Anda di halaman 1dari 12

SECARA UMUM GENITOURINARY

I. ANAMNESIS
 Keluhan pada saluran kemih bagian bawah.
LUTS (Lower Urinary Tract Syndrome).
Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.
1. Gejala iritatif (storage), terdiri dari : (key: FUN)
- Frekuensi : sering BAK >8 kali/ 24 jam
- Urgensi : keinginan BAK yang mendesak/ tergesa – gesa untuk buang air kecil.
- Nokturia : terbangun di malam hari untuk BAK (lebih dari 1 kali)
- Disuria : nyeri saat buang air keciil.
2. Gejala obstruksi (Voiding), antara lain : (key: HI POS)
- Hesitansi : menunggu lama pada awal BAK.
- Intermitensi : BAK terputus – putus.
- Pancaran miksi melemah (Power : weak stream)
- Straining : harus mengedan saat BAK.
- Retensi urin
- Inkontinensia karena overflow
Post micturition (key:RT)
- Miksi tidak puas (Incomplete emptying : residual volume >100ml)
- Menetes setelah miksi (Terminal dribbling)
 Keluhan pada saluran kemih bagian atas
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi, antara lain : nyeri pinggang, benjolan di pinggang
(hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).
 Gejala di luar saluran kemih.
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid,
yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
intraabdominal.
II. PEMERIKSAAN FISIK
 Status Urologis :
- CVA
- Buli
- Genital
 Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) Diagnosis banding pada pasien
dengan keluhan obstruksi, antara lain :
- striktur uretra,
- kontraktur leher vesika,
- batu buli – buli kecil,
- kanker prostat
- kelemahan destrusor (misal pada penderita asma kronik yag menggunakan obat parasimpatolitik).
 Sedangkan pada pasien dengan keluhan iritatif, diagnosis bandingnya antara lain :
- instabilitas destrusor,
- karsinoma in situ vesika,
- infeksi saluran kemih,
- prostatitis,
- batu ureter distal
- batu vesika kecil.
III. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: darah lengkap, elektrolit, pemeriksaan fungsi ginjal: Ur, Cr, GFR
2. Urinalisis: urin rutin dan kultur urin
3. Pemeriksaan penanda tumor prostat (PSA?Prostate Specific Antigen)
4. Pencitraan : foto polos abdomen untuk mencari batu opak saluran kemih, USG prostat secara
Trans Rectal Ultra Sound (TRUS) untuk mengetahui besar, bentuk, volume prostat, Pemeriksaan
USG Trans Abdominal Ultrasound (TAUS) mendeteksi hidronefrosis ataupun
5. Sistografi atau ureterografi retrograd digunakan untuk memperkirakan besar prostata tu mencari
kelainan buli2. Berguna apabila dicurigai adanya striktur uretra.
Pemeriksaan lain
- catatan harian miksi (voiding diaries) : menilai fungsi traktus urinari
- pengukuran residual urin (post voiding residual urine) : memperkirakan deraja obstruksi prostat
- uroflometri: mencatat pancaran urin mendeteksi gejala obstruksi pada saluran kemih bagian
bawah.
1. SINDROM NEFROTIK DAN NEFRITIK
Tx:
General treatment
- Restricting dietary sodium <3g/day and restricting fluid <1500ml/day
- Treat edema: Furosemide 2x40 mg orally, upper limit furosemide 240mg/dose atau 600mg
total/hari. Kalo dengan oral gabisa boleh ganti IV bolus. +IV bolus 20% human albumin prior
to an IV diuretic bolus
GNAPS nefritik :
Antibiotik : penisilin untuk 10 hari, apabila alergi penisilin  eritromisin 30mg/kgBB/hari bagi 3 dosis
selama 10 hari.

Konsul Sp. PD !
2. Infeksi Saluran Kemih
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pada sistitis akut keluhan berupa:
1. Demam 

2. Susah buang air kecil 

3. Nyeri saat di akhir BAK (disuria terminal) 

4. Sering BAK (frequency) 

5. Nokturia 

6. Anyang-anyangan (polakisuria) 

7. Nyeri suprapubik 

Pada pielonefritis akut keluhan dapat juga berupa nyeri pinggang, demam tinggi sampai menggigil, mual
muntah, dan nyeri pada sudut kostovertebra.
Faktor Risiko
1. Riwayat diabetes melitus 

2. Riwayat kencing batu (urolitiasis) 

3. Higiene pribadi buruk 

4. Riwayat keputihan 

5. Kehamilan 

6. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya 

7. Riwayat pemakaian kontrasepsi diafragma 

8. Kebiasaan menahan kencing 

9. Hubungan seksual 

10. Anomali struktur saluran kemih
Pemeriksaan Fisik
1. Demam
2. Flank pain (Nyeri ketok pinggang belakang/costovertebral angle) 

3. Nyeri tekan suprapubik 

Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer lengkap 

2. Urinalisis 

3. Ureum dan kreatinin 

4. Kadar gula darah 

Pemeriksaan penunjang tambahan (di layanan sekunder) :
3
1. Urine mikroskopik berupa peningkatan >10 bakteri per lapang pandang 

2. Kultur urin (hanya diindikasikan untuk pasien yang memiliki riwayat kekambuhan 
infeksi salurah
kemih atau infeksi dengan komplikasi). 

Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis Banding
Recurrent cystitis, Urethritis, Pielonefritis, Bacterial asymptomatic
Komplikasi
Gagal ginjal, Sepsis , ISK berulang atau kronik kekambuhan
Penatalaksanaan
1. Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal. 

2. Menjaga higienitas genitalia eksterna 

3. Pada kasus nonkomplikata, pemberian antibiotik selama 3 hari dengan pilihan
antibiotik sebagai berikut:
a. Trimetoprim sulfametoxazole b. Fluorikuinolon
c. Amoxicillin-clavulanate
d. Cefpodoxime
Konseling dan Edukasi
Pasien dan keluarga diberikan pemahaman tentang infeksi saluran kemih dan hal-hal yang perlu diperhatikan,:
1. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit infeksi saluran kemih. 
Penyebab infeksi saluran
kemih yang paling sering adalah karena masuknya flora anus ke kandung kemih melalui perilaku atau
higiene pribadi yang kurang baik. 

2. Pada saat pengobatan infeksi saluran kemih, diharapkan tidak berhubungan seks. 

3. Waspada terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih bagian atas (nyeri pinggang) dan pentingnya untuk
kontrol kembali. 

4. Patuh dalam pengobatan antibiotik yang telah direncanakan. 

5.Menjaga higiene pribadi dan lingkungan. 

Kriteria Rujukan
1. Jika ditemukan komplikasi dari ISK maka dilakukan ke layanan kesehatan 
sekunder 

2. Jika gejala menetap dan terdapat resistensi kuman, terapi antibiotika 
diperpanjang berdasarkan antibiotika
yang sensitif dengan pemeriksaan kultur urin 

Prognosis pada umumnya baik, kecuali bila higiene genital tetap buruk, ISK dapat berulang atau menjadi kronis.

3. Pielonefritis Tanpa Komplikasi


Hasil Anamnesis
Keluhan
1. Onset penyakit akut dan timbulnya tiba-tiba dalam beberapa jam atau hari 

2. Demam dan menggigil 

3. Nyeri pinggang, unilateral atau bilateral 

4. Sering disertai gejala sistitis, berupa: frekuensi, nokturia, disuria, urgensi, dan 
nyeri suprapubik 

5. Kadang disertai pula dengan gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, diare, 
atau nyeri perut 

Faktor Risiko
Faktor risiko PNA serupa dengan faktor risiko penyakit infeksi saluran kemih lainnya:
1. Lebih sering terjadi pada wanita usia subur 

2. Sangat jarang terjadi pada pria berusia <50 tahun, kecuali homoseksual 

3. Koitus per rektal 

4. HIV/AIDS 

5. Adanya penyakit obstruktif urologi yang mendasari misalnya tumor, striktur, batu 
saluran kemih,
dan pembesaran prostat 

6. Pada anak-anak dapat terjadi bila terdapat refluks vesikoureteral 

Hasil Pemeriksaan Fisik
o
1. Demam dengan suhu biasanya mencapai >38,5 C 

2. Takikardi 

3. Nyeri ketok pada sudut kostovertebra, unilateral atau bilateral 

4. Ginjal seringkali tidak dapat dipalpasi karena adanya nyeri tekan dan spasme 
otot 

5. Dapat ditemukan nyeri tekan pada area suprapubik 

6. Distensi abdomen dan bising usus menurun (ileus paralitik) 

Pemeriksaan Penunjang Sederhana
1. Urinalisis
Urin porsi tengah (mid-stream urine) diambil untuk dilakukan pemeriksaan dip- stick dan mikroskopik.
Temuan yang mengarahkan kepada PNA adalah:
a. Piuria, yaitu jumlah leukosit lebih dari 5 – 10 / lapang pandang besar (LPB) 
pada pemeriksaan
mikroskopik tanpa / dengan pewarnaan Gram, atau l 
eukosit esterase (LE) yang positif pada
pemeriksaan dengan dip-stick. 

b. Silinder leukosit, yang merupakan tanda patognomonik dari PNA, yang dapat 
ditemukan pada
pemeriksaan mikroskopik tanpa/dengan pewarnaan Gram. 

c. Hematuria, yang umumnya mikroskopik, namun dapat pula gross. Hematuria biasanya muncul
pada fase akut dari PNA. Bila hematuria terus terjadi walaupun infeksi telah tertangani, perlu
dipikirkan penyakit lain, seperti batu 
saluran kemih, tumor, atau tuberkulosis. 

4
d. Bakteriuria bermakna, yaitu > 10 koloni/ml, yang nampak lewat pemeriksaan 
mikroskopik
tanpa /dengan pewarnaan Gram. Bakteriuria juga dapat dideteksi lewat adanya nitrit pada
pemeriksaan dengan dip-stick. 

2. Kultur urin dan tes sentifitas-resistensi antibiotik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
etiologi dan sebagai pedoman pemberian antibiotik dan dilakukan di layanan sekunder. 

3. Darah perifer dan hitung jenis
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya leukositosis dengan
predominansi neutrofil. 

4. Kultur darah
Bakteremia terjadi pada sekitar 33% kasus, sehingga pada kondisi tertentu pemeriksaan
ini juga dapat dilakukan. 

5. Foto polos abdomen (BNO)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan adanya obstruksi atau
batu di saluran kemih. 

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya.
Diagnosis banding:
Uretritis akut, Sistitis akut, Akut abdomen, Appendisitis, Prostatitis bakterial akut,
Servisitis, Endometritis, Pelvic inflammatory disease
Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
a. Identifikasi dan meminimalkan faktor risiko 

b. Tatalaksana kelainan obstruktif yang ada 

c. Menjaga kecukupan hidrasi 

2. Medikamentosa 

a. Antibiotika empiris
ceftriaxone, cefepime, dan fluorokuinolon (ciprofloxacin dan levofloxacin). Jika dicurigai infeksi
enterococci berdasarkan pewarnaan Gram yang menunjukkan basil Gram positif, maka ampisillin yang
dikombinasi dengan Gentamisin, Ampicillin Sulbaktam, dan Piperacillin Tazobactam merupakan
pilihan empiris spektrum luas yang baik. Terapi antibiotika parenteral pada pasien dengan pielonefritis
akut nonkomplikata dapat diganti dengan obat oral setelah 24-48 jam, walaupun dapat diperpanjang
jika gejala menetap.
Antibiotika oral:
 fluorokuinolon untuk basil Gram negatif. Untuk dugaan penyebab lainnya dapat
digunakan Trimetoprim-sulfametoxazole. Jika dicurigai enterococcus, dapat diberikan Amoxicilin
sampai didapatkan organisme penyebab. Sefalosporin generasi kedua atau ketiga juga efektif,
walaupun data yang mendukung masih sedikit. Terapi pyeolnefritis akut nonkomplikata dapat
diberikan selama 7 hari untuk gejala klinis yang ringan dan sedang dengan respons terapi yang baik.
Pada kasus yang menetap atau berulang, kultur harus dilakukan. Infeksi berulang ataupun menetap
diobati dengan antibiotik yang terbukti sensitif selama 7 sampai 14 hari
Penggunaan antibiotik selanjutnya dapat disesuaikan dengan hasil tes
sensitifitas dan resistensi.
b. Simtomatik
Obat simtomatik dapat diberikan sesuai dengan gejala klinik yang dialami pasien, misalnya: analgetik-
antipiretik, dan anti-emetik.
Konseling dan Edukasi
1. Dokter perlu menjelaskan mengenai penyakit, faktor risiko, dan cara-cara 
pencegahan berulangnya
PNA. 

2. Pasien seksual aktif dianjurkan untuk berkemih dan membersihkan organ 
kelamin segera setelah
koitus. 

3. Pada pasien yang gelisah, dokter dapat memberikan assurance bahwa PNA 
non-komplikata dapat
ditangani sepenuhnya dgn antibiotik yang tepat. 

Rencana Tindak Lanjut
1. Apabila respons klinik buruk setelah 48 – 72 jam terapi, dilakukan re-evaluasi 
adanya faktor-faktor
pencetus komplikasi dan efektifitas obat. 

2. Urinalisis dengan dip-stick urin dilakukan pasca pengobatan untuk menilai 
kondisi bebas infeksi. 

Kriteria Rujukan
Dokter layanan primer perlu merujuk ke layanan sekunder pada kondisi-kondisi
berikut:
1. Ditemukan tanda-tanda urosepsis pada pasien. 

2. Pasien tidak menunjukkan respons yang positif terhadap pengobatan yang 
diberikan. 

3. Terdapat kecurigaan adanya penyakit urologi yang mendasari, misalnya: batu 
saluran kemih, striktur,
atau tumor. 

Prognosis : bonam
Gagal Ginjal Kronik
Anamnesis
Biasanya datang dengan gejala uremia: nausea, muntah2, rasa lemah, anoreksia, kram otot, gatal2,
perubahan status mental. Gejala memberat dengan bertambah buruknya fungsi ginjal.
Pemeriksaan Fisik
Kulit pucat, ditemukan bercak-bercak bekas garukan kulit, uremic frost: residu urea yang tertinggal di
kulit setelah penguapan keringat. Sklera sedikit ikterik, faring kering, sering stomatitis.
Sistem kardiovaskular: retensi cairan yang ditandai edema paru, edema perifer, hipertensi berat. Dapat
dijumpai pericarditis uremikum yang ditandai oleh pericardial rub atau efusi perikard
Paru2: ditemukan ronki basah, edema paru, pleural rub
Sistem saraf: rasa lemah, cepat capek, kelemahan otot, sakit keapla, polineuropati, kram otot, perubahan
status mental: susah konsentrasi, stupor, kejang, dan koma.
Ekskremitas: edema, pruritus, atrofi kuku,
Pemeriksaan penunjag
- laboratorium : fungsi ginjal Ur, Cr, GFR, creatinin clearance
- Urinalisis: melihat adanya protein, eritrosit, silinder eritrosit atau granuler, Hb, myoglobin, pH
- Pencitraan ginjal : USG  hidronefrosis atau obstruksi
Ginjal yang membesar pada nefropati diabetic, myeloma multiple, GN ppada HIV, ginjal
polikistik. Ginjal mengecil pada PGK, nefrosklerosis hipertensif, nefropati iskemik, penyakit ginjal
lain yang berlangsung lama
CT Scan abdomen bila usg tidak jelas
- Biopsi ginjal apabila penurunan fungsi ginjal cepat dan etiologi tak diketahui. Kalo turun
perlahan dan ginjal mengecil  no need

DD: AKI, RPGN, GN akut, ensefalopati uremikum

Anda mungkin juga menyukai