TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR OTAK
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Magdalena Sumenap, M.Kes, Sp.S
dr. Masita Muchtar, M.Biomed
Palu,
2021
Pembimbing Pembimbing
PENDAHULUAN
Tumor otak merupakan suatu massa atau benjolan yang tumbuh secara
tidak normal di dalam otak. Benjolan ini dapat bersifat jinak maupun ganas.
Sumbernya pun bisa berasal dari otak itu sendiri (tumor primer) maupun
penyebaran dari bagian tubuh lainnya (tumor sekunder atau metastasis).
Tumor primer otak maligna yang paling banyak ditemukan pada orang
dewasa adalah glioma. Sekitar 20-40% kanker primer seperti kanker payudara
atau kanker paru akan mengalami metastasis ke otak pada perjalanan penyakitnya.
Gejala klinis tumor otak beragam, tergantung dari jenis, lokasi, dan ukuran
tumor. Gejala klinis yang paling sering ditemukan pada pasien adalah nyeri
kepala, kejang, muntah proyektil, defisit neurologis, dan gangguan kognitif.
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
1. Anatomi otak
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen
bagiannya adalah:
Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan
sulkus (celah) dan girus. Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca
di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung
pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik
primer) dan terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus
ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga
mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan
inisiatif.
b) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura
parieto-oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
c) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran.
d) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari
nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf
lain & memori.
e) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi
dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom.
B. DEFINISI
Tumor otak merupakan suatu massa atau benjolan yang tumbuh secara
tidak normal di dalam otak. Benjolan ini dapat bersifat jinak maupun ganas.
Sumbernya pun bisa berasal dari otak itu sendiri (tumor primer) maupun
penyebaran dari bagian tubuh lainnya (tumor sekunder atau metastasis).
Tumor yang asalnya berasal dari otak dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, Pengelompokan ini didasarkan atas asal selnya. Masing-masing jenis
memiliki pola perkembangan dan prognosis pengobatan masing-masing.
C. EPIDEMIOLOGI
Tumor primer otak maligna yang paling banyak ditemukan pada orang
dewasa adalah glioma. Sekitar 20-40% kanker primer seperti kanker payudara
atau kanker paru akan mengalami metastasis ke otak pada perjalanan
penyakitnya.[4,9]
1. Global
Secara global, insidensi tumor otak maligna di seluruh dunia adalah 3,4/
100.000 penduduk. Insidensi tumor otak di Amerika Serikat adalah 21,42/
100.000 penduduk per tahun dengan insidensi tumor ganas 7,25/ 100.000
penduduk per tahun. Masing-masing jenis tumor otak memiliki insidensi yang
berbeda.
Pada dewasa, dua per tiga tumor otak primer berlokasi di supratentorial,
sedangkan pada anak-anak tumor otak lebih banyak ditemukan infratentorial.
Pada anak-anak, tumor otak merupakan jenis malignansi terbanyak kedua
dengan jumlah kasus 15-25% dari keseluruhan kasus malignansi.[7]
Tumor embrional merupakan tumor otak paling banyak pada usia 0-4
tahun dan merupakan jenis tumor terbanyak kedua pada kelompok usia 0-19
tahun. Meduloblastoma merupakan tumor embrional terbanyak pada
kelompok usia 0-19 tahun. Tumor primitif neuroektodermal (tumor
embrional) memiliki insidensi tertinggi pada kelompok usia 0-4 tahun.
2. Indonesia
3. Mortalitas
Penyebab tumor otak belum diketahui tetapi masih ada faktor-faktor yang
perlu ditinjau yaitu:
Sindrom herediter
Radiasi
Substansi-subtansi karsinogenik
Virus Infeksi, Virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak,
Contohnya, virus Epstien-barr
E. KLASIFIKASI
WHO membuat klasifikasi keganasan tumor menjadi 4 grade berdasarkan
karakteristik morfologi, pola pertumbuhan, dan sifat molekuler tumor sebagai
berikut:
1. Grade I
Tumor grade I adalah tumor jinak (benign) yang bersifat non-infiltratif dan
bertumbuh lambat. Penatalaksanaan tumor grade I umumnya cukup hanya
dengan pembedahan saja. Pasien tumor grade I memiliki angka ketahanan
hidup yang lebih baik.[3,20]
2. Grade II
3. Grade III
Tumor grade III bersifat maligna yang ditandai dengan adanya infiltrasi.
Tingkat rekurensi setelah terapi pada grade ini termasuk tinggi.[3,17,20]
4. Grade IV
Tumor low grade meliputi tumor grade I dan II berdasarkan sistem grading
WHO di atas. Tumor grade III dan IV termasuk dalam tumor high grade.
Tumor grade I memiliki prognosis yang paling baik, sedangkan tumor grade
IV memiliki prognosis terburuk. Oleh karena itu, grading tumor bukan hanya
untuk menilai tingkat progresifitas tumor tetapi juga kemungkinan
keberhasilan terapi.[3,17]
1. TUMOR EPITHELIAL
1. Tumor Glial
Astrositoma
Astrositoma merupakan tumor susunan saraf pusat otak primer
dengan frekuensi kasus 17-30% dari semua glioma dan 11-13% dari
seluruh tumor otak. Tumor ini berasal dari sel astrosit yang merupakan
bagian dari jaringan penunjang otak. Sel ini dinamakan astrosit karena
bentuknya yang menyerupai bintang.
Gradasi Astrositoma :
a. Grade I (Astrositoma Pilositik)
Tumor ini tumbuh secara lambat dan sering berkista.
Tumor ini sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda.
Tumor ini merupakan tumor glial yang tersering pada anak, sekitar
10% melibatkan bagian serebral dan 85% mengenai serebellum.
Lokasi yang paling sering dijumpai, pada: nervus optikus, kiasma
optikum, hipotalamus, ganglia basalis, hemisfer serebri,
serebellum, dan batang otak. Gambaran histologinya: berupa sel-
sel bipolar dengan serat Rosenthal dan sel-sel multipolar yang
tampak kehilangan teksturnya dengan mikro kista dan granular
bodies.
b. Grade II (Astrositoma Difus)
Karakteristik tumor ini adalah tumbuhnya lambat dan
menginfiltrasi struktur otak di dekatnya. Sekitar 35% tumor otak
astrositik adalah jenis ini. Biasanya mengenai orang-orang usia
dewasa muda dan cenderung untuk menjadi ganas ke arah
astrositoma anaplastik da glioblastoma. Lokasi tumor ini bisa di
mana saja, namun paling sering di daerah serebelar.
Gambaran histopatologis tumor ini berupa fibrilasi yang
berdiferensiasi baik atau gemistositik neoplastik astrosit. Terdapat
varian histologis: astrositoma fibrilari, astrositoma gemistositik.
c. Grade III (Astrositoma Anaplastik) dan Grade IV
(Glioblastoma Multiforme)
Termasuk astrositoma maligna. Biasanya muncul secara
sporadik tanpa kecenderungan familial maupun keterlibatan faktor
lingkungan. Akan tetapi, keduanya dapat menjadi faktor penyulit
pada beberapa kelainan genetic seperti neurofibromatosis tipe 1
dan 2, syndrome Li-Fraumeni, dan syndrome Turcot. Gambaran
mikroskopis tumor ini; tampak adanya peningkatan selularitas,
nukleus atipik, dan aktifitas mitosis yang meningkat dibandingkan
dengan astrositoma difus (Grade II). Sedangkan pada glioblastoma
multiforme, secara mikroskopik akan tampak bersifat anaplastik,
seluler glioma berdiferensiasi buruk, dan juiga seringkali terlihat
sel tumor astrosit pleomorfik dengan nukleus atipik dan aktifitas
mitosis yang tinggi.
Tumor Oligodendroglioma
Tumor oligodendroglioma berasal dari sel-sel oligodendrosit.
Tumor ini banyak ditemukan pada usia dewasa dengan puncak insiden
antara dekade ke empat dan keenam. Derajat rendah muncul pada usia
yang sedikit lebih muda. Pada laki-laki sedikit lebih dominan
dibandingkan wanita. Oligondendroglioma merupakan tumor yang
pertumbuhan nya lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang. Jika
lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik).
Bisa menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa
dan langkah yang goyah.Tumor oligodendroglioma juga sering
berkalsifikasi.
Tumor Ependimoma
Tumor ini merupakan neoplasma glial yang susunannya
didominasi oleh sel-sel ependim dan mempunyai frekuensi kira-kira 5%
dari seluruh glioma. Pada ependimoma klasik, secara makroskopisnya
tumor tampak padat dengan batas yang tegas dan berasal dari lantai
ventrikel IV/ kanalis spinalis. Tumor dapat meluas hingga sudut serebro
pontin melalui foramen Luscka, sisterna magna, dan foramen
magendi.serta dapat mencapai batang otak jika sudah melalui foramen
magnum. Secara histologis akan tampak sel kolumnar uniform dan sel
astrosyte like fibriler yang membentuk barisan ependimal roossete. Gejala
yang ditemukan mual, muntah, dan nyeri kepala dengan intensitas yang
terasa lebih berat di pagi hari, diplopia, ataksia, hemiparesis dan paresis
nervus kranialis.
Pada hasil pemeriksaan CT-Scan dan MRI akan tampak kontras
mengisi daerah tumor di ventrikel lateral. Pasien didapati mengalami
hidrosefalus.Tumor jenis ini memang dapat menutupi saluran cairan
serebrospinalis sehingga menyebabkan hidrosefalus (ventrikel melebar,
jaringan otak tipis)
2. Tumor Neuronal dan campuran neuronal – glial
Gangliglioma
Tumor ini berisi sel ganglion dan neuron abnormal. Tumor ini
jarang terjadi terhadap seseorang
3. Tumor Non-Glial
a. Tumor Primitive Neuroektodermal Suratentorial (PNET)
Tumor embrional maligna yang memiliki diferensiasi yang
divergen dengan derejat yang bervariasi yang berasal dari matriks
germinal dari primitive neural tube.
b. Tumor Plexus Khoroideus
Pleksus khoroid secara embriologis berasal dari lapisan ependimal
tabung neural. Tumor ini dapat terjadi pada semua kelompok usia
termasuk bayi. 35-45% usia < 20 tahun dan kasus tertua 74 tahun. Rasio
pria dan wanita seimbang. Persentasi gejala tumor pleksus khoroid
biasanya hanya berupa tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial tanpa
disertai gejala neurologis fokal. Tumor intraventikel IV kadang juga
menimbulkan gejala nistagmus dan ataksia. Secara makroskopis,
permukaan tumor plexus khoroideus berwarna kuning kecoklatan, dengan
struktur yang tampak seperti brokoli dengan batas tegas pada ventrikel,
dan disertai adanya kalsifikasi. Penanganan tumor ini berupa operasi
pengangkatan tumor.
Gambaran MRI T1 –
Sagital. Postkontras.
Tumor Plexus
Khoroideus.
c. Meduloblastoma
Tumor ini sering terjadi pada anak, dan bahkan merupakan tumor
primer maligna yang solid dan paling banyak pada anak 30%. Sekitar 75%
kasus tumor ini terjadi pada anak usia kurang 15 tahun. Sedangkan pada
orang dewasa, meduloblastoma sangat jarang yaitu sekitar 1%. Di
Amerika Serikat, insiden tahunan dari tumor ini diperkirakan sekitar 0,5
setiap 100.000 anak. Tumor ini sebagian besar berasal dari vermis
serebelar (75%) yang meluas hingga ventrikel IV dan dapat mengisi
seluruh ventrikel. Sedangkan sekitar 25% terjadi pada bagian lateral
serebelum. Pada pemeriksaan fisik, dapat dijumpai papiledema, nistagmus,
dan diplopia akibat paresis nervus IV dan VI. Selain itu, dapat terjadi
ataksia, disdiadukokinesia, hipotonia, dismetria. Pada bayi, keluhan klinis
dapat berupa letargi, irritable, dan dapat terjadi makrosefali yang progresif
dengan fontanella anterior yang membonjol. Durasi rata-rata gejala
sebelum operasi adalah 4-5 bulan yang kemudian akan secara progresif
memburuk setelah onset. Penanganan pada tumor ini dapat berupa operasi
yang dikombinasikan dengan radiasi. Tindakan operasi pengangkatan
diharapkan minimal dilakukan sampai sumbatan saluran likuor dapat
lancer kembali. Radioterapi secara bermakna dapat meningkatkan five
years survival penderita.
Gambaran MRI
Meduloblastoma
di Cerebellum
Gejala pada pasien meningioma dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
Gambaran CT-Scan
venogram – potongan
koronal Meningioma
di Sinus Sagitalis
Superior
2. Hemangioperisitoma
Tumor ini termasuk golongan tumor yang vaskuler, dengan terapi
definitifnya adalah reseksi. Seperti pada meningioma, peranan angiografi
dan embolisasi juga diharapkan akan meningatkan efektifitas dan
keamanann dari reseksi yang dilakukan.
3. TUMOR SELLA
1. Kraniofaringioma
Termasuk jenis tumor yang tumbuh lambat dan merupakan tumor
epithelial jinak region sellar. Secara embriologi, tumor ini berasal dari sisa
sel epitel squamosa duktus kraniofaringeal. Pada minggu keempat gestasi,
divertikulum stomadeum yang berasal dari atap kavum oral akan
membentuk kantung rathke (Rathke Pouche) yang akan bermigrasi kea rah
cranial membentuk vesikel Rathke dan bersatu dengan infundibulum.
Vesikel Rathke ini akan membentuk adenohipofisis yang terdiri dari pars
distalasis, tuberalis, dan intermedia pada jalur sepanjang lintasan
migrasinya akan terbentuk duktus kraniofaringeal.
2. Adenoma Hipofisis
Tumor ini cukup banyak ditemukan. Bahkan ada yang menyatakan
sebagai jenis tumor ketiga terbanyak setelah glioma dan mengioma.
Beberapa literature menyebutkan tumor ini merupakan 10-15% dari tumor
primer intrakranial. Insiden pertahunnya sekitar 0,5-8,2% per 100.000
individu dengan perbandingan kejadian pada pria dan wanita yang tidak
berbeda.
Kelenjar hipofisis merupakan organ yang berada dalam fossa
hiposfisis atau sela tursika, dan mempunyai berat sekitar 0,5 gr. Organ ini
terdiri dari dua bagian yang berasal dari sel embrional yang berbeda, yaitu
adenohipofisis yang merupakan lobus anterior kelenjar hipofisis, yang
berasal dari kantung Rathke; lobus posteriornya, neurohipofisis yang
berasal dari hipothalamus ventral.
Tanda dan gejala klinis yang tampil pada penderita adenoma hipofise
diakibatkan oleh hipersekresi atau hiposekresi satu atau beberapa hormone
hipofise. Keluhan gangguan penglihatan perlahan dan nyeri kepala pada
20% penderita. Penanganan adenoma pituitari mempunyai tujuan: (1)
dekompresi struktur saraf khususnya traktus penglihatan dan (2) restorasi
sekresi hormonal yang normal.
Gambaran Adenoma
Hipofise
F. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi tumor otak dimulai dari instabilitas genetik sel. Setelah itu
terjadi angiogenesis, metastasis, dan akhirnya dapat menimbulkan edema otak
dan peningkatan intrakranial.
2. Angiogenesis
Tumor tidak dapat bertumbuh >2 mm bila tidak memiliki suplai vaskular
sendiri. Angiogenesis adalah proses pembentukan vaskular baru yang
berfungsi menunjang pertumbuhan tumor. Salah satu agen yang mencetuskan
angiogenesis adalah vascular endothelial growth factor (VEGF).[10]
3. Metastasis
Sel kanker masuk ke jantung sisi kanan melalui sirkulasi vena. Sel kanker
tersebut diteruskan melalui arteri pulmonalis ke kapiler paru. Di paru, sel-sel
tersebut dapat bermetastasis atau kembali lagi ke sisi kiri jantung dan masuk
ke sirkulasi arteri untuk mencapai sirkulasi otak. Tumor pada awalnya akan
dorman dalam sistem saraf pusat, namun setelah beberapa waktu, tumor akan
bertumbuh dan melakukan invasi bila jaringan mendukung.[10]
G. MANIFESTASI KLNIK
Trias gejala klasik dari sindroma tekanan tinggi intrakranial adalah: nyeri
kepala, muntah proyekil, dan papiledema. Keluhan nyeri kepala disini cenderung
bersifat intermittent, tumpul, berdenyut dan tidak begitu hebat terutama di pagi
hari karena selama tidur malam PCO2 serebral meningkat sehingga
mengakibatkan peningkatan CBF (Cerebral Blood Flow) dan dengan demikian
mempertinggi tekanan intrakranial. Juga lonjakan sejenak seperti karena batuk,
mengejan atau berbangkis memperberat nyeri kepala. Nyeri dirasa berlokasi di
sekitar daerah frontal atau oksipital. Penderita sering kali disertai muntah yang
“menyemprot” (proyektil) dan tidak didahului oleh mual. Hal ini terjadi oleh
karena tekanan Intrakranial yang menjadi lebih tinggi selama tidur malam, akibat
PCO2 serebral meningkat. Tumor otak pada bayi yang menyumbat aliran likuor
serebrospinal sering kali ditampilkan dengan pembesaran lingkar kepala yang
progresif dan ubun-ubun besar yang menonjol; sedangkan pada anak-anak yang
lebih besar di mana suturanya relative sudah merapat, biasanya gejala papiledema
terjadi lebih menonjol. Papiledema dapat timbul pada tekanan intrakranial yang
meninggi atau akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung.
Papiledema memperlihatkan kongesti venosa yang jelas, dengan papil yang
berwarna merah tua dan perdarahan-perdarahan di sekitarnya.
Teori mekanisme peninggian tekanan intrakranial, pada tumor otak:
3. Perdarahan Intrakranial
Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak diawali dengan
perdarahan intrakranial-subarakhnoid, intraventrikuler atau intraserebral.
1. Anamnesis
Dari anamnesis, keluhan yang paling sering ditemukan pada tumor otak
primer adalah nyeri kepala dan kejang. Kejang dapat ditemukan pada 50-80%
pasien tumor otak. Nyeri kepala pada 30% pasien tumor otak dan 15% pasien
mengalami peningkatan tekanan intrakranial.[9]
Nyeri kepala akibat tumor otak dapat menyerupai nyeri kepala tegang
(tension type headache). Perubahan pola nyeri kepala yang mendadak
menjadi sangat berat dan lebih sering, nyeri kepala berat akut yang muncul
pada usia paruh baya, nyeri kepala yang memberat terutama di pagi hari, dan
nyeri kepala yang disertai dengan muntah perlu dicurigai sebagai gejala
tumor otak. Onset baru epilepsi pada usia dewasa juga perlu dicurigai sebagai
gejala dari tumor otak.[7]
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tanda klinis yang muncul tergantung dari lokasi
tumor. Tumor otak dapat disertai gejala defisit neurologis fokal maupun gejala
sistemik yang tampak pada pemeriksaan neurologis. Tumor pada lobus frontal
menyebabkan anosmia, dementia, perubahan kepribadian, gangguan gait,
kejang, dan afasia motorik.
Tumor Infratentorial
3. Pemeriksaan Penunjang
Tumor otak dengan sawar darah otak yang masih intak seperti glioma low
grade dapat tidak terdeteksi dengan CT-scan kontras, namun dapat terdeteksi
menggunakan T2-weighted MRI tanpa kontras. Oleh karena itu, MRI
dengan atau tanpa kontras (gadolinium) merupakan metode standar dengan
sensitivitas yang baik dalam mendeteksi tumor otak.[17]
MRI diffusion-weighted, diffusion tensor, MR perfusi dan spektroskopi
juga dapat digunakan untuk melihat selularitas tumor dan vaskular sehingga
lebih baik untuk membedakan tumor dari lesi non neoplasma. Magnetic
resonance spectroscopy (MRS) dapat digunakan sebagai penuntun biopsi
untuk menentukan daerah nekrosis dan tumor yang masih viabel.[8,9]
Laboratorium Darah
Primary brain tumors in adult : Diagnosis and treatment. Sumber: Perkins A, Liu
G, et al. 2016 [3]
I. DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding tumor otak tergantung dari usia pasien, faktor risiko
infeksi, penyakit kanker lain yang diderita, dan karakteristik pada pencitraan.
Diagnosis banding tumor otak dapat dikategorikan menjadi metastasis, infeksi,
lesi vaskular, dan kelainan inflamasi.
Lesi soliter dengan penyangatan membentuk cincin dengan tepi yang tegas
dapat dicurigai sebagai metastasis. Lesi dengan tepi yang kurang jelas dengan
korteks yang luas dapat dicurigai sebagai glioma high grade. Lesi dengan
difusi yang berkurang di bagian sentral dapat dicurigai sebagai suatu abses.
J. PENATALAKSANAAN
Pengobatan akut untuk edema serebral akibat neoplasma intrakranial
adalah sebagai berikut:
Kortikosteroid dapat secara dramatis mengurangi tanda dan gejala,
meredakan gejala dalam beberapa jam.
Deksametason adalah obat pilihan Dosis yang dianjurkan umumnya
berkisar antara 4-24 mg sehari.
Pengobatan pasti adalah sebagai berikut:
Umumnya , perawatan pasien dengan tumor otak bersifat multidisiplin,
membutuhkan bantuan dari ahli bedah saraf, ahli onkologi, ahli radiologi,
dan ahli dalam terapi radiasi.
Manajemen sangat bervariasi tergantung pada lokasi tumor, jenis jaringan,
dan kondisi komorbid. Pilihan perawatan bedah mungkin termasuk
pengangkatan tumor atau debulking, pemasangan pirau ventrikel, dan
penempatan implan radioaktif
1. Approach Considerations
Umumnya, perawatan pasien tumor otak bersifat multidisiplin,
membutuhkan bantuan ahli bedah saraf, ahli onkologi, ahli radiologi, dan
ahli terapi radiasi. Dokter utama pasien paling baik mengatur koordinasi
konsultan, tetapi ahli bedah saraf yang bertanggung jawab harus
mengarahkan pengobatan komplikasi atau perawatan pasca operasi tertentu.
Kejadian baru tumor SSP mungkin memerlukan pemindahan ke fasilitas
dengan staf bedah saraf yang sesuai.
Penatalaksanaan sangat bervariasi tergantung pada lokasi tumor, jenis
jaringan, dan kondisi komorbid. Pilihan perawatan bedah mungkin termasuk
pengangkatan tumor atau debulking, pemasangan pirau ventrikel, dan
penempatan implan radioaktif.
2. Emergency Department Care
Perawatan di unit gawat darurat (IGD) pasien dengan neoplasma
intraserebral bergantung pada sifat tumor dan kondisi umum pasien.
Keputusan mengenai reseksi bedah, inisiasi pengobatan radiasi, dan
kemoterapi berada di luar lingkup praktik dokter UGD.
Masalah umum yang dihadapi dokter UGD adalah pasien dengan
neoplasma otak yang mengeluhkan sakit kepala atau gejala lain yang
memburuk. Skenario ini selalu meningkatkan kemungkinan kambuhnya tumor
atau memperburuk edema serebral. Dapatkan CT scan atau MRI untuk
menyingkirkan kejadian yang mengancam jiwa, seperti perdarahan atau
herniasi.
Kortikosteroid dapat secara dramatis mengurangi tanda dan gejala yang
berhubungan dengan edema serebral. Pasien yang terkena mungkin
mengalami kelegaan dalam beberapa jam pertama terapi steroid.
Deksametason adalah agen pilihan karena sifat penahan garam yang
minimal. Dosis yang dianjurkan umumnya berkisar antara 4-24 mg setiap hari.
Untuk pasien dengan gangguan kesadaran atau tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial (ICP), 10 mg IV [12] atau 10-24 mg IV
direkomendasikan sebagai dosis pertama. Efek samping, terutama kelemahan
otot bagian proksimal, bergantung pada dosis. Seringkali, kortikosteroid dapat
dikurangi atau dihentikan setelah terapi definitif. Dosis akhir steroid harus
paling rendah yang diperlukan untuk mengontrol gejala neurologis pasien.
Untuk pasien dengan tanda atau gejala herniasi yang akan datang dan
gangguan jalan napas, pertimbangkan penggunaan obat tambahan untuk
intubasi urutan cepat. Ini mungkin termasuk lidokain dan obat untuk blokade
neuromuskuler onset cepat, dengan tindakan pencegahan untuk mengurangi
fasikulasi. Agen induksi, seperti thiopental, dapat digunakan. Setelah jalan
napas terkontrol secara definitif, pertimbangkan hiperventilasi lembut.
Diskusikan penggunaan manitol dengan konsultan yang sesuai. Meskipun
mannitol dapat mengurangi ICP yang lebih rendah untuk sementara,
kekhawatiran tentang peningkatan kembali dalam ICP membuat
penggunaannya bermasalah.
3. Medical Care
Perawatan rawat inap lebih lanjut rumit dan mungkin melibatkan banyak
konsultan, tergantung pada jenis tumor dan prognosis secara keseluruhan.
Dokter yang merawat harus mengoordinasikan konsultasi onkologi onkologi
atau radiasi. Terapi radiasi untuk glioma biasanya dilakukan pada pasien
rawat jalan.
4. Surgical Care
Diagnosis pasti membutuhkan biopsi jaringan yang dilakukan oleh ahli
bedah saraf yang berkualifikasi. Pilihan bedah saraf termasuk reseksi atau
debulking dan penempatan pirau ventrikel dengan hidrosefalus obstruktif.
K. PROGNOSIS
Gambaran prognostik meliputi:
Resectability tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi tumor adalah
penentu utama kelangsungan hidup. Tanpa terapi radiasi, harapan hidup rata-
rata pasien dengan metastasis otak adalah 1 bulan. Terapi radiasi dapat
memperpanjang kelangsungan hidup hingga 4-6 bulan. Pasien dengan kejang
sekunder akibat tumor otak umumnya mengalami kemunduran neurologis
yang jelas selama 6 bulan. Kebanyakan pasien dengan metastasis otak
meninggal karena perkembangan keganasan primer mereka daripada karena
kerusakan otak.
Dalam sebuah penelitian terhadap 69 penderita tumor otak anak, pasien
menunjukkan defisit dalam fungsi eksekutif, memori, dan perhatian. Terapi
radiasi seluruh otak, ukuran tumor, usia muda saat diagnosis, dan jenis
kelamin laki-laki merupakan faktor risiko gejala sisa kognitif lanjut. [6]
Orang dewasa yang selamat dari tumor otak anak memiliki peningkatan
risiko penyakit kejiwaan, termasuk depresi, kecemasan, keinginan bunuh diri,
skizofrenia dan psikosis terkait, dan masalah perilaku. [7]
Di Amerika Serikat, kanker otak dan sistem saraf lainnya diperkirakan
menyebabkan sekitar 16.830 kematian pada tahun 2018. [4] Tumor otak
adalah kanker paling umum kedua pada anak-anak, mencakup 15-25% dari
semua keganasan anak. Mungkin tidak ada kanker lain yang ditakuti seperti
tumor otak, karena kecacatan parah, termasuk kelumpuhan, kejang, gangguan
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. B
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Lemah badan seblah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang laki-laki berusia 40th MRS Anutapura Pada tanggal 28 Januari 2021
dirujuk dari RS Torabelo dengan keluhan lemah badan seblah kanan, yang dialami
sejak ± 1 minggu yll, pasien sebelumnya masuk ke RS Torabelo dengan keluhan
demam ± 1 minggu dan kejang seluruh tubuh yang diawali dari kaki seblah kanan
dan disertai keluar air liur, kejang dialami 2-3 kali dalam sehari selama 1-2 menit.
Pasien terakhir kejang saat berada di UGD RS Anutapura. Pasien juga
mengeluhkan sakit kepalanya memberat selama ± 1 bulan terakhir disertai mual
dan muntah sehabis makan. Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat batuk dan
sesak juga disangkal, saat ini pasien tidak dapat berbicara, kesulitan makan dan
sering menjerit kesakitan. BAB tidak lancar, BAK lancar.
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 90kali/menit
Suhu : 37.3oC
Pernapasan : 20 kali/menit
Anemis : -/-
Ikterus : -/-
Sianosis : -/-
Pemeriksaan Thorax :
Paru-paru :
- Inspeksi : Simetris Bilateral
- Palpasi : Vocal fremitus kiri = kanan,
- Perkusi : Sonor kedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung :
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : BJ I-II murni, regular
Pemeriksaan Abdomen :
- Inspeksi : Tampak datar
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
N. Cranialis:
o N. Olfactorius (I) : TDP
o N.Optikus (II) : TDP
Ketajaman penglihatan : TDP
Lapangan penglihatan : TDP
o N. Occulomotoris (N.III), N. Trochlearis (N.IV), N. Abducens (N.VI)
Celah kelopak mata :
- Ptosis : (-)/(-)
- Exopthalmus : (-)/(-)
Posisi bola mata : Sentral/Sentral
Pupil : Ukuran/bentuk: 2 mm/Bulat
Isokor/anisokor : Isokor (+)/(+)
Reflex cahaya langsung : (+)/(+)
Reflex cahaya tidak langsung : (+)/(+)
Reflex akomodasi : TDP
Gerakan bola mata :
Parese kearah (-)
Nistagmus (-)
o N. V Trigeminus :
Sensibilitas : N.V1: TDN
N.V2: TDN
N.V3: TDN
Motorik : Inspeksi:
Mengigit : TDN
Membuka mulut : TDN
o N. VII Facialis
Motorik : M. Frontalis M. orbik. Okuli M. orbik. Oris
Istirahat : Simetri Simetris Simetris
Gerakan mimik : DBN DBN DBN
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : Tidak dilakukan pemeriksaan.
o N. VIII Vestibulocochlearis
Pendengaran : baik (+)/(+)
Tesrinne/weber : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Fungsivestibularis : Tidak dilakukan pemeriksaan.
o N. IX/X: (Glossopharingeus/vagus):
Posisi arkus pharinks : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Reflex telan/muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Pengecap 1/3 lidahbagian belakang : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Fonasi : Terganggu
o N. XI:
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : TDN
Angkat bahu : TDN
o N.XII:
Deviasi lidah : TDN
Fasciculasi : TDN
Atrofi : TDN
Tremor : TDN
Ataxia : TDN
3. Leher:
Tanda-tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (+)
Kernig’s sign : (+)
Laseque sign : (-)
Petrick sign : (-)
Arterikarotis:
Palpasi : Berdenyut
Auskultasi : Bising (-)
Kelenjar gondok : Tidak terdapat pembesaran
4. Abdomen:
Reflex kulit dinding perut : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Kolumna vertebralis:
Inspeksi : TDN
Palpasi : TDN
Perkusi : TDN
Pergerakan : TDN
6. Ekstremitas :
Motorik:
Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakkan T BT T BT
Kekuatan 0 4 2 4
Tonus Meningkat Normal Menurun Normal
Bentukotot Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Reflex fisiologi
Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Biceps +++ ++
Triceps ++ ++
Patella +++ ++
Achilles +++ ++
Sensibilitas :
Ekstroseptif
Nyeri : Tidak dilakukan pemeriksaan
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
Rasa raba halus: Tidak dilakukan pemeriksaan
Propioseptif
Rasa sikap : Tidak dilakukan pemeriksaan
Rasa nyeri dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi Kortikal Luhur : Tidak dilakukan pemeriksaan
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Uric Acid : 2.1 mg/dl (L)
Glucosa Puasa : 121 mg/dl (N)
Triglycerides : 267 mg/dl (H)
Cholesterol : 221 mg/dl (H)
HDL Direct : 27 mg/dl (L)
LDL Direct : 174 mg/dl (H)
Na+ : 123 mmol/L (L)
Cl : 86 mmol/L (L)
RBC : 4,6 106/ul (L)
Neutrofil : 80,8% (H)
Lym : 8,6 % (L)
HIV Antibody : Reaktif
Bercak infilrat minimal pada lapangan tengah dan bawah paru kanan
Tidak tampak proses spesifik aktif
Cor dan Aort normal
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang-tulang intak
Kesan: Mild Bronchopneumonia dextra
VII. RESUME
Seorang laki-laki berusia 40th MRS Anutapura Pada tanggal 28 Januari
2021 dirujuk dari RS Torabelo dengan keluhan Hemiparese dekstra, yang
dialami sejak ± 1 minggu yll, pasien sebelumnya masuk ke RS Torabelo
dengan keluhan febris ± 1 minggu dan seizure seluruh tubuh yang diawali
dari kaki seblah kanan dan disertai keluar air liur, seizure dialami 2-3 kali
dalam sehari selama 1-2 menit. Pasien terakhir seizure saat berada di UGD
RS Anutapura. Saat ini pasien afasia, kesulitan makan dan sering menjerit
kesakitan, Riayat sefalgia 3 tahun terakhir memberat selama ± 1 bulan
terakhir. Nausea (+) dan vomitus (+), Riwayat trauma kepala, batuk dan
sesak disangkal, Pemeriksaan tanda vital TD:130/90 mmHg,
N:90kx/menit, S;37.3oC, P: 20x/menit. Pemeriksaan rangsang menings
(+), Pemeriksaan kesadaran GCS= E3M5V1, BAB tidak lancar, BAK
lancar.
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Hemiparese Dekstra
Diagnosis Topis : Hemisfer secebri sinistra
Diagnosis Etiologi : Multiple infark cerebri bilateral dengan hematoma
IX. TERAPI
Medikamentosa
Injeksi citikolin 250 mg/12jam
Inj. Omeprazole 40mg/24 jam
Inj. Dexmetasone 1 A/ 8jam
Fenofibrat 300mg 1x1 (im)
Chlorpromazine 100mg 1x1/4 bila cegukan
Kutoin 100mg 2x1
Bamgetol 200mg 2x1
X. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
- Tumor Otak
- Toxoplasmosis
- Abses serebri
XI. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Dubia ad Malam
Qua ad sonationem : Dubia ad Malam
XII. Anjuran
Konsul bedah saraf
BAB IV
PEMBAHASAN
Tumor otak merupakan suatu massa atau benjolan yang tumbuh secara tidak
normal di dalam otak. Benjolan ini dapat bersifat jinak maupun ganas. Sumbernya
pun bisa berasal dari otak itu sendiri (tumor primer) maupun penyebaran dari
bagian tubuh lainnya (tumor sekunder atau metastasis).
Diagnosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan menunjang, didapatkan bahwa pasien mengalami keluhan
sakit kepala sejak 3 tahun terakhir dan memberat dalam 1 bulan terakhir, pasien
mengalami demam tinggi kemudian kejang seluruh tubuh yang diawali dari kaki
kanan pasien. Setelah beberapa kali kejang pasien mengalami hemiparese dextra
kemudia pasien tidak dapat berbicara. Pemeriksaan kesadaran GCS=E3M5V1
(Apatis), Pemeriksaan N. Cranialis sulit dilakukan penilaian, Pemeriksaan
Motorik didapatkan pada ekstremitas dekstra, terbatasnya pergerakan, penurunan
kekuatan otot , penigkatan tonus otot pada tangan kanan dan penurunan tonus otot
pada kaki kiri, ditemukan peningkatan pada reflex fisiologi dan positif pada reflex
patologi.
Terapi yang diberikan pada pasien yaitu Dexametasone 1A/8jam dan
Bamgetol 200mg 2x1mg, berdasarkan dengan teori sudah sesuai. Dexametasone
merupakan golongan Kostikostroid yang di anjurkan untuk mengurangi
peradangan dan pembesaran otak. Bamgetol merupakan obat antikonvulsan
diberikan untuk mancegah dan mengontrol kejang.
BAB V
KESIMPULAN
Tumor otak merupakan suatu massa atau benjolan yang tumbuh secara tidak
normal di dalam otak. Benjolan ini dapat bersifat jinak maupun ganas. Sumbernya
pun bisa berasal dari otak itu sendiri (tumor primer) maupun penyebaran dari
bagian tubuh lainnya (tumor sekunder atau metastasis).
Etiologi pasti yang dapat menyebabkan perubahan genetik ini belum
diketahui. Etiologi tumor otak adalah perubahan genetik yang menyebabkan
ketidakseimbangan onkogen dan tumor suppressor genes. Beberapa faktor risiko
tumor otak, antara lain radiasi pengion dosis tinggi, genetik, radiofrekuensi
elektromagnetik, dan faktor lain.
Secara global, insidensi tumor otak maligna di seluruh dunia adalah 3,4/
100.000 penduduk. Insidensi tumor otak di Amerika Serikat adalah 21,42/
100.000 penduduk per tahun dengan insidensi tumor ganas 7,25/ 100.000
penduduk per tahun. Masing-masing jenis tumor otak memiliki insidensi yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA