DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
SKENARIO KASUS
“MENYERINGAI KESALITAN”
Tn. Didi, 50 tahun, seorang tukang bangunan dibawa keluarganya ke IGD RSMP
dengan keluhan kejang berulang sejak 1 hari yang lalu, lama setiap kejang ± 15 menit, Tn.
Didi dalam kondisi sadar, kejang tercetus jika mendengar suara dan terkena cahaya, bentuk
kejang kaku seluruh tubuh, wajah tampak menyeringai, mulut tidak bisa dibuka lebar.
Satu minggu yang lalu, kaki Tn. Didi terluka tertusuk besi berkarat dan hanya diberi obat merah. Tiga hari
yang lalu, Tn. Didi demam, sakit kepala, susah menelan, tanpa disertai mual dan muntah. Riwayat kejang
sebelumnya tidak ada. Riwayat imunisasi tidak lengkap. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak
ada. Seluruh tubuh, wajah tampak menyeringai, mulut tidak bisa dibuka lebar.
Pada saat di IGD dokter jaga yang bertugas meminta perawat untuk melakukan
perawatan luka pada kaki Tn. Didi. Perawat bertanya kepada dokter apakah boleh
melakukan perawatan luka padahal kondisi pasien masih kejang.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: apatis
Tanda Vital: TD 120/80mmHg, nadi 96 x/menit (isi dan tegangan cukup), frekuensi napas
24x/menit. Suhu 38.5oC
Keadaan Spesifik:
Kepala : mata: pupil isokor, muka ricus sardonicus, trismus (+).
Leher : neck rigidity (+)
Thorak : dalam batas normal
Abdomen : perut kaku seperti papan, epistotonus (+), hepar dan lien tidak bisa dinilai.
Extremitas : inferior sinistra: tampak luka tusuk sepanjang 1 cm dengan kedalaman 4 cm,
dengan kondisi bernanah dan kemerahan.
Status neurologikus:
Nn. Craniales: tidak ada kelainan
Fungsi motorik:
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Gerakan dan
Kekuatan
Belum bisa dinilai
Tonus Hipertonus Hipertonus Hipertonus Hipertonus
Klonus - - - -
Refleks Patologi - - - -
1.Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya yang muncul dalam 4-21 hari setelah terkena
kuman tetanus.segera temui dokter jika anda mengalami luka dan tidak mendapat antiracun
tetanus,terutama jika muncul beberapa gejala seperti:
-Demam
-Pusing
-Berkeringat berlebihan
-Jantung berdebar
Terlebih lagi sudah muncul gejala yang khas untuk tetanus,antara lain:
-Tegang dan kaku pada otot rahang(trismus)
-Otot leher atau otot perut terasa kaku
-Sulit menelan
-Sulit bernafas
Penyebabnya bermacam macam bisa tertusuk atau lainnya. (M.Rahmadi)
2. Penyebab kejang pada pasien yaitu infeksi tetanus yang sudah menyebar sampai ke saraf otak.
(Nurul aini)
4. Luka tusuk yang tidak di tangani dengan tepat bisa menyebabkan infeksi jaringan lunak yang
parah atau fasciitis nekrotikans yang disebabkan oleh berbagai bakteri termasuk Clostridium dan
Streptococcus yang dapat menyebabkan kehilangan jaringan dan sepsis. Serta menyebabkan
tetanus. (Restia Nora Susteny)
9.Bisa, Tetanus bisa terjadi akibat infeksi bakteri Clostridium tetani yang terdapat pada
kotoran, seperti debu, tanah, kotoran manusia, dan besi berkarat. Bakteri ini masuk ke
dalam tubuh manusia melalui luka yang kotor, berkembang biak, dan menyerang sistem
saraf.( Reni Apriyanti )
10.Kalau dilihat dari kasus tersebut tentu saja boleh karena pasiennya masih dalam
kondisi sadar tetapi lebih perlu melakukan penanganan kejangnya terlebih dahulu karena
Kondisi ini tergolong gawat dan dapat menyebabkan kerusakan otak dan berakibat fatal.
Dan kejang yang dialami pasien tersebut bisa disebabkan oleh dia tertusuk Besi berkarat
karena bisa Infeksi dapat mengalami kejang pada saat mengalami demam akibat infeksi
virus atau infeksi bakteri. (Redy Novrian utama)
11. Salah satu upaya untuk mencegah tetanus adalah dengan melakukan vaksinasi
tetanus. Vaksin ini mengakibatkan tubuh membuat antibodi untuk melawan racun
tetanus. Pemberian vaksin ini wajib di Indonesia, dan diberikan sebanyak 3 kali pada
anak sebelum usia 1 tahun(Novi lestari)
D. STEP IV: Inventory And Analyse The Problems (Pathway) /Pohon masalah
1. Tetanus adalah penyakit infeksi sporadis yang melibatkan sistem saraf disebabkan oleh
eksotoksin, tetanospasmin yang diproduksi oleh Clostridium tetani. Karakteristik penyakit ini
adalah peningkatan tonus dan spasme otot pada individu yang tidak memiliki kekebalan tubuh
terhadap tetanus. Terkadang infeksi juga menyerang individu yang sudah memiliki Imunitas
tetapi gagal mempertahankan daya imun tubuh yang adekuat. Sehingga meskipun penyakit ini
dapat dicegah dengan imunisasi, akan tetapi insidensinya di masyarakat masih cukup tinggi
(Gautam et al., 2009)
Sumber : https://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika/article/download/1872/1312Jurnal:
CEPHALIC TETANUS A RARE LOCAL TETANUSIin Novita NM1, Doni Priambodo2
Biomedika, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2015 (Nia rehma lemna)
Pada cephalic tetanus masa inkubasi umumnya lebih pendek yaitu 1-2 hari. Dengan
manifestasi klinis yang paling sering dijumpai adalah parese N VII (Ismanoe, 2009).
Parese nervus cranialis ini bisa dijumpai single nervus atau multiple. Pada umumnya N
VII, VIII dan IX terlibat sejak awal muncul keluhan penyakit.Parese nervus cranialis ini
pada 42 % kasus mendahului munculnya trismus sehingga cephalic tetanus sering
disalahartikan sebagai penyakit lain (Gautam et al., 2009).
Tetanus general paling sering terjadi karakteristik adanya peningkatan tonus otot dan
spasme menyeluruh. Median onset setelah luka 7 hari, 15% kasus terjadi dalam 3 hari
dan 10% setelah 14 hari. Pada awalnya terjadi peningkatan tonus otot messeter berupa
trismus (lockjaw). Kemudian diikuti disfagia, kekakuan atau nyeri di leher, bahu dan
otot-otot lengan punggung, refleks spasme.
Gejala lain perut mengeras, otot-otot lengan atas (Abrutyn, 2004).Kekakuan otot meluas
dari dagu dan otot-otot fasial, dalam waktu 24 sampai 48 jam meluas ke otot-otot
ekstensi lengan. Disfagia terjadi pada tetanus derajat sedang sampai berat, disebabkan
oleh spasme otot faring. Refleks spasme pada sebagian besar pasien dapat dicetuskan
oleh rangsang eksternal minimal seperti cahaya, sentuhan atau bau. Spasme dalam
beberapa detik sampai menit menjadi lebih intensif dan meningkatkan progresivitas
penyakit. Spasme laring dapat terjadi setiap saat yang dapat menyebabkan asfiksia dan
apnea (Dire, 2005).
4.Penatalaksanaan lebih lanjut terdiri dari, terapi suportif sampai efek toksin yang telah
terikat habis.Semua pasien yang dicurigai tetanus sebaiknya ditangani di ICU agar bisa
diobservasi secara kontinu. Untuk meminimalkan risiko spasme paroksismal yang
dipresipitasi stimulus ekstrinsik, pasien sebaiknya dirawat di ruangan gelap dan tenang.
Pasien diposisikan agar mencegah pneumonia aspirasi. Cairan intravena harus diberikan,
pemeriksaan elektrolit serta analisis gas darah penting sebagai penuntun terapi.
Penanganan jalan napas merupakan prioritas. Spasme otot, spasme laring, aspirasi, atau
dosis besar sedatif semuanya dapat mengganggu respirasi. Sekresi bronkus yang
berlebihan memerlukan tindakan suctioning yang sering
Tjung, H., & Aryabiantara, I. W. (2021). Perawatan pasien dengan penyakit Tetanus
yang menjalani perawatan di ruang Intensif. MEDICINA, 52(1), 36-
38https://medicinaudayana.org/index.php/medicina/article/view/1045 (Monaliza
kasuma dewi)
Sumber : Tjung, H., & Aryabiantara, I. W. (2021). Perawatan pasien dengan penyakit
Tetanus yang menjalani perawatan di ruang Intensif. MEDICINA, 52(1), 36-
38.https://medicinaudayana.org/index.php/medicina/article/view/1045 (Nurul aini)
6. Ada beberapa macam tetanus seperti tetanus generalis, tetanus neonatal, tetanus
sefalik, dan tetanus lokal. Tetanus lokal dan tetanus sefalik jarang ditemukan, sedangkan
yang paling banyak ditemukan adalah tetanus generalis dan tetanus neonatal. Pada
tetanus lokal ditemukan kekakuan otot yang persisten di area yang sama dengan luka.
Kekauan ini mungkin tetap ada untuk beberapa minggu hingga menghilang perlahan
(Deepak, 2018).
Sumber : Jurnal Penelitian Perawat Profesional Volume 2 Nomor 4, November
2020,PENCEGAHAN TETANUS,Sisy Rizkia Putri (Rikek ridhola)
7. Tetanus yang terjadi pada non neonatal paling banyak didapatkan dikarenakan
pekerjaan terutama pekerjaan yang memiliki potensial bahaya tinggi seperti pekerja
agrikultural, pekerja industry, dan pekerja kesehatan, pekerja konstruksi dan pekerja
besi. Dapat juga didapatkan pada luka-luka yang tidak ditangani dengan benar. Luka
yang dimaksud seperti luka akibat terpotong gelas ataupun luka tersayat metal(Mahadev,
et al. 2020).
Infeksi tetanus juga bisa disebabkan oleh sebab lain. Seperti dikatakan Novi, pada
penelitian yang dilakukannya kepada 40 orang anak, didapatkan bahwa infeksi tetanus
disebabkan karena otitis media sebanyak 52.5% dan sisanya dikarenakan luka tusuk dan
laserasi di ekstremitas dan kepala (Novie, et al. 2012).Tetanus neonatal terjadi pada bayi
berusia kurang dari 28 hari. Gejala akan muncul biasanya pada hari ke 4-14 setelah lahir,
rata-rata 7 hari setelah kelahiran. Penyebabnya adalah pemotongan tali pusar bayi saat
lahir menggunakan alat yang tidak steril. Kasus tetanus neonatal banyak terjadi pada
negara berkembang yang masyaraktnya masih banyak menggukan layanan kesehatan
rendah untuk persalinannya (Selvy, 2017).
8. Pencegahan tetanus dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi sesuai jadwal, dan
booster untuk efek imunitas yang lebih panjang terhadap toksin tetanus. Imunisasi
tetanus pada bayi dan anak diperlukan untuk meningkatakan imunitas. Imunisasi tetanus
juga diberikan pada ibu hamil untuk menghindari tetanus pada bayi setelah dilahirkan.
Penanganan luka yang baik juga dapat menjadi salah satu cara pencegahan tetanus.
Pencegahan tetanus juga dapat dilakukan oleh ibu hamil dengan melakukan persalinan di
pelayanan kesehatan terlatih dan terjamin kebersihannya.
9. Masa inkubasi adalah interval antara waktu terjadi luka dan gejala awal tetanus.
Period of onset adalah interval antara gejala awal dengan kejang pertama, sedangkan
periode gejala klinis adalah waktu dari gejala awal sampai gejala kejang/kekakuan
terakhir meliputi period of onset, progresifitas penyakit dan kesembuhan sampai remisi
kejang. Sembuh dikatakan apabila tidak adanya kekambuhan kejang setelah penurunan
dosis benzodiazepin. Data dianalisis secara deskriptif
.
Sumber : https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/359/295
(Rahmaisa lubis)
10. Menurut studi yang dilakukan oleh Amare dkk, 3 gejala tersering pada pasien
tetanus adalah trismus, rigiditas , dan spasme otot. Masa inkubasi dari tetanus umumnya
sekitar 3 sampai 21 hari, namun dapat lebih.Semakin pendek masa inkubasi pasien,
semakin buruk prognosanya yang berhubungan dengan resiko kematian.
Gejala awal berupa spasme otot maseter atau trismus yang berkembang menjadi sulit
menelan, nyeri dan spasme pada otot leher, abdomen, ekstremitas dan rigiditas abdomen,
dengan pola menyebar ke bagian distal. Tetanus tipe general sering mengalami gangguan
otonom meliput peningkatan suhu, berkeringat, peningkatan tekanan darah, takikardia
yang dapat berujung pada henti jantung.
Tertia, C., Sumada, I. K., & Wiratmi, N. K. C. (2019). LAPORAN KASUS: TETANUS
TIPE GENERAL PADA USIA TUA TANPA VAKSINASI. Callosum
NeurologyJournal,2(3),108114.http://callosumneurology.org/index.php/callosumneurolo
gy/article/download/82/63 (M.Rahmadi)
11. tetani adalah bakteri Gram positif anaerob yang ditemukan di tanah dan kotoran
binatang.2, 6 Bakteri ini berbentuk batang dan memproduksi spora, memberikan
gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu terlihat. Spora ini bisa tahan
beberapa bulan bahkan beberapa tahun. C. tetani merupakan bakteri yang motil karena
memiliki flagella, dimana menurut antigen flagellanya, dibagi menjadi 11 strain dan
memproduksi neurotoksin yang sama. Spora yang diproduksi oleh bakteri ini tahan
terhadap banyak agen desinfektan baik agen fisik maupun agen kimia. Spora C. tetani
dapat bertahan dari air mendidih selama beberapa menit (meski hancur dengan
autoclavepada suhu 121° C selama 15-20 menit). Jika bakteri ini menginfeksi luka
seseorang atau bersamaan dengan benda lain, bakteri ini akan memasuki tubuh penderita
tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
Sumber
http://eprints.undip.ac.id/55169/3/Danawan_Rahmanto_22010113130141_Lap.KTI_Bab
2.PDF (Redy novrin utama)