TUTORIAL KLINIK
HEMIPARESE
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Nurfaisah, M. Kes, Sp.S
Pembimbing
ii
I. Skenario :
Pemeriksaan Umum :
Kesadaran : E3 M6 V3
Gizi : Normal
TD : 160/110
Nadi : 81 x/menit
Suhu : 36oc
Pernapasan : 22 x/menit
1
C. Nervus Cranialis :
1. N. I (olfactorius) : Normal
2. N. II (opticus) : Normal
3. N. III, IV, dan VI : Normal
3.1 Posisi bola mata: OD: central OS : central
3.2 Pupil: ukuran/bentuk: OD (2,5mm/bulat) OS (2,5mm/bulat)
3.3 Isokor/anisokor: isokor
3.4 RCL/RCTL: OD(+/+) OS(+/+)
3.5 Gerakan bola mata: OD nasal (-) OS temporal (-)
3.6 Nistagmus: OD (-/-) OS (-/-)
4. N. V (trigeminus) : tidak dapat dilakukan pemeriksaan
5. N. VII (facial): istirahat (m.orbiculari oris: simetris)
Bentuk :Eutrofi
2
12. RF : Superior D/S (menurun/N)
3
Resume
Pemeriksaan Neurologis :
GCS : E3 M6 V3
MOTORIK :
4
III. Kata Kunci :
1. Perempuan 60 Tahun
2. Keram
3. Lemah separuh badan sebelah kanan
4. Terjadi tiba-tiba sejak 10 hari yang lalu
5. Riayat Hipertensi tidak terkontrol
6. Riayat DM
5
Jawaban :
Tractus ini berasal dari cortex motorik dan berjalan melalui substansia
alba cerebri (corona radiata), cornu posterior capsula interna (serabut
terletak sangat berdekatan satu dengan lainnya disini), bagian sentral
pedunculus cerebri (crus cerebri), pons, dan medulla oblongata (bagian
anterior), tempat teraktur terlihat jelas sebagai penonjolan kecil yang
disebut pyramid. Pyramid medulla ini (terdapat satu pada masing-masing
sisi) menjadi asal penamaan teraktus tersebut. pada bagian medulla, 80-
85% serabut piramidal menyilang ke sisi lain sehingga dinamakan
decussatio pyramidalis. Serabut yang menyilang disini berjalan menuruni
medulla spinalis di fasiculus anterior ipsilateral sebagai tractus
corticospinalis, serabut ini menyilang jauh dibawah (biasanya setingkat
segmen yang dipersarafinya) melalui commisura anterior medulla
spinalis. Pada tingkat servical dan thoracal, kemungkinan juga terdapat
beberapa serabut yang tetap tidak menyilang dan mempersarafi motor
neuron ipsilateral di kornu anterior, sehingga otot-otot leher dan tubuh
mendapatkan persarafan kortikal bilateral.
Mayoritas serabut traktus piramidalis menyilang di dekusasio
piramidalis, kemudian menuruni medula spinalis di funikulus lateralis
kontralateral sebagain traktus ini mengecil diarea potong lintang ketika
berjalanke bagian bawah medulla spinalis karena beberapa serabutnya
berakhir di masing-masing segmen sepanjang perjalanan. Sekitar 90%
dari semua serabut traktus piramidalis berakhir membentuk sinaps
dengan interneuron, yang kemudian menghantarkan implus motorik
melalui neuron motorik α yang besar di cornu anterior, serta motor
neuron γ yang lebih kecil.
6
Gambar. 1 tractus corticospinalis.
7
2. Apakah yang dimaksud dengan hemiparese?
Hemiparese berasal dari kata hemi yang berarti separuh, setengah, atau satu
sisi dan paresis yang berarti kelemahan. Hemiparesis adalah istilah medis
untuk menggambarkan suatu kondisi adanya kelemahan pada salah satu sisi
tubuh atau ketidakmampuan untuk menggerakkan anggota tubuh pada satu
sisi. Hemiparesis adalah kelemahan yang mempengaruhi satu sisi dari tubuh,
yang lebih ringan daripada hemiplegia. Kondisi Hemiparesis adalah kondisi
dimana terjadinya kelemahan pada sebelah atau sebagian kanan atau kiri
tubuh (lengan, tungkai dan wajah) yang berlawanan dengan lesi yang terjadi
di otak.
8
4. Bagaimana Patomekanisme dari Hemipharese?
Hemiparesis adalah kelumahan pada salah satu sisi bagian tubuh. Biasanya
diakibatkan oleh adanya lesi saluran kortikospinalis, yang berjalan turun dari
kortikal neuron di lobus fro3ntal ke motor neuron sumsum tulang belakang
dan bertanggung jawab untuk pergerakan otot-otot tubuh dan anggota
tubuhnya. Pada saluran tersebut melalui beberapa bagian batang otak, yaitu
otak tengah, pons dan medula, masing-masing saluran yang melintasi ke sisis
berlawanan pada bagian terendah dari medula (mementuk struktur anatomi
disebut sebagai piramida) dan turun di sepanjang sisi berlawanan dari
sumsum tulang belakang untuk memenuhi kontralateral motor neuron.
Sehingga sebelah sisi otak mengontrol pergerakan otot dari sisi yang
berlawanan dari tubuh dan 30 dengan demikin gangguan saluran
kortikospinalis kanan pada batang otak atau struktur otak atas menyebabkan
hemiparesis pada sisi kiri tubuh begitu pula sebaliknya (Smeltzer & Bare,
2008). Di sisi yang lain, lesi pada saluran sumsum tulang belakang
menyebabkan hempirasesis pada sisi yang sama dari tubuh. Otot pada wajah
juga dikendalikan oleh saluran yang sama. Saluran yang mengaktifkan wajah
(ganglion) dan saraf wajah muncul dari nukleus mengaktifkan otot-otot wajah
selama kontraksi otot wajah. Karena inti wajah terletak pada pons atas
decussation tersebut, lesi pada saluran pons atau struktur atas menimbulkan
hemiparesis pada sisi tubuh yang berlawanan dan paresis pada sisi yang sama
pada wajah yang disebut dengan hemiparesis kontralateral. jika wajah pasien
tidak terlibat, ini sangat sugestif dari lesi saluran pada bagian bawah batang
otak atau sum-sum tulang belakang. Karena sumsum tulang belakang
merupakan satruktur yang paling kecil, sehingga apabila terjadi lesi tidak
hanya terjadi kelumpuhan di satu sisi, tetapi kedua sisi. Oleh karena itu, lesi
pada sumsum tulang belakang biasanya dapat menimbulkan kelumpuhan
pada kedua lengan dan kaki (quadriparesis) atau kedua kaki (paraparesis)
(Mardjono & Sidarta, 2008).
9
5. Bagaimana mekanisme keram?
kram otot merupakan kontraksi otot yang memendek atau
kontraksisekumpulan otot yang terjadi secara mendadak dan singkat, yang
biasanyamenimbulkan nyeri. Otot yang mengalami kram sulit untuk
menjadi rilekskembali. Bisa dalam hitungan menit bahkan jam untuk
meregangkan otot yangkram itu. Kontraksinya sendiri dapat terjadi dalam
waktu beberapa detik sampaibeberapa menit. Selain itu, kram otot
seringkali dapat menimbulkan keluhannyeri
Kram biasa terjadi pada seseorang yang sehat, terutama setelah
melakukanaktivitas yang berat. Beberapa orang lainnya mengalami kram
pada tungkainyaketika sedang tidur malam. Kram bisa disebabkan
kurangnya aliran darah ke ototyakni adanya penumpukan asam laktat pada
aliran darah akibat kurangsempurnanya metabolisme.Kram dapat
mengenai otot lurik atau bergaris. Yaitu otot yangberkontraksi secara kita
sadari. Juga, dapat mengenai otot polos atau otot yangberkontraksi tanpa
kita sadari. Seperti, otot rahim, dinding pembuluh darah,maupun usus dan
ureter (saluran kemih). Tidak hanya itu, pada kondisi udarayang dingin
juga bisa mengakibatkan kram. Hal ini terjadi mekanisme
pemanasantubuh terganggu sehingga mengganggu aliran darah dalam
tubuh
10
Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis pada skenario di atas :
a. Anamnesis Defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba, saat
aktivitas/istirahat, kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, riwayat
hipertensi (faktor-faktor risiko strok lainnya), lamanya 9onset), serangan
pertama kali/ulang.
b. Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Internis) : Ada defisit neurologis,
hipertensi/hipotensi/normotensi, aritmia jantung.
c. Pemeriksaan Laboratorium : Hb, hematokrit, hitung lekosit, hitung jenis
lekosit, laju endap darah, kimia darah (glukosa, kolesterol,trigliserida,
LDL, HDL, As.Urat, SGOT, SGPT, Ureum, kreatinin) dan bila perlu :
trombosit, waktu perdarahan, waktu bekuan, APTT, fibrinogen, Rumple
Leede, likuor serebspinal, serta urine lengkap.
d. Pemeriksaan Radiologik CT scan kepala, bila perlu angiografi dan
transcranial doppler, foto toraks.
e. Pemeriksaan Penunjang Lain : Sistem skoring (Djoenaedi, Siriraj,
Algoritme Gadjah Mada), EKG, Ekhokardiografi
11
a) Penurunan tekanan darah pada strok fase akut hanya bila terdapat
salah satu hal di bawah ini :
(1) Tekanan sistolik > 220 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30
menit
(2) Tekanan diastolik > 120 mmHg pada dua kali pengukuran selang
30 menit
(3) Tekanan darah arterial rata-rata (MABP) > 130 – 140 mmHg pada
dua kali pengukuran selang 30 menit
(4) Disertai infark miokard akut/gagal jantung atau gagal ginjal
akut/diseksi aorta torakalis/retinopati/edema papil
b) Penurunan tekanan darah maksimal 20% kecuali pada kondisi ke 4,
diturunkan sampai batas hipertensi ringan/sebelum strok.
c) Obat yang direkomendasikan : golongan alfa bloker (labetolol), ACE
inhibitor, dan antagonis kalsium.
d) Bila diastolik lebih dari 140 mmHg pada dua kali pengukura selang 5
menit, dapat diturunkan dengan nitrogliserin drips dengan
pemantauan tekanan darah secara kontinyu.
2) Hiperglikemia harus diturunkan hingga GDS : 100 – 150 mg% dengan
insulin iv secara sliding scale setiap 6 jam (5 unit/kenaikan 50 mg%)
selama 2 – 3 hari pertama. Selanjutnya diobati bersama sub bagian
endokrin.
c. Penatalaksanaan spesifik
1) Iskemik serebral :
a) Pada fase akut (12 jam pertama) dapat diberikan :
Pentoksifilin infus dalam cairan Ringer Lactat dosis 8
mg/kgBB/hari
Aspirin 80 mg per hari secara oral 48 jam pertama setelah onset
Dapat dipakai neuroprotektor :
Piracetam
Citicholin : bila ksadaran menurun
Nimodipine
12
b) Pasca fase akut :
Pentoksifilin tablet : 2 x 400 mg
ASA dosis rendah 80 – 325 mg/hari
Neuroprotektor
c) Pencegahan sekunder :
ASA dosis rendah 80 – 324 mg/hari
Ticlopidine : 2 x 250 mg
Kombinasi ASA dan Ticlopidine
Pengobatan faktor resiko strok yang ada.
9. Apakah diagnosis banding pada kasus tersebut?
Strok
Trauma Cerebri (sistem saraf pusat)
Infeksi Cerebri (encephalitis yang menyebabkan abses otak)
Tumor otak
Penyakit medulla spinalis diatas dari motor neuron yang mempersarafi
extremitas (Trauma medulla spinalis, tumor medulla spinalis, myelitis,
Multiple Sklerosis)
13
DAFTAR PUSTAKA
14