Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST CRANIOTOMY


REMOVAL TUMOR
DI RUANG CENDANA 3 RSUP. DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh:
Ristia Anggarini
13/ 359170/KU/16493

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA
2014

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST CRANIOTOMY
REMOVAL TUMOR
DI RUANG CENDANA 3 RSUP. DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh:
Ristia Anggarini
13/ 359170/KU/16493

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA
2014

TUMOR OTAK
MENINGIOMA
A. DEFINISI
Otak dapat dipengaruhi berbagai macam tumor. Pasien yang mengalami
tumor tersebut akan mengalami gejala-gejala dan defisit neurologi yang
tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan dari pada tumor. Diagnosa
awal dari tumor sangat penting sekali untuk mencegah kerusakan neurologis
secara permanent. Peranan perawat sangat penting sekali dalam merawat pasien
dan keluarganya hal ini disebabkan karena banyak sekali kemungkinan masalah-
masalah fisik, psikologis dan sosial yang akan dihadapi
Tumor otak adalah massa atau neoplasma dalam otak. Tumor otak dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar, yaitu :
1. Tumor otak yang muncul dipermukaan otak, seperti meningioma dura.
2. Tumor yang berkembang didalam atau diatas saraf kranial, seperti meningioma
akustik.
3. Tumor yang berasal dari jaringan otak, seperti jenis glioma
4. Lesi metastasik yang berasal dari bagian tubuh lainnya, seperti tumor hipofisis
dankelenjar pineal dari pembuluh darah serebral.
Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput
pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul
pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya
terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat
jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjadi.
Meningioma adala tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang terdapat
pada lapisan meningen serta derivat-derivatnya. Di antara sel-sel meningen itu
belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan
erat antara tumor ini dengan villi arachnoid. Timbulnva meningioma kebanvakan di
tempat ditemukan banyak villi arachnoid. Dari observasi yang dilakukan
Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923) didapatkan suatu konsep bahwa sel
yang membentuk tumor ini ialah fibroblast sehingga mereka menyebutnya
arachnoid fibroblast atau meningeal Fibroblastoma.3 Meningioma berasal dari

leptomening yang biasanya berkembang jinak. Gushing, 1922 menamakannya


meningioma karena tumor ini yang berdekatan dengan meningen.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-
tumor tertentu. Agent tersebut meliptI faktor herediter, kongenital, virus, toksin,
dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat
terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan
Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979). Metastase
ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih
sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase
berasal dari paru-paru dan payudara.
Tumor pada sistem saraf pusat terdiri dari tumor intrakranial dan tumor
intraspinal. Seperti pada umumnya penyebab belum pasti diketahui secara jelas.
Namun beberapa faktor diidentifikasi sebagai faktor predisposisi antara lain
paparan terhadap zat toksin, trauma dan perdarahan.
Tumor otak primer menunjukkan rata-rata 20% dari semua penyebab
kematian karena kanker, dimana 20-40 % dari semua kanker mengalami metastase
ke otak. Tumor-tumor otak jarang mengalami metastase keluar sistem saraf pusat
tetapi jelas metastase ke otak, biasanya dari paru-paru, payudara, sistem
gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, kulit. Jejas neoplasmatik didalam
otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital seperti
pernapasan dan menyebabkan PTIK.
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun
beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang
jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Faktor-faktor terpenting sebagai
penyebab meningioma adalah trauma, kehamilan, dan virus. Pada penyelidikan
dilaporkan 1/3 dari meningioma mengalami trauma, Pada beberapa kasus ada
hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya
tumor. Sehingga disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah

trauma. Beberapa penyelidikan berpendapat hanya sedikit bukti yang


menunjukkan adanya hubungan antara meningioma dengan trauma.
Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir
kehamilan, mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak yang
meningkat pada saat itu. Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai
penyebabnya. Pada penyelidikan dengan light microscope ditemukan virus like
inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi penyelidikan ini kemudian
dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope inclusion bodies ini adalah
proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran inti.

C. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari
CSF) yaitu:
1. Sakit kepala
2. Nausea atau muntah proyektil
3. Pusing
4. Perubahan mental
5. Kejang
Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik
dari otak)
1. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia,
kebutaan, tanda-tanda papil edema.
2. Perubahan bicara, msalnya: aphasia
3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.
4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan
konstipasi.
6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.
7. Perubahan dalam seksual
8. Tanda-tanda dan gejala-gejala spesifik lesi dari masing-masing lobus dapat
dilihat pada tabel di bawah ini

Gejala yang paling umum adalah sakit kepala dan kejang karena tumor
tersebut membesar pada ruang kranium yang terbatas. Beberapa gejala berkaitan
dengan PTIK mungkin indikasi adanya tumor. Gejala yang dialami pasien sangat
tergantung dari lokasi tumor dalam otak. Satu tumor dalam lobus daerah frontal
mungkin dimanifestasikan awalnya dengan perubahan kepribadian, memori
pengambilan keputusan atau alam perasaan.
Klinis peningkatan tekanan intrkranial juga akan disertai bangkitan
epilepsi seperti terjadi pada tumor supra tentorial. Defisit neurologi lokal yang
progresif sangat bervariasi tergantung pada lokasi tumor, yaitu :
1. Tumor pada lobus frontal akan dijumpai gangguan kepribadian dari mulai yang
umum sampai psikosa, gangguan intelektual, hilangnya daya ingat, afek long
tidak tepat.
2. Tumor pada lobus oksipital akan dijumpai gangguan penglihatan, kejang-
kejang.
3. Tumor pada girus for a sentral akan dijumpai kejang jacksor.
4. Tumor pada lobus temporal akan dijumpai halusinasi penciuman, penglihatan,
pengecapan, kejang psikomotor.
5. Tumor pada lobus parietal akan dijumpai ketidakmampuan membuat gambar,
ketidakmampuan membedakan obyek.
Gejala-gejala yang paling sering didapatkan pada penderita
meningioma adalah sakit kepala. Gejala Minis lain yang paling sering adalah
berturut-turut sebagai berikut:
1. kejang-kejang (48%)
2. gangguan visus ( 29%)
3. gangguan mental ( 13%)
4. gangguan fokal ( 10%)
Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung pada letak
tumor dan tingginya tekanan intrakranial, Tanda-tanda fokal sangat tergantung
dari letak tumor, gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan
otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut Leaven
gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini. Gejala-gejala ini tirnbul

akibat hemodynamic steal dalam satu hemisfer otak, antara hemisfer atau dari otak
kedalam tumor.
1. Sakit Kepala
Merupakan gejala yang paling sering, sakit kepala ini tidak khas, dapat umum
atau terlokalisir ada daerah yang berlainan. Hal ini sudah lazim walaupun
tidak dikaitkan dengan meningkatnya tekanan intracranial. Meningioma Intra
Ventrikuler seringkali mengalami sakit kepala dan peningkatan tekanan
intrakranial, karena meningioma di tempat tersebut dapat bergerak dan dapat
mengadakan penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis. Sakit kepala
tersebut bersifat unilateral dan gejala-gejala ini mungkin hilang timbul. Selain
sakit kepala juga disertai mual dan muntah-muntah.
2. Kejang
Didapati 48% dari kasus meningioma mengalami kejang-kejang terutama
pada meningioma parasagittal dan lobus temporalis, Adanya kejang-kejang
ini akan memperkuat diagnosa.
3. Gangguan Mata
Gangguan mata yang terjadi pada meningioma dapat berupa :
a) penurunan visus
b) papil oedema
c) nystagmus
d) gangguan yojana penglihatan
e) gangguan gerakan bola mata
f) exophthalmus.
4. Hemiparese
Lebih sering didapatkan pada meningioma dibandingkan dengan
tumor-tumor intrakranial yang lain. 10% dari kasus meningioma didapati
kelumpuhan fokal, Crose dkk mendapatkan tiga dari 13 kasusnya dengan
hemi parese disertai gangguan sensoris dari N V.
5. Gangguan mental
Sering juga didapatkan gangguan mental, tentunya berhubungan pula
dengan lokalisasi dari tumor. Dilaporkan 13% dari kasus-kasus RAAF (29)

dengan gangguan mental. Gejala mental seperti: dullness, confusion stupor


merupakan gejala-gejala yang paling sering.
Disamping gejala-gejala tersebut di atas juga sering didapatkan
gangguan saraf otak (nervus cranialis) terutama yang paling sering dari kasus-
kasus Grouse yaitu N II, V, VI, IXdan X. Gejala yang menarik adalah adanya
Intermittent cerebral symptoms. Pada 219 penderita dengan meiiingioma
supra tentorial didapatkan gangguan fungsi serebral yang mendadak
intermitten dan sementara dapat beberapa menit atau lebih dari sehari. Gejala-
gejala dapat berapa afasia, kelumpuhan dari muka dan lidah, hemi plegia,
vertigo, buta, ataxia, hallusinasi (olfaktoris) dan kejang-kejang. Setengah dari
kasus-kasus ini gangguan fungsi serebral berulang-ulang, karena terjadi pada
usia lanjut maka seringkali diagnosa membingungkan dengan suatu infark
otak atau insuffuiensia serebrovaskuler, migrain, dan multiple sclerosis. Pada
umumnya C.V.A. dapat dibedakan dengan tumor intrakranial dengan adanya
gejala-gejala yang mendadak dan perlahan-lahan diikuti dengan kemajuan dari
gejala-gejala neurologis. Bermacam-macam gejala neurologis yang paling
sering menimbulkan kesalahan diagnosa.
6. Tanda-tanda yang menyesatkan (False Localizing Signs = FLS)
FLS dari tumor-tumor intrakranial adalah tanda-tanda yang tidak
semuanya berhubungan dengan gangguan fungsi pada tempat tumor tersebut.
Biasanya terlihat sebagai gejala fokal dari tempat-tempat yang jauh dari tumor
di mana hal ini dapat membingungkan untuk menentukan lokalisasi tumor
tersehut. Seperti biasanya diagnosa klinik ditegakkan dari kumpulan/tanda-
tanda, tetapi kurangnya pengetahuan akan FLS menyebabkan kesalahan-
kesalahan pada diagnosa, apabila pada kasus-kasus yang tanda-tandanya tidak
jelas.
Dari 250 kasus meningioma intrakranial didapatkan 101 kasus dengan
FLS. Diagnosa yang salah karena gejala-gejala yang tidak jelas disertai
adanya FLS. Gejala-gejala yang tidak jelas dapat disebabkan oleh karena
adanya Silent area di mana tumor-tumor itu pada permulaannya tidak

menunjukkan gejala-gejala. Yang termasuk silent area: parasagital anterior,


konveksitas frontal dan intraventrikuler.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor:
a. Meningioma falx dan parasagittal; nyeri tungkai
b. Meningioma Convexitas; kejang, sakit kepala, deficit neurologis fokal,
perubahan status mental
c. Meningioma Sphenoid; kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan
pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
d. Meningioma Olfactorius; kurangnya kepekaan penciuman, masalah
visus.
e. Meningioma fossa posterior; nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan
spasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan,
gangguan gaya berjalan,
f. Meningioma suprasellar; pembengkakan diskus optikus, masalah visus
g. Spinal meningioma ; nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
h. Meningioma Intraorbital ; penurunan visus, penonjolan bola mata
i. Meningioma Intraventrikular ; perubahan mental, sakit kepala, pusing

D. PATOFISIOLOGI
Adanya massa atau neoplasma dalam otak akan berdampak pada jaringan
otak sendiri secara lokal dan dampak tumor secara umum. Secara lokal efeknya
berupa infiltrasi, invasi dan perusakan jaringan otak, dan secara langsung akan
menekan struktur syaraf sehingga terjadi degenerasi dan gangguan sirkulasi darah.
Edema akan meningkat, selain itu ICP juga akan meningkat apabila terjadi
hambatan pada sirkulasi cairan serebrospinalis. Efek tumor tergantung dari lokasi,
jenis dan pertumbuhan tumor. Kebanyakan tumor otak berkembang lambat atau
progresif lambat dengan onset yang perlahan-lahan. Namun kadang ada tumor
dengan gejala akut. Manifestasi klinis pada prinsipnya berupa manifestasi dari
peningkatan tekanan intrakranial baik karena massa tumor atau space occupaying
lassion (SOL) atau lesi desak ruang, edema serebri, hidrosepalus obstruksi.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Computerised Tomographi ( CT ) dan Magnetic Resonan Imaging (MRI)
adalah dua jenis pemeriksaan radiodiagnostik yang ummnya digunakan untuk
mendeteksi dan mendefinisikan adanya tumor otak.
2. Agiografi cerebral digunakan untuk menentukan keterlibatan sistem vaskuler
atau adanya invasi tumor ke daerah vaskuler tersebut.
3. Biopsi stereotatik kadang-kadang dilakukan sebelum craniotomy atau jika
pasien tidak mungkin dilakukan pembedahan.

F. MANAGEMEN TERAPI
a. Terapi pembedahan
Pembedahan seringkali merupakan pilihan utama bagi penderita tumor otak.
Tujuan dari pendekatan ini adalah diagnosis defenitif dan memperkecil tumor
tersebut. Beberapa kasus malignansi tumor otak mungkin dapat
menyembuhkan tumor otak secara total tetapi ini sangat jarang terjadi.
Pengangkatan dari semua tumor dapat menghilangka gejala neurologis, akan
tetapi ukuran dan lokasi tumor mungkin memberikan hambatan pelaksanaan
pembedahan ini.
Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi
patologi dari otak untuk mengurangi ICP dan mengangkat tumor.
Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut dengan
Craniotomy.
1. Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intra cranial
adalah :
a. Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
b. Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-
perasaan takut yang dialami.
c. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk
meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut.
d. Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan
shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.

10

e. Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan


pembedahan, meliputi :
Baluatan kepala
Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka
Menurunnya status mental sementara
2. Perawatan post operasi, meliputi :
a. Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4
- 6 jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika
kondisi stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan
setiap 2 samapai 4 jam sekali.
b. Monitor adanya cardiac arrhytmia pada pembedahan fossa posterior
akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c. Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar
1.500 cc / hari.
d. Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
e. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2
jam.
f. Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan
aliran balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
g. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
h. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan
darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas
darah.
i. Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :
antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
j. Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi
b. Terapi radiasi
Terapi radiasi diberikan jika tumor tersebut telah ditemukan pada jenis sel-sel
yang tidak raisensitif.pasien mendapatkan terapi lima hari setiap minggu
sekitar 4-6 minggu berturut-turut.

11

G. KOMPLIKASI POST OPERASI


1. Edema cerebral
2. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
3. Hypovolemik syok
4. Hydrocephalus
5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)
Infeksi luka operasi

H. PENGKAJIAN
Data Subyektif
1. Pemahaman pasien tentang penyakitnya
2. Perubahan dalam individu atau pertimbangan
3. Adanya ketidakmampuan sensasi ( parathesia atau anasthesia)
4. Masalah penglihatan (hilangnya ketajaman atau diplopia)
5. Mengeluh bau yang tidak biasanya (sering tumor otak pada lobus temporale)
6. Adanya sakit kepala
7. Ketidakmampaun dalam aktifitas sehari-hari.

Data Obyektif
1. Kekuatan pergerakan
2. Berjalan
3. Tingkat kewaspadaan dan kesadaran
4. Orientasi
5. Pupil : ukuran, kesamaan, dan reaksi
6. Tanda-tanda vital
7. Pemeriksaan funduscopy untuk mengetahui papilaedema
8. Adanya kejang
9. Ketidaknormalan berbicara
10. Ketidaknormalan saraf-saraf kranial
11. Gejala-gejala peningkatan tekanan intracranial

12

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
3. Resiko infeksi
4. Defisit Perawatan Diri: Mandi
5. Defisit perawatan diri: makan
6. Defisit perawatan diri: berpakaian
7. Defisit Perawatan Diri: Eliminasi

13

CRANIOTOMY
A. PENGERTIAN
Craniotomi adalah prosedur membuka tulang kranium untuk mengambil
tumor, mengontrol perdarahan dan untuk membantu menurunkan tekanan
intra kranial.
B. TUJUAN
Tujuan dari kraniotomi adalah untuk
a. Mengambil tumor otak, biopsi, dan mengontrol perdarahan
b. Membuat drain pada abses
c. Mengambil jendalan darah atau hematoma
d. Memperbaiki kebocoran pembuluh darah seperti aneurisme
e. Memperbaiki pembuluh darah abnormal seperti pada malformasi
arteriovena
f. Memperbaiki fraktur tengkorak akibat injuri
g. Memperbaiki tekanan otak
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebelum craniotomi adalah CT
(Computerized Tomografi) Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Scan untuk melihat struktur otak. Angiografi serebral untuk melihat
aneurisme, dan lesi otak.
D. PROSEDUR
Ahli bedah akan membuat insisi pada kulit sejauh lapisan membran tipis yang
menutupi tulang tengkorak. Karena kulit kepala juga berisi pembuluh darah
maka arteri arteri kecil yang ada ditutup, kulit kepala dibentangkan untuk
mengekspose tulang. Dengan menggunakan craniotome otomatic atau hand
drill kecepatan tinggi maka dibuat lubang pada tengkorak sehingga otak dapat
dilihat, setelah selesai membran, otot dan kulit kepala ditutup.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi dari craniotomi adalah:
1. Peningkatan tekanan intracranial
2. Infeksi

14

3. Kelemahan
4. Swelling of the brain.
Peningkatan tekanan intrakranial
Patofisiologi
Tekanan intrakranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak,
volume darah intrakranial, dan cairan serebrospinal di dalam tengkorak pada
pasien waktu. Keadaan normal dari tekanan intrakranial bergantung pada
posisi pasien dan berkisar 15 mmHg. Ruang intrakranial yang kaku berisi
jaringan otak (1400 g), darah (75 ml). Volume dan tekanan pada ketiga
komponen ini selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan. Hipotesa
Monro Kellie menyatakan bahwa karena keterbatasan ruang ini untuk
ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah satu dari komponen
ini menyebabkan perubahan pada volume yang lain, dengan mengubah posisi
CSS, meningkatkan absorbsi CSS atau menurunkan volume darah serebral.
Tanpa adanya perubahan tekanan intrakranial akan naik. Peningkatan TIK
secara signifikan menurunkan aliran darah, dan menyebabkan iskemia. Bila
terjadi iskemi komplet dan lebih dari 3 sampai 5 menit, maka otak akan
menderita kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Tanda dan gejala peningkatan TIK adalah letargi, lambatnya bicara,
dan lambatnya respon verbal. Penatalaksanaan segera untuk mengurangi
peningkatan TIK adalah didasarkan pada penurunan ukuran otak dengan cara
mengurangi edem serebral, atau mengurangi volume cairan serebro spinal
atau mengurangi volume darah, sambil mempertahankan perfusi serebral.
Tujuan ini diselesaikan dengan pemberian diuretik osmotik dan
kortikosteroid, membatasi cairan, pengeluaran CSS, hiperventilasi dari
pasien, mengontrol demam dan menurunkan kebutuhan metabolisme sel.
F. PERAWATAN POST OPERASI
1. Monitor
a) Status neurologi termasuk kemampuan bergerak, orientasi, tingkat
kesadaran dan pupil
b) Pengkajian tingkat dan karakteristik drain yang meliputi

15

- jumlah drainase dan perdarahan harus minimal


- penggantian balutan kepala
- biasanya luka dibiarkan terbuka untuk mendapatkan udara setelah
beberapa hari
2. Meningkatkan mobilitas
Miring kanan kiri diperbolehkan kecuali setelah pengangkatan tumor
yang besar. Bila miring ke arah yang dioperasi dapat menggeser struktur
otak.
3. Mengupayakan penurunan tekanan intra kranial
a) Mengatur tenggang waktu aktifitas keperawatan sehingga pasien dapat
beristirahat
b) Batuk dan muntah sedapat mungkin dicegah
c) Suction dilakukan bila perlu saja disertai kecermatan dan ketepatan
4. Melindungi keselamatan pasien
a) Pergunakan alat pengikat yang halus
b) Penghalang tempat tidur harus dipasang.
5. Mengusahakan keseimbangan cairan dan elektrolit
a) Mencatat intake dan output
b) Diit sesuai indikasi
c) Monitor elektrolit
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Ketidakefektifan perfusi jaingan serebral
3. Gangguan integritas kulit
4. Defisit Perawatan Diri: Mandi
5. Defisit perawatan diri: makan
6. Defisit perawatan diri: berpakaian
7. Defisit Perawatan Diri: Eliminasi

16

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Hudak dan Gallo, 1996, Perawatan kritis, Edisi VI, Volume II, Penerbit buku
kedokteran, EGC, Jakarta.
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran
Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification
FourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

17

RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Risiko Ketidakefektifan NOC: NIC:
Perfusi Jaringan Otak Perfusi Jaringan Serebral Monitoring TIK
Definisi: berisiko setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, aktivitas:
mengalami penurunan pasien menunjukkan : - Catat perubahan pasien terhadap stimulus
sirkulasi jaringan otak yang No Kriteria Hasil awal target - Monitor intake dan output
dapat mengganggu 1 Tekanan Intrakranial 2 4 - Posisikan pasien 30-45 derajat dengan
kesehatan. 2 Tekanan darah sistolik 3 5 posisi leher netral
3 tekanan darah diastolik 3 5 - Berikan jeda antar perawatan untuk
skala: meminimalkan kenaikan TIK
1= severe deviation from normal range Cerebral perfusion promotion
2= substantial deviation from normal range aktivitas:
3= moderate deviation from normal range - Kolaborasi pemberian rheologic agent
4= mild deviation from normal range (seperti low-dose mannitol), sesuai order
5= no deviation from normal range - Hindari neck flexion
Neurologic Monitoring
No Kriteria Hasil awal target aktivitas:
1 Nyeri kepala 3 4 - Monitor ukuran, bentuk, kesimetrsan, dan
2 demam 3 5 reaktivitas pupil
- Monitor tingkat kesadaran
3 restlessness 3 5
- Monitor tingkat orientasi
4 muntah 3 5 - Monitor GCS
5 penurunan tingkat 3 4 - Monitor tanda-tanda vital
kesadaran - Monitor TIK

skala: - Monitor dressing craniotomi


1= severe - Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
2= substantial TIK
- Berikan jeda pada aktivitas keperawatan
3= moderate
yang dapat meningkatkan TIK
4= mild
5= none
2 Penurunan Kapasitas NOC: NIC:
Adaptif Intrakranial Perfusi Jaringan Serebral Cerebral perfusion promotion
setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, aktivitas:
definisi: mekanisme pasien menunjukkan : - Kolaborasi pemberian rheologic agent
dinamika cairan intrakranial No Kriteria Hasil awal target (seperti low-dose mannitol), sesuai order
yang normalnya melakukan 1 Tekanan Intrakranial 3 4 - Hindari neck flexion
kompensasi untuk 2 Tekanan darah sistolik 3 5 Neurologic Monitoring
meningkatkan volume 3 tekanan darah diastolik 3 5 aktivitas:
intrakranial mengalami skala: - Monitor ukuran, bentuk, kesimetrsan, dan
gangguan, yang 1= severe deviation from normal range reaktivitas pupil
menyebabkan peningkatan 2= substantial deviation from normal range - Monitor tingkat kesadaran
tekanan intrakranial (TIK) 3= moderate deviation from normal range - Monitor tingkat orientasi
secara tidak merata dalam 4= mild deviation from normal range - Monitor GCS
berespon terhadap berbagai 5= no deviation from normal range - Monitor tanda-tanda vital
stimuli yang berbahaya dan - Monitor TIK
tidak berbahaya. No Kriteria Hasil awal target - Monitor dressing craniotomi
1 Nyeri kepala 3 4 - Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
2 demam 3 5 TIK

19

3 restlessness 3 5 - Berikan jeda pada aktivitas keperawatan


4 muntah 3 5 yang dapat meningkatkan TIK
5 penurunan tingkat 3 4
kesadaran
skala:
1= severe
2= substantial
3= moderate
4= mild
5= none
3 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :
efektif Respiratory status : Airway patency Airway suction
Definisi : Ketidakmampuan setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, - Pastikan kebutuhan oral / tracheal
untuk membersihkan sekresi pasien menunjukkan : suctioning
atau obstruksi dari saluran No Kriteria Hasil awal target - Auskultasi suara nafas sebelum dan
pernafasan untuk 1 Respiratory rate 5 5 sesudah suctioning.
mempertahankan kebersihan 2 kedalaman inspirasi 5 5 - Informasikan pada klien dan keluarga
jalan nafas. 3 kemampuan 2 4 tentang suctioning
- membersihkan sekret - Minta klien nafas dalam sebelum suction
skala: dilakukan.
1= severe deviation from normal range - Berikan O2 sebelum melakukan suction
2= substantial deviation from normal range - Gunakan alat yang steril setiap melakukan
3= moderate deviation from normal range tindakan
4= mild deviation from normal range - Monitor status oksigen pasien

20

5= no deviation from normal range - Ajarkan keluarga bagaimana cara


No Kriteria Hasil awal target melakukan suksion
1 suara nafas tambahan 5 5 - Berikan hiperoksigenasi saat jeda suction
2 batuk 3 5 dan setelah suction terakhir
3 akumukasi sputum 2 4 - Hentikan suction dan berikan oksigen
skala: apabila pasien menunjukkan bradikardi,
1= severe peningkatan saturasi O2, dll.
2= substantial Airway Management
3= moderate - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
4= mild ventilasi
5= none - Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
- Monitor respirasi dan status O2

4 Risiko Infeksi NOC: Kontrol Risiko NIC: Proteksi Infeksi


setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, Aktivitas:
pasien menunjukkan : - Kaji tanda-tanda vital dan kondisi umum
pasien

21

- Monitor tanda dan gejala infeksi


no kriteria hasil awal target - Gunakan teknik aseptik ketika perawatan
1 pasien bebas dari tanda 5 5 - Dorong pasien memperbanyak istirahat
gejala infeksi - Monitor hasil laboratorium (leukosit).
2 mengikuti strategi kontrol 1 4 - Dukung untuk konsumsi diet
risiko yang telah ditentukan seimbangajarkan pasien dan keluarga cara
skala: mencegah infeksi
1= tidak pernah - Dorong intake cairan jika diperlukan.
2= jarang
3= kadang-kadang
4= sering
5= selalu

22

Anda mungkin juga menyukai