Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Seorang laki-laki, usia 30 tahun, pelaut, sudah menikah, datang ke


poliklinik kuit dan kelamin dengan keluhan nyeri buang air kecil
disertai keluar cairan dari kelamin sejak 3 hari yang lalu. Dua
minggu lalu, pasien berhubungan seks dengan wanita penjaja seks.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan duh tubuh serous serta eritema
pada orifisium uretra eksterna. Terdapat pembesaran kelenjar getah
bening inguinal medial kanan dan kiri. Pemeriksaan Gram dari
apusan duh tubuh uretra seropurulen, tidak terdapat diplokokus
Gram Negatif intraseluler dan ekstraseluler, jumlah leukosit
PMN>5/LPB.
KATA SULIT
- Serous
- Seropurulen
- Duh tubuh
- Orifisium
KATA KUNCI
- Laki-laki usia 30 tahun, pelaut, sudah menikah
- Keluhan nyeri BAK disertai keluarnya cairan dari kelamin sejak 3
hari yang lalu
- Berhubungan seks dengan wanita penjaja seks 2 minggu yang
lalu
- Pemeriksaan fisik :
Terdapat duh tubuh serous seta eritema pada orifisium uretra
eksterna
Terdaat pembesaran kelenjar getah beninf inguinal kiri dan
kanan
- Pemeriksaan Penunjang:
Apusan duh tubuh uretra seropurulen
Tidak terdapat diplokokus Gram negatif intraseluler dan
ekstraseluler
Leukosit PMN >5 / LPB
MASALAH DASAR
Seorang laki-laki, berusia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri
BAK dan keluar duh tubuh dari kelamin
PERTANYAAN
1. Bagaimana anamnesis pada kasus ini?
2. Bagaimana Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang yang
cocok?
3. Apa diagnosis dan apa saja yang menjadi diagnosis bandingnya?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada diagosis ini?
5. Apa etiologi dan bagaimana epidemiologi kasus ini?
6. Bagaimana patogenesis kasus ini?
7. Bagaimana patofisiologi kasus ini?
8. Bagaimana penatalaksanaan dan edukasi yang baik pada kasus
ini?
9. Bagaimana prognosis kasus ini dan apa saja yang bisa enjadi
komplikasinya?
PEMBAHASAN
1. Anamnesis

Apakah bapak menggunakan kondom saat berhubungan ?


Apakah bapak menggunakan alat kontrasepsi (spermisida) ?
Kapan sex pertama bapak ?
Apakah bapak sudah menikah ? Berapa banyak partner seks
bapak ? Homoseks, heteroseks, biseksual ?
Apakah bapak nyeri saat bersengama ?
Saat berkemih, adakah rasa nyeri ? Sudah berapa lama bapak
merasa nyeri saat berkemih ?
Bagaimana warna urin bapak ?
Apakah ada cairan yang keluar dari muara penis bapak ?
Apakah saat bapak merasa nyeri (rasa terbakar) saat berkemih /
gatal?
Adakah perubahan warna kulit pada penis bapak ?
Kapan sex terakhir bapak ?
Apakah bapak lebih sering berkemih ?
Apakah bapak merasa alat kelamin bapak semakin berat ?
Adakah demam ?
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah bapak pernah mengalami infeksi menular seks
sebelumnya ?
Seberapa sering bapak berpergian ?
Riwayat obat obatan
Apakah bapak menggunakan alat kontrasepsi (spermisida) ?

2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang yang


dianjurkan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tanda Vital
Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu
Inspeksi
Keadaan kulit sekitar genitelia ( apakah terdapat perlukaan, vesikel
atau nodul, pruritis, leukoplakia, tumor ?)
Keadaan Penis
Keadaan muara uretra (apakah terdapat infeksi? Atau terdapat cairan
pada muara uretra?). Lakukan massage untuk memastikan.
Pada kasus ditemukan duh tubuh serous serta eritema padaa
orfisium uretra
Keadaan skrotum
Keadaan dan kedudukan testis dalam skrotum
Perubahan kult atau pembengkakan di daerah inguinal
Pada kasus di dapatkan pembengkakan pada inguinal medial
kanan dan kiri
Palpasi
Palpasi penis untuk mendeteksi beberapa penyakit kongenital ataupun
pembengkan.
Palpasi pada pembengkakan inguinanl kanan dan kiri, tanyakan apakah
nyeri?
Palpasi skrotum, testis, epididymis, vas deferen, dan kelenjar prostat.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi
Sediaan apusan Gram
Pada kasus tidak didapatkan diplokokus Gram Negatif intraseluler dan
ekstraseluler (merujuk pada Infeksi genital non spesifik )
Jumlah leukosit PMN > 5/LPB ( merujuk pada Infeksi genital non spesifik)
Diperiksa lagi apakah terdapat blastospora, pseudohifa, dan clue cell,
apabila tidak dapat di yakinkan bahwa ini adalah infeksi genital non
spesifik khususnya Uretritis non gonokokus

Kultur
Sebagai
patogen
intraseluler,
Chlamydia
trachomatis
membutuhkan system kultur sel untuk diperbanyak di laboratorium,
sehingga kultur sel merupakan tes standar
untuk
mendeteksi
Chlamydia
trachomatis
selama
bertahun-tahun, dengan
sensitivitas 4085%
pada spesimen
genital. Untuk kultur,
specimen dapat diambil dengan swab berujung kapas. Spesimen
harus diletakan dalam media transport spesifik dan didinginkan
selama 24 jam hingga berinokulasi pada lempeng kultur sel.
Pemeriksaan
serologi: Pemeriksaan Serologi tidak
banyak
digunakan
untuk
diagnosis
infeksi Chlamydia pada saluran
reproduksi selain limfogranuloma venereum. Dengan alasan berikut:
1. Prevalensi basal antibodi yang tinggi dalam populasi individu aktif
secara
seksual yang
65% dari

berisiko

terinfeksi C.

Trachomatis, berkisar

45

individu yang diperiksa. Tingginya prevalensi seropotif pada pasienpasien


yang
asimptomatis
menggambarkan infeksi

dengan

kultur-negatif

diduga

sebelumnya sukar dideteksi dengan teknik kultur.


2. Tidak terdapat
dengan infeksi

gejala

permulaan

pada

banyak

pasien

Chlamydia yang menunjukan bahwa pasien lebih sering berada


pada periode
ketika tak terdapat antibodi IgM atau tidak menunjukan peningkatan
maupun
penurunan titer antibodi IgG sehingga parameter ini sering tak
terdapat pada
awal infeksi, hal ini terutama pada wanita. Awal gejala lebih jelas
pada pria

UNG, dan serokonversi atau antibodi IgM didapatkan pada sebagian


besar
pria.
3. Infeksi traktus
menghasilkan titer

genitalia

superfisial

(uretritis)

umumnya

antibodi mikro-IF berkisar antara 1:8 hingga 1:256, tetapi jarang


lebih tinggi.
Pada pria UNG yang awalnya seronegatif, tetapi kemudian terdapat
antibodi
IgG terhadap Chlamydia,
sedangkan 40%

60%

memiliki

titer

1:8

dan

1:32,

antara 1:64 dan 1:2.


Saat ini terdapat metode otomatis untuk mendeteksi DNA atau RNA
C.
Trachomatis
digunakan

yang diamplifikasi. Dua metode yang paling banyak

adalah ligase chain


reaction (PCR).

reaction (LCR)

dan polymerase

chain

Metode yang lainnya adalah transcription-mediated amplification


(TMA).
3. Diagnosis dan Diagnosis Banding kasus
Diagnosis :
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang diagnosis kasus
tersebut adalah Ureteritis Non Gonokokus.
Dari anamnesis :

Laki-laki 30 tahun pekerjaan seorang pelaut. ( Pelaut adalah faktor resiko penyakit

menular seksual)
3 hari lalu berhubungan seks dengan wanita penjaja seks. (etiologi yang sangat pasti

dari penyakit menular seksual)


Nyeri saat buang air kecil keluar duh tubuh sejak 3 hari lalu. (salah satu manifestasi
klinis umum dari infeksi saluran kemih yang bila dihubungkan dengan anamnesis
yang lain bisa dikatakan bahwa isk tersebut berasal dari penyakit menular seksual).

Dari pemeriksaan fisik :

Pembesaran KGB inguinal medial kanan dan kiri. (tanda adanya infeksi, berhubungan

dengan nyeri saat buang air kecil)


Eritema pada orifisium uretra eksterna.(manifestasi klinis dari penyakit menular

seksual)
Duh tubuh seropurulen. (manifestasi klinis dari penyakit menular seksual)

Dari gejala diatas bisa diambil diagnosis sementara yaitu gonore atau ureteritis gonore atau
nama lainnya ureteritis gonokokus. Maka dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai
pemeriksaan penunjang.
Dari pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan gram dari hapusan duh tubuh tidak didapatkan diplokokus gram negative

intraselular dan ekstraselular.


Lekosit PMN> 5/LPB

Dari pemeriksaan penunjang ternyata tidak didapatkan bakteri penyebab gonore yaitu
Neisseria gonorrhoeae.
Maka diagnosis kasus tersebut adalah Ureteritis non Gonokokus atau ureteritis non gonore.
Ureteritis dibedakan menjadi ureteritis non gonokok dan ureteritis gonokok.

Ureteritis

gonokok adalah ureteritis yang disebabkan oleh kuman spesifik. Yang dimaksud dengan
kuman spesifik adalah kuman dengan fasilitas laboratorium sederhana dapat ditemukan
seketika, misalnya gonokok, Candida albicans, Trichomonas vaginalis dasn Gardnerella
vaginalis. Sedangkan Ureteritis Non Gonokok (UNG) adalah peradangan di uretra yang
disebabkan oleh kuman lain selain Gonokok dimana untuk mendiagnosanya diperlukan
pemeriksaan mikrobiologi yang lebih rumit dan lebih lanjut lagi.
Diagnosa Uretritis Non Gonokokus (UNG) atau Ureteritis non gonore ditegakkan biasanya
didasarkan pada kegagalan menemukan Neisseria gonorrhoeae melalui sediaan apus dan
kultur. Pada pemeriksaan sekret uretra dengan pewarnaan Gram ditemukan leukosit lebih dari
5 pada pemeriksaan mikroskop dengan pembesaran 1000 kali. Pada pemeriksaan
mikroskopik sekret serviks dengan pewarnaan Gram didapatkan leukosit lebih dari 30 per
lapangan pandang dengan pembesaran 1000 kali. Tidak dijumpai diplokokus negatif gram,
serta pada pemeriksaan sediaan basah tidak didapati parasit Trichomonas vaginalis . 50%
penyebab dari ureteritis non spesifik biasanya adalah C.trachomatis. Namun, pembiakan
C.trachomatis tidaklah mudah. Pembiakan C.trachomatis yang bersifat obligat intraseluler

harus dilakukan pada sel hidup. Sel hidup ini dibiakkan dalam gelas kaca yang disebut biakan
monolayer seperti Mc Coy dan BHK yang dapat dilihat hasil pertumbuhannya pada hari
ketiga.
Diagnosis banding :
1. Ureteritis gonokok.
Disebut sebagai uretritis gonococcal jika pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
Neisseria gonorrhea. Dalam kata lain adalah penyakit Gonore. Gonore dapat terjadi
pada semua ras, usia dan tidak memandang strata sosial. Kejadian penyakit ini
meningkat dengan adanya kontak seksual dengan banyak mitra.Di dunia diperkirakan
200 juta kasus baru gonore setiap tahunnya. Dimana pria1,5 kali lebih banyak
daripada wanita.Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 600.000 kasus baru gonore
setiap tahunnya, kira-kira 240 kasus per 100.000 populasi. Insiden gonore tertinggi
terjadi di negara-negara berkembang. Lebih banyak mengenai penduduk dengan
sosial ekonomi rendah.

Terdapat

diplokokus

gram

negative

intraselular

dan

ekstraselular

orificium

externa
Disuria
Gatal pada kelamin

Ureteritis Gonokokus
+

Ditemukan

Neisseria gonorrhea)
Duh tubuh

Eritema

Ureteritis Non-Gonokokus
-

uretra

++

(serosa atau seromukosa,

(Mukopurulen)

seropurulen, hanya bercak)


+

+
+

+
+

4. Manifestasi Klinis yang dapat ditemukan:


Manifestasi klinis pada Ureteritis non gonokokus :
1. Pria

Duh tubuh uretra spontan, atau diperoleh dengan pengurutan/massage uretra,


serosa/seromukosa biasanya pada pagi hari dan hanya berupa bercak.

Disuria
Asimptomatik
Gatal pada penis
Eritema pada orificium uretra externa
2. Wanita
Duh tubuh vagina
Duh tubuh endoserviks mukopurulen
Ektopia serviks disertai edema, serviks rapuh, mudah berdarah
Perdarahan antara dua siklus menstruasi
Perdarahan pascakoitus
Disuria

5. Etiologi kasus dan Epidemiologi penyakit


ETIOLOGI
a. Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan UNG ada Chlamydia
trachomatis,tapi juga dapat disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum,
mycoplasma hominis, dan Mycoplasma genitalium. Ureaplasma
urealyticum telah terdeteksi lebih sering dan jumlah yang banyak pada
laki-laki dengan uretritis non-gonokokkus nonchlamydia, khususnya lakilaki dengan UNG nonchlamydia episode pertama.
- Chlamydia trachomatis
Traktus urogenitalia merupakan daerah yang paling sering terinfeksi
oleh C. Trachomatis. Transmisi terjadi melalui oral, anal, atau melalui
hubungan seksual. Gejala terjadi dalam 1-3 minggu setelah infeksi.
Namun demikian, sering terjadi infeksi asimtomatik sebesar 80% pada
wanita dan 50% pada pria. Koinfeksi dengan penyakit menular seksual
lainnya sering kali terjadi terutama gonore.
- Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis
Ureaplasma urealyticum merupakan 25 % sebagai penyebab UNG dan
sering bersamaan dengan infeksi Chlamydia trachomatis. Dahulu
dikenal dengan nama T-strain mycoplasma. Mycoplasma hominis juga
sering bersama-sama dengan infeksi Ureaplasma urealyticum.
Mycoplasma hominis sebagai penyebab UNG masih diragukan, karena
kuman ini bersifat komensal yang dapat menjadi patogen pada
keadaan
tertentu.
Ureaplasma
urealyticum
merupakan
microorganisme paling kecil, gram negatif, dan sangat pleomorfik
karena tidak memiliki dinding sel yang kaku.
- Mycoplasma genitalium
Mycoplasma sp. Merupakan salah satu mikroorganisme terkecil yang
dapat berkoloni di traktus repirasi dan urogenital. Mycoplasma memiliki
13 spesies, 4 diantaranya menginfeksi traktus genital, yaitu
Mycoplasma hominis, M. genitalium, Ureaplasma parvum, dan U.
Urealyticum. Sekitar 40-80% wanita yang aktif secara seksual

mengalami kolonisasi genital dari ureaplasma. Organisme ini juga


berperan dalam 20-30% kasus UNG.
b. Virus
Virus yang dapat menyebabkan UNG antara lain Herpes simplex virus dan
adenovirus. Virus herpes Simplex dan adenovirus hanya berperan kecil
dalam kejadian kasus UNG.
c. Parasit
Golongan parasit yang bisa menjadi penyebab adalah Trichomonas
vaginalis. Parasit ini merupakan protozoa yang menyebabkan kondisi yang
dinamakan trikomoniasis. Infeksi pada wanita menyebabkan timbulnya
keputihan yang berbau, berwarna kuning kehijauan, disertai pruritus,
eritema, dan dispareunia. Pada pria seringkali asimtomatis, keluhan yang
muncul berupa sekret uretra, nyeri berkemih yang terasa panas, dan
frekuensi berkemih yang lebih sering.
Manusia adalah satu-satunya natural host untuk T. vaginalis. Trofozoitnya
bertransmisi dari orang ke orang melalui hubungan seksual. Transmisi
nonseksual penyakit ini jarang. Kejadian infeksi asimtomatis setinggi 50%
pada perempuan. Laki-laki yang terinfeksi biasanya asimtomatis dan juga
self-limiting, karenanya diagnosis sering susah ditegakkan.
d. Alergi
Ada dugaan bahwa UNG disebabkan oleh reaksi alergi terhadap komponen
sekret alat urogenital pasangan seksualnya. Alasan ini dikemukakan
karena pemeriksaan sekret UNG tersebut ternyata steril dan pemberian
obat antihistamin dan kortikosteroid mengurangi gejala penyakit.

EPIDEMIOLOGI
Uretritis non gonore banyak ditemukan pada orang dengan keadaan sosial
ekonomi rendah, usia lebih tua, dan aktivitas seksual yang lebih tinggi. Pria juga
ternyata lebih banyak daripada wanita dna golongan heteroseksual lebih banyak
daripada golongan homoseksual.
Di Amerika Serikat, infeksi Chlamydia adalah penyakit infeksi menular
seksual yang paling sering dilaporkan dan paling banyak tejadi pada orang
berusia 19-24 tahun. Sekitar 4-5juta kasus infeksi Chlamydia
terjadi tiap
tahunnya dengan angka prevalensi dua setengah kali dari kasus gonore.
Beberapa sekuele penting dapat terjadi akibat infeksi C. Trachomatis pada
wanita; antara lain yang paling serius adalah pelvic inflammatory disease (PID),
kehamilan ektopik, dan infertilitas. Beberapa wanita dengan infeksi servikal
tanpa komplikasi telah memiliki infeksi traktus reproduktif atas yang bersifat
subklinis.
Khusus untuk kasus UNG yang disebabkan Trichomonas vaginalis
ditemukan di setiap benua dan iklim serta tidak memiliki variasi berdasarkan
musim. Memiliki distribusi kosmopolitan dan telah diidentifikasi pada semua ras
dan strata sosioekonomi. Data terbaru menunjukkan insiden tahunan di seluruh
dunia adalah lebih dari 170 juta kasus. Faktanya, WHO memperkirakan jumlah

kasus infeksi ini mencapai hampir separuh dari seluruh kasus infeksi menular
seksual yang dapat disembuhkan. Insiden trikomoniasis adalah setinggi 56%
diantara pasien yang datang ke klinik IMS.

6. Patogenesis penyakit
Uretritis non gonore adalah salah satu jenis penyakit infeksi menular
seksual yang paling banyak mengenai pria, tapi dalam proporsi kasus
yang signifikan (20%-50%), patogennya tidak teridentifikasi.(3)
Ada banyak penyebab terjadinya UNG. Berikut ini akan dijabarkan
mengenai etiologi dan patogenesis dari UNG.

a. Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan UNG adalah Chlamydia
trachomatis,

tapi

juga

dapat

disebabkan

oleh

Ureaplasma

urealyticum, Mycoplasma hominis, dan Mycoplasma genitalium.


(2,3,6,8,11)

Ureaplasma urealyticum telah terdeteksi lebih sering dan

jumlah yang banyak pada laki-laki dengan uretritis non gonokokkus


nonchlamydia,

khususnya

laki-laki

dengan

UNG

nonchlamydia

episode pertama.(5,12)
-

Chlamydia trachomatis
Chlamydia

trachomatis

merupakan

bakteri

gram

negatif,

nonmotil, dan bersifat obligat intraselular. Chlamydia trachomatis


penyebab UNG ini termasuk subgrup A dan mempunyai tipe
serologic D-K.(2,6,7,9)
Spesies C. trachomatis mempunyai 15 serotipe, dimana serovar
A, B, dan C menyebabkan konjungtivitis kronik, serovar D sampai K
menyebabkan infeksi genital, serovar L1 sampai L3 menyebabkan
limfogranuloma venereum (LGV). Bakteri ini memasuki sel dengan
mekanisme endositosis dan bereplikasi melalui binary fission di
dalam sel.(7,9)
Traktus urogenital merupakan daerah yang paling sering
terinfeksi oleh C. trachomatis. Transmisi terjadi melalui rute oral,
anal, atau melalui hubungan seksual. Gejala terjadi dalam 1-3
minggu setelah infeksi. Namun demikian, sering terjadi infeksi
asimtomatik sebesar 80% pada wanita dan 50% pada pria.

Koinfeksi dengan penyakit menular seksual lainnya sering kali


terjadi terutama gonore.(7)
Penyakit infeksi ini sering tidak disertai gejala klinis sehingga
sulit untuk menilai penyebarannya. Dalam perkembangannya
Chlamydia trachomatis mengalami 2 fase, yaitu:(2)
a. Fase 1: disebut

fase

noninfeksiosa,

dimana

fase

noninfeksiosa terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan


pada genitalia maupun konjungtiva.
b. Fase 2: fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar
dalam bentuk badan elementer yang dapat menimbulkan
infeksi pada sel hospes yang baru.
-

Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis


Ureaplasma urealyticum merupakan 25% sebagai penyebab
UNG dan sering bersamaan dengan infeksi Chlamydia trachomatis.
Dahulu dikenal dengan nama T-strain mycoplasma. Mycoplasma
hominis juga sering bersama-sama dengan infeksi Ureaplasma
urealyticum. Mycoplasma hominis sebagai penyebab UNG masih
diragukan, karena kuman ini bersifat komensal yang dapat menjadi
patogen

dalam

kondisi

tertentu.

Ureaplasma

urealyticum

merupakan mikroorganisme paling kecil, gram negatif, dan sangat


pleomorfik karena tidak memiliki dinding sel yang kaku.(2,13)
-

Mycoplasma genitalium
Mycoplasma sp. merupakan salah satu mikroorganisme terkecil
yang

dapat

berkoloni

di

traktur

respirasi

dan

urogenital.

Mycoplasma memiliki 13 spesies, 4 diantaranya menginfeksi


traktus

genital,

yaitu

Mycoplasma

hominis,

M.

genitalium,

Ureaplasma parvum, dan U. urealyticum. Sekitar 40-80% wanita


yang aktif secara seksual mengalami kolonisasi genital dari
ureaplasma. Organisme ini juga berperan dalam 20-30% kasus
UNG.(7)
Pasien dengan infeksi mycoplasma genitalium sering tidak
terdiagnosis, karena gejala yang timbul biasanya dikaitkan dengan

patogen lain yang lebih umum seperti Chlamydia. Seperti halnya


Chlamydia, infeksi mycoplasma genital mengakibatkan uretritis,
servisitis,

PID,

endometritis,

salpingitis,

dan

korioamnionitis.

Spesies lainnya dapat menyebabkan infeksi pernapasan, artritis


septik, pneumonia neonatal, dan meningitis.(7)
b. Virus
Virus yang dapat menyebabkan UNG antara lain Herpes simplex
virus dan Adenovirus. Virus Herpes Simplex dan adenovirus hanya
berperan kecil dalam kejadian kasus UNG.
c. Parasit
Golongan
Trichomonas

parasit

yang

vaginalis.

bisa

Parasit

ini

menjadi

penyebab

merupakan

adalah

protozoa

yang

menyebabkan kondisi yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi pada


wanita menyebabkan timbulnya keputihan yang berbau, berwarna
kuning kehijauan, disertai pruritus, eritema, dan dispareunia. Pada
pria seringkali asimtomatis, keluhan yang muncul berupa sekret
uretra, nyeri berkemih yang terasa panas, dan frekuensi berkemih
yang lebih sering.(2,7,11)
Manusia adalah satu-satunya natural host untuk T. vaginalis.
Trofozoitnya bertransmisi dari orang ke orang melalui hubungan
seksual. Transmisi nonseksual penyakit ini jarang. Kejadian infeksi
asimtomatis setinggi 50% pada perempuan. Laki-laki yang terinfeksi
biasanya asimtomatis dan juga self-limiting; karenanya diagnosis
sering susah ditegakkan.(11)
Trichomonas vaginalis akan menginfeksi vagina dan epitel uretra
dan menyebabkan mikroulserasi. Pada wanita, organisme ini dapat
diisolasi dari vagina, uretra, serviks, kelenjar Bartholin, dan kelenjar
Skene serta buli-buli. Pada pria, organisme ini dapat ditemukan di
area genital eksterna, uretra anterior, epididimis, prostat, dan semen.
Masa

inkubasi

biasanya

berlangsung

4-28

hari.

Pada

wanita,

manifestasi infeksi bervariasi mulai dari carrier asimtomatik sampai


vaginitis inflamatorik. Karena peningkatan keasaman dari vagina,

gejala

cenderung

muncul

selama

atau

setelah

menstruasi.

Kebanyakan pria merupakan carrier asimtomatik.(7)


d. Alergi
Ada juga dugaan bahwa UNG disebabkan oleh reaksi alergi terhadap
komponen sekret alat urogenital pasangan seksualnya. Alasan ini
dikemukakan karena pada pemeriksaan sekret UNG tersebut ternyata
steril dan pemberian obat antihistamin dan kortikosteroid mengurangi
gejala penyakit.
6. Patofisiologi keluhan pasien
UNG pada kasus ini dimulai dari infeksi bakteri Chlamydia
trachomatis. Mikroorganisme ini selalu patogen. Clamydia tidak
termasuk kedalam kelompok flora normal traktuss urogenitalia.
Clamydia trachomatis menginfeksi dan merusak jaringan/ organ
yang lebih dalam. Uretritis berkaitan dengan kerusakan membran
mukosa sel epitel, dalam hal ini kerusakan tersebut diakibatkan oleh
bakteri clamydia trachomatis. Hal ini diikuti dengan proses inflamasi
dimana terjadi proses akumulasi leukosit dan mediator kimia
( antibodi, sitokin, Interleukin) yang selanjutnya menyebabkan
pembengkakan atau tanda-tanda seperti eritema, nyeri dan adanya
duh tubuh yang keluar.

7. Penatalaksanaan dan Edukasi yang cocok untuk pasien


Penatalaksanaan Farmakologi

Golongan Tetracycline
Tetracycline HCL

Oxytetracycline
Doxycycline

Minocycline
1-2 minggu
Golongan Erythromycin
Erythromycin

: 4 X 500 mg selama 1 minggu


4 X 250 mg selama 2 minggu
: 4 X 250 mg selama 2 minggu
: 1 X 200 mg selama 1 minggu
Dst. 2 X 100 mg selama 1-2 minggu
: 1 X 200 mg dst. 2 X 100 mg selama

: 4 X 500 mg selama 1 minggu


: 4 X 250 mg selama 2 minggu

Golongan sulfa-trimetroprim
Golongan spiramisin

: 2 X 2 tablet selama 1-2 minggu


: 4 X 500 mg selama 1 minggu

Edukasi
1. Pendidikan pasien dan pencegahan IMS dengan anjuran pemakaian
kondom
Pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. Bahaya IMS termasuk komplikasinya , terutama akibatnya akan infeksi
HIV
b. Pentingya mematuhi pengobatan yang diberikan
c. Cara penularan IMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seksual
tetapnya.
d. Hindari hubungan seks sebelum sembuh, bila tidak terhindarkan lagi,
pakai kondom tiap kali berhubungan seks.
e. Hindari IMS dimasa yang akan datang dengan cara tidak berganti-ganti
pasangan seksual. Hindari berhubungan seks dengan lebih dari 1
pasangan seksual atau dengan pekerja seks, namun bila tidak
terhindarkan lagi harus selalu memakai kondom.
2. Anjurkan semua pasien untuk skrining sifilis dan infeksi HIV
3. Buat perjanjian untuk kunjungan lanjut.
Semua pasien harus membuat perjanjian untuk kunjungan
lanjutan(terutama bagi mereka dengan ulkus genital,penyakit radang
panggul, dan pembengkakan scrotum).
4. Upayakan agar pasangan seksualnya dapat diperiksa dan diobati
5. Berikan kondom dan tunjukkan cara pemakainnya yang benar.
6. Pasien yang datang untuk penyakit lainnya, namun ternyata berisiko tinggi
mendapat IMS, sedapat mungkin menjalani pemeriksaan.

8. Prognosis dan Komplikasi yang dapat terjadi


Komplikasi
Prostatitis
Adalah sebuah penyakit yang terjadi akibat adanya inflamasi atau radang pada kelenjar prostat.
Prostatitis dikatakan akut karena terjadi secara mendadak dan berlangsung lebih singkat. Sementara
jika Prostatitis berlangsung lama tau presisten maka diseb6ut dengan Prostatitis Kronis. Peradangan
ini bisa bersifat infektif(terjadi karena adanya infeksi) dan non-infektif. Prostatitis akut termasuk pada
prostatitis yang bersifat infektif. Artinya peradangan pada kelenjar prostat terjadi karena terinfeksi
bakteri.
Penyebab dari Penyakit Prostatitis akut tidak lain ialah infeksi bakteri. Infeksi bisa terjadi akibat dari
bakteri yang berasal dari usus atau melalui aliran darah yang telah menempuh perjalanan dari infeksi
lain di dalam tubuh. Hal yang dapat memicu terjadinya infeksi adalah kerusakan pada prostat itu
sendiri, misalnya adanya luka setelah operasi prostat dilakukan. Transmisi Hubungan seksual tidak
berpengaruh pada Penyakit Prostatitis akut. Prostatitis bakteri akut adalah penyakit yang bisa dikatan
jarang terjadi. Bisa diperkirakan dari 10.000 pria hanya 2 orang yang mungkin akan terserang
prostatitis akut.

Epididimitis
Adalah suatu proses peradangan atau inflamasi pada epididimis. Epididimis merupakan suatu tabung
melingkar yang terletak mengelilingi kedua buah zakar (testis). Epididimis berfungsi untuk
menyalurkan, menyimpan, dan mematangkan sel sperma yang diproduksi oleh testis. Selain itu,
epididimis juga berfungsi untuk menghubungkan testis dengan vas deferens (suatu saluran yang
membawa sperma).
Epididimitis seringkali disebabkan oleh suatu infeksi atau penyakit menular seksual, seperti klamidia
dan gonorea. Pada pria yang berusia 40 tahun ke atas, epididimitis biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri pada saluran kemih.
Gejala yang sering ditemukan pada epididimitis adalah:

Nyeri pada kantong zakar (skrotum)

Pembengkakan skrotum

Keluarnya cairan abnormal dari penis

Nyeri saat buang air kecil

Nyeri saat penetrasi

Nyeri saat ejakulasi

Pada infeksi berat, infeksi dapat menyebar ke testis lainnya dan menyebabkan demam serta
abses (kumpulan nanah)

Radang kantung mani (seminal vesikulitis)


Adalah suatu peradangan yang menyerang salah satu saluran ejakulasi pria yaitu kelenjar seminal
vesikulis / vesikula seminalis, kelenjar yang berbentuk sepasang tabung yang terletak di bagian
belakang bawah kantung kemih dari pria sepanjang 5 cm yang berfungsi mensekresi 70% cairan
pembentuk semen pria.

Penyebab terjadinya seminalis vesiculitis ini dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya
adalah bakteri, virus dan lain-lain. Penyebab pastinya tidak dapat diidentifikasikan. Namun ada
beberapa seminal vesikulitis yang disebabkan leh beberapa faktor yaitu antara lain :
Bakteri yang dapat masuk vesikula seminalis melalui uretra .
Peradangan pada testis atau epididimis dapat menyebar secara lokal dan menyebabkan
vesiculitis mani.
Infeksi sekunder dari radang pada prostat (prostatitis), rektum atau kandung kemih dapat
menyebar langsung ke vesikula seminalis dan menyebabkan vesiculitis mani.
Selain infeksi sekunder dari prostatitis, bakteri dari penyakit lain seperti TBC, schistosomiasis
dan lainnya yaitu tumor vesikula seminalis, abses dan lithiasis.

Infeksi lain atau lesi, misalnya tonsilitis dan radang gusi juga dapat menyebabkan vesiculitis
mani, karena bakteri perjalanan melalui pembuluh darah.
Setiap penyumbatan darah ke daerah perineum.
Panas yang berlebihan di dalam tubuh.

Striktur Uretra
Adalah kondisi medis yang ditandai oleh penyempitan abnormal uretra, saluran yang mengalirkan
urin dari kandung kemih keluar dari tubuh, karena peradangan atau jaringan parut dari operasi,
penyakit atau cedera. Dalam kasus yang jarang, dapat juga disebabkan oleh tumor yang menekan ke
uretra. Meskipun kondisi ini dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, biasanya lebih sering terjadi pada
pria daripada wanita. Orang dengan striktur uretra dapat memiliki berbagai gejala yang berbeda,
seperti kesulitan dalam memulai berkemih, nyeri berkemih, terdapat darah dalam urin, pemancaran
urin abnormal, dan menetesnya urin. Striktur uretra umum ditemukan pada orang yang memiliki
riwayat penyakit menular seksual, seperti klamidia dan gonore, pembesaran kelenjar prostat atau
infeksi saluran kemih yang berulang. Pengobatan yang tepat harus diberikan untuk mencegah
komplikasi, seperti retensi urin, kandung kemih, dan ginjal. Untungnya, kondisi ini dapat diobati
dengan melebarkan uretra.
Prognosis
Kadang-kadang tanpa pengobatan, penyakit lambat laun berkurang dan akhirnya sembuh sendiri (5070% dalam waktu sekitar 3 bulan). Setelah pengobatan, kira-kira 10% penderita akan mengalami
eksaserbasi atau rekurensi.

KESIMPULAN
Seorang laki-laki, 30 tahun, didiagnosa kerja meenderita uretritis nongonokokus berdasarkan keluhan yang dilaporkan pasien, anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Sumber
1. Daili, SF. Infeksi Nonspesifik. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI; 2010
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Uretritis Non
gonore. Dalam : Makatutu A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Jilid II.
Ujung Pandang : Perdoski
3. http://emedicine.medscape.com/article/438091-clinical
4. http://emedicine.medscape.com/article/778374-clinical
5. http://medicastore.com/penyakit/242/Uretritis_NonGonokokus_&_Servisitis_Klamidialis.html
6. https://hellosehat.com/benh/uretritis-non-gonokokus/
7.

Anda mungkin juga menyukai