Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama
di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan
dan kematian akibat diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di
tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Dari tahun ke tahun diare
tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada
anak. (Salwan, 2008).
Diare adalah keadaan dimana seseorang buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Bila penderita diare banyak
sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada
bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (Ngastiyah, 2005).
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang
menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia
dari tahun ketahun cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak
10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Secara keseluruhan
diperkirakan angka kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan
kematian sebanyak 200.000 sampai dengan 400.000 balita (Depkes RI, 2006).
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu
diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi
mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat
yang hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa pengertian dari diare?
2 Apa etiologi dari diare?
3 Apa patofisiologi diare?
4 Apa Manifestasi klinis dari diare?
1
5 Apa saja Komplikasi dari diare?
6 Apa prognosis dari diare?
7 Bagaimana penatalaksanaan dari diare ?
8 Bagaimana tahap pertumbuhan dan perkembangan pada anak ?
9 Bagaimana asuhan keperawatan anak pada diare?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui pengertian dari diare
2 Untuk mengetahui etiologi dari diare
3 Untuk mengetahui patofisiologi diare
4 Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari diare
5 Untuk mengetahui saja Komplikasi dari diare
6 Untuk mengetahui prognosis dari diare
7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari diare
8 Untuk mengetahui tahap pertumbuhan dan perkembangan pada anak
9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan anak pada diare

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diare


Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada biasanya lebih dari 200 gram
200 ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali
perhari. Buang air besar tersebut dapat / tanpa disertai lendir dan darah.Penularan diare
karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita diare atau melalui makan/
minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen yang berasal dari tinja manusia/ hewan atau
bahan muntahan penderita dan juga dapat melalui udara atau aktifitas seksual kontak oral-
genital atau oral-anal. (Sudoyo Aru dkk 2009)
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan (Sudoyo Aru dkk 2009)
a Lama waktu diare:
- Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
- Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
b Berat ringan diare : kecil atau besar
c Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
d Penyebab organic atau tidak : organic atau fungsional

2.2 Etiologi
1. Faktor Infeksi :
a. Bakteri : enteropathogenic Escherichia coli, salmonella, shigella, Yersinia
enterocolitica
b. Virus : enterovirus echoviruses, adenovirus, human retrovirua
c. Jamur : candida enteritis
d. Parasit : giardia Clamblia, cryptosporidium
e. Protozoa
2. Bukan faktor infeksi :
a. Alergi makanan, susu, protein
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi; penyakit celiac, cystic fibrosis pada pancreas
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d. Obat-obatan; antibiotic

3
e. Penyakit usus; colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus
3. Penyakit infeksi; otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih

2.3 Patofisiologi
Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang mengganggu absorbsi usus dan
dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin
kolera dan E.Coli. spesien E.Coli lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan penetrasi
mukosa usus kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi mikroskopis. Muntah dan diare
dapat menyusul keracunan makanan non bakteri. Diare dan muntah merupakan gambaran
penting yang mengarah pada dehidrasi, akibat kehilangan cairan ekstravaskuler dan
ketidakseimbangan elektrolit. Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada asidosis
akibat kehilangan natrium dan kalium dan ini tercermin dengan pernafasan yang cepat.
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus, memproduksi
enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan perlengketan mukosa yang disertai
dengan kerusakan di membrane mikrovili. Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina
propria menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin menyebabkan
sekresi elektrolit dan air dengan merangsang adenosine monofosfat siklik di sel mukosa usus
halus. Sitotoksin memicu peradangan dari sel yang cedera serta meluaskan zat mediator
radang. Perlengketan mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan sel bulat di
lamina propria. Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus juga menganggu mukosa usus.
Bakteri menghasilkan enzim dan hasil metabolism untuk menghancurkan enzim glikoprotein
pada tepi bersilia dan menganggu pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili
menyebabkan lesi mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili subtotal dan
respon radang subepitel yang mencolok.

Pathway

4
Makanan zat yang tidak terserap Rangsangan tertentu (toksin) Gangguan mobilitas usus

Peningkatan osmotic rongga usus Peningkatan sekresi air dan Hipo Peristaltik Hiper Peristaltik
elektrolit ke rongga usus

Pergeseran air dan elektrolit ke Bakteri tumbuh Absorbsi


rongga usus makanan

Diare

Hospitalisasi Sistem Sistem Saluran Kehilanga Makanan BAB >3x


intergumen Eliminasi pernafasan n air dan yang sering
elektolit dihentikan
Perpisahan Pengenceran Muntah
BAB > Dehidrasi
Lingkungan Turgor kulit susu yang
3x/hari Dehidrasi
menurun lama
Prosedur Syok
Kekuranga Absobsi hipovolemi
Elesitas Dehidrasi n cairan makanan
Kekurang k
menurun elektrolit an cairan kurang baik
Cemas
elektrolit
Lecet pada Gangguan
Resiko Gangguan sirkulasi
anus
infeksi nutrisi

Resiko
Infeksi

2.4 Manifestasi Klinis

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

5
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering
c. Keram abdominal
d. Demam
e. Mual dan muntah
f. Anorexia
g. Lemah
h. Pucat
i. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernafasan cepat
j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.

2.5 Komplikasi
a. Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan dan dan elektrolit dalam tubuh.
Dehidrasi bisa terjadi karena pengeluaran cairan tubuh yang berlebihan atau lebih besar
dari pemasukan. Perlu dipahami sebagian besar tubuh kita terdiri dari air, akibat dari
kehilangan dan gangguan cairan elektrolit tubuh bisa menganggu kinerja berbagai sistem-
sistem tubuh. Bahkan pada tingkat dehidrasi berat bisa berakibat penurunan kesadaran,
koma, dan bahkan kematian.

Kehilangan Berat Badan (%)


Tingkat Dehidrasi
b.
bayi Anak Besar

Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)

Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)

Dehidrasi Berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)

Hypokalemia
Hypokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar kalium yang terdapat di dalam
darah berada pada jumlah yang lebih rendah dari 3,8 mEq/L darah. Hypokalemia
merupakan tanda dari kekurangan kalium tubuh. Kalium merupakan salah satu dari
sejumlah elektrolit penting yang diperlukan oleh tubuh.
c. Hipokalsemia

6
Hipokalsemia adalah simtoma rendahnya kadar kalsium di dalam plasma darah.
Gejala klinis antara lain berupa kram otot. Hipokalsemia umumnya merupakan simtoma
yang ditimbulkan oleh hipoparatiroidisme misalnya pada pengangkatan kelenjar tiroid
yang mengakibatkan ikut terangkatnya hormone tiroid.
d. Hiponatremia
Hiponatremia adalah kondisi di mana konsentrasi natrium yang rendah di dalam
darah. Kekurangan natrium dari makanan sangat jarang menjadi penyebab langsung
hiponatremia. Hilangnya natrium dapat menyebabkan kondisi hipovolemia yang
menyebabkan pelepasan hormone vasopressin.
e. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan kondisi ketidakmampuan jantung memasok darah yang
cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang. Kurangnya pasokan darah ini
umumnya dipicu oleh pendarahan yang terbagi menjadi dua, yaitu pendarahan luar
(akibat cedera atau luka benda tajam) dan pendarahan dalam (akibat infeksi pada saluran
pernafasan).
Darah mengandung oksigen dan zat penting lainnya yang dibutuhkan oleh organ dan
jaringan tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Bila pendarahan hebat terjadi, otomatis
pasokan darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang secara drastic dan organ tidak
mendapat pergantian zat-zat yang dibutuhkan tadi secara cepat. Keadaan inilah yang
disebut syok hipovolemik dengan gejala utama berupa penurunan tekanan darah dan suhu
tubuh. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara tepat
dan cepat.
f. asidosis
asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau
terlalu sedikit mengandung basah) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Asam
biasanya diproduksi sebagai produk sampingan dalam sejumlah aktivitas metabolic
termasuk pemecahan lemak. Dalam tubuh, keseimbangan normal antara asam dan basa
dikelola oleh bikarbonat. Bikarbonat menetralisir asam dan dengan demikina mencegah
akumulasi berlebihan dalam tubuh.

2.6 Prognosis
Prognosis diare kronik maupun diare akut ini sangat tergantung pada penyebabnya.
Pada SKI prognosis adalah baik, pada penyakit endokrin, prognosis tergantung pada penyakit
7
dasarnya. Pada penyebab obat-obatan, tergantung pada kemampuan untuk menghindari
pemakaian oba-obat tersebut. Pada pasca bedah prognosis tergantung pada sejauh mana
akibat tindakan operasi pada penderita di samping faktor penyakit dasarnya sendiri.

2.7 Penatalaksanaan

1. WHO telah menetapkan 4 unsur utama dalam penanggulangan diare akut yaitu:

a Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral (URO) untuk mencegah maupun
mengobati dehidrasi.
b Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa, terutama ASI selama diare dan dalam
masa penyembuhan.
c Tidak menggunakan antidiare, sementara antibiotik maupun antimikroba hanya untuk
kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis.
d Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarganya tentang upaya
rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk dan cara mencegah diare di masa
yang akan datang.
2. Dasar pengobatan diare akut adalah rehidrasi dan memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit. Oleh karena itu langkah pertama adalah tentukan derajat dehidrasi.

Tanda Derajat Dehidrasi

Tidak Dehidrasi Dehidrasi Sedang Dehidrasi Berat

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah Lesu, tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Normal, tidak haus Kehausan ingin Malas minum atau
minum banyak tidak dapat minum

Turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat


lambat

Kemudian lakukan upaya rehidrasi seperti yang dilakukan terhadap dehidrasi karena kolera.

A. Pada penderita diare tanpa dehidrasi: (Terapi A)

8
1. Berikan cairan (air tajin, larutan gula garam, oralit) sebanyak yang diinginkan hingga
diare stop, sebagai petunjuk berikan setiap habis BAB
a Anak < 1 tahun: 50- 100 ml
b Anak 1-4 tahun: 100-200 ml
c Anak > 5 tahun: 200-300 ml
d Dewasa: 300-400 ml

2. Meneruskan pemberian makanan atau ASI bagi bayi

B. Pada penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang (Terapi B)

1. Oralit diberikan 75 ml/kg BB dalam 3 jam, jangan dengan botol.


2. jika anak muntah (karena pemberian cairan terlalu cepat), tunggu 5-10 menit lalu
ulangi lagi, dengan pemberian lebih lambat (satu sendok setiap 2-3 menit).

C. Pada penderita diare dengan dehidrasi berat (Terapi C)

1. Diberikan Ringer Laktat 100 ml yang terbagi dalam beberapa waktu.


2. Setiap 1-2 jam pasien diperiksa ulang, jika hidrasi tidak membaik tetesan dipercepat.
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (pasien orang tua) harus kembali diperiksa.

Umur Pemberian pertama 30 Pemberian kemudian 70


ml/kg ml/kg

Bayi (< 12 bulan) Dalam 1 jam Dalam 5 jam

>12 bulan Dalam 30 menit 2,5 jam

2.8 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan


1) Pertumbuhan
a. Kenaikan BB karena umur 1-5 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg(rata-rata 2kg), PB 6-
10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
b. Kenaikan lingkar kepala: 12 cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
c. Tumbuh gigi 8 buah: tambahan gigi susu, gerahan pertama dan gigi taring, seluruhnya
berjumlah 14-16 buah
d. Erupsi gigi: gerahan pertama menyusul gigi taring

9
2) Perkembangan

a. Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

Fase Oral (usia 0-1 tahun):

Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu
menggigit dan menelan makanan, merupakan prortotype bagi banyak ciri karakter yang
berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang dperoleh dari inkorporasi oral dapat
dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh
pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami
fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan
apa saja yang dikatakan orang lain.

b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson

Trust vs Mistrust (kepercayaan vs kecurigaan)

Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun (infancy).
Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantunga pada orang lain, perkembangan rasa
percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga
(yang merawat) bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun rasa percaya
terhadap si penjaga, dia akan merasa nyaman & terlindungi di dalam kehidupannya. Akan
tetapi, jika penjagaannya tidak stabil dan emosi terganggu dapat menyebabkan bayi
tersebut merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada lingkungan sekitar. Kegagalan
mengembangkan rasa percaya memyebabkan bayi akan merasa takut dan yakin bahwa
lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi bayi tersebut, sehingga bayi
tersebut akan selalu curiga pada orang lain.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

3.1 Pengkajian
I. Data Umum

Nama : An. A
Ruang :-
No. Register :-
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat :-
Pekerjaan :-
Penanggung jawab : Rossy dan Rohmatul
Pendidikan Terakhir: -
Golongan Darah : O
Tanggal MRS : 1 April 2017
Tanggal Pengkajian : 1 April 2017
Diagnosa Medis : Gastroenteritis

II. Data Dasar

Keluhan Utama :
Buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari.
Alasan Masuk Rumah Sakit :
Orang tua anak mengatakan bahwa datang ke rumah sakit dengan alasan ingin
memeriksakan kesehatan anaknya yang mengalami keluhan panas lebih dari 3 hari dan
diare ±4 kali dalam sehari.
Riwayat Penyakit Sekarang :
BAB ±4x sehari dan berlangsung selama 2 hari, konsistensi encer,bercampur lendir dan
bewarna kuning kehijauan, dan disetai muntah dan disertai demam.
Upaya yang telah dilakukan:
Ibu dari An.A selama diare masih diberikan ASI.
Terapi yang telah diberikan: Tidak ada

11
Riwayat Kesehatan Dahulu :
An. A sebelumnya tidak pernah mengalami BAB lebih dari 3x dalam sehari
Riwayat Kesehatan Keluarga : Orangtua dari An.A 2 minggu ini tidak ada yang
mengalami diare.

III. Riwayat Antenatal & Post Natal

1. Riwayat selama kehamilan


a Antenatal : Selama hamil ibu dari An.A tidak mengkonsumsi jamu atau obat-obatan,
ibu melakukan imunisasi TT pada kehamilan 8 bulan. kontrol kehamilan secara rutin
dan tidak ada keluhan selama hamil.
b Intranatal : An.A lahir dalam usia 9 bulan 4 hari di Rs Soetomo, tidak ada komplikasi
saat persalinan, dan kondisi saat lahir baik.
2. Obat-obatan yang digunakan
An.A sebelumnya tidak pernah mengonsumsi obat-obatan
3. Tindakan operasi
An.A tidak pernah mengalami operasi.
4. Riwayat alergi
An.A tidak mempunyai riwayat alergi.
5. Kecelakaan
An.A tidak pernah mengalami kecelakaan.
6. Imunisasi
- BCG : 1x
- Hepatitis B : 2x
- DPT : 3x
- Polio : 3x

IV. Pengkajian Perkembangan (DDST atau KKA/Kartu KembangAnak)

a. Motorik Kasar
An.A sudah bisa duduk secara sempurna dan berbicara seperti ”ma,pa,mam”.

b. Motorik Halus
An.A sudah mampu memasukkan mainan ke dalam kardus dan meletakkan benda ke
tangan orang lain.

c. Personal Sosial
12
An.A sudah mampu dalam berusaha menggapai mainan yang ada didekatnyadan
mengamati tangan perawat saat pengkajian.
d. Bahasa
px sudah bisa mengoceh dan menirukan rangkaian suara contohnya seperti suara
binatang.

V. Riwayat Sosial

a.Pengasuh
An.A mulai bayi sampai saat ini di asuh oleh neneknya dikarenakan ke dua orang tua
nya lagi bekerja.
b. Hubungan dengan anggota keluarga juga saudara
Orang tua mengatakan sangat senang atas kehadiran anaknya dan nenek nya juga
senang karena An.A cucu pertama.
c. Pembawaan secara umum
An.A terlihat cukup aktif
d. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah di sekitar rumah nenek An.A ada kali yang kumuh, dan lingkungan
rumah kurang bersih.

VI. Pola Fungsi Kesehatan

1. Persepsi terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan


Orangtua memandang penyakit diare adalah penyakit yg cukup parah bagi anak-anak
2. Pola Aktivitas dan Latihan
 Kemampuan Perawatan Diri
Skor 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 : perlu
bantuan orang lain dan alat, 4 : tergantung pada orang lain / tidak mampu.

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mandi ᴠ

Berpakaian ᴠ

13
Eleminasi ᴠ

Mobilisasi di tempat tidur ᴠ

Pindah ᴠ

Ambulasi ᴠ

Naik tangga ᴠ

Makan dan minum ᴠ

Gosok gigi - - - - -

3. Pola Istirahat dan Tidur :

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Jumlah Jam Tidur Siang 4 jam (12.00-16.00 3 jam (12.00-15.00


WIB) WIB)

Jumlah Jam Tidur Malam 10 jam (21.00-07.00 8 jam (21.00-05.00


WIB) WIB)

Pengantar Tidur Tidak ada Tidak ada

Gangguan Tidur Tidak ada Menangis karena diare

Perasaan Waktu Bangun Lega Masih mengantuk

4. Pola Nutrisi – Metabolik

1) Berat badan sebelum sakit dan saat sakit

Tanggal Pemeriksaan BB sebelum sakit BB saat sakit

1 April 2017 8 Kg 6,9 Kg

- - -

14
- - -

2) Tinggi badan atau panjang badan


TB : 70 cm

3) Kebiasaan pemberian makanan

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 3x/hari 3x/hari

Jenis Bubur dan ASI Bubur dan ASI

Porsi 1 mangkok kecil 1 mangkok kecil

Total Konsumsi 3 mangkok kecil dan 3 mangkok kecil


ASI dan ASI

Keluhan Tidak ada Nafsu makan


sedikit berkurang

4) Diet khusus
TKTPRS : tinggi kalori, tinggi protein, rendah serat.

5. Pola Eliminasi
Eliminasi Urin

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 8X/hari 5x/hari

Pancaran Lancar Lancar

Bau Khas Khas

Warna Kuning Kuning kehijauan


bercampur lendir

Perasaan setelah BAK Lega Lega

Total Produksi Urin 300 cc 200 cc

15
Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 1-2/hari 4x/hari

Konsistensi Berbentuk Cair

Bau Khas Khas

Warna Kuning Kuning

6. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori


kemampuan penginderaan px berfungsi dengan normal, px sudah bisa mengoceh dan
menirukan rangkaian suara contohnya seperti suara binatang.

7. Pola Konsep Diri


Orangtua px ingin anaknya cepat sembuh.

8. Pola Mekanisme Koping


Contohnya jika px minta mainan atau barang yang diinginkan yang ada di dekatnya ia
akan berusaha mengambilnya dengan cara merangkak.

9. Pola Fungsi Seksual – Reproduksi


Px masih BAK dan BAB di pempes.

10. Pola Hubungan – Peran


Px saat ditinggal ke dua orangtuanya bekerja ia selalu menangis, kemudian waktu
bertemu neneknya nangisnya berhenti.

11. Pola Nilai dan Kepercayaan

KETERANGAN SEBELUM SAAT SAKIT


SAKIT

16
Nilai Khusus - -

Praktik Ibadah - -

Pengetahuan tentang - -
Praktik Ibadah selama sakit

12. Pola aktivitas bermain


Px jika menggenggam benda di tangan maka dia akan memainkan benda itu dengan
menjatuhkannya.

VII. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

1) B1 (Breathing) Pernafasan
a Hidung
Inspeksi : bentuk lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris,
sinus edmodalis dan sinus frontalis.
b Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri kanan, pengembangan dada seimbang
mengikuti alur nafas, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar bunyi sonor pada area paru-paru
Auskultasi : Bunyi nafas vasikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan

2) B2 (Bleeding) Cardiovaskuler
Jantung

Inspeksi : bentuk dada piquen chest, tidak ada pembesaran pada salah satu dinding
dada.

Auskultasi : terdengar Bj 1 ”lup” pada ICS 2 dan 3, terdengar Bj II ”dup” pada ICS 4
dan 5

17
Perkusi : terdengar suara pekak pada area dada sebelah kiri

Palpasi : teraba denyut jantung apeks pada ICS 5 dan 6

3) B3 (Brain) Persyarafan
a Kepala dan wajah
Inspeksi : bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, wajah terlihat pucat, tidak ada
odema pada wajah,
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada odema.
b Mata
Inspeksi : kedua mata simetris kiri kanan, konjungtiva merah muda, sklera putih,
reaksi pupil terhadap cahaya isokor, pelebaran pupil simetris kiri kanan, mata
cekung
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan pada area mata
c Telinga
Inspeksi : tidak ada pengeluaran cairan dari telinga, keadaan telinga luar bersih,
serumen tidak ada
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan, fungsi pendengaran
baik
d Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran pada leher
Palpasi : tidak ada pembesaran tiroid
4) B4 (Bladder) kandung kemih
Inspeksi : jenis kelamin laki-laki, pembesaran scrotum (-), rambut (-), BAK tidak
menggunakan alat bantu dan frekuensi urin berkurang.
Palpasi : tidak adanya infeksi pada testis.
5) B5 (Bowel) Pencernaan
a Mulut atau tenggorokan
Inspeksi : mukosa bibir kering, lidah bersih, tonsil tidak meradang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
b Abdomen
Inspeksi : bentuk perut simetris
Auskultasi : peristaltik meningkat 40x/menit
Perkusi : terdengar bunyi hypertimpani

18
Palpasi : turgor kulit menurun (tidak kembali dalam 1 detik), tidak teraba nyeri
tekan.
c Genetalia/anus
Inspeksi : tidak ada benjolan, kulit daerah anus kemerahan

6) B6 (Bone)
a Ekstremitas atas
Inspeksi : tangan kiri dapat digerakan dengan bebas, sedangkan tangan kanan
terpasang infus, jari-jari kedua tangan lengkap, kuku bersih, tidak ada odema,
lengan reflex bisep.
b Ekstremitas bawah
Inspeksi : kedua kaki dapat digerakan dengan bebas, jari-jari kedua kaki lengkap,
tidak ada sianosis, tidak ada odema maupun benjolan.
Palpasi : reflex KPR baik, aciles baik
c Kulit
Warna Kulit : Pucat
Akral : Dingin basah
Tugror : Menurun
1. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
a Hemoglobin : 10,4 G/dl
b Jumlah Leukosit : 18.800 µL
c Hematokrit : 32%
d Jumlah Trombosit : 481.000 µ
e GDS : 71 mg/dl
f Elektrolit :
- Na : 131 mmol/L
- K : 8,3 mmol/Ml
- Cl : 112 mmol/mL

2) Radiologi
-

2. Terapi
1. Oral
19
Lacto B : 2 x 1
Pct : 3 x ½ sendok teh
Zink syip : 3x1 sendok teh
2. Parenteral
Cefotaxim : 2x800 gram yang disuntikkan

3. Lain - lain

3.2 Diagnosa keperawatan


1 Diare b.d proses infeksi, inflamasi di usus
2 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kehilangan cairan
melalui diare dan asupan yang tidak adekuat
4 Kerusakan integritas kulit b.d iritasi akibat diare
5 Ansietas b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan tidak familier, prosedur
yang menimbulkan stress

3.3 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan (NIC)


Keperawatan (NOC)

1 Diare b.d proses infeksi, Setelah dilakukan Diarhea Management


inflamasi di usus. perawatan ….x24 jam a. Tentukan riwayat diare
pasien tidak mengalami b. Evaluasi profil
Definisi: Pasase feses
yang lunak dan tidak diare dengan : pengobatan terhadap
berbentuk Kriteria Hasil: adanya efek samping
a. Fases berbentuk, BAB pada gastrointestinal
sehari sekali-tiga hari c. Ajari keluarga pasien
b. Menjaga daerah rectal (ibu) cara penggunaan
dari iritasi obat anti diare secara
c. Tidak mengalami diare tepat
d. Menjelaskan penyebab d. Instruksikan anggota
diare dan rasional keluarga pasien untuk
tindakan mencatat warna,
20
e. Mempertahankan volume, frekuensi, dan
turgor kulit konsistensi tinja
e. Evaluasi kandungan
nutrisi dari makanan
yang sudah di konsumsi
sebelumnya
f. Berikan makanan dalam
porsi kecil dan lebih
sering serta tingkatkan
porsi secara bertahap
g. Identifikasi faktor yang
bisa menyebabkan diare
(misal, medikasi,
bakteri, dan pemberian
makanan lewat selang)
h. Amati turgor kulit
secara berkala
i. Monitor tanda dan
gejala diare
j. Ukur diare/output
pencernaan
k. Timbang pasien secara
berkala
l. Beritahu dokter jika
terjadi peningkatan
frekuensi atau suara
perut
m. Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan
gejala diare menetap

2 Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan Fluid management


cairan b.d kehilangan keperawatan selama ….x24
21
cairan aktif. jam diharapkan dengan: a. Pantau adanya tanda
dan gejala overhidrasi
Definisi : Penurunan
cairan intravaskular,dan yang memburuk atau
atau intraselular. Ini Kriteria Hasil: dehidrasi (misal, ronki
mengacu pada a. Mempertahankan urine basah di lapangan paru
dehidrasi, kehilangan
output sesuai dengan terdengar, poliuria, atau
cairan saja, tanpa
perubahan kadar usia dan BB,BJ urine oliguria, perubahan
natrium. normal, HT normal perilaku kejang, saliva
b. Tekanan berbusa dan kental,
darah,nadi,suhu tubuh mata cekung, atau
dalam batasan normal edema, napas dangkal
c. Tidak ada tanda-tanda dan cepat)
dehidrasi, Elastisitas b. Timbang berat badan
turgor kulit baik, harian dan pantau gejala
membran mukosa c. Berikan cairan yang
lembab, tidak ada rasa sesuai
haus yang berlebuhan d. Tingkatkan
intake/asupan cairan per
oral (misal,
memeberikan cairan
oral sesuai preferensi
pasen, tempatkan
[cairan] di tempat yang
mudah dijangkau,
memberikan sedotan,
dan menyediakan air
segar), yang sesuai
e. Jaga pencatatan
intake/asupan dan
output yang akurta
f. Pantau adanya tanda
dan gejala retensi cairan
g. Monitor tanda-tanda
22
vital, yang sesuai
h. Monitor manifestasi dari
ketidakseimbangan
elektrolit
i. Monitor kehilangan
cairan (misal,
perdarahan, muntah,
diare, keringat,
takipnea)

3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Nutrition management


nutrisi kurang dari keperawatan selama …x24 a. Identifikasi adanya
kebutuhan tubuh b.d jam diharapkan dengan: alergi atau intoleransi
kehilangan cairan makanan yang dimiliki
Kriteria Hasil
melalui diare dan pasien
asupan yang tidak a. Adanya peningkatan
b. Tentukan apa yang
adekuat . berat badan sesuai
menjadi pereferensi
dengan tujuan
Definisi: Asupan nutrisi b. Mampu makanan bagi pasien

tidak cukup untuk c. Tentukan jumlah kalori


mengidentifikasi
memenuhi kebutuhan dan jenis nutrisi yang
kebutuhan nutrisi
metabolik dibutuhkan untuk
c. Tidak ada tanda-tanda
memenuhi persyaratan
malnutrisi
gizi
d. Menunjukkan
d. Ciptakan lingkungan
peningkatan fungsi
yang optimal pada saat
pengecapan dan
mengkosumsi makanan
menelan.
(misal, bersih,
e. Tidak terjadi
berventilasi, santai, dan
penurunan berat badan
bebas dari bau yang
yang berarti
menyengat)
e. Monitor adanya mual
muntah
f. Timbang berat badan

23
pasien
g. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
h. Lakukan pengukuran
antropometrik pada
komposisi tubuh (misal,
indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang,
dan liputan kulit)
4 Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan Pressure Management
kulit b.d iritasi akibat keperawatan selama …x24 a. Berikan pakaian yang
diare jam diharapkan dengan: tidak ketat pada pasien

Definisi : Kerusakan Kriteria Hasil: b. Balikkan posisi pasien

pada epidermis atau minimal setiap 2 jam,


a. Integritas kulit yang
dermis. sesuai jadwal khusus
baik bisa
c. Monitor mobilitas dan
dipertahankan
aktivitas pasien
(sensasi,
d. Gunakan alat
elastisitas,temperatur,
pengkajian risiko yang
hidrasi, pigmentasi)
ada untuk memonitor
b. Tidak ada luka/lesi
faktor risiko pasien
pada kulit
(misal, skala braden)
c. Perfusi jaringan baik
e. Monitor status nutrisi
d. Mampu melindungi
pasie
kulit dan
f. Monitor sumber tekanan
mempertahankan
dan gesekan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

5 Ansietas b.d perpisahan Setelah dilakukan asuhan Anxiety


orang tua, lingkungan keperawatan selama …x24 Reduction(penurunan
kecemasan)
tidak familier, prosedur jam diharapkan dengan:
yang menimbulkan a. Gunakan pendekatan
Kriteria Hasil:
stress yang tenang dan
a. Klien mampu menyakinkan
24
Definisi: perasaan tidak mengidentifikasi dan b. Jelaskan semua prosedur
nyaman atau mengungkapkan gejala termasuk sensasi yang
kekhawatiran yang cemas akan dirasakan yang
samar disertai respons b. Mengidentifikasi, mungkin akan dialami
otonom (sumber sering menunjukkan tehnik klien selama prosedur
kali tidak spesifik atau untuk mengontrol (tindakan)
tidak diketahui oleh cemas c. Dorong keluarga untuk
individu) : perasaan c. Vital sign dalam batas mendampingi klien
takut yang disebabkan normal. dengan cara yang tepat
oleh antisipasi terhadap d. Postur tubuh, ekspresi d. Berikan objek yang
bahaya. Hal ini wajah, bahasa tubuh menunjukkan perasaan
merupakan isyarat dan tingkat aktivitas aman
kwewaspadaan yang menunjukkan e. Lakukan usapan pada
memperingatkan berkurangnya punggung/leher dengan
individu akan adanya kecemasan cara yang tepat
bahay dan f. Intruksikan pada
memampukan individu keluarga pasien (ibu)
untuk bertindak untuk menggunakan
menghadap ancaman. teknik relaksasi
g. Monitor tanda-tanda
vital
h. Kaji untuk tanda verbal
dan non verbal
kecemasan
i. Identifikasi pada saat
terjadi perubahan tingkat
kecemasan

25
3.3 Implementasi

No. Dx Implementasi
1 a. Menentukan riwayat diare
b. Mengevaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek samping pada
gastrointestinal
c. Mengajari keluarga pasien (ibu) cara penggunaan obat antidiare secara
tepat
d. Mengintruksikan anggota keluarga pasien untuk mencatat warna,
volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
e. Mengevaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang sudah di konsumsi
sebelumnya
f. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta
tingkatkan porsi secara bertahap
g. Mengidentifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare (misal, medikasi,
bakteri, dan pemberian makanan lewat selang)
h. Menganjurkan pada pasien untuk menghindari makanan yang
mengandung laktosa
i. Mengamati turgor kulit secara berkala
j. Memonitor tanda dan gejala diare
k. Mengukur diare/output pencernaan
26
l. Menimbang pasien secara berkala
m. Memberitahu dokter jika terjadi peningkatan frekuensi atau suara perut
n. Mengkonsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala diare menetap

2 a. Memantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk atau


dehidrasi (misal, ronki basah di lapangan paru terdengar, poliuria, atau
oliguria, perubahan perilaku kejang, saliva berbusa dan kental, mata
cekung, atau edema, napas dangkal dan cepat)
b. Menimbang berat badan harian dan pantau gejala
c. Memberikan cairan yang sesuai
d. Meningkatkan intake/asupan cairan per oral (misal, memeberikan cairan
oral sesuai preferensi pasen, tempatkan [cairan] di tempat yang mudah
dijangkau, memberikan sedotan, dan menyediakan air segar), yang
sesuai
e. Menjaga pencatatan intake/asupan dan output yang akurta
f. Memantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
g. Memonitor tanda-tanda vital, yang sesuai
h. Memonitor manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit
i. Memonitor kehilangan cairan (misal, perdarahan, muntah, diare,
keringat, takipnea)

3 a. Mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki


pasien
b. Menentukan apa yang menjadi pereferensi makanan bagi pasien
c. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
d. Menciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkosumsi
makanan (misal, bersih, berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang
menyengat)
e. Memonitor adanya mual muntah
f. Menimbang berat badan pasien
g. Memonitor pertumbuhan dan perkembangan
h. Melakukan pengukuran antropometrik pada komposisi tubuh (misal,
indeks massa tubuh, pengukuran pinggang, dan liputan kulit)

4 a. Memberikan pakaianyang tidak ketat pada pasien


b. Balikkan posisi pasien minimal setiap 2 jam, sesuai jadwal khusus
c. Memonitor mobilitas dan aktivitas pasien
d. Menggunakan alat pengkajian risiko yang ada untuk memonitor faktor
risiko pasien (misal, skala braden)
e. Memonitor status nutrisi pasien
f. Memonitor sumber tekanan dan gesekan

27
5 a. Menggunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
b. Menjelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan
yang mungkin akan dialami klien selama prosedur (tindakan)
c. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
d. Memberikan objek yang menunjukkan perasaan aman
e. Melakukan usapan pada punggung/leher dengan cara yang tepat
f. Mengintruksikan pada keluarga pasien (ibu) untuk menggunakan teknik
relaksasi
g. Memonitor tanda-tanda vital
h. Mengkaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
i. Mengidentifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan

3.4 Evaluasi

No. Dx Evaluasi

1,2,3,4,5 S :

- Ibu mengatakan anaknya sudah mulai membaik


- Ibu mengatakan diare anaknya sudah mulai berkurang
- Ibu mengatakan anaknya sudah mau makan

O : TTV:

- N: 100x/menit
- S: 37.0˚C
- RR: 60 x/menit
- BB: 8,2 Kg

A : masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

28
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Sampai saat ini, penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan utama di
Indonesia, terutama pada anak-anak. Kejadian diare akut pada anak laki-laki dan
perempuan hampir sama.Diare akut atau kronik dapat mengakibatkan dehidrasi akibat
haluaran yang lebih banyak daripada asupan, dehidrasi merupakan penyebab kematian
pada penderita diare. Diare dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, keracunan
makanan, dan alergi makanan.

4.2. Saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari pada diare tersebut,
maka kita harus dapat menyadari betapa pentingnya kebersihan dalam diri dan
lingkunyan. Oleh karena itu, kita berharap dengan adanya kesadaran, semua
masyarakat mau bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam
dengan baik. Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih dapat
diwujudkan bagi kita semua.

29
Daftar Pustaka

Sodikin.2011.Gangguan sistem gastrointestinal dan hepatobilier. Jakarta: Salemba medika

Sodikin.2011. Keperawatan anak : gangguan pencernan. Jakarta: Salemba medika

Susilaningrum, Rekawati, dkk.2013.Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba

Medika

NIC-NOC 2015-2017 Edisi.5 dan Edisi.6

30

Anda mungkin juga menyukai