Anda di halaman 1dari 67

MODUL 4

TRAUMA SISTEM
UROGENITAL
Kelompok 3:
1. Richy Dara Perdana
2. M. Iqbal Maulana
3. Najwa Khalisa
4. Jihan Zata Lini Nurhadi
5. T. Maulana Fashan Fuadi
6. Khairunnisa
7. Hafizh Shidqi
8. Dhannisa Ika Savitri
9. Cut Vani
10. Irfanul Aulia
JUMP 1: TERMINOLOGI
1. Asites: penumpukan cairan (cairan
bening dan cairan serosa yang bewarna
kuning pucat) di rongga perut .
2. Edema: pungumpulan cairan secara
abnormal di ruang intersellular tubuh.
3. Esbach: pemeriksaan untuk menilai
kadar protein dalam urin.
4. Poliuria: kondisi seseorang yang banyak
BAK
RUMUSAN MASALAH DAN
HIPOTESA
1. Adakah hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan yang dialami siti?
usia : prevalensi 85% terjadi pada anak usia 2-6 tahun.
jnis kelamin : Perempuan dan laki-laki 1:2.
2. Apa yang menyebabkan kaki sembab dan perut buncit sejak 2 minggu yang lalu?
a. Edema : terjadi akibat rendahnya protein dalam darah sehingga menyebabkan
cairan dai dalam pembuluh darah bocor keluar dan menumpuk di jaringan tubuh.
b. Asites : adanya hipoalbunemia yang menyebabkan penurunan tekanan onkotik
plasma.
3. Bagaimana hasil Px LAB pada sinta ?
a. Albumin Urine (+4) : urin yang sangat keruh bergumpal-gumpal dan berkeping-
keping.
b. Esbach 4 gr/24 jam : mengalami proteinuria yang berat
c. Kolesterol total 950mg/dL : terjadi karena hipoproteinuria yang merangsang sistesis
protein menyeluruh dalam hati dan terjadiya katabolisme lemak yang menurun karena
penurunan kadar lipoprotein lipase plasma.
4. Mengapa terjadi kebocoran di ginjal ?
kebocoran bagian ginjal ini dapat disebabkan oleh sel ginjal yang menebal
atau membentuk jaringan parut. SN yang disebabkan oleh glomerulus yang
menebal atau membentuk jaringan parut disebut SN primer.
5. Apa Px penunjang yang dapat dilakukan pd siti?
 USG,biopsi ginjal, urinalisis, protein urin kauntitatif, Px darah
6. Apa tatalaksana yang dapat dilakukan pada siti ?
 Spesifik : mencari penyebab dasar
non-spesifik : mengatasi gejala
a.Udem : retriksi cairan,diet garam,obat diuretik : furosemid oral
b.Proteinuria : asupan protein 0,8-1 gr/kgbb/hari
c.Hiperlipidemia : diet rendah kolesterol
7.Mengapa pasien keduamengeluhkan nyeri BAK disetai poliuria?
 Nyeri BAK : akibat cedera kristal asam jengkolat yang menumpuk pada
saluran kemih pasien tersebut.
 Poliuria : pada ISK, terjadi inflamasi. Inflamasi tersebut mengakibatkan
hipersensitivitas pada detrusor vesica urinarianya.
8. Bagaimana hasil lab pada pasien ke-2?
sedimen leukosit (+3) menandakan adanya ISK
9. Apakah keluhan pasien tersebut ada hubungannya dengan mengonsumsi jengkol?
As.jengkolat  vesica urinaria  akan mengkristal yang dpt merusak epitel vsica
urnaria.
10. Apa indikasi kedua pasien ini dirujuk ke RS.Cut meutia ?
 Indikasi SN pada usia dibawah 1 tahun
 SN dengan hipertensi,hamaturia nyata persisten
 SN dengan komplikasi edema refrakter
 SN resisten steroid
 SN relpas sering atau depnden steroid
11. Apa indikasi/ kontraindikasi dilakukannya biopsi ginjal ?
 Indikasi untuk melakukan biopsi ginjal
1. Pada presentasi awal
a.SN terjadi pertama kali pada usia <1 tahun atau lebih dari 6 tahun.
b.Pada Px terdapat tanda hematuria yang nyata.
2.Setelah pengobatan inisial
a. SN resisten steroid
b. B.sebelum memulai terapi siklosporin.
12. Apa Dx dan DD pada siti ?
 Dx : sindrom nfrotik
 DD : glomerulonefritis akut.
13.Bagaimana komplikasi dan prognosis pada siit?
 Komplikasi : hipertensi,anemia,penyakit jantung,hipokalsemia
 Prognosis : prognosis makin baik jika dapat didiagnosis segera.
14. Apa Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien ke-2 ?
 - minum air putih
 Pemberian natrium bikarbonat
15. Apa Dx dan DD pasien ke-2 ?
Dx: infeksi saluran kemih
DD : pyelonefritis
16. Bagimana komplikasi dan prognosis pasien kedua ?
 Komplikasi : hematuria
 Prognosis : prognosis baik jika ditangai segera.
JUMP 4: SKEMA
Penyakit infeksi dan autoimun sistem urogenital

siti Pasien ke 2

Keluhan: kaki sembab, perut buncit Keluhan: nyeri BAK, poliuria

Px penunjang : lab (
Px fisik : - asites ureum)
- Udem kedua tungkai

Px penunjang: - lab ( px darah, urinalisis,


Dx: infeksi saluran kemih
protein urin kuantitatif) DD: pyelonefritis
-usg
-biopsi ginjal

Tatalaksana : minum air


Dx: sindrom nefrotik
DD: glome putih, natrium bikarbonat

Tatalaksana : retriksi cairan, diet garam,


diet rendah kolestrol, obat diuretik, obat
gol.statin

Prognosis dan komplikasi


JUMP 5: LEARNING OBJECTIVE

1. Infeksi
a. isk
b. glomerulonefritis akut
c . Pyelonefritis
d. urolithiasis
2. Autoimun
a. sindrome nefrotik
b. lupus nefrotik
LO 1: INFEKSI
Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
• Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi ketika
organ yang termasuk ginjal, ureter, vesica urinaria, dan
uretra, mengalami infeksi.
• Seseorang bisa dikatakan mengalami infeksi saluran
kemih pada saluran kemihnya bila jumlah bakteri di
dalam urinnya lebih dari 100.000/mL urin. Namun pada
beberapa pasien wanita, bisa dikatakan infeksi meskipun
jumlah bakterinya kurang dari 100.000/mL urin
Etiologi
• Kebanyakan infeksi saluran kemih disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari flora tinja usus bagian bawah.
• Hampir 80% infeksi yang terjadi pada penderita tidak rawat inap dan
tidak obstruksi disebabkan oleh Escherichia coli.
• Bakteri Gram negatif lainnya seperti klabsiella pneumonia dan
Proteus mirabilis serta coccus bakteri Gram positif seperti misalnya
Enterococcus faecalis dan Staphylococcus epidermis juga
merupakan uropatogen potensial
Patofisiologi
Rute infeksi bakteri pada ISK diketahui sebagai berikut:
 Asenden
Seperti pada dugaan masuknya bakteri tinja ke dalam kandung kencing
melaluri uretra wanita atau ke dalam ginjal melalui ureter

 Hematogen
Seperti pada infeksi Staphylococcus pada korteksi ginjal

 Perluasan langsung
Seperti pada sistitis terkait dengan fistula enterovesika.

Pada wanita, pendeknya uretra dan berdekatannya antara uretra dan daerah
perirektal menyebabkan kolonisasi dari uretra. Bakteri dapat memasuki
kantung kemih melalui uretra. Setelah berada di kantung kemih, organisme
akan membelah diri dengan cepat dan dapat bergerak keatas menuju ginjal
melalui ureter
Manifestasi Klinik
• Menggigil
• Demam
• Nyeri pinggang
• Mual muntah
• Disuria
• Sering terburu-buru kencing
• Nyeri suprapubic
• Hematuri
Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan Urin
• Bakteriuria (lebih dari 105 bakteri/ml urin
• Pyuria tidandai dengan white blood cell
(WBC) lebih dari 10 WBC/mm3.
• Hematuria mungkin menggambarkan
adanya penyakit lain, seperti renal calculi,
tumor atau glomerulonefritis.
• Proteinuria
Tatalaksana
a. Pasien biasanya dianjurkan atau diresepkan obat
antibiotik selama 3-10 hari
b. Mengonsumsi air yang banyak untuk membantu
mengeluarkan urin.
c. Mengonsumsi jus buah dan vitamin C untuk
meningkatkan keasaman urin yang akan
membantu proses sembuh infeksi ini.
d. Obat pereda nyeri saat berkemih seperti
phenazopyridine, paracetamol atau ibuprofen
e. Beristirahat yang cukup hingga demam dan nyeri
mereda.
Komplikasi
1. Infeksi berulang, terutama pada wanita yang
mengalami dua atau lebih ISK dalam periode enam
bulan atau empat atau lebih dalam setahun.
2. Kerusakan ginjal permanen akibat infeksi ginjal akut
atau kronis (pielonefritis) karena Infeksi saluran
kemih yang tidak diobati.
3. Pada wanita hamil, ada peningkatan risiko untuk
melahirkan dengan berat badan lahir rendah atau
bayi prematur.
4. Penyempitan uretra (striktur) pada pria akibat uretritis
rekuren, yang sebelumnya terlihat dengan uretritis
gonokokal.
5. Sepsis
Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah salah satu jenis
penyakit ginjal di mana terjadi peradangan pada
glomerulus. Glomerulus merupakan bagian ginjal yang
berfungsi sebagai penyaring dan membuang cairan
serta elektrolit berlebih, juga zat sisa (sampah) dari
aliran darah. Kerusakan pada glomelurus akan
menyebabkan terbuangnya darah serta protein melalui
urine.
Kondisi glomerulonefritis pada masing-masing penderita bisa
berbeda-beda. Ada yang mengalaminya dalam waktu singkat (akut)
dan ada yang jangka panjang (kronis). Penyakit ini juga bisa
berkembang pesat sehingga mengakibatkan kerusakan ginjal dalam
beberapa minggu atau bulan, keadaan ini disebut rapidly progressive
glomerulonephritis (RPGN).

Glomerulonefritis akut biasanya merupakan respons tubuh


terhadap infeksi yang sedang terjadi pada tubuh. Sedangkan
glomerulonefritis kronis seringkali tidak diketahui penyebabnya dan
tidak bergejala, sehingga dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang
tidak dapat diperbaiki kembali. Glomerulonefritis kronis yang
ditemukan awal, dapat dicegah perkembangannya.
Etiologi
Penyebab dan Faktor Pemicu Glomerulonefritis
Glomerulonefritis dapat terjadi akibat berbagai kondisi,
seperti infeksi, kelainan sistem imun, dan gangguan
pembuluh darah. Umumnya, glomerulonefritis akut memiliki
penyebab yang lebih jelas dibanding glomerulonefritis
kronis. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
glomerulonefritis akut, antara lain adalah:
– Infeksi.
– Kelainan sistem imun
– Vaskulitis
• Infeksi. Glomerfulonefritis dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau virus. Infeksi yang terjadi pada tubuh
mengakibatkan reaksi kekebalan tubuh yang
berlebihan sehingga mengakibatkan peradangan pada
ginjal dan terjadi glomerulonefritis. Contoh infeksi yang
dapat menyebabkan glomerulonefritis, antara lain
adalah infeksi bakteri Streptococcus pada
tenggorokan, infeksi gigi, endokarditis bakteri, HIV,
hepatitis B, dan hepatitis C.
• Kelainan sistem imun. Contohnya adalah penyakit
lupus yang menyebabkan peradangan pada berbagai
organ tubuh, termasuk ginjal. Selain itu
glomerulonefritis juga dapat disebabkan oleh kelainan
sistem imun lainnya, seperti sindrom Goodpasture
yang menyerupai pneumonia dan menyebabkan
perdarahan di paru-paru dan ginjal, serta nefropati IgA
yang menyebabkan endapan salah satu protein sistem
pertahanan tubuh (IgA) pada glomerulus ginjal.
• Vaskulitis. Vaskulitis dapat terjadi pada berbagai organ,
termasuk ginjal. Contoh penyakit vaskulitis yang menyerang
pembuluh darah ginjal dan mengakibatkan glomerulonefritis
adalah poliarteritis dan granulomatosis Wegener.

Glomerulonefritis kronis seringkali tidak memiliki


penyebab yang khusus. Salah satu penyakit genetik,
yaitu sindrom Alport dapat menyebabkan
glomerulonefritis kronis. Paparan zat kimia pelarut
hidrokarbon dan riwayat kanker juga diduga memicu
terjadinya glomerulonefritis kronis.
Manifestasi Klinik
Gejala yang muncul pada penderita
glomerulonefritis bergantung kepada jenis
penyakit ini, apakah akut atau kronis. Gejala yang
umumnya muncul, antara lain adalah:
– Urine yang berbuih dan berwarna kemerahan.
– Hipertensi
– Pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, dan perut.
– Kelelahan.
– Frekuensi buang air kecil berkurang.
– Munculnya cairan di paru-paru yang menyebabkan
batuk.
• Glomerulonefritis kronis seringkali sulit terdeteksi
karena dapat berkembang tanpa menimbulkan
gejala. Apabila muncul gejala, gejalanya dapat
serupa dengan gejala yang ada pada
glomerulonefritis akut. Namun, berbeda dengan
glomerulonefritis akut, pada glomerulonefritis
kronik dapat terjadi frekuensi buang air kecil yang
meningkat di malam hari.
Penegakan Diagnosis
• Pemeriksaan urine. Pemeriksaan urine merupakan
metode penting dalam mendiagnosis glomerulonefritis
karena dapat mendeteksi adanya kerusakan struktur
glomerulus. Beberapa parameter yang dianalisis melalui
pemeriksaan urine, antara lain adalah:
– Keberadaan sel darah merah sebagai penanda
adanya kerusakan glomerulus.
– Keberadaan sel darah putih sebagai penanda adanya
peradangan.
– Menurunnya berat jenis urine.
– Keberadaan protein sebagai penanda adanya
kerusakan sel ginjal.
• Tes darah. Tes darah dapat memberikan informasi
tambahan terkait kerusakan ginjal. Beberapa hal yang
dapat diperiksa pada darah untuk melihat kerusakan
ginjal, antara lain:
– Menurunnya kadar hemoglobin (anemia).
– Meningkatnya kadar zat sisa seperti ureum dan
kreatinin.
– Menurunnya kadar protein albumin dalam darah
karena keluar melalui urine.
• Tes Imunologi. Tes imunologi dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai kelainan sistem
imun. Pemeriksaan tersebut antara lain antinuclear
antibodies (ANA), komplemen, antineutrophil
cytoplasmic antibody (ANCA), dan antiglomerular
basement membrane (anti-GBM).
• Pencitraan. Pencitraan bertujuan untuk
memperlihatkan gambaran kondisi ginjal secara
visual. Metode pencitraan yang dapat digunakan,
antara lain adalah foto Rontgen, CT scan dan USG.
• Biopsi ginjal. Dilakukan dengan mengambil sampel
jaringan ginjal dan diperiksa di bawah mikroskop untuk
memastikan pasien menderita Biopsi juga akan
membantu dokter untuk mencari penyebab dari
glomerulonefritis tersebut.
Tatalaksana
Langkah pengobatan untuk tiap penderita
glomerulonefritis tentu berbeda-beda. Perbedaan
ini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis
glomerulonefritis yang diderita (kronis atau akut),
penyebabnya, serta tingkat keparahan gejala yang
dialami.
Tujuan utama pengobatan glomerulonefritis
adalah untuk mencegah kerusakan ginjal yang
lebih parah. Glomerulonefritis akut terkadang bisa
sembuh dengan sendirinya tanpa membutuhkan
penanganan tertentu, biasanya yang diakibatkan
oleh infeksi Streptokokus pada tenggorokan.
Beberapa jenis pengobatan glomerulonefritisyang
dapat diberikan, antara lain adalah:
• Obat imunosupresan
• Obat pengatur tekanan darah
• Plasmapheresis.
• Obat-obatan lain Obat lain yang dapat diberikan, di
antaranya adalah diuretik untuk mengurangi
bengkak, dan suplemen kalsium.
Jika glomerulonefritis diketahui sejak awal,
kerusakan ginjal yang disebabkan oleh
glomerulonefritis akut dapat diperbaiki kembali. Jika
glomerulonefritis yang terjadi bertambah parah dan
menyebabkan gagal ginjal, penderita dapat menjalani
proses hemodialisis (cuci darah) untuk menyaring
darah. Selain itu, penderita juga dapat
menjalani operasi cangkok ginjal.
Agar kerusakan ginjal tidak bertambah parah,
penderita glomerulonefritis dapat menerapkan
langkah-langkah pendukung pengobatan seperti
berikut ini:
• Menjaga berat badan.
• Berhenti merokok.
• Mengurangi asupan kalium.
• Mengurangi asupan protein.
• Mengurangi konsumsi garam.
Komplikasi
– Hipertensi.
– Sindrom nefrotik
– Gagal ginjal akut.
– Penyakit ginjal kronis
– Gagal jantung dan edema paru akibat cairan yang
menumpuk dalam tubuh.
– Gangguan kesimbangan elektrolit seperti natrium
dan kalium.
– Rentan terhadap infeksi.
Pielonefritis

36
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang
ginjal dimana terjadi reaksi inflamasi pada pielum dan
parenkim ginjal yang sifatnya akut maupun kronis.

Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1


sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis
akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut
yang disebut dengan pielonefritis kronis.

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang


dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran
ureterik.

37
Etiologi
• Bakteri
– E. coli (70-80%)
– Klebsiella, Proteus, Staphylococcus saphrophyticus, coagulase-
negative staphylococcus, Pseudomonas aeroginosa,
Streptococcus fecalis dan Streptococcus agalactiiae

• Vesicoureter Refluks
Faktor predisposisi
Faktor pejamu dan predisposisi
Faktor anatomi:
Refluks vesiko ureter dan refluks intarenal
Obstruksi saluran kemih
Benda asing dalam saluran kemih (kateter urin)
Duplikasi collecting system
Ureterokel
Divertikulum kandung kemih
Meningkatnya perlekatan ke sel uroepitel
Nonsecretors with P blood group antigen
Nonsecretors with Lewis blood group phenotype
Faktor pejamu yang berhubungan dengan pencegahan perlekatan
bakteri ke uroepitel
Mekanisme pencucian karena aliran urin
Tamn-Horsfall protein
Interferensi bakteri oleh endogenous periurethal flora
Urinary oligosaccharides
Eksfoliasi spontan dari sel uroepitel
Urinary immunoglobulins
Mukopolosakarida yang melapisi dinding kandung kemih
Faktor-faktor bakteri yang berhubungan dengan virulensi
uropatogenik dari E.coli
Mempunyai fimbria
Melekat ke uroepitel
Mempunyai serotype O dan K
Menghasilkan hemolisin
Menghasilkan colistin V
Menghasilkan aerobactin
Resisten terhadap bactericidal action atau normal human serum
Patofisiologi
• Terdapat dua jalur infeksi bakteri masuk ke
ginjal, yaitu
– melalui aliran darah (hematogenous)
– saluran kemih bagian bawah (infeksi ascending)
• Infeksi ascending lebih sering terjadi
dibandingkan dengan hematogenous.
Ascending
Manifestasi Klinik

Pielonefritis Akut Pielonefritis Kronik


• Demam timbul mendadak • Seringkali tidak
• Menggigil bergejala
• Malaise
• muntah • Hipertensi arterial
• Sakit panggul atau perut biasanya berkaitan
• Nyeri tekan di daerah dengan jaringan parut
kostovertebral ginjal
• Leukositosis, piuria,
bakteroumia

46
47
Pemeriksaan Laboratorium
Urinalasis Pemeriksaan Darah
• Makroskopik dengan menilai warna, • Pemeriksaan darah rutin terdiri atas
bau, dan berat jenis urine pemeriksaan kadar hemoglobin,
• Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat leukosit, laju endap darah, hitung
keasaman/PH, protein, dan gula jenis leukosit, dan hitung trombosit.
dalam urine • Pada pasien dengan pielonefritis,
• Mikroskopik mencari kemungkinan hasil pemeriksaan darah rutinnya
adanya sel-sel, cast (silinder), atau menunjukkan adanya leukositosis
bentukan lain di dalam urine. (menurunnya jumlah atau kadar
• Pada pasien yang menderita leukosit di dalam darah) disertai
pielonefritis saat pemeriksaan peningkatan laju endap darah.
urinalisis ditemukan adanya piuria,
bakteriuria (terdapat bakteri di
dalam urine), dan hematuria
(terkandung sel-sel darah merah di
dalam urine).
Tes Faal Ginjal Kultur Urin
• Pemeriksaan ini dilakukan bila ada
• Beberapa uji faal ginjal yang sering dugaan infeksi saluran kemih. Pada
diperiksa adalah pemeriksaan kadar pria, urine yang diambil adalah
kreatinin, kadar ureum, atau BUN sample urine porsi tengah (mid
(blood urea nitrogen), dan klirens stream urine), pada wanita
kreatinin. Pemeriksaan BUN, ureum sebaiknya diambil melalui
atau kreatinin di dalam serum kateterisasi, sedangkan pada bayi
merupakan uji faal ginjal yang paling dapat diambil urine dari aspirasi
sering dipakai di klinik. Sayangnya suprapubik atau melalui alat
kedua uji ini baru menunjukkan penampung urine.
kelainan pada saat ginjal sudah
kehilangan 2/3 dari fungsinya. • Jika didapatkan kuman di dalam
urine, dibiakkan di dalam medium
• Maka daripada itu, pasien tertentu untuk mencari jenis kuman
pielonefritis baru akan menunjukkan dan sekaligus sensitifitas kuman
adanya penurunan faal ginjal bila terhadap antibiotika yang diujikan.
sudah mengenai kedua sisi ginjal. Pada pasien dengan pielonefritis,
hasil pemeriksaan kultur urinenya
terdapat bakteriuria.
Pemeriksaan Radiologi
Pielografi Intra Vena
Foto Polos Abdomen (PIV)
• Pasien dengan pielonefritis, • Pielografi Intra Vena (PIV) atau
Intravenous Pyelography (IVP) atau
pada hasil pemeriksaan foto
dikenal dengan Intra Venous
polos abdomen menunjukkan Urography atau urografi adalah foto
adanya kekaburan dari yang dapat menggambarkan
bayangan otot psoas dan keadaan sistem urinaria melalui
bahan kontras radio-opak.
mungkin terdapat bayangan
Pencitraan ini dapat menunjukkan
radio-opak dari batu saluran adanya kelainan anatomi dan
kemih kelainan fungsi ginjal.
• Hasil pemeriksaan PIV pada
pasien pielonefritis terdapat
bayangan ginjal membesar dan
terdapat keterlambatan pada fase
nefrogram
Tatalaksana
• Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif. Terapi kausal dimulai dengan kotrimoksazol 2 tablet 2x
sehari atau ampisilin 500 mg 4x sehari selama 5 hari. Setelah
diberikan terapi antibiotik 4 – 6 minggu, dilakukan pemeriksaan urin
ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.
• Pada penyumbatan,kelainan struktural atau batu,mungkin perlu
dilakukan pembedahan dengan merujuk ke rumah sakit.
• Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau
refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut.
• Di anjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk
wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
Komplikasi
• Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669):
– Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area
medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada
penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
– Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali
dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami
supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
– Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam
jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

• Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir


(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan
jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi
kronik disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan
terbentuknya batu)

52
Prognosis
• Pielonefritis akut
Prognosis pielonefritis baik bila
memperlihatkan penyembuhan klinis maupun
bakteriologis terhadap antibiotic.

• Pielonefritis kronis
Bila diagnosis pielonefritis kronis terlambat
dan kedua ginjal telah menyusut pengobatan
konserfatif semata-mata untuk
mempertahankan faal jaringan ginjal yang
masih utuh
53
LO 2: AUTOIMUN
Sindrom Nefrotik
Etiologi
Primer Sekunder
• Sindrom Nefrotik Kelainan
Minimal (SNKM) • lupus erimatosus sistemik
(LES)
• Glomerulosklerosis fokal
segmental (GSFS) • keganasan
• Mesangial Proliferative Difuse • vaskulitis,
(MPD) • Immune complex mediated,
• Glomerulonefritis seperti post streptococcal
Membranoproliferatif (GNMP) (postinfectious)
glomerulonephritis
• Nefropati Membranosa (GNM)
Manifestasi Klinik
1. Proteinuria ( >40 mg/jam)
2. Hipoalbuminemia ( <2,5 gr/dl )
3. Edema
4. Kadar kolesterol ( >200 mg/dl )
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
• Tes darah
• Urinalisis
• Protein urin kuantitatif
• Biopsi ginjal
Tatalaksana
• Dilakukan rawat inap di RS
• Sebelum pemberian steroid, harus dilakukan : ( ukur BB & TB, ukur
TD, dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan gejala penyakit
sistemik, melakukan uji mantoux )
• Kortikosteroid ( methylprednisolone ) , mengobati penyebab
syndrome nefrotik , seperti amioloidosis
• Obat anti hipertensi ( ace inhibitor ), obat nya bisa diberikan
captopril
• Diuretik , contoh obat yang dapat diberikan ( furosemide )
Lupus Nefritik
Lupus nefritis adalah peradangan pada ginjal
akibat pengaruh penyakit systemic lupus
erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan
nama lupus

Lupus nefritis dapat menyebabkan terjadinya


peradangan pada ginjal dan memunculkan
sejumlah gejala seperti tekanan tinggi, adanya
darah dan protein dalam urin hingga gagal ginjal
Manifestasi Klinik
• Kemunculan darah di dalam urine.
• Urine berbusa
• Sering buang air kecil, terutama pada
malam hari
• Tekanan darah tinggi
• Berat badan bertambah.
• Pembengkakan di telapak kaki,
pergelangan kaki, dan betis.
Penegakan Diagnosis
• Pemeriksaan urin
• Tes darah
• Pemeriksaan urin 24 jam
• USG abdomen
• Biopsi ginjal
Tatalaksana
• Golongan kortikosteroid (methylprednisone), untuk mengurangi
peradangan, terutama pada ginjal.
• Imunosupresif, untuk menekan kerja sistem imun, sehingga kerusakan
jaringan ginjal akibat serangan sistem imun dapat dikurangi. Contoh obat ini
adalah hydroxychloroquinone, mycophenolate mofetil
dan cyclophosphamide.
• Obat antihipertensi
Kerusakan jaringan ginjal akibat lupus nefritis dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada penderitanya. Contoh obat antihipertensi
yang dapat digunakan pada penderita lupus nefritis adalah:
- Obat ACE inhibitor
- Obat penghambat beta
- Obat ARB
- Obat diuretik
Komplikasi
Komplikasi paling parah dari lupus
nefritis adalah gagal ginjal

Anda mungkin juga menyukai