Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK IX

Kelompok 2

Pembimbing : dr. Mitayani, M.Si. Med

Nama-nama anggota:

1. Mujahidin Arisman (702013077)


2. Diza Hanni Pertiwi (702016042)
3. Rizky Saniyyah Wahyuni (702016046)
4. Mona Novrilia Nastri (702016049)
5. Usman Primawijaya (702016071)
6. Mala Soleha (702016073)
7. Tria Putri Ananda (702016078)
8. Alifah Dimar Ramadhina (702016079)
9. Rivaldy Pratama (702016087)
10. Muhammad Reza Alfath (702016087 )
11. Nazla Fakhirah (702016088)

FAKULTAS KEDOKTERAN

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 1


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Neuromuskuloskeletal adalah blok kesembilan pada semester III
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada kesempatan
yang akan datang. Penulis kali ini memaparkan kasus yang diberikan
mengenai Kejang demam yang dialami oleh Sasa, anak perempuan, usia 3
tahun.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Mitayani, M.Si. Med
Moderator : Mala Soleha
Sekretaris Meja : Mona Novrilia Nastri
Sekretaris Papan : Alifah Dimar Ramadhina
Waktu : 1. Senin, 23 Oktober 2017
2. Rabu, 25 Oktober 2017
Pukul, 08.00 – 10.30 WIB
Pukul, 08.00 – 10.30 WIB

Peraturan:
1. Menonaktifkan ponsel atau mengkondisikan ponsel dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen.
3. Izin saat akan keluar ruangan.

2.2 Skenario Kasus


Sasa, anak perempuan 3 tahun, dibawa ibunya ke IGD RSUD BARI dengan keluhan
kejang yang terjadi 1 jam yang lalu sebanyak 2 kali, lama kejang pertama ± 20 menit,
dan kejang kedua ± 5 menit, bentuk kejang klojotan, tangan dan kaki, mata mendelik
ke atas, saat kejang berlangsung Sasa tidak sadar tetapi sebelum dan sesudah kejang
Sasa sadar.

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 3


Sejak 1 hari sebelum masuk RS, Sasa panas tinggi disertai batuk pilek. Tiga jam dari
mulai timbul panas, Sasa mengalami kejang selama kurang dari 5 menit. Sasa belum
pernah kejang sebelumnya. Ayah Sasa pernah kejang demam saat bayi. Sasa lahir
spontan ditolong bidan, cukup bulan, tidak langsung menangis.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Kesadaran kompos mentis,
Tanda Vital : nadi 124x/menit (Isi dan tegangan cukup),Frek.napas
32x/menit, Suhu 40º C.
Keadaan Spesifik
Kepala : mata : pupil isokor,refleks cahaya (+),hidung : rinorea (+/+),faring : tidak
hiperemis,tonsil : T1/T1
Leher : tidak ada kaku kuduk
Thorac : simetris,retraksi tidak ada,jantung :BJ 1 dan II normal,bising jantung (
-),Paru : Vesikuler normal,ronki tidak ada
Abdomen : bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : akral hangat,kaku sendi tidak ada
Status Neurologis
Nn. Craniales: tidak ada kelainan
Fungsi motorik:
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refleks Fisiologis Normal normal Normal Normal
Refleks Patologi - - - -
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 4


Gejala rangsang meningeal : tidak ada

2.3 Klarifikasi Istilah


1. Kejang : Kaku dan menegang pada otot atau urat
2. Kelojotan : Seluruh anggota tubuh kejang kaku
3. Pupil isokor : kesamaan ukuran pupil pada kedua mata
4. Rhinorrea : Sekresi mucus encer dari hidung.
5. Kompos mentis : Sadar sepenuhnya
6. Kaku sendi : Keras dan tidak dapat dilenturkan pada sendi
7. batuk : Ekspulsi udara dari dalam paru yang tiba-tiba sambil mengeluarkan
suara berisik dan menghasilkan ekspulsi udara sedemikian.
8. Tonus : Kontraksi otot yang ringan dan terus menerus yang pada otot-otot
rangka membantu dalam mempertahankan postur dan pengembalian
darah ke jantung.
9. Akral hangat : Suhu panas yang dirasakan pada ujung extremitas.
10. Bising jantung : Suara pada jantung yang terdengar ramai atau berdesir-desir
11. Eutoni : Tonus normal
12. Klonus : Serangkaian kontraksi dan relaksasi otot involunter yang bergantian
secara cepat
13. Ronki : Bunyi kontinyu seperti mengorok pada tenggorokan atau tabung
bronchial, terjadi karena obstruksi parsial.

2.4 Identifikasi Masalah


1. Sasa, anak perempuan 3 tahun, dibawa ibunya ke IGD RSUD BARI dengan
keluhan kejang yang terjadi 1 jam yang lalu sebanyak 2 kali, lama kejang
pertama ± 20 menit, dan kejang kedua ± 5 menit, bentuk kejang klojotan, tangan

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 5


dan kaki, mata mendelik ke atas, saat kejang berlangsung Sasa tidak sadar tetapi
sebelum dan sesudah kejang Sasa sadar.

2. Sejak 1 hari sebelum masuk RS, Sasa panas tinggi disertai batuk pilek. Tiga jam
dari mulai timbul panas, Sasa mengalami kejang selama kurang dari 5 menit
3. Sasa belum pernah kejang sebelumnya. Ayah Sasa pernah kejang demam saat bayi.
Sasa lahir spontan ditologn bidan, cukup bulan, tidak langsung menangis.

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Kesadaran kompos mentis,
Tanda Vital : nadi 124x/menit (Isi dan tegangan cukup), Frekuensi napas
32x/menit, Suhu 40ͦ C.

5. Keadaan Spesifik
Kepala : mata : pupil isokor,refleks cahaya (+),hidung : rinorea (+/+),faring : tidak
hiperemis,tonsil : T1/T1
Leher : tidak ada kaku kuduk
Thorac : simetris,retraksi tidak ada,jantung :BJ 1 dan II normal,bising jantung (
-),Paru : Vesikuler normal,ronki tidak ada
Abdomen : bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : akral hangat,kaku sendi tidak ada
Status Neurologikus
Nn. Craniales: tidak ada kelainan
Fungsi motorik:
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan 5 5 5 5

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 6


Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refleks Fisiologis Normal normal Normal Normal
Refleks Patologi - - - -
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : tidak ada

Prioritas Masalah
1. Sasa, anak perempuan 3 tahun, dibawa ibunya ke IGD RSUD BARI dengan
keluhan kejang yang terjadi 1 jam yang lalu sebanyak 2 kali, lama kejang pertama ±
20 menit, dan kejang kedua ± 5 menit, bentuk kejang klojotan, tangan dan kaki, mata
mendelik ke atas, saat kejang berlangsung Sasa tidak sadar tetapi sebelum dan
sesudah kejang Sasa sadar.

2.5 Analisis Masalah


1. Sasa, anak perempuan 3 tahun, dibawa ibunya ke IGD RSUD BARI dengan
keluhan kejang yang terjadi 1 jam yang lalu sebanyak 2 kali, lama kejang pertama ±
20 menit, dan kejang kedua ± 5 menit, bentuk kejang klojotan, tangan dan kaki, mata
mendelik ke atas, saat kejang berlangsung Sasa tidak sadar tetapi sebelum dan
sesudah kejang Sasa sadar.
a. Bagaimana anatomi , fisiologi dan histology dari system saraf dan otak ?
Jawaban :
Anatomi
Kulit kepala terdiri dari 5 lapis, yakni SCALP
S  Skin, kulit tebal dan berambut yang mengndung banyak kelenjar
sebacea.
C  Connective tissue, jaringan ikat di bawah kulit, yang merupakan
jaringan lemak fibrosa.

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 7


A  Aponeurosi (epicranial), lembaran tendo yang tipis yang
menghubungkan venter occipitale dan venter frontale m. Occipitofrontalis
L  Loose areolar tissue, jaringan ikat longgar yang mengisi spatium
subaponeuroticum, dan secara longgar menghubungkan aponeurosis
epicranialis dengan periosteum cranium.
P  Pericranium, merupakan periosteum yang menutupi permukaan luar
tengkorak.
Otak dibungkus oleh 3 membran (meninges), yakni:
 Duramater:
 Lapisan endosteal  periosteum yang meliputi permukaan dalam tulang-
tulng tengkorak.
 Lapisan meningeal  (duramater yang sebenarnya) merupakan membran
fibrosa padat dan kuat yang membungkus otak.
 Arachnoideamater  membran impermeabel halus yang meliputi otak.
 Piamater  membran vaskular yang dengan erat membungkus otak,
meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam.

Otak terdiri dari 3 bagian utama yakni Rhombencephalon (Metencephalon


{pons & cerebellum} & Mielencephalon {MO}), Mesencephalon,
Prosencephalon (Diencephalon & cerebrum)
Rombhencephalon :

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 8


 Medula oblongata  berbentuk conus, pada bagian superior berhubungan
dengan pons, dan bagian inferior berhubungan dengan MS. MO terdapat
banyak neuron (nuclei) berfungsi untuk menyalurkan serabut-serabut saraf
ascendens dan descendens.
 Pons  (jembatan) dinamakan dari banyaknya serabut yang berjalan
transversal pada permukaan anteriornya yang menghubungkan kedua
hemispherium cerebelli.
 Cerebellum  terletak di dalam fossa cranii posterior. Terdiri dari 2
hemispherium yang dihubungkan oleh sebuah bagian median (vermis).
 Mesencephalon  bagian sempit otak yang menghubungkan
prosencephalon dengan rhombencephaloncephalon. Rongga sempit di
mesencephalon adalah aqueductus cerebri. Mesencephalon terdapat banyak
nuclei dan berkas swrabut-serabut saraf asendens dan desendens.
Prosencephalon:
 Diencephalon  terdiri dari thalamus pada bagian dorsal dan
hypothalamus di bagian ventral.
 Cerebrum  bagian otak besar yang terdiri dari 2 hemispheriumcerebri
yng dihubungkan oleh masa substantia alba (corpus callosum)
Batang otak  istilah untuk gabungan MO, pons, Mesencephalon: truncus
encephali) (Snell, Richard S.2006).

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 9


Histologi
Lapisan yang menyusun otak besar berlekuk-lekuk, membentuk struktur
sulkus dan girus. Lapisan ini jika ditinjau secara mikroskopik akan terlihat
bahwa tersusun atas enam lapisan, yakni:
1. Lapisan molekularis lapisan terluar dan terletak tepat di bawah lapisan
piamater. Mengandung sel-sel neuroglia dan sel horizontal Cajal.
2. Lapisan granularisexternamengandung sel neuroglia dan sel piramid
kecil
3. Lapisan piramidalis externatipe predominan adalah sel piramid ukuran
sedang
4. Lapisan granularisinternalapisan tipis dengan sel granula kecil
(stellate), sel piramid, dan neuroglia. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling padat.
5. Lapisan piramidalisinterna mengandung sel neuroglia dan sel piramid
terbesar.
6. Lapisan sel multiformislapisan terdalam dan berbatasan dengan
substansia alba, dengan varian sel yang banyak..

Korteks cereberi
Lipatan-lipatan dalam di korteks (folia serebelli) yang dipisahkan oleh sulci.

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 10


1. Lapisan moleculare lapisan terluar, mengandung neuron kecil dan serat
saraf.
2. Lapisan Purkinjense (lapisan ganglioner), di tengah, mengandung
banyak sel-sel Purkinje yang besar dan berbentuk seperti botol dan khas untuk
serebelum. Dendritnya bercabang dan memasuki lapisan molekular,
sementara akson termielinasi menembus substansia alba.
3. Lapisan granular, lapisan terdalam, mengandung sel granula kecil, sel
Golgi tipe II.
(Difiore, 2010)
Fisiologi :
Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
4. Limbic System (Sistem Limbik)

1. Cerebrum (Otak Besar)


Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan
bagian otak yang membedakan manusia dengan hewan. Cerebrum membuat
manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran,
perencanaan, memori dan kemampuan visual dan kecerdasan intelektual atau
IQ.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus, yaitu :
 Lobus Frontal, berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 11


 Lobus Parietal, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti
tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
 Lobus Temporal, berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
 Lobus Occipital, berhubungan dengan rangsangan visual yang
memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang
ditangkap oleh retina mata.
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher
bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya
: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi
otot dan gerakan tubuh.
3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses
pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight
(lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang Otak terdiri dari tiga bagian,
yaitu :
 Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) berfungsi
dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil
mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
 Medulla oblongata mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
 Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular
4. Limbic System (Sistem Limbik)

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 12


Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus
dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur
produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan
seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. Sistem
limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Sistem
limbic disebut sebagai otak emosi atau tempat terjadinya perasaan dan
kejujuran (Guyton & Hall,2014).

b. Apa makna Sasa 3 tahun dibawa ibunya ke IGD RSUD BARI dengan keluhan
kejang yang terjadi 1 jam yang lalu sebanyak 2 kali ?
Jawaban :
Sasa mengalami kejang berulang yang dapat dikategorikan dalam kejang
demam kompleks. Dimana kejang demam kompleks terjadi lebih dari 15
menit dan mengalami kejang berulang (lebih dari 1x dalam 24 jam) (
Sihaloho, 2015 )

c. Apa makna lama kejang pertama ± 20 menit, dan kejang kedua ± 5 menit ?
Jawaban :

d. Apa makna saat kejang berlangsung Sasa tidak sadar tetapi sebelum dan sesudah
kejang Sasa sadar ?
Jawaban :
Maknanya adalah Sasa mengalami kejang Generalisata dimana kejang
generalisata melibatkan seluruh korteks serebrum dan diensefalon serta
ditandai dengan awitan aktivitas kejang yang bilateral dan simetrik. Pasien
tidak sadar dan tidak mengetahui keadaan sekeliling saat mengalami kejang.
(Price & Wilson, 2015)

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 13


e. Apa saja klasifikasi kejang ?
Jawaban :
Klasifikasi Kejang
Klasifikasi kejang Karakteristik
KEJANG kesadaran utuh walaupun mungkin berubah;focus di
PARSIAL satu bagian tetapi dapat menyebar ke bagian lain
 Parsial  Motorik: gerakan abnormal unilateral
sederhana  Sensoris: merasakan membaui,mendengar
sesuatu yang abnormal
 Autonom:
takikardia,bradikardia,takipneu,kemerahan,ra
sa tidak enak
di epigastrium
 Psikik : disfagia,gangguan daya ingat
 Biasanya berlangsung kurang dari satu menit
 Parsial Dimulai sebagai kejang parsial
kompleks sederhana,diikuti oleh gangguan kesadaran
(kesadaran  Gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme
terganggu) (mengecap-ngecapkan bibir,mengunyah,
menarik-narik baju)
 Beberapa kejang parsial kompleks mungkin
berkembang menjadi kejang generalisata
 Biasanya berlangusung selama 1-3 menit
KEJANG Hilangnya kesadaran, tidak ada awitan
MENYELURUH fokal,bilateral ,simetrik dan tidak ada aura
(GENERALISATA)
 Tonik – klonik Spasme tonik-klonik otot; inkontinesia urin
dan alvi ;menggigit lidah; fase pascaiktus

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 14


 Tonik Peningkatan mendadak tonus otot(menjadi
kaku,kontraksi) wajah
dan tubuh bagian atas;fleksi lengan dan
ekstensi tungkai
 Mata dan kepala mungkin berputar ke
satu sisi
 Dapat menyebabkan hen ti nafas
 Klonik Gerakan menyentak, repetitive, tajam,
lambat, dan tunggal atau multiple di
lengan,tungkai atau torso
 Mioklonik kontraksi mirip syok mendadak yang terbatas
di beberapa otot atau tungkai; cenderung
singkat
 Atonik: hilangnya secara mendadak tonus otot
disertai lenyapnya postur tubuh (drop attacks)
 Absence Sering salah didiagnosis sebagai melamun
 Menatap kosong,kepala sedikit
lunglai,kelopak mata bergetar,atau
berkedip secara cepat,tonus postural
tidak hilang
 Berlangsung beberapa detik
(Price & Wilson,2006)

Menurut IDAI klasifikasi kejang demam umumnya terbagi :


Kejang demam sederhana :

a. Kejang demam yang berlangsung singkat <15 menit

b. Akan berhenti sendiri

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 15


c. tidak terulang dalam waktu 24 jam

d. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam

e. Kejang tidak bersifat fokal

f.Sekitar 80-90% dari keseluruhan kasus kejang digolongkan kejang demam


sederhana.

Kejang demam kompleks :


a. Kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Kejang berulang (multiple) atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak
sadar.Kejang lama terjadi pada 8 % bangkitan kejang demam.Kejang fokal
adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didauhului kejang
parsial.Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara
2 bangkitan kejang anak sadar.Kejang berulang terjadi pada 16% diantara
anak yang mengalami kejang demam (Hassan,2008).

f. Apa saja faktor penyebab kejang ?


Jawaban :
1. Imaturitas otak dan termoregulator
2. Demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat
3. Predisposisi genetik : lebih dari 7 lokus kromosom (poligenik,
autosomal dominan)
4. Infeksi Intracranial dan ekstracranial. Semua jenis infeksi yang
bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 16


menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan
kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut,
pneumonia, gastroenteritis akut, exantema subitum, bronchitis, dan
infeksi saluran kemih.
5. Kondisi metabolik : Hipoglikrmia, Hipokalsemia, Hipomagnesemia,
Hiponatremia dan Hipernatremia (Nelson, 2000).

g. Bagaimana patofisiologi kejang ?


Jawaban :
Terjadi lonjakan listrik  impuls sarah berlebihan Serabut impuls saraf
(potensial aksi), pada saat mencapai membran prasinaptik motor end plate,
membuka saluran voltage-gated Ca2+masuk akson  pelepasan asetilkolin
yang belebihan ke celah sinaptik mencapai reseptor pascasinaptik 
saluran asetilkolin (Ach) terbuka  membran pascasinaptik menjadi lebih
permeabel terhadap Na+ Na+terlalu banyak mask ke dalam sel otot
menyebabkan permeabel K+ menurun  K+ tetap di intrasel 
penumpakan N+ dan K+ di intrasel potensial lokal (potential end-plate)
yang tinggi  depolarisasi berlebihan gelombang depolarisasi diteruskan
ke serabut otot oleh sistem tubulus T menuju miofibril yang kontraktil 
pelepasan ion Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik  konraksi otot berlebihan
 kejang (Snell, 2007).

h. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ?


Jawaban :
Kejang demam terjadi pada usia antara 6 bulan- 5 tahun, umumnya terjadi
pada usia 18 bulan. Selain itu, kejang berulang umumnya terjadi pada balita
usia dibawah 12 bulan. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5
tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering
didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 17


karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki (Ruspeno, 2007).

2. Sejak 1 hari sebelum masuk RS, Sasa panas tinggi disertai batuk pilek. Tiga
jam dari mulai timbul panas, Sasa mengalami kejang selama kurang dari 5 menit
a. Apa makna sejak 1 hari sebelum masuk RS, Sasa panas tinggi disertai batuk pilek ?
Jawaban :
Panas tinggi atau kenaikan suhu tubuh merupakan bentuk homeostasis tubuh
untuk mempercepat proses fagositosis patogen yang masuk ke dalam tubuh.
Batuk pilek menunjukkan adanya infeksi pada saluran nafas atas. (Sherwood,
2015)

b. Apa hubungan tiga jam dari mulai timbul panas dengan sasa mengalami kejang
selama kurang dari 5 menit ?
Jawaban :
Perubahan kenaikan temperature tubuh setiap satu derajat meningkatkan
metabolisme karbohidrat 10-15%, sehingga setiap kenaikan suhu akan
mengakibatkan peningkatan kebutuhan glukosa dan oksigen. Hal ini dapat
menyebabkan hipoksia jaringan terutama jaringan otak. Keadaan ini akan
mengganggu fungsi normal pompa ion Na+. permeabilitas membrane
terhadap ion Na+, sehingga Na akan lebih banyak masuk kedalam membrane
sel. Dan K ekstra sel meningkat, sehingga membrane sel dalam keadaan
depolarisasi. Perbedaan polaritas menyebabkan aliran impuls dan terjadilah
potensial aksi yang sedemikian besar yang akan dihantarkan ke berbagai sel
saraf lainnya melalui sinap dengan perantara neurotransmitter. Terjadilah
peningkatan potensial membrane dalam arah positif menuju nilai ambang
rangsangan untuk lebih menyebabkan eksitasi dari inhibisi. Peningkatan suhu
tubuh juga dapat merusak neuron GABA sehingga fungsi inhibisi terganggu.

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 18


Maka hal ini menyebabkan ketidakseimbangan neurotransmitter eksibisi dan
inhibisi sehingga dapat menimbulkan kejang ( Fuadi, 2010 ).

c. Bagaimana patofisiologi batuk dan pilek ?


Jawaban :
Batuk
Batuk merupakan kompensasi tubuh untuk mengeluarkan zat asing yang
terdapat di saluran pernapasan. Mekanisme sebagai berikut :
Terdapat zat asing di saluran napas  inspirasi dalam  penutupan glotis
 relaksasi diafragma dan kontraksi otot terhadap penutupan glotis 
tekanan intratorasik yang positif menyebabkan penyempitan trakea. Apabila
glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antar atmosfer dan saluran
udara disertai penyempitan trakea menghasilkan kadar aliran udara yang
cepat keluar melalui trakea  batuk
Perasarafan batuk terdiri dari jaras aferen dan jaras eferan. Jaras aferen
meliputi reseptor yang didistribusi sensori nervus trigemineus,
glossopharingeus, superior laryngeus, dan vagus. Jaras eferan terdiri dari
nervus laryngeus dan nervus spinalis (Guyton dan Hall, 2014).
Pilek
Antigen masuk ke saluran pernapasan  ditangkap makrofag 
mengaktifkan sekresi mediator inflamasi  sekresi histamin  histamin
menyebabkan vasodilatasi, penurunan tekanan kapiler dan permeabilitas dan
sekresi mukus oleh sel goblet  antigen keluar dengan pengeluaran mukus
(rinorea)  pilek (Guyton & Hall, 2014)

d. Bagaimana mekanisme demam ?


Jawaban :
Partikel virus atau bakteri masuk dalam tubuh

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 19


Sistem imun: fagosit, leukosit, makrofag, limfosit dan pembuluh darah besar
akan aktif untuk merespon adanya bentuk infeksi

Peningkatan panas akibat produksi sitoksin pirogen menurun karena adanya


aktivitas rangsangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin yang
dikeluarkan oleh virus yang menyebabkan infeksi

Pirogen, endogen ini bekerja di sistem saraf pusat tingkat OVLT=Organum


Vaskulosum Laminae Terminalis), selanjutnya OVLT ini akan mensintesis
prostaglandin

Menimbulkan peningkatan suhu tubuh (demam).


Sintesis :
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih
(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,
mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6,
TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang
endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello &
Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan
patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan
menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru
sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas
antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti
memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan
penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu
tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Guyton dan Hall, 2007).

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 20


e. Apa saja klasifikasi demam dan demam jenis apa pada kasus ?
Jawaban :
a. Demam septik: suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi pada
malam hari, dan turun kembali (tidak mencapai normal) pada pagi hari.
b. Demam hektik: suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat normal pada pagi hari
c. Demam remiten: suhu badan naik dan turun setiap hari, tapi tidak
mencapai suhu badan normal.
d. Demam intermiten: suhu badan turun ke tingkat normal selama beberapa
jam dalam 1 hari.
e. Demam kontinyu: variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1
derajat.
f. Demam siklik: terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari, yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula (Guyton, 2007).
Jadi, Pada Kasus termasuk tipe Demam Kontinyu yang dialami Susi,
karena suhu tubuh Susi panas secara terus-menerus.

3. Sasa belum pernah kejang sebelumnya. Ayah Sasa pernah kejang demam saat
bayi. Sasa lahir spontan ditologn bidan, cukup bulan, tidak langsung menangis.
a. Apakah ada hubungan Sasa kejang dengan riwayat ayahnya pernah kejang saat
kecil ?
Jawaban :

b. Apa makna Sasa belum pernah kejang sebelumnya ?


Jawaban :

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 21


Kejang ini baru pertama kali dialami oleh Sasa dimana sasa mengalami
kejang dengan demam. Kejang yang dialami Sasa disebabkan oleh
peningkatan suhu tubuh. Selain itu hal ini dapat menyingkirkan diagnosis
epilepsy ,dimana seorang anak dikatakan mengalami epilepsy apabila telah
ada riwayat kejang sebelumnya dan tanpa demam. (Sunaryo, U. 2007)

c. Apa hubungan riwayat kelahiran Sasa dengan kejang yang dialaminya ?


Jawaban :
Asfiksia yaitu kegagalan nafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
disebabkan oleh kurangnya oksigen yang menyebabkan Hipoksia jaringan
terutama jaringan otak.

Hipoksia yang dialami dapat menjadi faktor yang dapat menghambat


adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupannya. Proses ini juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang dapat menimbulkan manifestasi
neurologis seperti kejang. ( Surjono, 2005 )

d. Apa saja dampak kejang ?


Jawaban :
a.Kemungkinan kecacatan  tidak pernah dilaporkan
b.Kelainan neurologis  sebagian kecil
c.Kemungkinan kematian  tidak pernah dilaporkan
d.Kemungkinan berulangnya kejang demam

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Kesadaran kompos mentis,
Tanda Vital : nadi 124x/menit (Isi dan tegangan cukup),Frek.napas
32x/menit, Suhu 40º C.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik ?
Jawaban :

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 22


Denyut nadi : 124x/menit  Dalam batas normal
Tabel Laju Nadi Normal pada Bayi dan Anak
UMUR Laju (denyut/ menit)

Istirahat (bangun) Istirahat (tidur) Aktif/ demam

Baru lahir 100 – 180 80 – 60 Sampai 220

1 minggu – 3 100 – 220 80 – 200 Sampai 220


bulan

3 bulan – 2 80 – 150 70 – 120 Sampai 200


tahun

2 tahun – 10 70 – 140 60 – 90 Sampai 200


tahun

>10 tahun 70 – 110 50 – 90 Sampai 200

Respiration rate : 32x/menit  Abnormal


Tabel Laju Frekuensi napas pada anak dan bayi
UMUR RENTANG RATA-RATA WAKTU
TIDUR

Neonatus 30-60 35

1 bulan – 1 tahun 30-60 30

1 tahun – 2 tahun 25-50 25

3 tahun – 4 tahun 20-30 22

5 tahun – 9 tahun 15-30 18

10 tahun atau 15-30 15


lebih

Suhu : 400c : Hipertermia atau Hiperpirexia


Nilai normal suhu tubuh :

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 23


normal: 360 C - 37,50 C
hypopirexia/hypopermia: < 360 C
Demam : 37,50 C – 380 C
Febris : 380 C – 400 C
Hypertermia atau hiperpirexia : > 400 C

b. Bagaimana mekanisme hasil pemeriksaan fisik yang abnormal ?


Jawaban :
Demam (400c)
Partikel virus atau bakteri masuk dalam tubuh

System imun: fagosit, leukosit, makrofag, limfosit dan pembuluh darah besar
akan aktif untuk merespon adanya bentuk infeksi

Peningkatan panas akibat produksi sitoksin pirogen menurun karena adanya


aktivitas rangsangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin yang
dikeluarkan oleh virus yang menyebabkan infeksi

Pirogen, endogen ini bekerja di system saraf pusat tingkat OVLT=Organum


Vaskulosum Laminae Terminalis), selanjutnya OVLT ini akan mensintesis
prostaglandin

Menimbulkan peningkatan suhu tubuh (demam) (Guyton & Hall,2007).

5. Keadaan Spesifik
Kepala : mata : pupil isokor,refleks cahaya (+),hidung : rinorea (+/+),faring :
tidak hiperemis,tonsil : T1/T1
Leher : tidak ada kaku kuduk

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 24


Thorac : simetris,retraksi tidak ada,jantung :BJ 1 dan II normal,bising jantung (
-),Paru : Vesikuler normal,ronki tidak ada
Abdomen : bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : akral hangat,kaku sendi tidak ada
Status Neurologis
Nn. Craniales: tidak ada kelainan
Fungsi motorik:
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refleks Fisiologis Normal Normal Normal Normal
Refleks Patologi - - - -
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : tidak ada
a. Bagaimana interpretasi keadaan spesifik ?
Jawaban :
Keadaan Spesifik Interpretasi
Kepala :
Mata : pupil isokor Normal
Refleks cahaya (+) Normal
Hidung : Rinorea (+/+) Abnormal
Faring : Tidak hiperemis Normal
Tonsil : T1/T1 Normal (tidak ada pembengkakan
pada tonsil)
Leher : tidak ada kaku kuduk Normal

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 25


Thorac: simetris,retraksi tidak Normal
ada,
Jantung : BJ 1 dan II Normal
normal,bising jantung(- )
Paru : Vesikuler normal,ronki Normal
tidak ada

Abdomen : Bising usus Normal


normal,hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, kaku Normal
sendi tidak ada.

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari keadaan spesifik ?


Jawaban :
Rinorea

Antigen masuk ke saluran pernapasan  ditangkap makrofag  mengaktifkan


sekresi mediator inflamasi  sekresi mediator inflamasi (histamin, IL-1, IL-6,
TNF α) histamin menyebabkan vasodilatasi, penurunan tekanan kapiler dan
permeabilitas dan sekresi mukus oleh sel goblet  antigen keluar dengan
pengeluaran mukus  rinorea (Guyton & Hall, 2014).

6. Bila keluhan diatas dikumpulkan, maka :


a. Bagaimana cara mendiagnosis ?
Jawaban :
Anamnesis :

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 26


Keluhan Utama : keluhan kejang yang terjadi 1 jam yang lalu sebanyak 2 kali,
lama kejang pertama ± 20 menit, dan kejang kedua ± 5 menit, bentuk kejang
klojotan, tangan dan kaki, mata mendelik ke atas, saat kejang berlangsung Sasa
tidak sadar tetapi sebelum dan sesudah kejang Sasa sadar. Panas tinggi disertai
batuk pilek, dan belum pernah kejang sebelumnya.

Faktor resiko : ayah sasa pernah mengalami kejang demam saat bayi, dan
tidak langsung menangis saat lahir

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Kesadaran kompos mentis,
Tanda Vital : nadi 124x/menit (Isi dan tegangan cukup),Frek.napas
32x/menit, Suhu 40ͦ C.
Keadaan Spesifik
Kepala : mata : pupil isokor,refleks cahaya (+),hidung : rinorea
(+/+),faring : hiperemis,tonsil : T1/T1,detritus
(+)
Leher : tidak ada kaku kuduk
Thorac :simetris,retraksi tidak ada,jantung : BJ 1 dan II
normal,bising jantung(- ),Paru : Vesikuler
normal ,ronki tidak ada
Abdomen : bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : akral hangat,kaku sendi tidak ada
Pemeriksaan Tambahan
Status Neurologis
Nn. Craniales: tidak ada kelainan
Fungsi motorik:
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 27


Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refleks Fisiologis Normal normal Normal Normal
Refleks Patologi - - - -
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : tidak ada

b. Bagaimana diagnosis banding pada kasus ?


Jawaban :
Kejang demam
Epilepsi

c. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ?


Jawaban :
Elektroensefalografi : Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat
memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan
(level II-2, rekomendasi E). Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada
keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks
UKK Neurologi 5 pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal
(Lumbatobing,2014).

d. Bagaimana working diagnosis pada kasus ?


Jawaban :
Kejang demam kompleks tipe tonik-klonik

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 28


e. Bagaimana tatalaksana pada kasus ?
Jawaban :
PADA SAAT KEJANG :

- Diazepam rektal : 5 mg unt BB < 10 kg


10 mg unt BB > 10 kg

atau 0,5 – 0,75 mg/kgBB/kali

- Diazepam iv : 0,2 – 0,5 mg/kgBB


MASIH KEJANG :

- Fenitoin iv 20 mg/kgBB perlahan-lahan


SETELAH KEJANG BERHENTI :

PENGOBATAN RUMAT adalah Pengobatan yang diberikan jika terdapat


salah satu gejala atau lebih.

Diberikan secara terus menerus dalam waktu tertentu (1 tahun)

- Asam valproat : 10-40 mg/ kgBB dibagi 2-3 dosis


- Fenobarbital : 3-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
PENGOBATAN INTERMITEN adalah Pengobatan yang berikan pada saat
anak mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam

Antipiretik:

- paracetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali

- ibuprofen 10 mg/kgBB /kali diberikan 3 kali

f. Bagaimana komplikasi pada kasus ?

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 29


Jawaban :
a.Kemungkinan kecacatan
b.Kelainan neurologis
c.Kemungkinan kematian
d.Kemungkinan berulangnya kejang demam

g. Bagaimana prognosis pada kasus ?


Jawaban :
Bonam

h. Apa SKDU pada kasus ?


Jawaban :
Tingkat Kemampuan 4A
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas. ( KKI, 2012 )

i. NNI
“ Dan sesungguhnya kami benar-banar akan menguji kamu agar kami
mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu, dan agar
kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”
(Q.S Muhammad ayat 31).

Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 30


2.6 Kesimpulan
Sasa, anak perempuan 3 tahun, mengalami kejang demam kompleks tipe tonik-klonik
yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas.

2.7 Kerangka konsep

Riwayat Asfiksia Infeksi saluran


keluarga neonatorum pernafasan atas

Panas tinggi

Kebutuhan
karbohidrat ↑

Kadar O2 dan
glukosa ↑

Hipoksia jaringan otak

Gangguan
keseimbangan
neurotransmitter eksibisi
dan inhibisi

Kejang
Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 31
Laporan Tutorial Kelompok 2 Skenario A Blok IX Page 32

Anda mungkin juga menyukai