran klien


jaringan akan penyakit nya
Peningkatan suhu
tubuh/hipertemia

Obstruksi saluran kemih Nyeri saat berkemih

Gangguan
termoregulasi
Gangguan pola eliminasi Gangguan rasa
urin nyaman/nyeri
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
- Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petuntuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih
- Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
- Mikroskopis
- Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per ml urin dari urin tampung
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria utama
adanya infeksi
5. Metode tes
- Tes dipstic multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif : maka psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
- Tes penyakit menular seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal,klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae,
herpes simplek)
- Tes- tes tambahan : Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi,
dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV ataue/aluasi
ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapatdilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) berbeda-beda pada wanita, pria, dan anak-
anak karena masing-masing memiliki kecenderungan etiopatogenesis yang berbeda sehingga
memerlukan terapi yang berbeda pula.
Tujuan penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) adalah eradikasi infeksi, mencegah
komplikasi dan menghilangkan gejala pada pasien. Pengobatan dini direkomendasikan untuk
mengurangi risiko progresi penyakit ke arah yang lebih berat.  Penelitian menunjukkan bahwa
hasil ISK yang mendapat terapi antibiotik jauh lebih baik dibandingkan terapi plasebo. 
Pilihan dari penatalaksanaan ISK bergantung pada jenis ISK tersebut, simpleks atau rumit.
Terapi antibiotik yang adekuat untuk ISK sangatlah penting untuk mencegah kegagalan
terapi dan peningkatan dari resistensi antibiotik.  Pemilihan antibiotik harus berdasarkan dari:
spektrum dan pola kerentanan uropatogen, kemanjuran pada indikasi tertentu pada studi
klinikal, harga, ketersediaan obat, tolerabilitas dan efek yang merugikan. 

1. Terapi Sistitis
Pada sistitis simpleks (ISK bagian bawah) respon sangat baik terhadap terapi
antibiotik oral. Berikut adalah beberapa regimen terapi yang efektif untuk sistitis
simple yang akut pada wanita.

Pilihan Antibiotik Pada Sistitis :

Efikasi Efikasi
Obat dan dosis klinis, % bakterial, % Efek samping

Nitrofurantoin,2x100mg, selama
5-7hari 84-95 86-92 Mual, sakit kepala

TMP-SMX,2x160-800mg, Ruam, urtikaria, mual, muntah,


selama 3 hari 90-100 91-100 gangguan hematologi

Fosfomycin,3g dosis tunggal,


serbuk 70-91 78-83 Diare, mual, sakit kepala

Pivmecillinam, 2x400mg, selama
3-7 hari 55-82 74-84 Mual, muntah, diare

Golongan Fluoroquinolone, Mual, muntah, diare, sakit


selama 3 hari 85-95 81-98 kepala, mengantuk, insomnia

Golongan β-Lactams, selama 5- Diare, mual, muntah, rash,


7hari 79-98 74-98 urtikaria

 
2. Terapi Pielonefritis
Pilihan regimen terapi harus mampu mengeradikasi organisme kausatif dan
mampu mencapai level terapi dalam darah secara cepat. Golongan Fluoroquinolone
dikontraindikasikan terhadap ibu hamil.  

Terapi Pielonefritis :

Terapi oral pada kasus ringan – sedang pielonefritis simple

Antibiotik Dosis harian Lama terapi

Ciprofloxacin 500-750mg 2x1 7-10 hari

Levofloxacin 500mg 1x1 7-10 hari

Levofloxacin 750mg 1x1 5 hari

Terapi alternatif (efektif secara klinis bukan mikrobiologi)

Cefpodoxime proxetil 200mg 2x1 10 hari

Ceftibuten 400mg 1x1 10 hari

Diberikan hanya bila patogen diketahui rentan terhadap antibiotik berikut (Bukan terapi
empiris)

Kotrimoksazol 160/800mg 2x1 14 hari

Co-amoxiclav 0.5/0.125 gr 3x1 14 hari

3. Terapi ISK pada kehamilan 

Terapi lini pertama ISK pada kehamilan adalah:


 Nitrofurantoin monohydrate/macrocrystals 100 mg 2 kali sehari peroral selama 5-7
hari
 Amoxicillin 500 mg 2 kali sehari peroral, atau 3 kali 250mg oral) selama 5-7 hari
 Amoxicillin-clavulanate 500/125 mg 2 kali sehari peroral selama 3-7 hari 250/125 mg
3 kali sehari peroral selama 5-7 hari
 Cephalexin 500 mg 2 kali sehari peroral selama 3-7 hari
Sulfonamid harus dihindari pemakaiannya pada trimester awal dan pada menjelang
kelahiran dikarenakan efek teratogenik dan kemungkinan
kernicterus.  Fluoroquinolone (ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin) dihindari
dikarenakan kemungkinan efek pada pertumbuhan kartilago fetus.
  
4. Terapi ISK pada anak

Terapi ISK pada anak memiliki empat tujuan utama;


1. mengeliminasi gejala dan bakteriuria pada episode akut,
2. mencegah skar ginjal,
3. mencegah ISK berulang,
4. megoreksi lesi urologi.
Anak dengan pielonefritis dapat diobati dengan antibiotik oral ataupun dengan
terapi antibiotik IV selama 2-4 hari kemudian diikuti dengan terapi antibiotik oral. Jika
bakteri gram positif dicurigai sebagai penyebab, maka terapi yang digunakan adalah
aminoglikosid yang dikombinasikan dengan ampisilin dan amoxicillin/clavulanate.
Terapi antibiotik oral yang dapat diberikan berupa; trimetoprim (TMP),
trimetoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX), sefalosporin, amoxicillin klavulanat
dengan lama pemberian 5-7 hari pada ISK simpleks.Untuk terapi parenteral pada anak
dengan pielonefritis atau pada kasus berat yang tidak memiliki alergi sefalosporin
dapat diberikan ceftriaxone dengan dosis 75mg/kgbb IV/IM tiap 12-24 jam sekali,
namun pada pasien dengan alergi sefalosporin maka dapat diberikan gentamicin (2.5
mg/kgbb IV/IM dosis tunggal).
Tatalaksana yang sesuai, pemeriksaan radiologi untuk menilai adanya kelainan
anatomi di saluran kemih, dan follow-up dapat mencegah sekuele dalam waktu yang
lama terutama pada pasien dengan kasus yang berat, dan dapat mencegah infeksi
berulang. Pencegahan pada anak yang berisiko tinggi terkena pielonefritis dapat
memakai nitrofurantoin, TMP, sefalexin, dan sefaklor.
Penggunaan kloramfenikol, sulfonamid, tetrasiklins, rifampisin, amfoterisin B dan
kuinolon pada anak harus dihindari. 
5. Terapi ISK Rumit (Dengan Penyulit) 
ISK rumit/ complicated banyak terjadi pada sekumpulan individu dengan
berbagai kelainan struktural dan fungsional pada saluran kemih. Berbagai kelainan dan
individu juga memiliki kerentanan terhadap antibiotik yang berbeda pula sehingga
terapi untuk ISK rumit harus disesuaikan terhadap hasil kultur urin.
 Xanthogranulomatous pyelonephritis ditatalaksana dengan nefrektomi
 Pada emphysematous pyelonephritis dapat dilakukan drainase perkutan sebagai
inisial terapi, selanjutnya bila diperlukan dapat dilakukan nefrektomi
 Nekrosis papilar dengan obstruksi memerlukan intervensi untuk membebaskan
obstruksi dan menyelamatkan fungsi renal.

6. Terapi Urosepsis 
Pasien dengan urosepsis harus didiagnosa pada tahap awal, terutama pada
kasus dengan ISK rumit. SIRS (systemic inflammatory response syndrome) dapat
menjadi penanda awal dari kaskade MOF (multi organ failure).
Terapi dari urosepsis merupakan kombinasi dari perawatan bantuan hidup yang
adekuat, terapi antibiotik yang tepat dan sesuai, terapi tambahan (simpatomimetis,
hidrokortison, kontrol gula darah), dan penanganan optimal dari gangguan saluran
kemih.
Terapi inisial anitbiotik empiris harus memiliki spektrum luas dan selanjutnya
disesuaikan dengan hasil kultur. Antibiotik harus diberikan tidak lebih dari satu jam
setelah asumsi klinis dari sepsis.  Antibiotik yang dapat menjadi pilihan antara lain
adalah Fluoroquinolone (ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin), aminopenisilin,
sefalosporin generasi ketiga, aminoglikosid dan kotrimoksazol (jika terbukti sensitif),
dengan lama pemberian 7-14 hari atau sampai 3-5hari setelah penurunan demam atau
eliminasi dari faktor penyulitnya.
Pada kurang 3 hari dari kegagalan terapi inisial maka dapat diberikan pilihan
berikut; fluoroquinolone, piperasilin, sefalosporin generasi 3b,
carbapenem+aminoglikosid, flukonazol, dan amfoterisin B.  Pertimbangkan kombinasi
dua antibitotik pada infeksi yang berat. 
ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl. Pengkajian : 28-02-2020 No. Register : 5201


Jam Pengkajian : 10.00 WIB Tgl. MRS : 28-02-2020
Ruang/Kelas : Melati/3

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. X Nama : Tn. X
Umur : 30 tahun Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Wiraswasta
Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Waru Sidoarjo
Gol. Darah :0 Hubungan dengan Klien : Suami
Alamat : Waru Sidoarjo

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
- Klien mengatakan sering nyeri saat buang air kecil
- Klien mengatakan tidak nyaman diperut bagian bawah

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


- Klien mengatakan masih merasakan nyeri saat buang air kecil

III. DIAGNOSA MEDIS


Infeksi saluran kemih

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang
P :klien nyeri karena adanya inflamsi saluran kemih
Q :klien merasakan nyeri saat buaang air kecil seperti sensasi terbakar
R :klien merasakan nyeri di bagian lubang kencing
S :klien merasakan nyeri dengan skala 3
T :klien merasakan nyeri dalam seminggu terakhir dan nyerinya yang timbul
berulang-ulang saat BAK

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Klien mengatakan belum pernah mempunyai penyakit ISK
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat ISK dalam keluarganya

V. RIWAYAT POLA FUNGSI KESEHATAN KLIEN

1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)


ADL Di Rumah Di Rumah Sakit
Pola persepsi - manajemen Klien tidak mengetahui Klien mengetahui penyakit
kesehatan penyakit yang diderita yang diderita

Pola nutrisi - metabolik Klien mengatakan bahwa Klien minum air putih yang
sebulan terakhir sering cukup, tidak memakan
meminum kopi, sering makan makanan pedas.
makanan pedas

Pola eliminasi Klien mengatakan saat BAK Klien mengatakan urine


urine bewarna agak hijau. masih bewarna kehuijauan
Klien mengatakan BAB
hanya sekali sehari

Pola latihan – aktivitas Klien mengatakan mampu Klien mampu beraktifitas


melakukan aktifitas tanpa alat seperti biasa
bantu

Pola kognitif perseptual Klien mampu berkomunikasi Klien mampu


dengan baik berkomunikasi dengan baik

Pola istirahat tidur Klien mengatakan pola Klien lebih banyak


ADL Di Rumah Di Rumah Sakit
tidurnya tidak teratur. Dalam beristirahat, dan tidur sehari
sehari klien tidur hanya 6 jam selama 8 jam

Pola konsep diri – persepsi diri Klien merasa cemas karena Klien masih merasa cemas
sakit yang diderita karena memikirkan
penyakitnya

Pola peran dan hubungan Hubungan klien dengan Klien berhubungan baik
keluarga baik-baik saja, dengan keluarganya
termasuk dengan termasuk lingkungan nya
lingkungannya.

Pola reproduksi/seksual Klien mengatakan penyakit Klien terganggu dalam


yang diderita menganggu reproduksi/seksual
reproduksi/seksual

Pola pertahanan diri (koping Klien mengatakan jika stress Klien mengatakan jika
toleransi stress) dipendam sendiri stress, menghilangkan nya
dengan cara tidur

Pola keyakinan dan nilai Klien mengatakan tetap rajin Klien masih tetap rajin
beribadah untuk beribadah

VI. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Klien tampak lelah dan agak gemetar
B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

- Tekanan Darah (TD) :100/70 mmHg


- Nadi :68x/menit
- Suhu .340C
- Respiratory Rate (RR):16x/menit
- TB :150 cm
- BB :55 Kg

C. Pemeriksaan Wajah
1. Mata : normal, simestris antara kiri dan kanan, sklera putih
2. Hidung : normal, simestris, tidak ada pergerakan cuping hidung
3. Telinga : simestris antara kanan dan kiri
4. Mulut : bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor

D. Pemeriksaan Kepala Dan Leher


1. Kepala : bentukbulat, rambut kusam, distribusi merata, tidak ada edema,tidak
ada bekas luka
2. Leher : kaku kudu (-), pembesaran kelenjar limfa (-), bendengan JVP (-)

E. Pemeriksaan Thoraks/dada
 Inspeksi : bentuk dada simestris, pernafasan normal
 Palpasi : tidak ada krepitasi, gerakan dada simestris
 Auskultasi : suara nafas reguler, ronchi (-), wheezing (-), terjadi penurunan
tekanan darah
 Perkusi : suara paru sonor, suara jantung dulnes

F. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : bentuk bulat datar, terdapat umbilikus
 Palpasi : pada palpasi didapatkan nyeri tekan pada ginjal akibat adanya
peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai
pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra
 Auskultasi : tidak ada bising usus muntah
 Perkusi : suarra timpani, tidak ada kembung

G. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang


Tidak ada lesi pada kulit punggung
H. Pemeriksaan Kulit/Integument
Kulit hangat dan kemerahan, pucat, kulit kering, turgor kulit menurun

I. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuloskeletal
Otot sisi kanan dan kiri simestris
Tidak ditemukan edema

J. Pemeriksaan Fungsi Neurologis


Suhu tubuh normal
Ada myeri dibagian genetalia
Tingkat kesadaran normal

K. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal


Adanya riwayat ISK kronis, abstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan keluaran
urine, kandung kemih penuh.

VII PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK MEDIK


- Kultur urine
- Urinalisis
- Bakteriologis

VIII TINDAKAN DAN TERAPI

Melakukan terapi sistisis


Perawat yang mengkaji
ttd

( Nama Lengkap )

ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ds : Mikroorganisme Gangguan rasa nyaman
- Klien mengatakan bila nyeri berhubungan
buang air kecil terasa Masuk kedalam saluran dengan inflamasi dan
panasseperti terbakar dan kemih infeksi uretra
rasanya seperti terkena
benda tajam pada lubang Kandung kemih
kencing
Do : Sistisis
- Klien nampak kesakitan
P : Nyeri karena adanya inflamasi Inflamasi
saluran kemih
Q :Nyeri saat buaang air kecil Pembengkakan jaringan
seperti sensasi terbakar
Obstruksi saluran kemih
R :Nyeri di bagian lubang kencing
S :Nyeri dengan skala 3 Nyeri saat berkemih
T :Nyeri dalam seminggu terakhir
dan nyerinya yang timbul berulang- Gangguan rasa
ulang saat BAK nyama/nyeri

2 Ds : Mikroorganisme Gangguan pola


- Klien mengatakan sering eliminasi urin
mengkonsumsi minuman Masuk kedalam saluran
soda kemih
- Klien mengatakan sering
BAK namun jumlah urine Kandung kemih
sedikit
Do : Sistitis
- Klien minum ± 500 cc/hari
- BAK ±200CC/hari Inflamasi

Pembengkakan jaringan

Obstruksi saluran kemih

Gangguan pola eliminasi


urin

RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih
2. Gangguan pola eliminasi urin

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih
2. Gangguan pola eliminasi urin

PERENCANAAN

DIAGNOSIS TUJUAN RENCANA TT


KEPERAWATAN NAMA
JELAS
Ganguaan rasa nyaman Setelah dilakukan - Kaji lokasi, dan
tindak keperawatan faktor yang
selama 1X24 jam nyeri memperberat
berkurang atau hilang atau
saat dan sesudah meringankan
berkemih nyeri
- Monitor skala
nyeri
- Berikan waktu
istirahat yang
cukup
(I.08238)
Gangguan pola eliminasi Setelah dilakukan - Kaji tanda dan
urin tindak keperawataan gejala retensi atau
1X24 jam pola inkontinensia
eliminasi membaik, urine
tidak terjadi tanda-tanda - Kaji faktor yang
gangguan saat berkemih menyebabkan
retensi atau
inkontinensia urin
- Catat waktu-
waktu dan
haluaran
berkemih
- Awasi pemasukan
dan pengeluaran
karakt]erist]ik
urin
- Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra
(I.04152)

CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)

NO No. Tgl/jam TINDAKAN KEPERAWATAN TT


Dx NAMA JELAS
1,2 28/02/2020 Mengkaji lokasi, dan faktor yang
1 10.00 memperberat atau meringankan nyeri

10.30 Memonitor skala nyeri

11.00 Memberikan waktu istirahat yang cukup

15.00 Mengkaji tanda dan gejala retensi

15.15 Mengkaji faktor yang menyebabkan retensi

15.30 Mencatat waktu haluaran berkemih

15.40 Mengawasi pemasukan dan pengeluaran


karakteristik urin. Menganjurkan minum
sebanyak 2-3 liter

15.55 Memberikan obat supostoria uretra

EVALUASI
NO HARI/TGL/JAM DX CATATAN EVALUASI TT
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN NAMA
(SOAP/SOAPIER) JELAS
28/02/2020 1 S : klien mengat]akan ny]eri
1 berkurang
O:
- klien berkemih 5-6 kali per
hari
- kondisi umum baik
- t]idak ada tanda inflamasi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2 28/02/2020 2 S : klien mengatakan tidak
kesulitan saat berkemih
O:
- tidak terjadi tanda tanda
gangguan berkemih (urgensi,
oliguri, disuria)
- klien dapat berkemih setiap
3 jam
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/mobile/farickin/isk
https://www.alodokter.com/infeksi-saluran-kemih
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/infeksi-saluran-kemih/etiologi
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Anda mungkin juga menyukai