Anda di halaman 1dari 20

i

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA INTRACEREBRAL
HEMORHAGE (ICH))

Fasilitator:
Imamatul Faizah, M.Tr.Kep

Oleh:
HERIANDI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
2

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan
praktik Keperawatan Medikal Bedah ini yang alhamdulillah dengan tepat waktu.
Laporan ini berisikan tentang informasi “Teori Asuhan Keperawatan Pada
Intracerebral Hemorhage (ICH))”.
Laporan ini di tulis dengan bahasa yang sederhana berdasarkan berbagai
literatur tertentu dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai teori
yang dibahas. Kendati demikian, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari
bahwa dalam laporan ini terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu
penulis terbuka dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif
dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.

SUMENEP, 16 April 2020

Penulis
3

A. Konsep Intracerebral Hemorhage (Ich)


1. Definisi ICH
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada
jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam
jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran
yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan
didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika
Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah.
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi
otak.Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala
sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul.
Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus
yang biasanya diakibatkan oleh cidera regangan atau robekan rotasional
terhadap pembuluh –pembuluh darah dalam jaringan fungsi otak atau
kadang kerena cidera tekanan .ukuran hematom bervariasi dari beberapa
milimeter sampai beberapa sentimeter dan dapat terjadi pada 2- 16 kasus
cidera.
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak
itu sendiri . hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau
cidera kepala terbuka .intraserebral hematom dapat timbul pada penderita
strok hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi.

2. Etiologi
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom adalah :
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi Arteri Venosa
4

i. Aneurisma
j. Distrasia darah
k. Obat
l. Merokok.
3. Patofisiologi
ICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma
meluas kemedial kesubstansi kelabu dalam dan kelateral melalui substansi
putih yang relatif aseluler korona radiata. Pembuluh yang ruptur adalah
satu dari arteria perforating kecil yang meninggalkan arteria serebral
media dekat pangkalnya dikarotid internal dan sering dijelaskan sebagai
arteria lentikulostriata. Pemeriksaan postmortem menunjukkan pada
arteria perforating pasien hipertensif terdapat banyak dilatasi aneurismal
yang sangat kecil yang diduga rupturnya menjadi sumber perdarahan.
Lebih jarang perdarahan terjadi pada fossa posterior yang dimulai pada
pons atau hemisfer serebeler.
ICH akut sering terjadi saat atau setelah latihan fisik. Sekitar
duapertiga akan mengalami perburukan neurologis progresif dan
sepertiganya dalam defisit maksimal saat datang kerumah sakit. Penurunan
kesadaran terjadi pada 60% dan duapertiganya jatuh kedalam koma. Nyeri
kepala dan mual dengan muntah terjadi pada 20-40% kasus. Gejala ini
karena peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang kurang umum terjadi,
sekitar 7-14%. Gejala dan tanda lainnya tergantung ukuran dan lokasi
spesifik dari bekuan darah. Tanda khas perdarahan ganglia basal, biasanya
putaminal, adalah defisit motor kontralateral dan gaze ipsi lateral dengan
perubahan sensori, visual dan tabiat. Perubahan pupil terjadi akibat
ancaman herniasi unkal lobus temporal akibat peninggian TIK dan
pergeseran garis tengah. Gejala afasik bila hemisfer dominan terkena.

Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua


carayaitu:
5

a. Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama pada
kasus dimana hematoma meluas kemedial dan talamus serta ganglia basal
rusak.
b. Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan yang
kurang selluler namun mungkin berukuran besar dan menyebabkan
penekanan serta gangguan fungsi neurologis yang mungkin reversibel.80%
pasien adalah hipertensif dan biasanya dalam eksaserbasi akut dari
hipertensinya pada saat datang. Kebanyakan kasus hematoma memecah
kesistema ventrikuler atau rongga subarakhnoid menimbulkan gambaran
klinis PSA.

Pria terkena 5-20% lebih sering dari wanita dan 75-90% terjadi
antara usia 45-75 tahun. Pasien dengan koagulopatia lebih berisiko
terhadap PIS seperti juga penderita yang mendapat antikoagulan terutama
Coumadin. Trombositopenia dengan hitung platelet kurang dari 20.000,
penyakit hati, leukemia, dan obat-obat seperti amfetamin meninggikan
risiko terjadinya PIS.
ICH terjadi pada teritori vaskuler arteria perforating kecil seperti
lentikulostriata pada ganglia basal, talamoperforator diensefalon, cabang
paramedian basiler pada pons. Karenanya kebanyakan terjadi pada struktur
dalam dari hemisfer serebral. Berikut ini struktur beserta frekuensi
kejadiannya: putamen 30-50%, substansi putih subkortikal 30%,
serebelum 16%, talamus 10-15%, serta pons 5-12%. Arteria yang paling
sering menimbulkan perdarahan adalah cabang lentikulostriata lateral dari
arteria serebral media yang mencatu putamen.
ICH merupakan sekitar 10% dari semua strok. Seperti dijelaskan
diatas, ia disebabkan oleh perdarahan arterial langsung ke parenkhima
otak. Ruptur vaskuler dikira terjadi pada aneurisma milier kecil, dijelaskan
oleh Charcot dan Bouchard 1868, dan/atau pada arteria lipohialinotik yang
sering tampak pada otopsi pasien dengan hipertensi. Minoritas kasus PIS
kemungkinan disebabkan aneurisma, AVM, malformasi kavernosa,
amiloid serebral, atau tumor. Glioblastoma adalah tumor otak primer yang
6

paling sering mengalami perdarahan, sedangkan melanoma,


khoriokarsinoma dan ipernefroma adalah tumor metastatik yang tersering
menimbulkan perdarahan.
Kematian akibat ICH sekitar 50% dengan 3/4 pasien yang hidup,
tetap dengan defisit neurologis nyata. Penelitian memperlihatkan bahwa
prognosis terutama tergantung pada derajat klinis saat pasien masuk,
lokasi serta ukuran perdarahan. Pasien sadar tentu lebih baik dari pada
pasien koma. Penelitian Dixon 1984 memperlihatkan bahwa satu-satunya
prediktor terpenting atas outcome adalah Skala Koma Glasgow. Pasien
dengan hematoma lober superfisial cenderung lebih baik dari perdarahan
batang otak yang lebih dalam. Perluasan klot ke sistema ventrikuler
memperburuk outcome. Pasien dengan perdarahan dengan diameter lebih
dari 3 cm atau volumenya lebih dari 50 sk, lebih buruk. Pasien dengan
kondisi medis buruk dan yang berusia 70 tahun atau lebih cenderung
mempunyai outcome buruk.
7

4. Pathways
8

5. Manifestasi Klinis
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar
setengah orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali
selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala
kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi
otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan
mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang
kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing.
Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di
ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi
tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan
kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai
menit.

Menurut Corwin 2015 manifestasi klinik dari dari Intra cerebral


Hematom yaitu :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal
c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium
9

e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan


gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat
f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra kranium.
6. Penatalaksanaan Medis
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal
dibandingkan stroke ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan
catastrophic, khususnya pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi
yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar
meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya
kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang
hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke
ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan
trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan
karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan
antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa
memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse
b. Transfusi atau platelet
c. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan
platelet (plasma segar yang dibekukan)
d. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam
darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan)
e. Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan
tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan
hidup, jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak.

Corwin (2015) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral


Hematom adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama
10

b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom


secara bedah
c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi
f. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan
laboratorium lainnya yang menunjang.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan
data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan.
a.    Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya,
spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan
gaya hidup klien
1.    Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
2.    Keluhan utama
       Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3.    Riwayat penyakit sekarang
4.    Riwayat penyakit dahulu
5.    Riwayat penyakit keluarga
6.    Riwayat psikososial
7.    Pola-pola fungsi kesehatan
11

a.    Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


b.    Pola nutrisi dan metabolisme
c.    Pola eliminasi
d.    Pola aktivitas dan latihan
e.    Pola tidur dan istirahat
f.     Pola hubungan dan peran
g.    Pola persepsi dan konsep diri
h.    Pola sensori dan kognitif
i.      Pola reproduksi seksual
j.      Pola penanggulangan stress
k.    Pola tata nilai dan kepercayaan
2. Pemeriksaan fisik
a.    Keadaan umum
-     Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
-     Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
-       Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b.    Pemeriksaan integumen
-     Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga
dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
-     Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
-     Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c.   Pemeriksaan kepala dan leher
-     Kepala : bentuk normocephalik
-     Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
-     Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d.    Pemeriksaan dada
              Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
12

e.    Pemeriksaan abdomen
               Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f.    Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
               Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g.   Pemeriksaan ekstremitas
               Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h.   Pemeriksaan neurologi
-   Pemeriksaan nervus cranialis
-   Pemeriksaan motorik
-   Pemeriksaan sensorik
-   Pemeriksaan refleks
3. Pemeriksaan penunjang
a.    Pemeriksaan radiologi
-   CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
-   MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
-   Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler.
-   Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke.
b.    Pemeriksaan laboratorium
-    Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
-    Pemeriksaan darah rutin
-    Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
-    Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
13

4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kepala akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial(TIK)
14

5. Intervensi Keperawatan

N STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI


O INDONESIA KEPERAWATAN INDONESIA KEPERAWATAN (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. BAB : IV Tingkat Nyeri (L.08066) Perawatan Nyeri (I.08238)
Kategori : Psikologis
Sub Kategori : Nyeri dan Kenyamanan Definisi: Definisi:
Pengalaman sensorik atau emosional Mengidentifikasi dan mengelola
Kode : D.0077 yang berkaitan dengan kerusakan pengalaman sensorik atau emosional
Nyeri Akut jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
dengan onset mendadak atau lambat berintensitas ringan hingga berat dan
Definisi: dan berintensitas ringan hingga berat konsisten.
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dan konsisten. Tindakan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, Observasi
dengan onset mendadak atau lambat dan Ekspektasi: Menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
berintegritas ringan hingga berat yang berlangsung durasi, frekwensi, kualitas, intensitas
kurang dari 3 bulan. Kriteria Hasil: nyeri
1. Kemampuan menuntaskan 2. Identifikasi skala nyeri
15

Penyebab: aktivitas 3. Identivikasi respon nyeri non verbal


1. Agen pencedra fisiologis (mis, inflamasi, 4. Identifikasi faktor yang
iskemia, neoplasma). Keterangan: memperberat dan memperingan
2. Agen pencedra kimiawi (mis, terbakar, 1 = Menurun nyeri
bahan kimia iritan). 2 = Cukup Menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
3. Agen pencedra fisik (mis, abses amputasi 3 = Sedang keyakinan tentang nyeri
terbakar, terpotong, mengangkat beban 4 = Cukup Meningkat 6. Identifikasi pengaruh budaya
berat, prosedur operasi, trauma latihan fisik 5 = Meningkat terhadap respon nyeri
yang berlebihan) 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
2. Keluhan nyeri kualitas hidup
Gejala dan Tanda Mayor 3. Meringis 8. Monitor keberhasilan terapi
a. Subjektif 4. Sikap protektif komplementer yang sudah diberikan
1. Mengeluh nyeri 5. Gelisah 9. Monitor efek samping penggunaan
b. Objektif 6. Kesulitan tidur analgetik
1. Tampak meringis 7. Menarik diri Terapeutik
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi 8. Berfokus pada diri sendiri 1. Berikan teknik non farmakologis
menghindari nyeri). 9. Diaforesis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
3. Gelisah 10. Perasaan depresi (tertekan) TENS, hypnosis, akupresur, terapi
4. Frekwensi nadi meningkat 11. Perasaan takut mengalami musik, biofeedback, terapi pijat,
16

5. Sulit Tidur cedera berulang aroma terapi, teknik imajinasi


12. Anoreksia terbimbing, kompres hangat atau
Gejala dan Tanda Minor 13. Perineum terasa tertekan dingin, terapi bermain)
a. Subjektif 14. Uterus teraba membulat 2. Kontrol lingkungan yang
(tidak tersedia) 15. Ketegangan otot memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
b. Objektif 16. Pupil dilatasi ruangan, pencahayaan, dan
1. Tekanan darah meningkat 17. Muntah kebisingan)
2. Pola napas berubah. 18. Mual 3. Fasilitasi istirahat tidur
3. Nafsu makan berubah 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
4. Proses berfikir terganggu Keterangan: nyeri dalam pemilihan strategi
5. Menarik diri 1 = Meningkat meredakan nyeri
6. Berfokus pada diri sendiri 2 = Cukup Meningkat Edukasi
7. Diaforesis 3 = Sedang 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
8. Kondisi Klinis Terkait 4 = Cukup Menurun pemicu nyeri
9. Kondisi pembedahan 5 = Menurun 2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
10. Cedera traumatis 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
11. Infeksi 19. Frekwensi nadi mandiri
12. Sindroma coroner akut 20. Pola napas 4. Anjurkan menggunakan analgesik
13. Glaukoma 21. Tekanan darah secara tepat
17

22. Proses berpikir 5. Anjurkan teknik non farmakologis


23. Fokus untuk mengurangi rasa nyeri
24. Fungsi berkemih Kolaborasi
25. Perilaku 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
26. Nafsu makan perlu
27. Pola tidur

Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik
18

6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah atau status

kesehatan yang dihadapinya kestatus kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi

keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan lingkungan,

pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, tindakan untuk keluarga

pasien atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul

dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi

keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus

mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam

hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Nikmatur Rohmah & Saiful Walid, 2014).

Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuahn

pasien, faktor-faktor lain yang mempunyai kebutuhan keperawatan,

strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.

7. EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan (Nikmatur Rohmah & Saiful Walid, 2014).

Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai capaian tujuan yang

diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Apabila tercapai

sebagian atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan


19

pengkajian lebih lanjut, memodifikasi rencana, atau mengganti dengan

rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga.

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang objektif.

A: Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

objektif.

P: Perencanaan lanjutan setelah dilakukan tindakan keperawatn


20

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2015, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,


Jakarta.

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2015, Rencana Asuhan


Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Harsono, 2015, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Rochani, Siti, 2015, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat


Bedah Saraf Indonesia, Surabaya.

Susilo, Hendro, 2015, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke,


Suatu Pendekatan Baru Millenium III, Bangkala
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia Definisi dan Kriteria hasil Kepreawatan.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai