Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI

Fasilitator:
Arif Helmi S, S.Kep.,Ns.M.Kep.

Oleh:
Malihatus Syarifah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
laporan praktik Keperawatan Medikal Bedah ini yang alhamdulillah dengan tepat
waktu. Laporan ini berisikan tentang informasi “Teori Asuhan Keperawatan Pada
Penderita Hipertensi”.
Laporan ini di tulis dengan bahasa yang sederhana berdasarkan berbagai
literatur tertentu dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai teori
yang dibahas. Kendati demikian, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari
bahwa dalam laporan ini terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu
penulis terbuka dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif
dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.

Lamongan, 15 April 2020

Penulis

ii
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Hipertens
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti saraf, ginjaldan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya (Amin H.Nurarif, 2015).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal ditunjukkan oleh angka sistolik
(bagian atas) dan diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataualat digital lainnya. Tekanan darah normal
adalah 120/80 mmHg (Devine, 2012).
Hipertensi adalah keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah, dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah. Oleh sebab itu, pengobatan dini pada
hipertensi sangatlah penting, karena dapat mencegah timbulnya
komplikasipada beberapa organ tubuh, seperti jantung, ginjal dan
otak.Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih
dari 120 mmHg dan tekanan darah diastole lebih dari 80 mmHg
(Muttaqin,Arif, 2012).
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa yang dikemukakan US
Joint National Committee of Detection (Aaronson,Philip I.,Ward,Jeremy,
2010)
Tabel 1.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
HT derajat 1 140-159 90-100
Sumber: (Aaronson,Philip I.,Ward,Jeremy, 2010)

1
2

3. Jenis Hipertensi
Menurut Aaronson, dkk (2010) jenis hipertensi ada 2 yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder.
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh sebab itu,
penelitian dan pengobatan lebih ditujukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor-faktor berikut
ini:
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan) dan
ras (ras kulit hitam lebih banyak daripada putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan
atau makan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol, minum
obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital.
4. Etiologi Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang
3

mempengaruhi terjadinya hipertensi menurut (Padila 2013):


a. Genetik
Respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas
Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stres karena lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya
perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah, kehilangan
elastisitas pembuluh darah dan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% tiap tahun dan menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volume. Elastisitas pembuluh darah menghilang karena terjadi kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula pada saraf simpatis, berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
4

dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epinefrin, menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, dapat memperkuat
respons vasokontrikstor pembuluh darah. Vasokontriksi mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal,menyebabkan pelepasan renin. Renin
yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I, kemudian
diubah menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat pada akhirnya
merangsang sekresi aldosteron dengan korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2002 dalam Padila 2013).
6. Manifestasi klinis
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara
umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut(Amin Huda dan Hardhi,2015):
a. Sakit kepala.
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh .
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat.
e. Telinga berdenging.
Corwin (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis
timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
d. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
5

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu


pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-
tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Novianti,2006 dalam Aspiani,
Reny Yuli,2014).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hipertensi meliputipemeriksaan laboratorium
rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan
adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain arau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urinanalisa, darah perifer lengkap, kimia
darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL,
LDLdan pemeriksaan EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan
pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan
ekordiografi.(Sharif, 2012).
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN / creatinin (fungsi ginjal),
glukosa (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang
meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi :
kolesterol dan tri gliserit) (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan
tiroid (menyebabkan vasokontriksi), urinalisa protein, gula (menunjukkan
disfungsi ginjal), asam urat (faktor penyebab hipertensi) EKG
(pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi
hipertensi) (Sharif, 2012).
8. Pencegahan
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi tindakan pencegahan
yang baik (Stop High Blood Pressure) (Gunawan, 2011) diantaranya :
a. Mengurangi konsumsi garam
b. Menghindari kegemukan
c. Membatasi konsumsi lemak
d. Olahraga teratur
e. Makan banyak buah dan sayuran
f. Tidak merokok dan minum alkohol
g. Latihan relaksasi
h. Berusaha membina hidup yang positif
6

9. Pathway Aliran darah


Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, merokok, stress, Beban makin cepat
kurang olahraga, genetic, alkohol, konsentrasi garam, kerja keseluruh
obesitas. jantung tubuh
sedangkan
Kerusakan vaskuler nutrisi dalam
HIPERTENSI Tekanan sistemik darah
pembuluh darah sel sudah
mencukupi
Perubahan kebutuhan
Perubahan struktur situasi Krisis situasional

Metode
Penyumbatan Informasi Defisiensi koping tidak
pembuluh darah minim pengetahuan efektif

Resistensi Ketidakefektifan
Vasokonstriksi pembuluh Nyeri kepala koping
darah otak

Resiko
Gangguan sirkulasi Suplai O2 ke ketidakefektifan
Otak otak perfusi jaringan
otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi Spasme arteriol


pembuluh darah ginjal Sistemik Koroner

Risiko cedera Vasokontrik


Blood flow Iskemia miokard
darah
Penurunan
Afterload Nyeri
curah
jantung akut
Respon RAA
Fatigue
Kelebihan
Merangsang volume
aldosteron Intoleransi
cairan
aktivitas

Retensi Na Edema

Gambar 1.1 Pathway Hipertensi (Nurarif, Amin H. 2015)


7

10. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolic di bawah 90 mmHg
dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi
gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi. Penatalaksanaan faktor
risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-farmakologi, antara
lain(Mansjoer,2002 dalam Aspiani, Reny Yuli,2014):
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang
dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi sehingga
sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium
yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam
per hari.
2) Diet kaya buah dan sayur.
3) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa
studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipotrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif menurunkan tekanan darah. Penurunan
berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan
dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas
8

mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan


darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga isotonik dapat meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
periferdan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama
30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu dianjurkan untuk
mengurangi tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien
guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada, (Azmi Alimul, 2010).
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahapan ini adalah:
a. Identitas pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Agama, Status mental, Suku,
Keluarga atau orang terdekat, Alamat, Nomor Regristasi.
b. Sirkulasi
Gejala: riwayat tekanan darah, hipotensi postural, takikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin.
c. Integritas Ego
1) Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, factor
stress.
2) Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontineu
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
9

e. Makanan atau Cairan


1) Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol.
2) Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema.
f. Neurosensori
1) Gejala: keluhan pusing, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
gangguan penglihatan, episode epistaksis.
2) Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optic.
g. Nyeri atau Ketidaknyamanan
Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen.
h. Pernapasan
1) Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocyural proksirnal, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok.
2) Tanda: distress respirasi atau penggunaan otot aksesoris
pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis.
i. Keamanan
1) Gejala: gangguan koordinasi, cara jalan.
2) Tanda: episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
j. Pembelajaran atauPenyuluhan
Gejala: factor resiko keluarga: hipertensi, aerosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal, factor resiko etnik: penggunaan pil KB
atau hormone.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut ditandai dengan mengeluh nyeri
b. Defisit pengetahuan ditandai dengan menunjukkan perilaku yang tiak
sesuai anjuran
c. Intoleransi aktivitas ditandai dengan Frekwensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat
d. Resiko cedera
10

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 1.2 Intervensi Keperawatan


No. Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SDKI) (SLKI) Indonesia (SIKI)
1. BAB : IV Tingkat Nyeri (L.08066) Perawatan Nyeri (I.08238)
Kategori : Psikologis
Sub Kategori : Nyeri dan Definisi: Definisi:
Kenyamanan Pengalaman sensorik atau emosional yang Mengidentifikasi dan mengelola
Kode : D.0077 berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau pengalaman sensorik atau emosional
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dengan onset mendadak atau lambat dan
Nyeri Akut dan berintensitas ringan hingga berat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konsisten. konsisten.
Definisi: Tindakan
Pengalaman sensorik atau emosional Ekspektasi: Menurun Observasi
yang berkaitan dengan kerusakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
jaringan aktual atau fungsional, dengan Kriteria Hasil: durasi, frekwensi, kualitas, intensitas
onset mendadak atau lambat dan 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas nyeri
berintegritas ringan hingga berat yang 2. Identifikasi skala nyeri
berlangsung kurang dari 3 bulan. Keterangan: 3. Identivikasi respon nyeri non verbal
1 = Menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Penyebab 2 = Cukup Menurun dan memperingan nyeri
1. Agen pencedra fisiologis (mis, 3 = Sedang 5. Identifikasi pengetahuan dan
inflamasi, iskemia, neoplasma) 4 = Cukup Meningkat keyakinan tentang nyeri
2. Agen pencedra kimiawi (mis, 5 = Meningkat 6. Identifikasi pengaruh budaya
terbakar, bahan kimia iritan) terhadap respon nyeri
3. Agen pencedra fisik (mis, abses 2. Keluhan nyeri 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
amputasi terbakar, terpotong, 3. Meringis kualitas hidup
mengangkat beban berat, prosedur 4. Sikap protektif 8. Monitor keberhasilan terapi
operasi, trauma latihan fisik yang 5. Gelisah komplementer yang sudah diberikan
11

berlebihan) 6. Kesulitan tidur 9. Monitor efek samping penggunaan


Gejala dan Tanda Mayor 7. Menarik diri analgetik
a. Subjektif 8. Berfokus pada diri sendiri Terapeutik
1. Mengeluh nyeri 9. Diaforesis 1. Berikan teknik non farmakologis
b. Objektif 10.Perasaan depresi (tertekan) untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
1. Tampak meringis 11.Perasaan takut mengalami cedera berulang TENS, hypnosis, akupresur, terapi
2. Bersikap protektif (mis. 12.Anoreksia musik, biofeedback, terapi pijat,
Waspada, posisi menghindari 13.Perineum terasa tertekan aroma terapi, teknik imajinasi
nyeri) 14.Uterus teraba membulat terbimbing, kompres hangat atau
3. Gelisah 15.Ketegangan otot dingin, terapi bermain)
4. Frekwensi nadi meningkat 16.Pupil dilatasi 2. Kontrol lingkungan yang
5. Sulit Tidur 17.Muntah memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
18.Mual ruangan, pencahayaan, dan
Gejala dan Tanda Minor kebisingan)
a. Subjektif Keterangan: 3. Fasilitasi istirahat tidur
(tidak tersedia) 1 = Meningkat 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
b. Objektif 2 = Cukup Meningkat nyeri dalam pemilihan strategi
1. Tekanan darah meningkat 3 = Sedang meredakan nyeri
2. Pola napas berubah 4 = Cukup Menurun Edukasi
3. Nafsu makan berubah 5 = Menurun 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
4. Proses berfikir terganggu pemicu nyeri
5. Menarik diri 19.Frekwensi nadi 2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
6. Berfokus pada diri sendiri 20.Pola napas 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
7. Diaforesis 21.Tekanan darah mandiri
22.Proses berpikir 4. Anjurkan menggunakan analgesik
Kondisi Klinis Terkait 23.Fokus secara tepat
1. Kondisi pembedahan 24.Fungsi berkemih 5. Anjurkan teknik non farmakologis
2. Cedera traumatis 25.Perilaku untuk mengurangi rasa nyeri
3. Infeksi 26.Nafsu makan Kolaborasi
4. Sindroma coroner akut 27.Pola tidur 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
5. Glaukoma perlu
12

Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik
2. BAB : IV Tingkat pengetahuan (L.1211) Edukasi Kesehatan (I.12383)
Kategori : Perilaku
Sub Kategori : Penyuluhan dan Definisi: Definisi:
Pembelajaran Kecukupan informasi kognitif yang berkaitan Menganjurkan pengelolaan faktor resiko
Kode : D.0111 dengan topik tertentu hidup bersih serta sehat.

Defisit Pengetahuan Ekspektasi: Meningkat Tindakan


Observasi
Definisi: Kriteria Hasil: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Ketiadaan atau kurangnya informasi 1. Perilaku sesuai anjuran menerima informasi
kognitif yang erkaitan dengan topic 2. Verbalisasi minta dalam belajar 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
tertentu. 3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu meningkatkan dan menurunkan
topik motivasi perilaku hidup sehat
Penyebab 4. Kemampuan menggambarkan pengalaman Terapeutik
1. Keterbatasan kognitif sebelumnya yang sesuai dengan topic 3. Sediakan materi dan media pendidikan
2. Gangguan fungsi kognitif 5. Perilaku dengan sesuai pengetahuan kesehatan
3. Kekeliruan mengikuti anjuran 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
4. Kurang terpapar informasi Keterangan: sesuai kesepakatan
5. Kurang minat dalam belajar 1 = Menurun 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
6. Kurang mampu mengingat 2 = Cukup Menurun Edukasi
7. Ketidaktahuan menemukan sumber 3 = Sedang 6. Jelaskan faktor resiko yang dapat
informasi 4 = Cukup Meningkat mempengaruhi kesehatan
5 = Meningkat 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi 8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
13

Gejala dan Tanda Mayor 7. Presepsi yang keliru terhadap masalah untuk meningkatkan perilaku hidup
a. Subjektif 8. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat sehat
1. Menanyakan masalah yang
dihadapi Keterangan: Edukasi Diet (I.12369)
b. Objektif 1 = Meningkat Tindakan:
1. Menunjukkan perilaku yang 2 = Cukup Meningkat Observasi
tiak sesuai anjuran 3 = Sedang 1. Identifikasi kemampuan pasien dan
2. Menunjukkan persepsi yang 4 = Cukup Menurun keluarga menerima informasi
keliru terhadap masalah 5 = Menurun 2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat
ini
Gejala dan Tanda Minor Tingkat kepatuhan (L.12110) 3. Identifikasi kebiasaan pola makan saat
c. Subjektif Kriteria Hasil ini dan masa lalu
(tidak tersedia) 1. Verbalisasi kemauan mematuhi program 4. Identifikasi persepsi pasien dan
d. Objektif perawatan atau pengobatan keluarga tentang diet yang
1. Menjalani pemeriksaan yang 2. Verbalisasi mengikuti anjuran diprogramkan
tidak tepat Terapeutik
2. Menunjukkan perilaku yang Keterangan: 5. Persiapkan materi, media, dan alat
berlebihan (mis. Apatis, 1 = Menurun peraga
bermusuhan, agitasi, hysteria) 2 = Cukup Menurun 6. Berikan kesempatan pasien dan
3 = Sedang keluarga bertanya
Kondisi Klinis Terkait 4 = Cukup Meningkat 7. Sediakan rencana makan tertulis, jika
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi 5 = Meningkat perlu
klien Edukasi
2. Penyakit akut 3. Resiko komplikasi penyakit atau masalah 8. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
3. Penyakit kronis kesehatan terhadap kesehatan
9. Informasikan makanan yang
Keterangan: diperbolehkan dan dilarang
1 = Meningkat 10. Anjurkan mengganti bahan makanan
2 = Cukup Meningkat sesuai dengan diet yang
3 = Sedang diprogramkan
4 = Cukup Menurun 11. Anjurkan melakukan olahraga sesuai
14

5 = Menurun toleransi
12. Rekomendasikan resep makanan
4. Perilaku mengikuti program perawtan atau yang sesuai dengan diet, jika perlu
pengobatan
5. Perilaku menjalankan anjuran
6. Tanda dan gejala penyakit

Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik
3. BAB : IV Toleransi Aktivitas (L.05047) Terapi Aktivitas (I.05186)
Kategori : Fisiologis
Sub Kategori : Aktivitas/Istirahat Definisi: Definisi:
Kode : D.0056 Respon fisiologis terhadap aktivitas yang Menggunakan aktivitas fisik, kognitif,
membutuhkan tenaga. sosial dan spiritual tertentu untuk
Intoleransi Aktivitas memulihkan keterlibatan, frekuensi atau
Ekspektasi: Meningkat durasi aktivitas individu atau kelompok.
Definisi:
Ketidakcukupan energi untuk Kriteria Hasil: Tindakan
melakukan aktivitas sehari-hari. 1. Frekuensi nadi Observasi
2. Saturasi oksigen 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Penyebab 3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari- 2. Identifikasi kemampuanberpartisipasi
1. Ketidakseimbangan antara suplai hari dalam aktivitas tertentu
dan kebutuhan oksigen 4. Kecepatan berjalan 3. Identifikasi sumberdaya untuk
2. Tirah baring 5. Jarak berjalan aktivitas yang diinginkan
6. Kekuatan tubuh bagian atas 4. Identifikasi strategi meningkatkan
3. Imobilitas
7. Kekuatan tubuh bagian bawah partisipasi dalam aktivitas
8. Toleransi dalam menaiki tangga 5. Identifikasi makna aktivitas rutin
15

4. Gaya hidup monoton Keterangan: (mis. bekerja) dan waktu luang


1 = Meningkat 6. Monitor respon emosional, fisik,
Gejala dan Tanda Mayor 2 = Cukup Meningkat sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
a. Subjektif 3 = Sedang Terapeutik
1. Mengeluh lelah 4 = Cukup Menurun 1. Fasilitasi fokus pada kemampuan,
b. Objektif 5 = Menurun bukan defisit yang dialami
1. Frekwensi jantung meningkat 2. Sepakati komitmen untuk
>20% dari kondisi istirahat 9. Keluhan lelah meningkatkan frekuensi dan rentang
10.Dispnea saat aktivitas aktivitas
Gejala dan Tanda Minor 11.Dispnea saat aktivitas 3. Kordinasikan aktivitas sesuai usia
a. Subjektif 12.Perasaan lemah 4. Ffasilitasi aktifitas fisik rutin (mis.
1. Dispnea saat/setelah aktivitas 13.Aritmia saat aktivitas Ambulasi, mobilisasi dan perawatan
2. Merasa tidak nyaman setelah 14.Aritmia setelah aktivitas diri)
beraktivitas 15.Sianosis 5. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
3. Merasa lemah merelaksasikan otot
b. Objektif Keterangan: 6. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
1. Tekanan darah berubah >20% 1 = Menurun memelihara berat badan, jika perlu
dari kondisi istirahat 2 = Cukup Menurun 7. Libatkan keluarga dalam aktivitas,
2. Gambaran EKG menunjukkan 3 = Sedang jika perlu
aritmia saat/setelah aktivitas 4 = Cukup Meningkat 8. Fasilitasi aktifitas motorik kasar
3. Gambaran EKG menunjukkan 5 = Meningkat untuk pasien hiperaktif
iskemia 9. Berikan penguatan positif atas
4. Sianosis 16.Warna kulit partisipasi dalam aktivitas
17.Tekanan darah Edukasi
Kondisi Klinis Terkait 18.Frekuensi napas 1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
1. Anemia 19.EKG iskemia hari, jika perlu
2. Gagal jantung kongestif 2. Ajarkan cara melakukan aktivitas
3. Penyakit jantung koroner Keterangan: yang dipilih
4. Penyakit katub jantung 1 = Memburuk 3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
5. Aritmia 2 = Cukup Memburuk sosial spiritual, dan kognitif dalam
6. PPOK 3 = Sedang kesehatan
16

7. Gangguan metabolik 4 = Cukup Membaik 4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas


8. Gangguan muskuloskeletal 5 = Membaik kelompok
17

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah atau status

kesehatan yang dihadapinya kestatus kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi

keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan lingkungan,

pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, tindakan untuk keluarga

pasien atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul

dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi

keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus

mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam

hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Nikmatur Rohmah & Saiful Walid, 2014).

Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuahn

pasien, faktor-faktor lain yang mempunyai kebutuhan keperawatan,

strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan (Nikmatur Rohmah & Saiful Walid, 2014).

Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai capaian tujuan yang

diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Apabila tercapai

sebagian atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan


18

pengkajian lebih lanjut, memodifikasi rencana, atau mengganti dengan

rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga.

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara

subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif.

A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif

dan objektif.

P : Perencanaan lanjutan setelah dilakukan tindakan keperawatan.


19

DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, I. Philip and Ward, P. T. Jeremy., 2010. At a Glance Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
Arif Gunawan.2011. remaja dan Permasalahannya. Yogyakarta: Hanggar
Kreator.
Arifin, Syarif (2012). Menetakan Gerakan Buruh Depok: Kepik.
Aspiari. Reny (2014) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA
NIC NOC Jilid 1. Jakarta: Trans Info Media.
Divine J G.2012.Program Olahraga: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: PT
Intan Sejati
Elizabeth J. Corwin.(2009).Buku Saku Patofisiologis Corwin. Jakarta: Aditya
Media.
Muttaqin, Arif,2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A.H. dan Kusuma. N (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jogjakarta:
Medication.
Padila.2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria hasil Kepreawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai