Anda di halaman 1dari 2

ISK

Patogenesis Mikroorganisme dapat mencapai traktus urinarius melalui hematogen atau saluran
limfa, namun sebagian berasal besar dari uretra yang naik keatas, khususnya E. coli dan
golongan Enterobacter lainnya, terutama pada wanita karena uretra yang lebih pendek.
Infeksi yang dijalarkan melalui hematogen terbatas pada beberapa mikroorganisme tertentu
seperti: Staphylococcus aureus, Candida sp., Salmonella sp., dan Mycobacterium tuberculosis
yang menjadi penyebab infeksi primer di tempat lain.
Candida albican sering menyebabkan infeksi saluran kencing melalui penyebaran hematogen,
walaupun jarang bisa juga melalui penyebaran infeksi pada pemakaian kateter atau setelah
pemakaian antibiotik.1,2,3,4

Gejala dan Tanda


Disuria, peningkatan frekuensi berkemih, dan urinary urgency maka 75% dapat diprediksi
mengarah ke ISK, sedangkan acute onset of hesitancy, urinary dribbling, and slow stream dapat
merupakan prediksi ISK sebesar 33%.

Diagnosis
Gejala dan tanda: Demam - Takikardi - Nyeri ketok kostovertebra - Nyeri perut terutama daerah
suprapubik - Hematom skrotal, hidrokel, - Keluar cairan dari ujung penis - Nyeri prostat -
Pembesaran kelenjar getah bening inguinal

Pemeriksaan Laboratorium: urinalisis, pengecatan gram, dan kultur urin. Mendukung ke ISK bila
di dapatkan 2-5 atau lebih sel darah putih di dalam urin rutin atau 15 bakteri setiap lapang
pandang dari pemeriksaan urin sedimen yang sudah disentrifugasi.
Menurut guideline IDSA, disebut Asymptomatic Bacteriuria (ABU) bila pada pasien tanpa gejala
dari pemeriksaan urin porsi tengah (a mid stream sample of urine = MSU) menunjukkan
pertumbuhan bakteri >105 cfu/ml dalam dua sampel untuk wanita dan satu sampel untuk pria.
Pemeriksaan nitrit urin yang positif, sensitivitasnya rendah tapi spesifitas tinggi untuk ISK.
Jarang didapatkan false negative.
Penanganan ISK pasien rawat inap:
Antibiotik terapi intravena:
• Sefalosporin generasi ketiga: seftriakson, seftazidim
• Fluorokuinolon: siprofloksasin, levofloksasin, ofloksasin, norfloksasin)
• Aminoglikosida: gentamisin, tobramisin (hati-hati otot oksisitas)
• Antibiotik lain: trimetoprim, trimetoprim-sulfametoksazol, ampisillin, amoksisillin, ertapenem,
eritromisin, vancomisin, doksisikline, aztreonam, nitrofurantoin, rifampisin
Antibiotik ISK tanpa komplikasi
Fosfomisin 3g single dose 1 hari
Nitrofurantoin 100 mg 2 x sehari 5 hari
Pivmecillinam 400 mg 3 x sehari 3 hari
Alternatif: Ciprofloxacin 250 mg 2 x sehari 3 hari
Levofloxacin 250 mg 4 x sehari 3 hari
Ofloxacin 200 mg 2 x sehari 3 hari
Cefalosporin (cefadroxil) 500 mg 2 x sehari 3 hari

Jika ditemukan resistensi local (missal: E.coli)


Trimetropim 200 mg 2 x sehari 5 hari
Trimetropim Sulfametoxasol 160/800 mg 2x sehari 3 hari

Menurut Panduan Praktik Klinik di RSUP Dr Kariadi:


- Infeksi saluran kemih atas (Pielonefritis): fluoroquinolon; aminoglikosida dengan atau
tanpa ampisilin; sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
- Infeksi saluran kemih bawah (Sistitis): ampisilin 3 gram dosis tunggal; trimetroprim 200
mg selama 5-10 hari.
- Sindrom Uretra Akut: fluoroquinolon 500 mg/12 jam 5-10 hari
- Keadaan khusus:
1. Wanita hamil: wanita hamil dengan bakteriuria asimtomatik harus mendapat antibiotik
untuk mencegah presentasi klinis pielonefritis dan komplikasi kehamilan (bayi prematur,
pregnance induced hypertension, bayi retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat,
Cerebral palsy, fetal death)
2. Diabetes Mellitus: pasien diabetes melitus dengan bakteriuria asimtomatik harus
mendapat antibiotik untuk mencegah insufisiensi ginjal, sepsis, urosepsis.
3. Usia lanjut: pasien usia lanjut dengan bakteriuria asimtomatik harus mendapat
antibiotik untuk mencegah: sepsis, dan urosepsis. Rekomendasi Antibiotik untuk Kistitis
yang tidak berkomplikasi pada wanita Menopause: ditambahkan terapi hormonal topikal
Catatan: Hasil pemeriksaan uji sensitivitas terhadap antibiotik dapat digunakan sebagai
pilihan antibiotik definitif

Anda mungkin juga menyukai