Anda di halaman 1dari 44

FORMAT LAPORAN STUDI KASUS

PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESI NERS (KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

Disusun oleh :

Kelompok 9
HIGH CARE UNIT
RSUD Dr. SOEDONO MADIUN

Disusun Dalam Rangka Mengaplikasikan Ketrampilan


kognitif, Komunikatif Dan Ketrampilan Motorik pada
Tatanan Nyata

PRODI PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

JL.Budi Utomo No. 10 Telp (0352) 487 662 Ponorogo Fax. (0352) 461796
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan oleh : Kelompok 9


Judul : TUMOR OTAK
Telah disetujui dalam rangka mengkuti Praktik Keperawatan profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo. Pada tanggal : 16 September – 10 November 2019 di RSUD Dr.Soedono Madiun

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik


LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR OTAK

Kelompok 4 :

1. Eko Totok M
2. Septy Wahyuningtyas
3. Tria Auliya M.S
4. Syahrial idris

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

OKTOBER 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB I
KONSEP PENYAKIT TUMOR OTAK
A. PENGERTIAN
Tumor Otak adalah pertumbuha abnormal dari perkembangan asal, primer, metastasik
yang terjadi di dalam otak dan struktur penyokong. Tumor otak adalah tumor jinak pada
selaput otak atau salah satu otak (rosa mariono,MA,standart asuhan keperawatan, st
corolus,2000) Tumor otak adalah suatu lesi ekpansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intrakcranial)
atau disumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri disebut tumoo otak primer dan berasal dari organ-organ lain
seperti kanker paru, payudara, prostase,ginjal dan lain-lain disebut tumor otak sekunder
(mayer,sa,2002). Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakarnial yang
menempati ruang didalam tengkorak (bruner and suddarti,20020. Tumor otak adalah
neoplasma yang berasal dari sel saraf,neuro ephitelium,saraf cranial,pembuluh
darah,kelenjar pineal,hipofisis (donna L wong,2002).

B. Etiologi
Penyebab dari tumor hingga kini saat ini belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
menunjukkan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk tumor tertentu. Agen
tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, virus, toksin, radiasi, dan defisiansi
imunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder
dari trauma cerebral dan penyakit peradangan.

C. Manifestasi Klinis
Berdasarkan Lokasi :
1 Lobus Frontalis :
a. Respons afektif tidak tepat ; mudah lupa
b. kurang perhatian ; Kehilangan minat social
c. Penilaian kurang
d. Gangguan pengendalian spingter
e. Kejang motorik fokal
f. Sakit Kepala
2 Lobus Temporalis
a. Kehilangan memori terbaru
b. Fenomena visual
c. gangguan Auditorius
d. Kejang Psikomoor
e. Halusinasi Olfaktorius atau gustatorius
f. Afasia sesori
3 Lobus Oksipitalis
a. Gangguan visual
b. Kebutaan sentral
c. Kebutaan kortikal atau gustatorius
d. Halusinasi visual
4 Serebelum
 Tak terkoordinasi; ataksia
 Kehilangan keseimbangan
 Mual, mUntah
 Vertigo
5 Lobus Parietalis
a. Kehilangan sensoris
b. Apraksia
c. Gangguan persepsi tubuh
Berdasarkan Tipe :
1 Gliomas
a. Terjadi pada hemisfer cerebral
b. Sakit kepala
c. Muntah
d. Perubahan kepribadian ; peka rangsang, apatis
2 Neuroma Akustik
a. Vertigo
b. Ataksia
c. Parestesia dan kelemahan wajah ( saraf cranial V, VII)
d. Kehilangan refleks kornea
e. Penurunan sensitivitas terhadap sentuhan ( Saraf cranial V, XI)
f. Kehilangan pendengaran unilateral
3 Meningioma
a. Kejang
b. Eksoftalmus unilateral
c. Palsi otot ekstra okuler
d. Gangguan pandangan
e. Gangguan Olfaktorius
f. Paresis
4 Adenoma Hipofisis
a. Akromegali
b. Hipopituitari
c. Sindrom Cushing
d. Wanita : Amenorea, sterilisasi
e. Pria : kehilangan libido, impotensi
f. Gangguan penglihatan
g. DM
h. Hipotiroidisme
i. Hipoadrenalisme
j. Diabetes Insipidus
k. IADH

D. Klasifikasi
Tumor otak ada bermacam-macam menurut price,Sylvia ardeson,2000,yaitu :
1 Giloma adalah tumor jaringan gila (jaringan penunjang dalam system saraf pusat,
bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50% tumor otak).
2 Tumor meningen merupakan tumor asal meningen,sel-sel mesofel dan sel-sel
jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
3 Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob,eosinofil atau basofil dari hipofisis
anterior
4 Tumor metastasis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5- 10% dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
5 Tumor pembuluh darah antara lain angioma, hemangimablastoma,sindrom non
hippel-lindon.

E. Patofisiologi
Tumor Otak menyebabkan gangguan neurologist progresif, gejala-gejalanya terjadi
berurutan. gangguan neurologist pada tumor otak basanya dianggap disebabkan oleh dua
factor yaitu gannguan fokal disebabkan oleh tumor dan tekanan intracranial
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Disfungsi
paling besar pada tumor yang tumbuh paling cepat misalnya glioblastoma multiple.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darahke jaringan otak. Peningkatan
tekanan intracranial dapat diakibatkan oleh beberapa factor :
1 Bertambahnya masa dalam tengkorak
2 Terbentuknya edema sekitar tumor
3 Perubahan sirkulasi cairan serebrospinal
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat. Peningkatan TIK
apabila tidak diobati akan menyebabkan Herniasi unkus atau serebelum. Herniasi unkus
timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial
oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon menyebabkan
kehilangan kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Pada herniasi serebelum tonsil
serebelum tergeser kebawah melalui magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi
medulla Oblongata dan Henti nafas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis yang
terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi
siatemik dan gangguan pernafasan.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Arteriografi atau ventriculagram : untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisteria
2. CT-Scan : dasar untukmenguatkan diagnosa
3. Radiogram : memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan, dan klasifikasi posisi kelenjar pineal yang mengapur dan posisi slatursika
4. Sidik otak radioaktif : memperlihatkan daerah-dareah akumulasi abnormal dari zat-zat
radioaktif, tumor otak mengakibatkan kerusakan swar otak yang menyebabkan
akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
5. Elektoensefalogram (EEG) : memberikan informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron.
6. MRI
7. Pungsi Lumbal

G. Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukan tergantung dari keadaan tumor tersebut,apakah masih
bisa dioperasi (aperabel) atau pun in aperabel. Sebelumdilakukan pembedahan,
persapan pre operasiharus dilakukan seperti pemeriksaan laboratorium lengkap, tes
fungsi hati, ginjal, EKG, dll.
1. Tindakan operatif dilakukan dengankeadaan berikut :
a. Emergensi, misalnya pada paien dengan penurunan kesadaran.
b. Elektif (direncanakan), misalnya pada penderita otak setadiun dini
2. Tidakan operatif dengan radioterapi dankemoterapi temozolomide dilakukan pada
kasus anaplastik oligodendroglioma (grade III).untuk kasus malignan glioma
dilanjutkan dengan interstial radioterapi/ brachytherapy dengan radioaktif irrdium
192/iodin-125 langsung ke tumor. Sterotadic radiotherapy atau radiosurgery (irnac
dan gamma knifer) dilakukan pada lesi- lesi dengan diameter tidak lebih dari 3-4
cm dan sangat potensial untuk malignan glioma yang berbeda jauh didalam
otak.pada tumor dengan metastase tunggal diotak dilakukan tindakan operatif
terhadap tumornya tetapi disertai dengan whole bran radiotherapy(WBRT)
ataupun dengan sterotic radiyo surgery (SRS) selain itu dilanjutkan dengan
kemoterapi seperti pada tumor small cell lung carcinoma, grem cell tumor,
ataupun pada breast cancer.
3. Paliatif : dilakukan pada kasus-kasus yang tidak mungkin lagi dioperasi lagi.
H. Pohon Masalah

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, usia, status, agama, alamat, pekerjaan, dan identitas
penanggung jawab.

B. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala hilang timbul, mimisan, mual muntah proyektil

C. Riwayat penyakit saat ini


Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran,
penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.

D. Riwayat penyakit dahulu


mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala

E. Riwayat penyakit keluarga


Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor otak.

F. ADL
1 Pola makan : penurunan nafsu makan, mual, muntah, kehilangan sensori
2 Eliminasi : perubahan perkemihan(retensi urine) distensi abdomen
3 Aktivitas : kelemahan, hemiplegia, kesulitan dalam beraktivitas pligia , kehilangan
sensori
4 Istirahat tidur : kesusahan untuk tidur karena pusing vertigo, kejang mengalami
penurunan kesadaran.
G. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil
keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur
pembedahan, adanya perubahan peran.

H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Klien cemas, mengalami penurunan kesadaran
2. Kesadaran
Pasien mengalami penurunan kesadaran mulai dari komposmentis sampai dengan
koma.
3. TTV
TD: Mengalami peningkatan
N : Cepat
S : ganguan termoregulasi
RR: peningkatan pernafasan
4. Pemeriksaan fisik
a. Wajah
Mata; papil edema, reeflek cahaya isokor, miosis.
Hidung; peningkatan pernafasan
Mulut: bibir kering, mukosa bibir kering.
Telinga: mengalami penurunan pendengaran
b. Kepala dan leher
Kepala I: simetris, persebaran rambut, warna rambut
P; nyeri tekan
Leher I; pembesaran kenjar tiroid
P; nyeri tekan
c. Pemeriksaan thorak/dada
Paru i; adanya peningkatan irama nafas, sesak nafas, bentuk dada dan suara
nafas, penggunaaan obat bantu nafas
Jantung; peningkatan TD karena TIK irama jsntung ireguler dan brakikardi,
nyeri dada tidak ada
d. Abdomen
Mual dan muntah (peningkatan TIK), penurunan nafsu makan penurunan
perstaltik usus
e. Genetalia dan rectal
Gangguan spinter urin, keberihan ,urun normal per hari 1200 cc
f. Punggung dan tulang belakang
Ada kelainan tulang belakang atau tidak.
g. Ekstremitas dan muskuloskeletal
Keterbatasan pergerakan anggota gerak kelemahan bahkan kelumpuhan.
Kemampuan pergerakan sendi. Kondisi tubuh kelelahan.
h. Fungsi pendengaran, penghidu, tenggorokan, penglihatan
f. pendengaran; terganggu jika mengenai lobus temporal
f. penghidu; mengeluh bau yang tidak biasapada lobus frontal
f. pengecapan; kemampuan sensasi
f. penglihatan; penurunan penglihatan hilangnya ketajaman
i. Fungsi neurologi
1. Afaksia; kerusakan atau kehilangan fungsi bicara
2. GCS: skala untuk menilai tingkat kesadaran.
Berdasarkan fokal
a. Tumor lobus frontalis
1. Gangguan kepribadian dan mental seperti apatis
2. Graps refleks
3. Spasme tonik pada jari-jari kaki atau tangan
4. Kejang fokal
5. Affasia motorik
b. Tumor lobus temporalis
1. Kejang persial
2. Movment motorik automatik
3. Nyeri epigastrium
4. Dejavu
c. Tumor lobus paletalis
1. Astereognosis
2. Antropognosisi
3. Hemianestia
4. Tidak dapat membedakan kanan dan kiri
d. Tumor lobus oksifital
1. Gangguan penglihatan
2. Nyeri kepala
e. Tumor serebelum
1. Nyeri kepala
2. Gangguan kordinasi
f. Tumor daerah thalamus
1. Refleks babinsky positif, memiparase,
2. Tik yg tinggi
3. Lama kelamaa menjadi hedrosefalus
g. Tumor batang otak
3. Kesadaran menurun
4. Gangguan N III
5. Sindrum wabber
6. Sindrom claude
h. Tumor sudut serebro pontin
1. Gangguan pendengaran
2. Vertigo
i. Berdasarkan PTIK
Nyeri kepala kejang, kejang, gangguan mental

1. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut b.d pembesaran tumor ; peningkatan TIK
2. Ketidak efektifan pola nafas b.d penekanan medula oblongata
3. Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK, pembedahan
tumor, edema serebri
4. Resiko cidera b.d vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostastik
5. Ketidak seimbangan nutrisikurang dari klebutuhan tubuh b.d efek kemoterapi dan
radioterapi.
6. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan sensorik dan motorik
7. Resiko infeksi b.d post operasi

J. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Nyeri akut b.d pembesaran tumor, post operasi, peningkatan TIK
NOC
Kriteria Hasil
1) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
ditunjukkan dengan penurunan skala nyeri.
2) Klien tidak merasakan kesakitan
3) Klien tidak gelisah
Pain Management
1) Mengurangi/menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan/meningkatkan
pengalaman nyeri
2) Memilih dan mengimplementasikan satu jenis tindakan (farmakologi dan non
farmakologi)
3) Mengajarkan pasien tentang cara relaksasi
4) Observasi TTV
5) Gunakan Komunikasi terapeutik
6) Kondisikan lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu, ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
7) Kaji tipe dan sumber nyeri
8) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
9) Kolaborasi pemberin analgesik
2. Ketidak efektifan pola nafas b.d penekanan medula oblongata
NOC
1) Respirasi status, ventilitation
2) Respiratori status ; Airway Patency
3) Vital Status
Kriteria Hasil
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, maupun bernafas dengan mudah,tidak ada
plus lips)
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi, pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3) TTV dalam rentang normal (TD, Nadi, RR)
NIC
1) Buka jalan nafas , gunakan teknik head chin lift/ thurst bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4) Keluarkan secret dengan batuk atau suction
5) Monitor TTV
6) Monitor kecepatan irama, kedlaman dan upaya pernfasan
7) Monitor pola pernafasan
8) Monitor tingkat saturasi O2
9) Auskultasik suara nafas
10) Monitor status respirasi dn oksigenasi yang tepat
3. Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK pembedahan tumor,
edema Cerebri
NOC
1) Status Sirkulasi
2) Perfusi serebral
Kriteria Hasil
1) Status sirkulasi : tekanan sistol dalam rentang yang diharapkan tidak ada hipertensi
ortostatik, tidak ada tanda peningkatan TIK
2) Kemampuan kognitif: berkomunikasi dengan jelas dan sesui dengan kemampuan,
menunjukkan perhatian. Inconsentrasi dan orientasi proses informasi, membuat
keputusan, tingkat kesadaran membaik tidak ada gerakan involunter.
NIC
Perperal Sensatron Management
1) Perhatikan daerah yang hanya peka terhadap panas, dingin, tumpul, dan tajam.
2) Monitor adanya parites
3) Lomunikasikan pada keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi
4) Batasi gerakan kepala, leher dan punggung
5) Monitor kemampuan untuk BAB
6) Kolaborasi pemberian analgesik
7) Monitor adanya tromboplebis
8) Distraksi adanya perubahan sensori
4. Resiko Cidera b.d vertigo sekunder dengan hipotensi ortostatik
NOC
1) Pasien dapat mengidentifikasi kondisi-kondisi yang menyebabkan vertigo
2) Pasien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran darah diotak tiba-
tiba yang b.d ortostatik
3) Pasien dapat melaksanakan gerakan merubah posisi dn mencegah drop tekanan
diotak yang tiba-tiba
4) Menjelaskan beberapa episock vertigo atau pusing
NIC
Full Prevention
1) Identifikasi tingkah laku dan faktor yang berpengaruh pada resiko jatuh
2) Memberikan tanda untuk mengingatkan klien untuk meminta tolongketika
meninggalkan tempat tidur
3) Menggunakan teknik yang sesuai untuk melakukan perubahan posisi
4) Observasi TTV
5) Diskusikan dengan klien tentang fisiologis hipotensi ortostatik
6) Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi ortostatik
a) Untuk mengetahui pasien mengalamihipotensi ortostatik atau tidak
b) Untuk menambah pengetahuan klien tentng hipotensi ortostatik
c) Melatih kemampuan klien dan memberikan rasa nyaman ketika mengalami
hipotensi ortostatik

5. Ketidak seimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d efek kemoterapi dan
Radiologi
NOC
1) Nutrisional status
2) Nutrisional status : food and fluid intake, nutrien intake
3) Weight control
Kriteria Hasil
1) Tidak ada penurunan BB yang berarti
2) Mampu mengindentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4) Menunjukkan peningkatam fumgsi menelan
NIC
1) Kaji adanya tanda-tanda alergi makanan
2) Monitor jumlah gizi (nutrisi) dan jumlah kalori
3) Kaji kemampuan klien mendapatka nutrisi yang dibutuhkan
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untukk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
pasien
Monitoring Nutrisi
1) BB pasien daam batasan normal
2) Monitor dengan adanya penurunan BB
3) Monitr tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan
4) Monitor adanya interaksi selama makan
5) Monitor adanya mual muntah
6) Monitor adanya pucat, mual, muntah, pucat, kekeringan konjungtiva
6. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan motorik dan sensorik
NOC
1) Levels mobilitas
2) Adls
3) Join Movement
Kriteria Hasil
1) Kemampuan aktifitas fisik meningkat
2) Mengerti tujuan dari peningkata mobilitas fisik
3) Menstabilisasikn perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah
4) Memeperagakan penggunaan alat bantu jalan
NIC
Ambulation
1) Monitor TTV sebelum dan sesudah latihan
2) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulansi sesuai dengan
kebutuhan
3) Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dengan tongkat
4) Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambuansi
5) Kaji kemampuan pasien saat mobilisasi
6) Latihan pasien dalam pemenuhan kebutuhan Adls secara mandiri sesuai
kemampuan
7) Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi atau bantu penuhi kebutuhan Adls
Adls
1) Beri alat bantu jika klien membutuhkan
2) Ajarkan pasien utuk merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
7. Resiko infeksi b.d Post operasi
NOC
1) Imune status
2) Knowledge : Infection control
3) Risk control
Kriteria Hasil
1) Bebas dari tanda gejala infeksi
2) Mendeskripsikan , faktor penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan
serta, penatalaksaannya
3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infuksi
4) Jumlah leukosit dalam batas normal
5) Menunjukkan perilaki hidup sehat
NIC
Infention Control
1) Bersihkan lingkungan
2) Pertahankan teknik isolasi
3) Batasi pengunjungan
4) Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan
5) Cuci tangan sesuai dengan 5 moment
6) Gunakan APD
7) Pertahankan teknik aseptik
8) Monitor tanda dan gejala infeksi
9) Kilaborasi pemberian antibiotik
K. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat baik mandiri maupun koraborasi yang telah
disusun dengan baik dengan tujuan mengurangi keluhan pada pasien.
L. Evaluasi
Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan didalam evaluasi adalah kegiatan
yang dilakukan terus-menerus dengan melibatkan perawat dan anggota kesehatan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Herman,TH & Kamitsurus ((Edc).2014.Nanda Internasional Nursing Diagnosis


Definition & Clasification 2018-2020.Ed:3 Oxfrod Whiley Blak Well

Nanda.2015.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis dan Nanda NIC


NOC.Edisi revisi 3.Medication: Jogyakarta.
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN P DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR


CEREBRI DI RUANG HIGH CARE UNIT WIJAYAKUSUMA RSU Dr. SOEDONO
MADIUN

OLEH

KELOMPOK 9

1. EKO TOTOK M
2. SEPTY WAHYUNINGTYAS
3. TRIA AULIYA M.S
4. SYAHRIAL IDRIS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN TN P DENGAN POST OP TUMOR CEREBRI DI


RUANG HIGH CARE WIJAYAKUSUMA RSU Dr. SOEDONO MADIUN

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI


FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN

Tanggal pegkajian : 23-09-2019 No. Register : 6779774


Jam pengkajian : 11.00 Tanggal MRS : 21-09-2019
Ruang/kelas : HCU WK

I. IDENTITAS
Identitas pasien
Nama : Tn. P
Umur : 50 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Gol. Darah :-
Alamat : Madiun (Jiwan)

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. D
Umur : 40 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Sawahan Madiun
Hubungan dengan klien : Adik ipar

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan utama saat MRS
Keluarga mengatakan klien mengalami penrunan kesadaran
2. Keluhan utama saat pengkajian
Keluarga mengatakan klien belum sadar penuh sejak hari sabtu tanggal 21
september 2019
III. DIAGNOSA MEDIS
Post Operasi Tumor Cerebri

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien sering mengeluh pusing yang hebat, pandangan kabur, mual dan muntah
kadang juga mimisan saat melakukan aktivitas sehari-hari sudah sejak 1 tahun yang
lalu. tanggal 11 px ke UGD RSUD Sugaten dengan TD 209/100 mmHg dan
mengalami penurunan kesadaran. kemudian dilakukan tindakan CT-Scan dan
ditemukan ada tumor pada otak dan dirawat di ICU, px mengalami koma selama 9
hari. Kemudian pada hari ke 10 px sadar dan oleh keluarga dibawa pulang secara
paksa. Selama 2 hari dirumah px mengalami penurunan kesadaran pada tanggal 20
september 2019 px dibawa ke IGD RSUD Soedono Madiun mengalami penurunan
kesadaran dan dirawat di ruang HCU WK. Kemudian pada tanggal 21 px menjalani
operasi pada pukul 14.30 WIB.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien pernah mengalami serangan stroke pada tahun 2014 dan menderita HT sudah
dari 2010
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang pernah menderita tumor otak (cerebri) akan tetapi ayah
pasien pernah menderita stroke.

GENOGRAM

V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


1. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
ADL Di Rumah Dirumah Sakit
Pola pemenuhan Makan 3x kali sehari, dengan menu Klien mendapatkan diit susu
kebutuhan nutrisi sayur, lauk habis satu porsi, camilan, dll. 6x/hari 200 cc
dan cairan Minum 1,5 L air putih
( makan dan Selam sakit klien makan tapi klien selalu
minum) mual dan muntah
Pola eliminasi BAK : klien BAK lancer, tidak ada BAK : klien terpasang kateter
BAK darah, warna kuning bau khas urin produksi urin 900 cc/ 5jam
BAB : lancer, baukhas feses, sehari 1x BAB : klien diare 3x
konsisstensi cair

Pola istirahat Klien tidur pulas sering terbangun saat Klien mengalami penurunan
tidur tidur karena merasakan pusing yang kesadaran
hebat. Tidur 6-7 jam/hari

Pola kebersihan Klien dapat mandi sendiri Selama di RS klien hanya


diri Mandi 2x sehari disibin dibantu oleh perawat
Gosok gigi 2x/hari dang anti pakaian 1x/hari
Kramas 4x/ ,imggu
Ganti pakaian 2x/hari

Aktivitas lain Klien dirumah dapat beraktivitas Klien hanya tirah baring
mandiri, tanpa bantuan dan juga karena klien post op hari ke 2
bercocok tanam

2. Riwayat Psikologi
Klien tampak menahan nyeri, dan tidak dapat diajak berkomunikasi karena
mengalami penurunan kesadaran

3. Riwayat Sosial
Klien sulit bicara, mengucapkan kata yang tidak dapat dipahami

4. Riwayat Spiritual
Ibadah klien terganggu karena mengalami penurunan kesadaran

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Klien mengalami penurunan kesadaran GCS 425 (Delirium)
2. Pemeriksaan TTV
Sebelum sakit Saat Pengkajian
TD TD : 125/85 mmHg
N N : 63 x/menit
S S : 36 C
RR RR : 22x/menit
SPO2 SPO2 : 98%

3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+ ) ,Kelopak mata/palpebra oedem (-),
ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka (- ), peradangan (- ), luka (
+), benjolan ( +), Bulu mata tidak rontok, Konjunctiva dan s c l e r a anemis,
Warna iris (hitam), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), Pupil (anisokor 3/2),
warna kornea hitam.
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi: bersih, tidak ada sumbatan, terpasang NGT, tidak ada
pembengkakan, terpasang kanul nasal 4 Lpm
c. Mulut
Bibir kering, terdapat karies, warna pucat, lidah kotor
d. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat nyeri tekan
4. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher
a. Kepala
Inspeksi : bentuk simetris, rambut hitam, terdapat luka post operasi Craniostomi
dan dibalut, bersih tidak rembes
b. Leher
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
tidak ada pembesaran JVP
Palpasi : tidak ada nyeritekan,posisi trakea simetris
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. Thorax
Inspeksi : Bentuk thorax normal, dada simetris, tidak ada jejas,kulit sama dengan
sekitar,tidak terdapat retraksi intercostae
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b . Pemeriksaan paru
Inspeksi
- Irama nafas teratur
- RR 22 x/menit
- Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
Palpasi
Vocal fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi
Suara sonor
Auskultasi
Suara nafas vesikuler
c.Pemeriksaan jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Pulsasi pada dinding torak teraba kuat, pada ICS 5 terba ictus cordis
Perkusi: suara pekak
Auskultasi:
Bj1 terdengar keras tunggal
Bj2 terdengan tunggal, ada suara tambahan
6. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen simetris kanan dan kiri,tidak terdapat bayangan vena, tidak ada
strie, tidak ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan
Auskultasi : frekuensi peristaltik usus 12x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: hipertympani
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
a. Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter, persebaran rambut merata, bersih tidak ada lesi
b. Rektal
Inspeksi : bersih tidak ada hemoroid
8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
Tidak ada lesi pada kulit punggung, tidak terdapat kelainan bentuk tulang
belakang, tidak terdapat deformitas pada tulang belakang, atidak terdapat fraktur,
tdak ada luka tekan atau lecet.
9. Pemeriksaan Ekstermitas/Muskulos keletal
I : terdapat gerakan yang tidak terkontrol pada lengan kanan, pergerakan bebas.

P
Fraktur Odema Atropi Kekuatan otot
- - - - - - 4 3
- - - - - - 4 4
10. Pemeriksaan fungsi
pendengaran/ penghidu/ tenggorokan
Fungsi Pendengaran : tidak ada kelaman pada pendengaran, klien dapat mendengar dengan
baik.
Fungsi Penghidu : tidak dapat dikaji.
Fungsi Tengrokan : Terdapat nyeri telan.
11. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Klien dapat melihat tapi tidak dapat dikaji.
12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
Tingkat Kesadaran Derilium 425
Gcs, Respon membuka mata 4
Bicara 2
motorik 5.
Pemeriksaan Nerfus.
NI Olfaktorius : tidak dapat dikaji
NII Optikus : tidak ada refleks bola mata
NIII Okulomotorius : reflek pupil anisokor 2/3
NIV Thoklearis : kesulitan menggerakkan otot rahang
NV Trigeminal : tidak dapat dikaji
NVI Abdusen : klien dapat menggerakkan bola mata
NVII Fasialis : tidak dapat dikaji
NVIII Auditorius : tidak dapat dikaji
NIX Glosofaringeal : terdapat kesulitan menelan
NX Vagus : kesulitan mengucapkan kata-kata
NXI Asesorrus : Tidak dapat dikaji
NXII Hipoglosal : Tidak simetris
13. Pemeriksan Kulit/Integument
Inspeksi : otot simetris kiri dan kanan, tidak terdapat lesi,kuku kotor,warna pucat
Palpasi : akral hangat, CRT<2 detik, turgor kulit baik.
14. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik Medik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai acuan
Hematolgi
Darah Lengakap
Hemaglobin 15,8 g/dl 13,14-17,7
Leukosit 21,28* 10/ul 4.3-10.3
Trombosit 392 10/ul 142-424
Hematrokrit 46,6 % 40-47
Eritrosit 5,59* 10/ul 4.0-5.5
MCU 83,3 fl 80-93
MCH 28,3 pa 27-31
MCHC 34.0 g/dl 32-36
Hitung Leukosit
Eosinofil (%) 04 % 0.3
Basofil (%) 0.3 % 0,1
Neutrofil (%) 81,6 % 50-62
Limfosit (%) 8,9 % 25-40
Monosit (%) 4,8 % 3-7
Kimia Klinik
Sgot 50* u/l 8-31
Sgpt 104* u/l 6-40
Bun 190 mg/dl 10-20
Creatinin 0,98 mg/dl 06-1,1
Gds 198 mg/dl <140
Natrium darah 137 mmol/l 136-145
Kalium darah 3-68 mmol/l 3,5-5,1
Pemeriksaan :
Ekg : Raber cardio
Ekg basal (+)
Ct-Scan : Terdapat Pembesaran jaringan pada lobus otak bagian oksipital kanan sebesar 3
mm x 5 mm
VII. TINDAKAN DAN TERAPI
Infus pz :20 tpm
Sonde 6x200 cc
1. Obat Injeksi
Citicolin 2x 500 mg
Ranitidin 2x 50 mg
Antram 3x195
Dexametason 3x1 anp 4 mg
Penitoin 3 x 100 cc
2. Oral
Amlodipine 1x5 mg
Kasartan 1x 8 mg

TTD PERAWAT
ANALISA DATA

Nama : Tn.P
Umur : 50 tahun
No Reg : 6779774
Tanggal /jam Kelompok Data Masalah Penyebab
23-09-2019 DS:keluarga Gangguan perfusi Metabolisme dlm otak
11.00 mengatakan klien jaringan serebral terganggu
mengalami
penurunan
kesadaran Suplai darah dan O2
DO:kesadaran keotak terganggu
delirium
E4V2M5
Pupil miosis anisokor Gangguan perfusi
TD 125/ 83 mmhg jaringan
S : 36 C
RR: 22
SP02 : 98

23-09-2019 DS;keluarga Pertumbuhan sel otak


11.00 mengatakan klien abnormal
mengalami penurunan Resiko infeksi
kesadaran
DO:S 36 C Tumor otak
Terdapat luka post
Operasi pada kepala
Tumor cariotomi Tindakan operasi
Perban bersih tidak
terpasang drain Resiko infeksi

23-09-2019 DS:keluarga
11.00 mengatakan klien
mengalami
penurunan Resiko cidera Post operasi
kesadaran
DO:klien post operasi
kranitomi kesadaran
E4V2M5
Terdapat gerakan yang
tidak terkontrol resiko jatuh
pada tangan kanan
Delirium ada
Terpasang infus ,Dc,
Ngt monitor restraine,
02 kanul nasal.
`DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn.P
Umur : 50 tahun
No Reg : 6779774

No Tanggal Diagnosa Tanggal Teratasi TTD


Muncul
1 23-09-2019 Gangguan Perfusi jaringan
serebral b,d penurunan suplai
darah dan O2 keotak terganggu
2 23-09-2019 Resiko infeksi b.d adanya luka
post dieentri karena tindakan post
operasi kraniotomi
3 23-09-2019 Resiko cidera b.d penurunan
kesadaran
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn.P
Umur : 50 tahun
No Reg : 6779774
No Dx keperawatan Tujuan dan Intevensi TTD
karakteristik
1 Gangguan Perfusi Setelah dilakukan1. Perhatiakan daerah
jaringan serebral tindakan 2x24 jam yang peka terhadap
b,d penurunan gangguan perfusi panas ,dingin,tajam
suplai darah dan jaringan cerebral2. Instrusikan untuk
O2 keotak dapat berkurang atau mengobervasi kulit jika
terganggu tertasi dengan ada lesi
kriteria hasil : 3. Perhatiakn tirah baring
- Tidak ada tanda-4. Rapikan tempat tidur
tanda peningkatan agar tetaprapi
Tik 5. Batasi gerakkan kepala
- Pupil isokor leher dan bahu
- Gcs e 4 v 4 m 5 6. Kolaborasi pemberian
manitol,citicoline,
dexametason,penitoin
7. Pantau tingkat
kesadaran
8. Pantau ttv
2 Resiko infeksi Setalah dilakukan 1. Bersihkan lingkungan
b.d adanya luka tindakan 2x24 jam 2. Pertahankan teknik
post dieentri tidak terjadi infeksi aseptik
karena tindakan dengan kriteria hasil 3. Rawat luka dengan
post operasi : steril
kraniotomi 4. Batasi pengunjung
5. Gunakan apd
6. Anjunrkan pengunjung
untuk cuci tangan
sesuai 5 moment
7. Monitor tanda dan
gejala infeksi
8. Kolaborasi pemberian
analgetik
3 Resiko cidera b.d Setalah dilakukan 1. Identifikasi tingkah
penurunan tindakan 2x24 jam laku dan faktor yang
kesadaran tidak terjadi cidera berpengaruh pada
dengan kriteria hasil cidera
: 2. Menggunakan teknik
yang sesuai untuk
melakukan perubahan
posisi
3. Observasi ttv
4. Pasang pengahalang
pada bed pasien
5. restrain bila perlu
untuk melindungi dari
gerakan abnormal
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.P
Umur : 50 tahun
No Reg : 6779774
N Tanggal / Tindakan Keperawatan Respon TTD
o Jam
1 23-09-2019 1. Mempertahankan bedres 1. mengurangi peningkatan Tik
20.00 pada pasien 2. E 4 V 3 M 5
2. mengobservasi gcs 3. TD : 134/80
3. mengobservasi TTV N : 66
S : 36.9
RR: 21
Spo2 : 98
4.Citicolin
4. Berkolaborasi injeksi Phyenitoin

2 23-09-2019 1. memonitor tanda- tanda 1. H


20.00 infrksi Leukosit : 21,28
2. menganjurkan keluarga dan S 36c
pasien untuk cuci tangan 2. Mmencegah terjadinya infeksi
3. menggunakan teknik 3. ttidak ada kebocoran pada kulit
aseptik kaki
4. berkolaborasi pemberian 4. Mmencegah infeksi
antibiotik

1. TD 134/80
N: 66
RR: 21
3 1. Mengobservasi ttv Spo2: 98
23-09-2019 S : 36,9 C
20.00 2. Agar pasien tidak jatuh
3. Mencegah melepas alat
2. Memasang pengahalang medis/melukai diri sendiri
pada bed px 4. Px mengalami penurunan
3. Merestrain tangan kanan kesadaran
karena gerakan abnormal
4. Mengidentifikasi faktor
pemengaruhi cidera
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn.P
Umur : 50 tahun
No Reg : 6779774
No Tanggal / jam Perkembangan TTD
1 23-09-2019 S : klien belum sadar penuh
21.00 O : tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
TTV
TD : 139/80 mmHg
N : 68 x/menit
S : 36,5 OC
RR : 20x /menit
SpO2 : 98
GCS : E : 4 V : 3 M : 5
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi no 3, 4, 5,6, 7,8

2 23-09-2019 S : klien belum sadar penuh


21.00 O : HB : 21, 28
S : 36,5OC
Keluarga Mencuci Tangan Untuk mencegah infeksi
rawat luka dengan teknik aseptik
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi no 1,2,3,4,5,6,7,8,9

3 23-09-2019 S : klien belum sadar penuh


21.00 O : TD : 139/80 mmHg
N : 68 x/menit
S : 36,5 OC
RR : 20x /menit
SpO2 : 98
Pengahalang bed terpasang
Terpasang restrain pada tangan kanan
Klien terpantau oleh perawat
A : masalah teratasai
P : hentikan intervensi dan tetap pertahankan
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.P
Umur : 50 tahun
No Reg : 6779774
No Tanggal / Tindakan Keperawatan Respon TTD
Jam
1 24-09- 1. mamasukkan sonde dan 1. mengurangi peningkatan Tik
2019 obat oral 2. TD : 134/80
14.00 2. mengobservasi Ttv N : 66
3. Berkolaborasi injeksi iv S : 36.9
4. pertahankan tirah baring RR: 21
5. mengobservasi GCS Spo2 : 98
3. Citkolin
Dexsametason
Penitoin
Monitol
Ranitidin
4. mengurangi peningkatan tik
5. E 4 V 5 M 6

2 24-09- 1. Memonitor Tanda tanda 1. S : 36.7 C


2019 infeksi Leukosit 20.18
2. Mempertahankan teknik Tidak ada rembesan pada
aseptik permukaan luka bekas operasi
3. Kolaborasi pemberian 2. Mendegah infeksi
antibiotik 3. Mencegah terjadinya infeksi
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn.P
Umur : 50 tahun
No Reg : 6779774
No Tanggal / jam Perkembangan TTD
1 24-09-2019 S : klien sadar tetapi belum sepenuhnya (somnolen)
21.00 O : tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 70 x/menit
S : 36,5 OC
RR : 22x /menit
SpO2 : 99
GCS : E : 4 V : 4 M : 6
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no 3, 4, 5,6, 7,8 px pindah Wk A8

2 24-09-2019 S : klien belum sadar penuh


21.00 O : HB : 21, 38
S : 36,5OC
Injeksi antibiotik masuk lewat IV
Prinsip aseptik
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no 1,2,3,4,5,6,7,8,9 px pindah WK A8
MENILAI BUKTI SECARA KRITIS

LANGKAH-LANGKAH:
1. APA PICO PENELITIAN TERSEBUT? Apakah PICO mirip dengan PICO anda?
Ya
2. SEBAIKNYA APAKAH PENELITIAN TERSEBUT DILAKUKAN?/ seberapa baik
penelitian dikerjakan?
Penelitian ini layak diaplikasikan kepada pasien.
3. APA MAKNA HASIL PENELITIAN TERSEBUT DAN APAKAH HASILNYA
KARENA FAKTOR KEBETULAN?
LANGKAH I : BANDINGKAN PICO HASIL PENCARIAN DENGAN PICO anda
(KASUS)
• Buat PICO hasil pencarian
• Bandingkan PICO anda (KASUS KELOLAAN)

PICO ANDA (KASUS KELOLAAN) PICO HASIL PENCARIAN

P : Penurunan Kekuatan Otot P : Penurunan Kekuatan Otot


I : Mobilisasasi Pasif I : Rom Pasif
C:- C:-
O : Mempertahanakan Saturasi Oksigen O : Mempertahankan Fungsi Jantung, Pernapasan
Dan Saturasi Oksigen
LANGKAH II: SEBERAPA BAIK PENELITIAN DILAKUKAN
1. Rekrutmen
2. Allocation or adjustmen
3. Maintenance
4. Measurement-blinded-objective

ASPEK YANG DINILAI ARTIKEL KRITIK


DARI ARTIKEL
1. Rekrutmen :
Semua pasien post Jumlah populasi dalam
Populasi
craniotomy di ruang ICU penelitian ini tidak
RSUD Dr. Moewardi. dicantumkan.
Pengambilan sampel purposive sampling
menggunakan purposive adalah salah satu teknik
Sampel & sampling dengan besar ampel non random sampling
Sampling sebanyak 30 responden dan peneliti yang
menentukan kriteria
sesuai dengan tujuan
penelitan. Dalam jurnal
ini ditentukan dalam
kriteria inklusi dan
eksklusi. Saampel dalam
penelitian ini mencukupi
untuk dilakukan
penelitian
2. Allocation Or Penelitian ini termasuk Desain yang digunakan
Adjustmen penelitian Pra eksperimental seharusnya tow group
Acak
menggunakan one group pre- pre-post test design agar
Sebanding
Matching post test design. terdapat perbandingan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ROM
pasif terhadap laju
pernafasan dan saturasi
oksigen pada pasien post
craniotomy di ICU RSUD Dr.
Moewardi
3. Maintenance Syarat pasien post Pada penelitian ini
Apakah Status
craniotomy yang akan responden diberikan
Sebanding Tetap
dilakukan tindakan perlakuan rom pasif dan
Terjaga
ROM Pasif antara lain, pasien tidak ada responden yang
Perlakukan Adequat
yang mengalami kelemahan drop out.
otot, tirah baring, post
craniotomy hari kedua,
hemodinamik dalam kondisi
stabil, pasien tidak
mempunyai komplikasi
penyakit lain (penyakit pada
sistem pernapasan, dan
penyakit jantung), tidak
terjadi perdarahan pasca
bedah, pasien dalam keadaan
tenang atau tidak gelisah.
ROM dilakukan sesuai
dengan kondisi pasien, untuk
pasien dengan post
craniotomy jika tidak ada
komplikasi lain dapat dimulai
setelah 24 jam pasca trauma.
Pelaksanaan dilakukan
secara rutin dengan waktu
latihan 10-15 menit sebanyak
1-2 kali untuk memperbaiki
kekuatan otot pasien. Salah
satu tujuan dilakukan latihan
ROM pasif pada pasien kritis
di ICU adalah untuk
mempertahankan fungsi
jantung dan pernapasan
(kardiorespirasi)
4. Pengukuran Analisa data dengan uji Penelitian ini
Objektif
paired sampel t-test. Ada menggunkan perlakuan
Tersamar
Blind pengaruh ROM Pasif Rom pasif.
Cara pengambilan data
terhadap respirasi rate dan
tidak dijelaskan apakah
saturasi oksigen dengan nilai
ilakukan oleh peneliti
signifikansi yang sama yaitu
atau peneliti tidak ikut
(p) 0,00 dimana nilai p<0,05
dalam pengambilan data.
yang menunjukkan bahwa Ho
Penyadian data dalam
ditolak dan Ha diterima
jurnal ini konsisten.
dengan perubahan rata-rata
respirasi rate sebesar 3,967
dan perubahan rata-rata
saturasi oksigen sebesar
1,133.
LANGKAH III: APA MAKNA HASIL PENELITIAN
HASIL DAN INTERPRETASI
1. Pengukuran Outcome
Biner
Kontinu 1. Pengukuran outcome dengan kontinu

2. Nilai P (Uji Hipotesis) 1. nilai signifikansi yang sama yaitu (p)


0,00 dimana nilai p<0,05
2. CI 95%
3. Tingkat Kepercayaan (Estimasi)

KEPUTUSAN:
HASIL PENELITIAN :

Ada pengaruh ROM Pasif terhadap respirasi rate dan saturasi oksigen dengan nilai
signifikansi yang sama yaitu (p) 0,00 dimana nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima dengan perubahan rata-rata respirasi rate sebesar 3,967 dan
perubahan rata-rata saturasi oksigen sebesar 1,133.
TELAAH JURNAL

PENGARUH ROM PASIF TERHADAP LAJU PERNAPASAN


Judul DAN SpO2 PADA PASIEN POST CRANIOTOMY DI ICU RSUD
Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2015
Peneliti Nopitasari, Endang Caturini Sulistyowati
Tahun 2017
Jurnal Jurnal Keperawatan Global, Volume 2, No 2, Desember 2017
Pasien dengan kondisi bedrest dapat terjadi penurunan kekuatan
otot sehingga perlu penanganan untuk menguranginya. Salah satu
tindakan yang dilakukan dengan rehabilitasi medik yaitu Range Of
Motion (ROM). Range of motion dibagi aktif dan pasif. Salah satu
tujuan dilakukan latihan ROM pasif pada pasien kritis di ICU adalah
untuk mempertahankan fungsi jantung, pernapasan dan saturasi
Problem oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ROM
pasif terhadap laju pernafasan dan saturasi oksigen pada pasien post
craniotomy di ICU RSUD Dr. Moewardi.
Penelitian ini menggunakan rancangan Pra eksperimental. Desain yang
digunakan adalah One group pretest-post test design. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling dan didapatkan
responden sejumlah 30 responden.
Intervensi ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan perawat pada setiap gerakan. Di ruang ICU, latihan yang
digunakan adalah latihan ROM pasif (Suratun, dkk, 2008). Peningkatan
aktivitas secara bertahap dapat mengurangi kelemahan otot dan
meningkatkan daya tahan tubuh (Carpenito, 2009). Syarat pasien post
craniotomy yang akan dilakukan tindakan ROM Pasif antara lain,
pasien yang mengalami kelemahan otot, tirah baring, post craniotomy
hari kedua, hemodinamik dalam kondisi stabil, pasien tidak mempunyai
komplikasi penyakit lain (penyakit pada sistem pernapasan, dan
penyakit jantung), tidak terjadi perdarahan pasca bedah, pasien dalam
keadaan tenang atau tidak gelisah. ROM dilakukan sesuai dengan
kondisi pasien, untuk pasien dengan post craniotomy jika tidak ada
komplikasi lain dapat dimulai setelah 24 jam pasca trauma.
Pelaksanaan dilakukan secara rutin dengan waktu latihan 10-15 menit
sebanyak 1-2 kali untuk memperbaiki kekuatan otot pasien. Salah satu
tujuan dilakukan latihan ROM pasif pada pasien kritis di ICU adalah
untuk mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan (kardiorespirasi)
(Potter & Perry, 2005).
Comparation Menurut Zakiyyah (2014), Efek samping yang ditimbulkan
tidak adanya mobilisasi atau pergerakan ekstremitas dapat
menyebabkan perubahan saturasi oksigen kurang dari 90% sehingga
pada pasien kritis perlu dilakukan latihan fisik. Pada pasien dengan
trauma kepala, sirkulasi darah dan perfusi jaringan kurang baik
disebabkan terjadi gangguan di otak dan kurangnya mobilisasi.
Menurut penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan
Ozyurek (2010) menunjukkan bahwa respirasi rate dari 34 responden
pasien kritis sebelum dilakukan intervensi ROM Pasif memiliki nilai
mean sebesar 25,21 x/menit.
Menurut teori Schurt (2001), pada keadaan normal nilai saturasi
oksigen mencapai 97% - 99 %, nilai saturasi oksigen 95% masih dapat
diterima secara klinis, < 90% dapat dikatakan hipoksia. Menurut
Zakiyyah (2014), Efek samping yang ditimbulkan tidak adanya
mobilisasi atau pergerakan ekstremitas dapat menyebabkan perubahan
saturasi oksigen kurang dari 90 %. Sehingga harus pada pasien kritis
perlu dilakukan latihan fisik.
Menurut Hidayat (2006), Faktor ketidakmampuan, dimana pasien
cedera kepala terjadi ketidakmampuan untuk beraktivitas sehingga
mengalami imobilisasi, dimana efek dari imobilisasi akan
mempengaruhi pada kondisi psikologis dan fisiologis individu.
Pengaruh secara fisiologis diantaranya; perubahan metabolik,
perubahan system pernapasan, perubahan system muskuloskeletal,
perubahan system integument dan perubahan system eliminasi.
Perubahan pada system pernapasan diantaranya; ekspansi paru
menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses
metabolism terganggu. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena
tekanan yang meningkat oleh permukaan paru akibatnya dapat terjadi
penumpukan sekret di saluran pernapasan. Maka dari itu perlu
dilakukan mobilisasi untuk mencegah terjadinya penumpukan sputum.
Mobilisasi yang dapat dilakukan pada pasien cedera kepala dengan
melakukan latihan rentang gerak pasif/ROM pasif. Gerakan ROM pasif
bermanfaat untuk mempertahankan fungsi respirasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh ROM Pasif
terhadap respirasi rate dan saturasi oksigen dengan nilai signifikansi
yang sama yaitu (p) 0,00 dimana nilai p<0,05 yang menunjukkan
Outcome
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dengan perubahan rata-rata respirasi
rate sebesar 3,967 dan perubahan rata-rata saturasi oksigen sebesar
1,133.

Anda mungkin juga menyukai