PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui pengertian dari diare
2 Untuk mengetahui etiologi dari diare
3 Untuk mengetahui patofisiologi diare
4 Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari diare
5 Untuk mengetahui saja Komplikasi dari diare
6 Untuk mengetahui prognosis dari diare
7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari diare
8 Untuk mengetahui tahap pertumbuhan dan perkembangan pada anak
9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan anak pada diare
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
1. Faktor Infeksi :
a. Bakteri : enteropathogenic Escherichia coli, salmonella, shigella, Yersinia
enterocolitica
b. Virus : enterovirus echoviruses, adenovirus, human retrovirua
c. Jamur : candida enteritis
d. Parasit : giardia Clamblia, cryptosporidium
e. Protozoa
2. Bukan faktor infeksi :
a. Alergi makanan, susu, protein
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi; penyakit celiac, cystic fibrosis pada pancreas
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d. Obat-obatan; antibiotic
3
e. Penyakit usus; colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus
3. Penyakit infeksi; otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih
2.3 Patofisiologi
Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang mengganggu absorbsi usus dan
dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin
kolera dan E.Coli. spesien E.Coli lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan penetrasi
mukosa usus kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi mikroskopis. Muntah dan diare
dapat menyusul keracunan makanan non bakteri. Diare dan muntah merupakan gambaran
penting yang mengarah pada dehidrasi, akibat kehilangan cairan ekstravaskuler dan
ketidakseimbangan elektrolit. Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada asidosis
akibat kehilangan natrium dan kalium dan ini tercermin dengan pernafasan yang cepat.
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus, memproduksi
enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan perlengketan mukosa yang disertai
dengan kerusakan di membrane mikrovili. Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina
propria menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin menyebabkan
sekresi elektrolit dan air dengan merangsang adenosine monofosfat siklik di sel mukosa usus
halus. Sitotoksin memicu peradangan dari sel yang cedera serta meluaskan zat mediator
radang. Perlengketan mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan sel bulat di
lamina propria. Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus juga menganggu mukosa usus.
Bakteri menghasilkan enzim dan hasil metabolism untuk menghancurkan enzim glikoprotein
pada tepi bersilia dan menganggu pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili
menyebabkan lesi mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili subtotal dan
respon radang subepitel yang mencolok.
Pathway
4
Makanan zat yang tidak terserap Rangsangan tertentu (toksin) Gangguan mobilitas usus
Peningkatan osmotic rongga usus Peningkatan sekresi air dan Hipo Peristaltik Hiper Peristaltik
elektrolit ke rongga usus
Diare
Resiko
Infeksi
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
5
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering
c. Keram abdominal
d. Demam
e. Mual dan muntah
f. Anorexia
g. Lemah
h. Pucat
i. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernafasan cepat
j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.
2.5 Komplikasi
a. Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan dan dan elektrolit dalam tubuh.
Dehidrasi bisa terjadi karena pengeluaran cairan tubuh yang berlebihan atau lebih besar
dari pemasukan. Perlu dipahami sebagian besar tubuh kita terdiri dari air, akibat dari
kehilangan dan gangguan cairan elektrolit tubuh bisa menganggu kinerja berbagai sistem-
sistem tubuh. Bahkan pada tingkat dehidrasi berat bisa berakibat penurunan kesadaran,
koma, dan bahkan kematian.
Hypokalemia
Hypokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar kalium yang terdapat di dalam
darah berada pada jumlah yang lebih rendah dari 3,8 mEq/L darah. Hypokalemia
merupakan tanda dari kekurangan kalium tubuh. Kalium merupakan salah satu dari
sejumlah elektrolit penting yang diperlukan oleh tubuh.
c. Hipokalsemia
6
Hipokalsemia adalah simtoma rendahnya kadar kalsium di dalam plasma darah.
Gejala klinis antara lain berupa kram otot. Hipokalsemia umumnya merupakan simtoma
yang ditimbulkan oleh hipoparatiroidisme misalnya pada pengangkatan kelenjar tiroid
yang mengakibatkan ikut terangkatnya hormone tiroid.
d. Hiponatremia
Hiponatremia adalah kondisi di mana konsentrasi natrium yang rendah di dalam
darah. Kekurangan natrium dari makanan sangat jarang menjadi penyebab langsung
hiponatremia. Hilangnya natrium dapat menyebabkan kondisi hipovolemia yang
menyebabkan pelepasan hormone vasopressin.
e. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan kondisi ketidakmampuan jantung memasok darah yang
cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang. Kurangnya pasokan darah ini
umumnya dipicu oleh pendarahan yang terbagi menjadi dua, yaitu pendarahan luar
(akibat cedera atau luka benda tajam) dan pendarahan dalam (akibat infeksi pada saluran
pernafasan).
Darah mengandung oksigen dan zat penting lainnya yang dibutuhkan oleh organ dan
jaringan tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Bila pendarahan hebat terjadi, otomatis
pasokan darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang secara drastic dan organ tidak
mendapat pergantian zat-zat yang dibutuhkan tadi secara cepat. Keadaan inilah yang
disebut syok hipovolemik dengan gejala utama berupa penurunan tekanan darah dan suhu
tubuh. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara tepat
dan cepat.
f. asidosis
asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau
terlalu sedikit mengandung basah) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Asam
biasanya diproduksi sebagai produk sampingan dalam sejumlah aktivitas metabolic
termasuk pemecahan lemak. Dalam tubuh, keseimbangan normal antara asam dan basa
dikelola oleh bikarbonat. Bikarbonat menetralisir asam dan dengan demikina mencegah
akumulasi berlebihan dalam tubuh.
2.6 Prognosis
Prognosis diare kronik maupun diare akut ini sangat tergantung pada penyebabnya.
Pada SKI prognosis adalah baik, pada penyakit endokrin, prognosis tergantung pada penyakit
7
dasarnya. Pada penyebab obat-obatan, tergantung pada kemampuan untuk menghindari
pemakaian oba-obat tersebut. Pada pasca bedah prognosis tergantung pada sejauh mana
akibat tindakan operasi pada penderita di samping faktor penyakit dasarnya sendiri.
2.7 Penatalaksanaan
1. WHO telah menetapkan 4 unsur utama dalam penanggulangan diare akut yaitu:
a Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral (URO) untuk mencegah maupun
mengobati dehidrasi.
b Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa, terutama ASI selama diare dan dalam
masa penyembuhan.
c Tidak menggunakan antidiare, sementara antibiotik maupun antimikroba hanya untuk
kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis.
d Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarganya tentang upaya
rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk dan cara mencegah diare di masa
yang akan datang.
2. Dasar pengobatan diare akut adalah rehidrasi dan memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit. Oleh karena itu langkah pertama adalah tentukan derajat dehidrasi.
Rasa haus Normal, tidak haus Kehausan ingin Malas minum atau
minum banyak tidak dapat minum
Kemudian lakukan upaya rehidrasi seperti yang dilakukan terhadap dehidrasi karena kolera.
8
1. Berikan cairan (air tajin, larutan gula garam, oralit) sebanyak yang diinginkan hingga
diare stop, sebagai petunjuk berikan setiap habis BAB
a Anak < 1 tahun: 50- 100 ml
b Anak 1-4 tahun: 100-200 ml
c Anak > 5 tahun: 200-300 ml
d Dewasa: 300-400 ml
9
2) Perkembangan
Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu
menggigit dan menelan makanan, merupakan prortotype bagi banyak ciri karakter yang
berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang dperoleh dari inkorporasi oral dapat
dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh
pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami
fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan
apa saja yang dikatakan orang lain.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun (infancy).
Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantunga pada orang lain, perkembangan rasa
percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga
(yang merawat) bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun rasa percaya
terhadap si penjaga, dia akan merasa nyaman & terlindungi di dalam kehidupannya. Akan
tetapi, jika penjagaannya tidak stabil dan emosi terganggu dapat menyebabkan bayi
tersebut merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada lingkungan sekitar. Kegagalan
mengembangkan rasa percaya memyebabkan bayi akan merasa takut dan yakin bahwa
lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi bayi tersebut, sehingga bayi
tersebut akan selalu curiga pada orang lain.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE
3.1 Pengkajian
I. Data Umum
Nama : An. A
Ruang :-
No. Register :-
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat :-
Pekerjaan :-
Penanggung jawab : Rossy dan Rohmatul
Pendidikan Terakhir: -
Golongan Darah : O
Tanggal MRS : 1 April 2017
Tanggal Pengkajian : 1 April 2017
Diagnosa Medis : Gastroenteritis
Keluhan Utama :
Buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari.
Alasan Masuk Rumah Sakit :
Orang tua anak mengatakan bahwa datang ke rumah sakit dengan alasan ingin
memeriksakan kesehatan anaknya yang mengalami keluhan panas lebih dari 3 hari dan
diare ±4 kali dalam sehari.
Riwayat Penyakit Sekarang :
BAB ±4x sehari dan berlangsung selama 2 hari, konsistensi encer,bercampur lendir dan
bewarna kuning kehijauan, dan disetai muntah dan disertai demam.
Upaya yang telah dilakukan:
Ibu dari An.A selama diare masih diberikan ASI.
Terapi yang telah diberikan: Tidak ada
11
Riwayat Kesehatan Dahulu :
An. A sebelumnya tidak pernah mengalami BAB lebih dari 3x dalam sehari
Riwayat Kesehatan Keluarga : Orangtua dari An.A 2 minggu ini tidak ada yang
mengalami diare.
a. Motorik Kasar
An.A sudah bisa duduk secara sempurna dan berbicara seperti ”ma,pa,mam”.
b. Motorik Halus
An.A sudah mampu memasukkan mainan ke dalam kardus dan meletakkan benda ke
tangan orang lain.
c. Personal Sosial
12
An.A sudah mampu dalam berusaha menggapai mainan yang ada didekatnyadan
mengamati tangan perawat saat pengkajian.
d. Bahasa
px sudah bisa mengoceh dan menirukan rangkaian suara contohnya seperti suara
binatang.
V. Riwayat Sosial
a.Pengasuh
An.A mulai bayi sampai saat ini di asuh oleh neneknya dikarenakan ke dua orang tua
nya lagi bekerja.
b. Hubungan dengan anggota keluarga juga saudara
Orang tua mengatakan sangat senang atas kehadiran anaknya dan nenek nya juga
senang karena An.A cucu pertama.
c. Pembawaan secara umum
An.A terlihat cukup aktif
d. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah di sekitar rumah nenek An.A ada kali yang kumuh, dan lingkungan
rumah kurang bersih.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi ᴠ
Berpakaian ᴠ
13
Eleminasi ᴠ
Pindah ᴠ
Ambulasi ᴠ
Naik tangga ᴠ
Gosok gigi - - - - -
- - -
14
- - -
4) Diet khusus
TKTPRS : tinggi kalori, tinggi protein, rendah serat.
5. Pola Eliminasi
Eliminasi Urin
15
Eliminasi Alvi
16
Nilai Khusus - -
Praktik Ibadah - -
Pengetahuan tentang - -
Praktik Ibadah selama sakit
1) B1 (Breathing) Pernafasan
a Hidung
Inspeksi : bentuk lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris,
sinus edmodalis dan sinus frontalis.
b Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri kanan, pengembangan dada seimbang
mengikuti alur nafas, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar bunyi sonor pada area paru-paru
Auskultasi : Bunyi nafas vasikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan
2) B2 (Bleeding) Cardiovaskuler
Jantung
Inspeksi : bentuk dada piquen chest, tidak ada pembesaran pada salah satu dinding
dada.
Auskultasi : terdengar Bj 1 ”lup” pada ICS 2 dan 3, terdengar Bj II ”dup” pada ICS 4
dan 5
17
Perkusi : terdengar suara pekak pada area dada sebelah kiri
3) B3 (Brain) Persyarafan
a Kepala dan wajah
Inspeksi : bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, wajah terlihat pucat, tidak ada
odema pada wajah,
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada odema.
b Mata
Inspeksi : kedua mata simetris kiri kanan, konjungtiva merah muda, sklera putih,
reaksi pupil terhadap cahaya isokor, pelebaran pupil simetris kiri kanan, mata
cekung
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan pada area mata
c Telinga
Inspeksi : tidak ada pengeluaran cairan dari telinga, keadaan telinga luar bersih,
serumen tidak ada
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan, fungsi pendengaran
baik
d Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran pada leher
Palpasi : tidak ada pembesaran tiroid
4) B4 (Bladder) kandung kemih
Inspeksi : jenis kelamin laki-laki, pembesaran scrotum (-), rambut (-), BAK tidak
menggunakan alat bantu dan frekuensi urin berkurang.
Palpasi : tidak adanya infeksi pada testis.
5) B5 (Bowel) Pencernaan
a Mulut atau tenggorokan
Inspeksi : mukosa bibir kering, lidah bersih, tonsil tidak meradang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
b Abdomen
Inspeksi : bentuk perut simetris
Auskultasi : peristaltik meningkat 40x/menit
Perkusi : terdengar bunyi hypertimpani
18
Palpasi : turgor kulit menurun (tidak kembali dalam 1 detik), tidak teraba nyeri
tekan.
c Genetalia/anus
Inspeksi : tidak ada benjolan, kulit daerah anus kemerahan
6) B6 (Bone)
a Ekstremitas atas
Inspeksi : tangan kiri dapat digerakan dengan bebas, sedangkan tangan kanan
terpasang infus, jari-jari kedua tangan lengkap, kuku bersih, tidak ada odema,
lengan reflex bisep.
b Ekstremitas bawah
Inspeksi : kedua kaki dapat digerakan dengan bebas, jari-jari kedua kaki lengkap,
tidak ada sianosis, tidak ada odema maupun benjolan.
Palpasi : reflex KPR baik, aciles baik
c Kulit
Warna Kulit : Pucat
Akral : Dingin basah
Tugror : Menurun
1. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
a Hemoglobin : 10,4 G/dl
b Jumlah Leukosit : 18.800 µL
c Hematokrit : 32%
d Jumlah Trombosit : 481.000 µ
e GDS : 71 mg/dl
f Elektrolit :
- Na : 131 mmol/L
- K : 8,3 mmol/Ml
- Cl : 112 mmol/mL
2) Radiologi
-
2. Terapi
1. Oral
19
Lacto B : 2 x 1
Pct : 3 x ½ sendok teh
Zink syip : 3x1 sendok teh
2. Parenteral
Cefotaxim : 2x800 gram yang disuntikkan
3. Lain - lain
3.3 Intervensi
23
pasien
g. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
h. Lakukan pengukuran
antropometrik pada
komposisi tubuh (misal,
indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang,
dan liputan kulit)
4 Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan Pressure Management
kulit b.d iritasi akibat keperawatan selama …x24 a. Berikan pakaian yang
diare jam diharapkan dengan: tidak ketat pada pasien
25
3.3 Implementasi
No. Dx Implementasi
1 a. Menentukan riwayat diare
b. Mengevaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek samping pada
gastrointestinal
c. Mengajari keluarga pasien (ibu) cara penggunaan obat antidiare secara
tepat
d. Mengintruksikan anggota keluarga pasien untuk mencatat warna,
volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
e. Mengevaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang sudah di konsumsi
sebelumnya
f. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta
tingkatkan porsi secara bertahap
g. Mengidentifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare (misal, medikasi,
bakteri, dan pemberian makanan lewat selang)
h. Menganjurkan pada pasien untuk menghindari makanan yang
mengandung laktosa
i. Mengamati turgor kulit secara berkala
j. Memonitor tanda dan gejala diare
k. Mengukur diare/output pencernaan
26
l. Menimbang pasien secara berkala
m. Memberitahu dokter jika terjadi peningkatan frekuensi atau suara perut
n. Mengkonsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala diare menetap
27
5 a. Menggunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
b. Menjelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan
yang mungkin akan dialami klien selama prosedur (tindakan)
c. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
d. Memberikan objek yang menunjukkan perasaan aman
e. Melakukan usapan pada punggung/leher dengan cara yang tepat
f. Mengintruksikan pada keluarga pasien (ibu) untuk menggunakan teknik
relaksasi
g. Memonitor tanda-tanda vital
h. Mengkaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
i. Mengidentifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
3.4 Evaluasi
No. Dx Evaluasi
1,2,3,4,5 S :
O : TTV:
- N: 100x/menit
- S: 37.0˚C
- RR: 60 x/menit
- BB: 8,2 Kg
A : masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
28
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sampai saat ini, penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan utama di
Indonesia, terutama pada anak-anak. Kejadian diare akut pada anak laki-laki dan
perempuan hampir sama.Diare akut atau kronik dapat mengakibatkan dehidrasi akibat
haluaran yang lebih banyak daripada asupan, dehidrasi merupakan penyebab kematian
pada penderita diare. Diare dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, keracunan
makanan, dan alergi makanan.
4.2. Saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari pada diare tersebut,
maka kita harus dapat menyadari betapa pentingnya kebersihan dalam diri dan
lingkunyan. Oleh karena itu, kita berharap dengan adanya kesadaran, semua
masyarakat mau bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam
dengan baik. Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih dapat
diwujudkan bagi kita semua.
29
Daftar Pustaka
Medika
30