Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 4 BLOK DMS

TRAUMA MAXILLOFACIAL & DISLOCATION OF THE SHOULDER

NAMA KELOMPOK : B1
DOKTER TUTOR : dr. Maria Widijanti Sugeng, M.Kes
KETUA KELOMPOK : Rafly Pradipda (22700058)
SEKRETARIS : Ulfi Diah Fatmawati (22700056)
ANGGOTA KELOMPOK :
Febrisma Bangun Sanjaya(22700005)
Clarissa Joceline Mulyana (22700009)
Rizal Muhaimin (22700035)
Ulfi Diah Fatmawati (22700056)
Rafly Pradipta (22700058)
Ahista Saskirana Putri (22700066)
Nisa Priamita Kusumaningtyas (22700069)
Nurul Izzah (22700070)
Ilham Fahmi Akbar (22700071)
Muhamad Firmansyah Idrus (22700072)
Ahmad Maulidi (22700083)
Ahmad Syauqi (22700105)

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran


Universitas Wijaya Kusuma
Tahun 2023
DAFTAR ISI

BAB I :
SKENARIO……………………………………………………………………
BAB II : KATA SULIT…………………………………………………………………

BAB III : DAFTAR MASALAH………………………………………………………...

BAB IV : HIPOTESIS……………………………………………………………………

BAB V : PETA MASALAH…………………………………………………………….

BAB VI : TUJUAN PEMBELAJARAN…………………………………………………

BAB VII : TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………

BAB VIII : PETA KONSEP……………………………………………………………….

BAB IX : DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………


BAB 1
SKENARIO

Kecelakaan Tn. Slamet


Halaman 1

Anda adalah mahasiswa kedokteran di tahun ketiga yang sedang bertugas di ruang gawat
darurat traumatologi. Anda diperkenalkan dengan Tn. Slamet, seorang pasien berusia 56
tahun dengan banyak luka akibat kecelakaan saat dirampok. Polisi membawanya ke UGD
bersama dengan permintaan laporan medis (Visum et Repertum). Dia datang dalam kondisi
umum yang buruk dengan penurunan kesadaran. Dokter penanggung jawab melakukan
pemeriksaan fisik. Gambar pasien ditunjukkan di bawah ini.

Pada primary survey :


1. Kontrol jalan napas dan cervical: tidak ada stridor, jalan napas melalui lubang hidung kiri
bebas, sedang lubang hidung kanan tersumbat oleh bekuan darah.
2. Pernapasan dan ventilasi: tidak ada memar di dada, frekuensi pernapasan 24 x/menit,
simetris pada kedua sisi.
3. Sirkulasi: ekstremitas hangat, waktu pengisian kapiler < 2”, denyut nadi 120 x/menit,
tekanan darah: 120/80 mmHg. Tampak sedikit keluar darah dari mulut.
4. Status disability dan neurologis: Mata : terbuka terhadap rangsangan verbal. Motoris :
mematuhi perintah. Verbal : jawaban yang diberikan tidak tepat. (Glasgow Coma Scale /
GCS : 13). Pupil mata kanan dan kiri berdiameter 3 mm, refleks cahaya +/+. Motorik :
tidak ada paresis.
5. Exposure dan kontrol lingkungan dilakukan.

Instruksi :
1. Identifikasi masalah dari Tn. Slamet!
- Penurunan kesadaran
- Lubang hidung kanan tersumbat oleh bekuan darah.
- Peningkatan denyut nadi
- Keluar darah dari mulut.
- Luka robek
- Bengkak pada mata
- Frekuensi nafas meningkat
2. Buat daftar hipotesis untuk setiap masalah!
- Patah tulang hidung
3. Informasi lebih lanjut apa yang dapat membantu dari kondisi pasien?
- Pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
PR:

1. Apa yang dimaksud dengan “primary survey” dan bagaimana cara menilainya?
- Merupakan penilaian awal untuk mempertahankan kehidupan, pemeriksaann :
pernafasan, pemeriksaan nadi (denyut nadi cepat dan nadi kuat atau tidak), tekanan
darah menurun, konjungtiva mulai memucat.
Secara umum, setiap pasien dengan cedera kepala ditangani dengan prinsip-prinsip berikut :
- Primary survey
Lakukan primary survey pada seluruh pasien cedera kepala, terutama pasien dengan
penurunan kesadaran, meliputi pemeriksaan dan penatalaksanaan : o A = Airway (
Jaga jalan nafas dengan perlindungan terhadap servikal spine).
o B = Breathing (pernafasan). o C = Circulation (nadi, tekanan darah, tanda-
tanda syok dan kontrol perdarahan). o D = Disability (level kesadaran dan status
neurologis lain).

Pada primary survey ini dilakukan pemeriksaan status neurologis dasar yang disebut AVPU
(Alert, Verbal stimuli response, Painful stimuli response or unresponsive). Evaluasi
neurologis yang cepat dan berulang dilakukan setelah selesai primary survey, meliputi derajat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan gejala cedera spinal. GCS
adalah metode yang cepat untuk menentukan level kesadaran dan dapat memprediksi outcome
pasien.
o E = Exposure (Seluruh tubuh pasien diekspose untuk pemeriksaan dan
penanganan menyeluruh, dengan memperhatikan faktor suhu dan lingkungan).

- Secondary survey
Setelah primary survey selesai, tanda vital pasien sudah normal, maka dimulai secondary
survey, mengevaluasi head to toe (seluruh tubuh pasien), meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.
- Penanganan Cedera kepala
Penanganan kasus cedera kepala secara umum dapat mengikuti alur sebagai berikut :
Diagnosis klinis cedera kepala  (Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik/neurologis)  Pemeriksaan penunjang (schedel x-ray, CT Scan, Laboratorium) 
Diagnosis morfologis (EDH/SDH/ICH, dsb)  Penanganan  Operatif atau Non
Operative
Halaman 2

Sesudah kondisi Tn. Slamet stabil, dokter melakukan secondary survey.


1. Dari anamnesis didapatkan : Saksi mata mengatakan bahwa Tn. Slamet mengendarai
sepeda motor dengan kecepatan sedang (~ 40 km/jam). Kemudian ada sepeda motor
lain yang berjalan bersamanya dan penumpangnya mencoba merampok tas Tn.
Slamet. Tas tersebut kemudian tersangkut di lehernya, dia jatuh dan perampok
mengambiltas tersebut. Pasien kemudian dibawa ke rumah sakit dengan keadaan darah
keluar dari hidungnya, luka robeknya dijahit oleh dokter UGD.

2. Pemeriksaan fisik:
A. Kepala Leher
• Kepala: terdapat bengkak di wajah kanan. Laserasi pada pipi kanan, bibir atas dan bawah
tanpa adanya perdarahan aktif, dengan ukuran laserasi 1x cm sampai 5 x cm. Tepi luka tidak
teratur dan memiliki dasar jaringan subkutis. Terdapat luka ekskoriasi di pipi kanan dan
mandibula. Terdapat hematoma di daerah temporal kanan.
• Mata : oedema kelopak mata bawah, bola mata dapat bergerak bebas ke segala arah,
penglihatan : sulit diperiksa, pupil : bulat & responsif terhadap cahaya.
• Hidung: Tidak ada deformitas pada tulang hidung. Ada beberapa gumpalan darah di dalam
lubang hidung.
• Telinga: tampak normal pada kedua sisi, tidak ada perdarahan, membran timpani utuh.
• Mulut: edema rahang kanan; laserasi bibir atas; kehilangan gigi insisivus sentralis rahang
atas kanan, insisivus lateral dan kaninus rahang bawah kiri, tanpa adanya perdarahan aktif.
Terdapat diskontinuitas tulang dan maloklusi pada penutupan rahang.

B. Leher : dalam batas normal.


C. Dada : dalam batas normal.
D. Abdomen : dalam batas normal.
E. Ekstremitas : Di daerah bahu kanan Anda bisa melihat adanya pembengkakan dan
deformitas, hilangnya kontur deltoid, lengan dalam keadaan adduksi dan rotasi
internal, tidak ada luka. Pada palpasi : nyeri tekan (+), krepitasi (-) spasme otot (+),
pulsasi distal (arteri radial dan ulnaris) normal, begitu juga sensibilitas pada bagian
distal. Rentang gerak aktif dan pasif (Range of Motion/ROM) semuanya sangat
terbatas karena adanya rasa nyeri dan deformitas pada bahu. F. Kelamin : dalam batas
normal.
G. Neurologi: tidak ada tanda-tanda gangguan saraf kranial atau saraf perifer.

Instruksi :
1. Masalah baru apa yang dapat Anda identifikasi setelah secondary survey?
- terdapat bengkak di wajah kanan
- Laserasi pada pipi kanan, bibir atas dan bawah tanpa adanya perdarahan aktif, dengan
ukuran laserasi 1x cm sampai 5 x cm. Tepi luka tidak teratur dan memiliki dasar
jaringan subkutis.
- Terdapat luka ekskoriasi di pipi kanan dan mandibula.
- Terdapat hematoma di daerah temporal kanan.
- oedema kelopak mata bawah
- Ada beberapa gumpalan darah di dalam lubang hidung.
- Mulut: edema rahang kanan; kehilangan gigi insisivus sentralis rahang atas kanan,
insisivus lateral dan kaninus rahang bawah kiri
- Terdapat diskontinuitas tulang dan maloklusi pada penutupan rahang.
- Ekstremitas : Di daerah bahu kanan adanya pembengkakan dan deformitas, hilangnya
kontur deltoid, lengan dalam keadaan adduksi dan rotasi internal
- Pada palpasi : nyeri tekan (+), spasme otot (+),
- Rentang gerak aktif dan pasif (Range of Motion/ROM) semuanya sangat terbatas
karena adanya rasa nyeri dan deformitas pada bahu.

2. Hipotesis apa yang dapat diubah, dihapus, atau ditambahkan dari hipotesis
sebelumnya?
- fraktur pada tulang wajah
- fraktur pada bahu
- dislokasi bahu

3. Informasi lebih lanjut apa yang mungkin berguna?


- Hasil pemeriksaan lab, X-ray, CT scan

PR:
1. Apa yang dimaksud dengan “secondary survey” dan bagaimana menilainya?
Secondary survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan
secara head to toe, dari depan hingga belakang.
Halaman 3

Hasil Pemeriksaan Laboratorium :


Darah lengkap :
Haemoglobin: 12 gr/dL, O typing.
Lekosit : 18,000/mm3
Trombosit : 280,000/mm3
Bleeding time: 1’, Clotting time 6’

Pemeriksaan X-Ray :

Foto Skull, Waters, Cervical, didapatkan :


Fraktur zygomaticomaxillary kanan,
Fraktur mandibula parasymphysial kiri,
dan Fraktur temporal linear kanan.

Foto Shoulder Dextra AP didapatkan :

- Pembengkakan jaringan lunak


- Dislokasi anterior caput humerus dari fossa glenoidalis
- Tidak ada diskontinuitas tulang
Hasil CT scan:
Epidural hematoma pada daerah temporoparietal kanan.

Instruksi :

1. Apa diagnosa anda pada pasien ini?


Multiple trauma
- Fraktur zygomaticomaxillary kanan
- Fraktur mandibula parasymphysial kiri
- Fraktur temporal linear kanan
2. Pemeriksaan laboratorium dan rontgen apa yang penting dalam penanganan trauma
multiple ini?
a. Pemeriksaan laboraatorium (hemoglobin, leukosit trombosit, bleeding time,
clotting time)
3. Penatalaksanaan lebih lanjut apa yang akan Anda rencanakan untuk pasien ini?
- Melakukan tindakan

Halaman 4

Dokter mendiagnosis Tn. Slamet mengalami fraktur zygomaticomaxillary kanan, fraktur


parasymphysial mandibula kiri, fraktur temporal linier kanan, laserasi wajah multipel, cedera
kepala sedang, dan hematoma epidural pada temporal kanan, dislokasi ke anterior sendi bahu
kanan. Cedera kepala dirawat dengan observasi tertutup karena volume hematoma epidural
kurang dari 3 cc. Untuk dislokasi bahu, dilakukan immobilisasi dengan arm sling, kemudian
dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan bandage setelah reposisi tersebut. Dokter
menyarankan Bu Sutirma untuk dilakukan debridement, penutupan luka, dan operasi Open
Reduction and Internal Fixation (ORIF) beserta reposisi sendi bahunya setelah kondisinya
stabil. Namun, dia menolak untuk dilakukan debridement dan penutupan luka serta reposisi
sendi bahunya. Dokter menjelaskan konsekuensi jika dia menolak tindakan tersebut.

Tn. Slamet bertanya kepada ahli bedah apakah akan ada bekas luka pada robekan wajah?

Instruksi :
1. Penjelasan seperti apa yang akan Anda berikan untuk menjawab pertanyaan
seperti itu?
- Menjelaskan tentang komplikasi atau resiko yang akan dihadapi apabila tidak
dilakukan Tindakan, seperti bisa terjadi infeksi akibat tidak di debridement
dan pada dislokasi bahunya, maka pasien bisa merasakan rasa sakit serta
tidak bisa menggunakan tangannya seperti fungsi normal

2. Jelaskan komplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi Tn. Slamet


- Jaringan Parut Hipertrofik, Keloid, dan Luka Kronis

EPILOG
Tn. Slamet kemudian setuju untuk menjalani debridement, penutupan luka, sekaligus reposisi
sendi bahunya. Tujuh hari setelah operasi, dia keluar dari rumah sakit dalam kondisi baik.
Dokter memberikan hasil laporan pemeriksaan ke bagian kepolisian. Kasus selesai

Instruksi :
1. Bagaimana mind mapping pada kasus ini?
2. Bagaimana aspek PHOP pada kasus ini?

(Jawaban terdapat pada tinjauan Pustaka/LO)

BAB II
KATA SULIT

Halaman 1 :

1. Stridor : Nafas yang berbunyi melengking tinggi


2. Paresis : Suatu kondisi penurunan otot
3. Visum et Repertum : Keterangan dari dokter yang dibuat untuk kepentingan hukum
4. Primary Survey (PR) : Merupakan penilaian awal untuk mempertahankan kehidupan,
pemeriksaann : pernafasan, pemeriksaan nadi (denyut nadi cepat dan nadi kuat atau
tidak), tekanan darah menurun, konjungtiva mulai memucat.
5. Traumatology : Ilmu yang mempelajari tentang luka yang disebabkan kecelakaan atau
kekerasan pada seseorang
6. Exposure : Paparan (dalam kasus ini paparan yang membahayakan)
7. Neurologis : Ilmu saraf
8. Glasgow Coma Scale : Skala neurologi untuk menilai tingkat kesadaran (eye, V, M)
9. Disability : Ketidakmampuan melakukan sesuatu
10. Ventilasi : Proses keluar masuknya udara daru paru paru
11. GCS 13 : Kondisi kesadaran : apatis cedera kepala ringan

Halaman 2 :

1. Laserasi : Sejenis luka sobekan


2. Maloklusi : Posisi atau susunan rahang yang bergeser
3. Membran timpani : Gendang telinga
4. Ekskoriasi : Lecet kulit yang disebabkan kehilangan lapisan kulit
5. Kontur Deltoid : Otot yang membentuk kontur bulat bahu manusia
6. Dicontinuitas tulang : Fracture / patah yang dapat terjadi akibat trauma dan cedera
7. Insisivus lateral : Gigi depan (Gigi pemotong)
8. Kaninus : Gigi taring
9. Hematoma : Penumpukan darah pada jaringan kulit (Lebam)

Halaman 3 :

1. Bleeding time : Penilaian seberapa cepat darah dapat menggumpal dan dapat
menghentikan pendarahan
2. Clotting time : Waktu yang diperlukan darah untuk membeku
3. Foto Skull : Tengkorak
4. FotoWaters : Pemeriksaan yang paling sering yang digunakan untuk mengevaluasi
infeksi, untuk pemeriksaan terhadap sesuatu yang ada di sinus
5. Parasymphysial : Dagu
6. Epidural hematoma : Pendarahan yang menggumpal diarea antara Tulang tengkorak
dan lapisan dura meter
Halaman 4 :

1. Debridement : Prosedur pembersihan atau pengangkatan jaringan kulit nekrotik yang


terinfeksi untuk membantu penyembuhan luka
2. Operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) : Suatu jenis op dengan
pemasangan internal fiksasi yg dilakukan Ketika fraktur tidak dapat di reduksi secara
cukup. Dengan close reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen
fraktur. (Pemasangan pen)

Halaman 5 :
-
BAB III
DAFTAR MASALAH

1. Tn. Slamet datang dalam kondisi umum yang buruk dengan penurunan kesadaran
2. Lubang hidung kanan tersumbat oleh bekuan darah
3. Syok hipovolemik yang ditandai dengan peningkatan denyut nadi
4. Luka robekan karena benda tajam/pukulan pada saat dirampok
5. Bengkak pada mata dikarenakan infeksi/peradangan luka pada bola mata
6. Frekuensi nafas meningkat karena salah satu lubang hidung tersumbat
BAB IV
HIPOTESIS

- Laserasi wajah multiple


- Fraktur tulang wajah (kompleks mandibula & zygomaticomaxillary)
- Cedera kepala sedang
- Dislokasi sendi bahu
BAB V
PETA MASALAH
Tn. Slamet kemudian setuju untuk menjalani debridement, penutupan
luka, sekaligus reposisi sendi bahunya. Tujuh hari setelah operasi, dia
keluar dari rumah sakit dalam kondisi baik. Dokter memberikan hasil
laporan pemeriksaan ke bagian kepolisian.
BAB VI
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Anatomi tengkorak
2. Anatomi kepala
3. Fisiologi penyembuhan luka (penyembuhan luka normal dan penyembuhan luka
abnormal serta komplikasinya
4. Menggambarkan secara umum inflamasi sitokin yang berhubungan dengan cedera dan
penyembuhan luka
5. Memahami dan mendeskripsikan anatomi mulut beserta gangguan infeksi pada mulut,
maksilofasial, dan leher.
6. Klasifikasi luka (luka akut & kronis; klasifikasi luka bedah)
7. Prinsip-prinsip manajemen luka.
8. Trauma life support: survei primer dan sekunder
9. Prinsip umum manajemen penatalaksanaan fraktur wajah.
10. Prinsip-prinsip manajemen penatalaksanaan cedera kepala
11. Gambaran klinis dan radiografi tengkorak
12. Klasifikasi fraktur wajah
19. Pentingnya investigasi medico legal dengan menjelaskan hak dan tanggung jawab
dokter.
20. Berita Acara Pemeriksaan (menjelaskan tata cara penulisan berita acara pemeriksaan)
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Tengkorak

ANATOMI TENGKORAK KEPALA DARI DEPAN

ANATOMI TENGKORAK KEPALA DARI SAMPING

ANATOMI BASIS CRANII


Tengkorak (Cranium)
Tengkorak (juga dikenal sebagai neurokranium) dibentuk oleh aspek superior tengkorak. Ini
membungkus dan melindungi otak, meninges, dan pembuluh darah otak.

Secara anatomis, tempurung kepala dapat dibagi lagi menjadi atap dan alas:

- Atap kranial (cranial roof)– terdiri dari tulang frontal, occipital dan dua tulang parietal.
Hal ini juga dikenal sebagai calvarium.
- Basis kranial – terdiri dari enam tulang: frontal, sphenoid, ethmoid, oksipital, parietal
dan temporal. Tulang-tulang ini berartikulasi dengan vertebra serviks 1 (atlas), tulang
wajah, dan mandibula (rahang).

Kerangka wajah (juga dikenal sebagai viscerocranium) mendukung jaringan lunak wajah.

Ini terdiri dari 14 tulang, yang menyatu untuk menampung orbit mata, rongga hidung dan
mulut, dan sinus. Tulang frontal, biasanya tulang calvaria, kadang-kadang dimasukkan sebagai
bagian dari kerangka wajah.

Tulang wajah adalah:


- Zygomatic (2) – membentuk tulang pipi wajah dan berartikulasi dengan tulang frontal,
sphenoid, temporal dan maxilla.
- Lacrimal (2) – tulang terkecil dari wajah. Mereka membentuk bagian dari dinding
medial orbit.
- Hidung (2) – dua tulang ramping yang terletak di pangkal hidung.
- Conchae hidung inferior (2) – terletak di dalam rongga hidung, tulang-tulang ini
meningkatkan luas permukaan rongga hidung, sehingga meningkatkan jumlah udara
inspirasi yang dapat bersentuhan dengan dinding rongga.
- Palatine (2) – terletak di bagian belakang rongga mulut dan merupakan bagian dari
palatum durum.
- Maxilla (2) – terdiri dari bagian rahang atas dan langit-langit keras.
- Vomer – membentuk aspek posterior septum hidung.
- Mandibula (rahang) – berartikulasi dengan dasar tengkorak pada sendi
temporomandibular (sendi TMJ)
Sutura Tengkorak
Sutura adalah jenis sendi berserat yang unik pada tengkorak. Mereka tidak bergerak dan
menyatu sepenuhnya sekitar usia 20 tahun. Sendi ini penting dalam konteks trauma, karena
mewakili titik kelemahan potensial pada tengkorak. sutura utama pada tengkorak orang
dewasa adalah:
- Jahitan koronal – menyatukan tulang frontal dengan dua tulang parietal.
- Jahitan sagital – menyatukan kedua tulang parietal satu sama lain.
- Sutura lambdoid – menyatukan tulang oksipital ke dua tulang parietal.
- Pada neonatus, sambungan jahitan yang tidak menyatu secara sempurna menimbulkan
celah membran di antara tulang, yang dikenal sebagai fontanel. Dua fontanel utama
adalah:
Fontanel frontal – terletak di persimpangan sutura koronal dan sagital
Fontanela oksipital – terletak di persimpangan sutura sagital dan lambdoid

a. Anatomi kepala
Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective tissue
atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective tissue atau
jaringan penunjang longgar dan perikranium (Japardi, I., 2002).

Tulang Tengkorak
Tengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun menjadi dua bagian yaitu kranium
(kalvaria) yang terdiri atas delapan tulang dan kerangka wajah yang terdiri atas empat belas
tulang. Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah tengkorak,
licin pada permukaan luar dan pada permukaan dalam ditandai dengan giligili dan lekukan
supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluh darah. Permukaan bawah dari rongga dikenal
sebagai dasar tengkorak atau basis kranii. Dasar tengkorak ditembusi oleh banyak lubang
supaya dapat dilalui oleh saraf dan pembuluh darah (Pearce, EC.,2008).

Tengkorak terdiri atas 2 bagian :


Neurocranium ( bagian kranium ) yang berisi otakdan organ sensoris
Viscerocranium ( bagian wajah ) terdiri dari orbita,cavitas nasi dan cavitas oris serta alat-alat
pengunyah Cavitas cranii bersambungan dengan canalisvertebralis yang berisi medulla
spinalis
Tengkorak berupa mozaik dari banyak tulang yang membentuk rongga tengkorak untuk
melindungiotak ( neurocranium ) dan beberapa rongga seperticavitas nasi dan oris.
Neurocanium terdiri dari lempeng-lempeng tulanglebar yang terbentuk langsung dari
lembaran jaringan ikat disekitarnya( desmocranium).

Tulang dasar tengkorak ( basis cranii ) dibentukdari jaringan tulang rawan( chondrocranium ).
Viscerocranium menjadi tulang pengunyah danalat pendengaran ( maxilla, mandibula, tulang-
tulang pendengaran, os hyoideum ) Neurocranium disusun dari :
- Os frontale
- Os parietale
- Ala major ossis sphenoidalis
- Squama occipitalis
- Pars squamosa ossis temporalis

Basis Cranii disusun dari :


- Os ethmoidale
- Os sphenoidale
- Os temporale tanpa squama
- Pars tympanica ossis temporalis
- Os occipitale tanpa squama

Viscerocranium disusun oleh :


- Os nasale
- Os lacrimale
- Concha nasalis inferior
- Vomer
- Os zygomaticum
- Os palatinum
- Maxilla

Mandibula Ossicula auditus terdiri dari :


- Malleus , incus, stapes
- Os hyoideum
- Meningia. Meningia merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang
belakang. Fungsi meningia yaitu melindungi struktur saraf halus yang membawa
pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan serebrospinal), dan memperkecil benturan
atau getaran terdiri atas 3 lapisan, yaitu:
- Durameter (Lapisan sebelah luar). Durameter ialah selaput keras pembungkus otak
yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput
tulang tengkorak dan dura meter propia di bagian dalam. Di dalam kanalis vertebralis
kedua lapisan ini terpisah. Durameter pada tempat tertentu mengandung rongga yang
mengalirkan darah vena dari otak, rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior
yang terletak diantara kedua hemisfer otak

- Selaput Arakhnoid (Lapisan tengah). Selaput arakhnoid merupakan selaput halus yang
memisahkan durameter dengan piameter yang membentuk sebuah kantong atau balon
berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral.

- Piameter (Lapisan sebelah dalam). Piameter merupakan selaput tipis yang terdapat
pada permukaan jaringan otak, piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui
struktur-struktur jaringan ikat yang disebut trebekel. Tepi falks serebri membentuk
sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalis inferior yang mengeluarkan darah dari
flaks serebri. Tentorium memisahkan cerebrum dengan serebellum (Pearce, EC.,2008)
3. Fisiologi penyembuhan luka (penyembuhan luka normal dan penyembuhan luka
abnormal serta komplikasinya

Proses penyembuhan luka dalam bagan :


Proses penyembuhan abnormal
Proses fisiologis yang kompleks dari penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Salah satu fase yang berkepanjangan dapat mempengaruhi hasil dari penyembuhan luka
yaitu jaringan parut yang terbentuk. Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari
dalam tubuh (endogen) atau dari luar tubuh (eksogen), penyebab tersebut antara lain
kontaminasi bakteri atau benda asing, kekebalan tubuh yang lemah, ganguan koagulasi, obat-
obatan penekan sistem imun, paparan radiasi, dan beberapa faktor lain. Suplai darah juga
mempengaruhi proses penyembuhan, dimana suplai darah pada ekstremitas bawah adalah yang
paling sedikit pada tubuh dan suplai darah pada wajah serta tangan cukup tinggi. Usia pasien
yang tua juga memperpanjang proses penyembuhan
4. Menggambarkan secara umum inflamasi sitokin yang berhubungan dengan cedera
dan penyembuhan luka

Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap pathogen dan alterasi mekanis dalam
jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera.
Peradangan adalah sinyal dimediasi menanggapi seluler oleh agen infeksi, racun, dan tekanan
fisik. Sementara peradangan akut adalah penting bagi respon kekebalan tubuh, peradangan
kronis yang tidak tepat, dapat menyebabkan kerusakkan jaringan (autoimunitas).

Inflamasi sitokin adalah jenis molekul persinyalan (sitokin yang disekresikan dari sel-sel imun
seperti Sel T helper (Th), makrofag, dan tipe sel tertentu lainnya yang memicu peradangan.
Mereka termasuk 1(I-1), IL-12, dan IL-18, tumor necrosis factor alpha (INFa), Interferron
Gamma (IFN-8), dan factor stimulasi koloni granulosit-makrofag. Sitokin inflammation
Sebagian besar diproduksi dan terlihat dalam peningkatan reaksi inflamasi. Produksi sitokin
inflamasi kronis yang berlebihan berkontribusi dalam penyakit tulang, yang telah dikaitkan
dengan berbagai penyakit. Keseimbangan antara sitokin proinflamasi dan antiinflamasi
diperlukan untuk menjaga Kesehatan.

5. Memahami dan mendeskripsikan anatomi mulut beserta gangguan infeksi pada mulut,
maksilofasial, dan leher.
Ilmu dasar gigi dan mulut
Rongga Mulut
Bibir, mukosa ipi, mukosa gingiva, lidah, palatum(langit”), dasar mulut, gigi
Macam gigi :
 Gigi susu(20) : Incisivus central & lateral, Caninus, Molar 1 & 2
Zigmondy : Medial ke Lateral I – V
WHO : Angka depan 5 (Kanan Atas), 6 (Kiri Atas), 7 (Kiri Bawah), 8 (Kanan Bawah)
Angka Belakang sesuai Zigmondy
 Gigi sulung(32) : Incisivus Central & lateral, Caninus, Premolar 1 & 2, Molar 1 2 3
Zigmondy : Medial ke Lateral 1-8
WHO : Angka depan 1 (Kanan Atas), 2 (Kiri Atas), 3 (Kiri Bawah), 4 (Kanan Bawah)
Angka Belakang sesuai Zigmondy

Gigi tinggal sisa akar : angka terkait √

Karies gigi bisa terjadi karena adanya bakteri streptococcus dan penumpukan karbohidrat dan
gula pada daerah gigi tersebut, radang dan gangguan pada saluran akar menyebabkan abses
pada bagian bawah gigi.

Maloklusi : Penyimpangan bentuk hubungan gigi” rahang atas dan bawah


(Protusi, retusi, edge to edge, open bite, gigitan silang posterior)

Infeksi Odontogen : Infeksi yg disebabkan kelainan pd jar. Keras/jar. Periodontal gigi

Periapikal > Et (Melalui) : Karies Gigi, Dx : Pulpitis > Kematian Pulpa > Periodontitis, Ases,
Kista > Berat (Prognosa Buruk), Osteomyelitis, Ludwig angina

Periodontal > Et : Plak & Kalkulus, Dx : Gingivitis, Periodontitis

Perikronal > Et : Impaksi Sebagian, Dx : Priokoronitis > Parah : wajah/leher menghambat jalan
nafas (missal Ludwig Angina)

Trauma, Fracture, Opportunity (jarang)


Ludwig Angina : Selulitis difus yang melibatkan submandibulla, sublingual & submental >
Obstruksi/Progresif Jalan Nafas

Gejala Klinis Inta Oral :

Gejala Klinis Extra Oral :

Gejala Sistemik :

Pem. Penunjang : Lab, X-Ray,

Fokus Utama tatalaksana : Menjaga potensi nafas, antibiotika progresif, dekompresi


submandibular, sublingul, submental

Infeksi Tetanus pd Rongga Mulut

Infeksi Bakteri Clostridium Tetani melalui luka terbuka (Masa inkubasi : 3-21 hari)

Patofisiologi : Spora bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, luka bakar, crush
injury, insect bites, infeksi gigi > bakteri tsb memproduksi neurotoxin (TETANOSPASMIN)
sgt bahaya > Menyebakan kerusakan neuron motoric, kekakuan (rigit) & kejang otot >
penyakit disaat spasme otot tonik dan hiperrfleksia menyebabkan trismus (Locking
Jaw/kekauan otot”masseter), hipersalivasi

Infeksi Gigi (Odontogen) & hubungan dgn infeksi tetanus : adanya multiple dental caries,
riwayat ekstraksi gigi, trauma region dento alveolar dan maksilofasial.

Fraktur dentoalveolar

Trauma orofasial

Trauma dental

Trauma & Karies pada Gigi :

a. Klas I : Fraktur pd enamel gigi


b. Klas II : Fraktur pd enamel gigi & dentin
c. Klas III : Fraktur pd enamel, dentin, & ruang pulpa > nyeri
d. Klas IV : Fraktur pd akar gigi (di bawah CEJ)

Trauma pd Tulang Alveolaris

1. Luksasi
2. Avulsi
3. Akstrusi (supreposisi)
4. Intrusi (infraposisi)

Tata Laksana Fraktur Mandibulla : Arch Bar (fraktur rahang)

Fraktur 1/3 Bagian Tengah dari Wajah


LE FORT I [FRAKTUR HORIZONTAL] : Fraktur Os. Maxilla yg terlepas dr dasar
tengkorak diatas palatum & dibawah perlekatan pros.zygomaticus

LE FORT II [FRAKTUR PIRAMIDAL] : Fraktur membentang dr Os, Maxilla ke


atas melibatkan ethimoidalis dan tulang hidung bisa menutup jalan nafas . racheostomy(?)

LE FORT III [FRAKTURA TRANSVERSA] : Fraktur yg melintasi Os. Rongga mulut,


Os, Ethimoidalis & Zygomaticus

LE FORT IV [KOMBINASI LE FORT III + FRAKTUR FRONTALIS & TEMPORALIS]

Tatalaksana Trauma :

1. Control of infection : control pendarahan, pemberian obat”an u/ mencegah infeksi &


komplikasi (antibiotic, analgesic, anti inflamasi, dan anti tetanus)
2. Pembersihan & menjaga jalan nafas
3. Menghidari/merawat terjadinya shock
4. Stabilisasi fragmen tulang bila terjadi fraktur
5. Konrol scr teratur

6. Klasifikasi luka (luka akut & kronis; klasifikasi luka bedah)

Pembagian luka ada 2 yaitu luka terbuka(Vulnus appertum))dan luka tertutup (Vulnus
occlusum) :
 Luka terbuka(Vulnus appertum)
- Luka robek(Vulnus Laceratio)
- Luka lecet (Vulnus Excoratio)
- Luka abrasi/luka gores
- Luka sayat((Vulnus Scissum)
- Luka tusuk(Vulnus ictum)
- Luka gigitan(Vulnus morsum)
- Luka tembak(Vulnus sclopetum)
- Luka insisi
- Luka avulsi
- Luka remuk(Crush injury)

 Luka tertutup
- Hematom
- Contusio
Luka akut biasanya berlangsung melalui proses reparative yang teratur dan tepat waktu yang
menghasilkan pemulihan intergritas anatomi dan fungsional yang berkelanjutan Luka akut :
Luka kronis :

Jenis luka Luka akut Luka kronis

onset Cepat : menit/jam Lambat : berhari-hari

Infiltrate seluler Trauma neutrofil Monosit/makrofag, dan limfosit

Cedera jaringan, fibrosis Biasanya ringandan sembuh Seringkali parah dan progresif
sendiri

Tanda local dan sistemik menonjol Kurang menonjol : mungkin halus

Luka bedah :
- Bersih (kelas 1)
Luka operasi yang tidak terinfeksi dimana tidak ada inflamasi yang ditemukan dan infeksi
menembus respiratorius, tractus gastrointestinalis, dan tractus urogenitalis.
- Bersih terkontaminasi (kelas 2)
Luka operasi yang menembus respiratorius, tractus gastrointestinalis, dan tractus urogenitalis
namun masih dalam kondisi terkendali dan tanpa kontaminasi yang bermakna
- Kotor/terinfeksi (kelas 3)
Luka akibat kecelakaan, terbuka, dan masih segar. Ditambah operasi dengan daerah
kerusakkan yang luas dengan Teknik steril atau tumpahnya cairan yang terlihat jelas dari
tractus gastrointestinalis dan insisional yang akut, inflamasi tidak purulent yang ditentukan
adalah termasuk dalam kategori ini.

- Kotor terinfeksi (kelas 4)


Luka trauma yang sudah lama dengan mempertahankan jaringan yang dilemahkan dan itu
meliputi adanya infeksi klonikal atau proliferasi. Definisi ini bahwa organisme penyebab
infeksi paska operasi ada di tempat sebelum operasi

7. Prinsip-prinsip manajemen luka.

Assessment didefinisikan sebagai kegiatan untuk mendapatkan informasi, yang diperoleh


dengan cara mengamati, memberikan pertanyaan serta melakukan pemeriksaan fisik dan
penunjang. Informasi tersebut berguna untuk menegakkan diagnosis kerja dan merencanakan
program penatalaksanaan selanjutnya. Dua hal penting yang pertama kali harus dinilai oleh
dokter dalam memberikan penatalaksanaan luka adalah :
1. Menilai adanya kegawatan, yaitu apakah terdapat kondisi yang membahayakan jiwa
pasien (misalnya luka terbuka di dada atau abdomen yang kemungkinan dapat merusak
struktur penting di bawahnya, luka dengan perdarahan arteri yang hebat, luka di leher yang
dapat mengakibatkan obstruksi pernafasan dan lain-lain).

2. Menilai apakah luka akut atau kronis. Penilaian luka dilakukan terhadap 2 aspek, yaitu
terhadap pasien dan terhadap luka itu sendiri

Konsep perawatan luka

8. Trauma life support: survei primer dan sekunder

Primary Survey :
 Airway, dengan kontrol cervical :
- Pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang disebabkan benda asing, fraktur tulang
wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau traea
- Bila pendedita dapat berbicara atau terlihat dapat berbicara = jalan nafas bebas
- Bila penderita terdengar mengeluarkan suara seperti tersedak atau berkumur = ada
obstruksi pasial
- Jika penderita mengalami penurunan kesadaran atau GCS < 8, keadaan tersebut
definitive memerlukan pemasangan selang udara
- Selama pemeriksaan jalan nafas, tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi pada
leher
- Dalam keadaan curiga adanya fraktur servikal atau penderita datang karena multiple
trauma, maka harus dipasangkan alat immobilisasi pada leher sampai kemungkinan
adanya fraktur servikal dapat disingkirkan

 Breathing, dengan ventilasi yang adekuat


- Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma
- Pada inspeksi, baju harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan dan jumlah
pernafasan per menit, apakah bentuk dan gerak dada sama kiri dan kanan
- Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya udara kedalam paru-paru
- Gangguan ventilasi yang berat seperti tension, pneumothorax, flail chest dengan
kontusio paru, dan open pneumothorax harus dikenali saat melakukan primary survey
- Hemato-thorax, simple pneumothorax, patahnya tulang iga dan kontusio paru harus
dikenali saat secondary survei

 Circulation, dengan kontrol perdarahan


- Volume darah
- Suatu keadaan hipotensi harus dianggap sebagai keadaan hipovolemik sampai terbukti
sebaliknya
- Jika volume turunm maka perfusi ke otak dapat berkurang sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan kesadaran
- Penderita trauma yang kulitnya kemerahan terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang
dalam keadaan hipovolemik
- Wajah pucat, keabu-abuan dan ekstremitas yang dingin merupakan tanda hipovolemik
- Nadi :
i. Periksa kekuatan, kecepatan, dan irama
ii. Normovolemia : nadi tidak cepat, kuat, dan teratur
iii. Hipovolemik : nadi yang cepat, kecil
iv. Kecepatan nadi yang normal bukan jaminan normovolemia
v. Tidak ditemukan pulsasi arteri besar merupakan tanda diperlukan resusitasi
segera
• Perdarahan
i. Perdarahan eskternal harus dikelola pada primary survey dengan penekanan ppada
luka
• Disability
- Evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat
- Dinilai tingkat kesadaran, ukuran pupil, dan reaksi pupil terhadarp cahaya dan adanya
parese
- Menilai tingkat kesadaran dengan AVPU
A : alert (sadar)
V : vocal (respon terhadap suara)
P : Pain (respon terhadap nyeri)
U : Unresponsive (tidak berespon)
- GCS adalah sistem scoring sederhana dan dapat memperkirakan keadaan penderita
selanjutnya
- Penurunan kesadaran dapat terjadi karena kurangnya perfusi ke otak atau trauma
langsung pada otak
- Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran penderita
• Eksposure
- Penderita trauma yang datang harus dibuka pakaiannya dan dilakukan evaluasi terhadap
jejas dan luka

Secondary Survey :
- Pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe examination)
- Termasuk re-evaluasi tanda vital
- Dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap
- Dilakukan foto X-Ray pada bagian yang terkena trauma dan terlihat jelas

9. Prinsip umum penatalaksanaan fraktur wajah. Perawatan untuk Trauma

1.Control of infection, meliputi :

a. Kontrol perdarahan

b. Pemberian obat-obatan untuk mencegah infeksi dan komplikasi, seperti :

1. antibiotika, analgesik, anti inflflamasi, anti tetanus

2. Pembersihan dan menjaga jalan nafas

3. Menghindari atau merawat terjadinya shock

4. Stabilisasi fragmen tulang bila terjadi fraktur

5. Kontrol secara teratur

Komplikasi yang bisa terjadi akibat fraktur menurut Doenges [2000] :

Shock, infeksi, nekrosis, divaskuler, cidera vaskuler dan syaraf,

malunion, borok akibat tekanan.

Fraktur yang Tidak Dirawat (neglected fracture)


Fraktur terutama pada rahang bawah(mandibula) yang didiamkan saja dan tidak mendapatkan
perawatan yang adekuat akan dapat menimbulkan masalah seperti :

1. Maloklusi
2. Asimetri wajah
3. Gangguan saat membuka mulut
4. Sakit pada waktu mengunyah
5. Gangguan pada daerah persyarafan n. alveolaris inferior (parastesi, anestesi)
6. Pseudoatrosis
7. Osteomyelitis

10. Prinsip-prinsip manajemen penatalaksanaan cedera kepala


11. Gambaran klinis dan radiografi tengkorak
12. Klasifikasi Fraktur Wajah Fraktur 1/3 Bagian Tengah Dari Wajah Klasifikasi :

- LE FORT I [FRAKTUR HORIZONTAL]


yi. kepatahan tulang maxilla yg terlepas dari dasar tengkorak di atas palatum dan di
bawah perlekatan prosesus zygomaticus.
Klinis : Rahang atas seakan-akan mengambang floating jaw. Kadang disertai
kepatahan palatum di daerah garis median.
Klinis : ditandai ekimosis sepanjang garis median tersebut
Biasanya fraktura ini jarang mengalami displacement
Terjadi maloklusi, yi. : gigitan terbuka anterior, gigitan terbuka gigi2 posterior
unilateral/bilateral.

- LE FORT II [FRAKTUR PIRAMIDAL]


Kepatahan membentang dari tulang maxilla ke atas melibatkan tulang ethmoidalis dan
tulang hidung Klinis :
1. Pembengkakan wajah bagian tengah [termasuk hidung, bibir atas dan mata]
2. Kadang2 disertai warna merah kebiruan dari schlera mata dan conjunctiva
3. Perdarahan hidung
4. Bila cribriform plate patah,mk cairan cerebrospinal akan keluar lewat hidung. Hal
ini dapat menimbulkan meningitis.
- LE FORT III [ FRAKTURA TRANSVERSA ]
Kepatahan yg melintasi tulang rongga mata, tulang hidung, tulang ethmoidalis dan
tulang zygomaticus.
Gejala klinis:
Terdesaknya bag. tengah wajah di daerah nasal ke arah dalam o.k maxilla terdesak ke
dorsal.
Situasi gawat dapat terjadi dg gejala sbb :
1. Fraktur pada fossa cranial bagan tengah, ditandai dg perdarahan pada telinga
2. Fraktur pd cribriform plate, ditandai keluarnya cairan cerebrospinal lewat hidung,
dapat mengakibatkan meningitis
3. Fraktur tulang tengkorak
4. Mata terbuka lebar dan terfifiksir baik salah satu maupun keduanya

- LE FORT IV C (Kombinasi Le Fort III ditambah Fraktur frontalis, dan os


temporalis)

19. Pentingnya investigasi medico legal dengan menjelaskan hak dan tanggung jawab
dokter.

Secara garis besar KODEKI 2012 memiliki 4


kewajiban dan 21 pasal yaitu:
a. Kewajiban umum:
1. Sumpah dokter;
2. Standar pelayanan kedokteran yang baik;
3. Kemandirian profesi;
4. Memuji diri;
5. Perbuatan melemahkan psikis maupun fisik;
6. Bijak dalam penemuan baru;
7. Keterangan dan pendapat yang valid;
8. Profesionalisme;
9. Kejujuran dan kebajikan sejawat;
10. Penghormatan hak-hak pasien dan sejawat;
11. Pelindung kehidupan;
12. Pelayanan kesehatan holistik;
13. Kerja sama.
b. Kewajiban dokter terhadap pasien:
14. Konsul dan rujukan;
15. Kebebasan beribadat dan lain-lain;
16. Rahasia jabatan;
17. Pertolongan darurat;
c. Kewajiban dokter terhadap teman sejawat:
18. Menjunjung tinggi kesejawatan;
19. Pindah pengobatan;
d. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri:
20. Menjaga kesehatan, dan
21. Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran

20. Berita Acara Pemeriksaan (menjelaskan tata cara penulisan berita acara
pemeriksaan)

Permintaan harus secara tertulis, tdk dibenarkan secara lisan / telepon / via pos. Korban
adalah BB, maka permintaan VetR harus diserahkan sendiri oleh polisi bersama-sama
korban/tersangka. Tidak dibenarkan permintaan V et R ttg sesuatu peristiwa yang telah
lampau, mengingat rahasia kedokteran (Instruksi Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).
1. Pro Justitia Kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR tidak
perlu bermeterai.
2. Pendahuluan Memuat identitas pemohon VeR, tanggal dan pukul diterimanya
permohonan VeR, identitas dokter yang melakukan pemeriksaan, identitas subjek yang
diperiksa: nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat, pekerjaan, kapan dilakukan
pemeriksaan, dan tempat dilakukan pemeriksaan
3. Pemberitaan (hasil pemeriksaan) Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai
dengan apa yang diamati, terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak
ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya,
koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah
jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau
cedera, karakteristik serta ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada
pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali.
Pada pemeriksaan korban hidup, bagian pemberitaan terdiri dari
: a. Pemeriksaan anamnesis atau wawancara mengenai apa yang dikeluhkan dan apa
yang diriwayatkan yang menyangkut tentang ‘penyakit’ yang diderita korban sebagai
hasil dari kekerasan atau tindak pidana atau diduga kekerasan.
b. Hasil pemeriksaan, yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan fisik
maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Uraian hasil
pemeriksaan korban hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian
tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang berkaitan dengan tindak
pidananya (status lokalis)
c. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan sebaliknya, yakni
alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Uraian meliputi
juga semua temuan pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. Hal
tersebut perlu diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman tentang tepat/tidaknya
penanganan dokter dan tepat/tidaknya kesimpulan yang diambil.
d. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan merupakan hal
penting untuk pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan dengan jelas. Pada
bagian pemberitaan memuat 6 (enam) unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka
pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan pengobatan atau perawatan
yang diberikan.

4. Kesimpulan Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara


ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan dengan
maksud dan tujuan dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus memuat
minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka. Hasil
pemeriksaan anamnesis yang tidak didukung oleh hasil pemeriksaan lainnya,
sebaiknya tidak digunakan dalam menarik kesimpulan. Pengambilan kesimpulan hasil
anamnesis hanya boleh dilakukan dengan penuh hati-hati. Kesimpulan VeR adalah
pendapat dokter pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh pengaruh suatu pihak
tertentu. Tetapi di dalam kebebasannya tersebut juga terdapat pembatasan, yaitu
pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, standar profesi dan ketentuan
hukum yang berlaku. Kesimpulan VeR harus dapat menjembatani antara temuan ilmiah
dengan manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum. Kesimpulan bukanlah hanya
resume hasil pemeriksaan, melainkan lebih ke arah interpretasi hasil temuan dalam
kerangka ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
5. Penutup Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat
dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan
mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan serta
dibubuhi tanda tangan dokter pembuat VeR.

BHP :

- Beneficence: Dokter melakukan pertolongan yang terbaik untuk pasien ini, bantuan
Pertolongan ABCDE, menyarankan pengobatan/penatalaksanaan guna mengembalikan
fungsi yang yang hilang
- Non Maleficence :
i. Pasien dalam kondisi tidak sadar , dokter berusaha mencegah pasien jatuh
dalam kondisi yang lebih buruk sehingga dilakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasien atau DO NO HARM
ii. Dokter ugd melaporkan kondisi pasien ke pada dokter Bedah untuk tindakan
lebih lanjut
iii. Prinsip paternalism dilakukan dokter tahu yang terbaik untuk pasien,
berdasarkan SOP RS untuk melakukan tindakan.

- Autonomi :
o Pasien dalam kondisi tidak sadar otomatis kehilangan otonomi o Tindakan
dilakukan untuk mencegah perburukan
o Polisi yang mengantar diberi tahu tentang tindakan yang akan dilakukan tanpa
meminta tanda tangan pada lembar IC
o Bila keluarga bisa dihubungi maka IC bisa diminta pada keluarga

- Justice :
o Dokter tidak membedakan pasien terbukti tindakan tetap dilakukan walau tanpa
adanya keluarga
o Pasien mendapatkan haknya atas pelayanan Kesehatan o dokter akan
melakukan hal yang sama pada setiap pasien sesuai SOP RS

PHOP

- Health promotion: Edukasi/penyuluhan tentang keamanan dalam berkendara, keselamatan di


jalan raya
- Specific protection: disiplin penggunaan helm sewaktu sewaktu naik kemdaraan roda dua,
disiplin penggunaan sabuk pengaman untuk kendaraan roda empat untuk menghindari kondisi
fatal akibat kecelakaan, serta menghindari dan lebih waspada pada daerah-daerah rawan.
- Early Diagnose and promt treatment: pertolongan pertama pada kecelakaan, langkah-langkah
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan pada penderita kecelakaan di jalan raya,
penderita kecelakaan harus segera dibawa ke RS (ABCE, CT Scan, X-ray, Tes lab darah)
- Disabilitation Limitation: Jika sudah ditegakkan diagnose segera ditangani atau diberikan
terapi secara paripurna.
- Rehabilitation : Rehabilitasi medik bertujuan untuk mengoptimalkan pengembalian
kemampuan fungsi dan aktivitas kehidupan seharihari, serta meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan cara yang aman dan efektif sesuai dengan kemampuan fungsional yang ada.
Meningkatkan kualitas hidup dengan memperbaiki kemampuan aktivitas fungsional.
Memelihara dan/atau meningkatkan fungsi psiko-sosialspiritual. Mungkin perlu konsultasi ke
bagian rehabilitasi medik untuk mengembalikan fungsi-fungsi yang terganggu akibat trauma
kepala, seperti bicara, mengunyah/makan dll

KIE :
- Mencegah kecelakaan yg tidak diinginkan misal lalu lintas dg memakai perlindungan
dan taat peraturan.
- Jika terjadi kecelakaan segera ke rs untuk di bonescan, bukan ke dukun tulang, karena
harus tau lokasi fraktur dimana
- Rehabilitasi harus patuh agar penyembuhan tulang cepat.
CRP
Penelitian di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2006 hingga 2010
menyebutkan terdapat sejumlah 404 kasus fraktur tulang wajah. Tingginya kejadian
kecelakaan lalu lintas setara dengan meningkatnya angka kejadian fraktur tulang
wajah. Data yang dikeluarkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). menyebutkan
bahwa setiap tahun sekitar 1,3 juta orang atau setiap hari sekitar 3.000 orang
meninggal dunia akibat kecelakaan, 90% terjadi di negara berkembang. Indonesia
sebagai salah satu negara berkembang juga memiliki permasalahan dengan tingginya
kejadian kecelakaan lalu lintas khususnya kecelakaan sepeda motor sebesar 52.2%
berdasarkan data KORLANTAS POLRI tahun 20112013. Dari seluruh fraktur di
daerah wajah sekitar dua per tiga adalah fraktur mandibula atausetara dengan 61%
kasus dibandingkan dengan fraktur tulang pipi 27% dan tulang hidung 19.5%. Daerah
mandibula yang lemah adalah daerah kondilus-subkondilus, angulus dan daerah
simfisis parasimfisis mandibula. Frekuensi kejadian fraktur di daerah
kondilussubkondilus 29%, angulus mandibula 24% dan daerah simfisis parasimfisis
mandibula 22%.
BAB VIII
PETA KONSEP

Anatomi Tengkorak & kepala


Fraktur tengkorak

Trauma Cidera Kepala Morfologi

- GCS
- Jenis : Primer&Sekunder
- Pemeriksaan penunjang
- Penatalaksanaan UGD Primary, secondary
survey, SOP

Facial Fracture Klasifikasi, diagnose, treatment

Luka/wound -Terbuka, tertutup Hematoma, contusio


- akut,kronis

Fase penyembuhan Normal & abnormal

- Wound closure
Prinsip manajemen - Wound
- Facial trauma

Examination report

Medico legal KUHAP & KUHP

BHP PHOP CRP


BAB IX
DAFTAR PUSTAKA

dr. I made Subhawa Harsa, M.Si. 2022. Patofisiologi Luka. Surabaya: Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma

Dr. dr. Ibrahim Njoto, M. Hum., M. Ked., PA. 2022. Anatomy of Facial Muscles. Surabaya:
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Dr. dr. Ibrahim Njoto, M. Hum., M. Ked., PA. 2022. Cavum Nasi. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Dr. dr. Ibrahim Njoto, M. Hum., M. Ked., PA. 2022. Cavum Oris & Regio Colli. Surabaya:
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Dr. dr. Ibrahim Njoto, M. Hum., M. Ked., PA. 2022. Meninges, CSF, dan Cerebrum.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Dr. HARI TJAHJONO FICS SPOT FWPOA. 2022. FRACTURES DISLOCATIONS AND
SOFTTISSUE INJURIES. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

drg. Wahyuni Diah Parmasari. 2022. ILMU DASAR GIGI DAN MULUT. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Anda mungkin juga menyukai