Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkiektasis adalah penyakit saluran napas kronik ditandai dengan


dilatasi abnormal yang permanen disertai rusaknya dinding bronkus. Biasanya
pada daerah tersebut ditemukan perubahan yang bervariasi termasuk di dalamnya
inflamasi transmural, edema mukosa (bronkiektasis silindris), ulserasi
(bronkiektasis kistik) dengan neovaskularisasi dan timbul obstruksi berulang
karena infeksi sehingga terjadi perubahan arsitektur dinding bronkus serta
fungsinya.

Keadaan yang sering menginduksi terjadinya bronkiektasis adalah infeksi,


kegagalan drainase sekret, obstruksi saluran napas dan atau gangguan mekanisme
pertahanan individu.

Di seluruh dunia angka kejadian bronkiektasis tinggi, biasanya terjadi pada


negara terbelakang atau berkembang. Bronkiektasis kebanyakan terjadi pada
penduduk usia pertengahan sampai lanjut, sedangkan akibat penyakit kongenital
terjadi pada usia muda. Tingkat sosial ekonomi yang rendah, nutrisi buruk,
perumahan yang tidak memadai dan sulit mendapatkan fasilitas kesehatan karena
alasan finansial atau jangkauan fasilitas kesehatan mempermudah timbulnya
infeksi tersebut.

Bronkiektasis merupakan dilatasi kronis bronki dan bronkiolus yang


disebabkan oleh inflamasi dan destruksi diding bronkiolar. Sputum terakumulasi
dan menyumbat bronkiolus; bersihan jalan napas buruk mengakibatkan batuk
hebat, yang secara permanen melebarkan bronki. Gangguan ini biasanya
melibatkan lobus paru bawah, dan dapat berlanjut menjadi atelektasis, fibrosis,
dan insufisiensi pernapasan. Bronkiektasis umunya disebabkan infeksi paru;
obstruksi bronkial; aspirasi benda asing, muntah atau benda dari saluran
pernapasan atas; dan gangguan imunologis.

1
Komplikasi meliputi supurasi progresif, hemoragi paru mayor, emfisema
dan insufisiensi pernapasan kronis.

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus


yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan
muscular dinding bronkus.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksut dengan bronchietaksis?

2. Apa penyebab penyakit Bronchietaksis?

3. Bagaimana perjalanan penyakit Bronchietaksis?

4. Apa saja tanda dan gejala penyakit Bronchietaksis?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penderita Bronchietaksis?

6. Apa saja komplikasi pada penyakit Bronchietaksis?

7. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit Bronchietaksis?

1.3 Tujuan

Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan


kita akan apa itu bronkiektasis dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
bronkiektasis.

1. Untuk mengetahui penyakit Bronchietaksis


2. Untuk mengetahui penyebab penyakit Bronchietaksis
3. Untuk mengetahui perjalanan penyakit Bronchietaksis
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Bronchietaksis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita Bronchietaksis
6. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit Bronchietaksis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penyakit Bronchietaksis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari
pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan
komponen elastis dan muscular dinding bronkus. Bronkiektaksis
diklasifikasikan dalam bronkietaksis, silindris, fusiform,
Dan kistik atau sakula.
Bronkiektaksis adalah kelainan yang menyebabkan perubahan
dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-ek=lemen elastic, otot-
otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh darah. Ditandai dengan
adanya dilatasi (ektsi) dan distorsi bronkus local yang bersifat patologis
dan berjalan kronik, persistem atau ireversibel. Bronkus yang terkena
umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar
jarang. (wim de jong)
B. Etiologi
Bronkietaksis didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus
pada penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh infeksi. Penyebab infeksi
tersering adalah H. influenza dan P.airuginosa. infeksi oleh bakteri lain,
seperti klebsiela dan staphylococcus Aureus disebabkan oleh absen atau
terlambatnya pemberian antibiotic pada pengobatan pneumonia.
Bronkiektaksis ditemukan pula pada pasien dengan infeksi HIV atau virus
lainnya, seperti adenovirus atau virus influenza.
Factor penyebab noninfeksi yang dapat menyebabkan penyakit ini
adalah paparan substansi toksik, misalnya terhirup gas toksik (ammonia,
asprasi asam dari cairan lambung dan lain-lain). Kemungkinan adanya
factor imun yang terlibat belum diketahui dengan pasti karena
bronkiektaksis ditemukan pula pada pasien kolitis ulseratif, reumathoid
artritis, dan syndrome sjorgen.
Factor predisposisi terjadinya bronkiektaksis dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu :

3
1. Kekeurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital,
biasanya kelainan imunologi berupa kekurangan globulin gemma atau
kelainan imunitas selular atau kekurangan alfa-1antitripsin
2. Kelainan struktur kongenital seperti fibrosis kistik, sindrom
kartagener, kekurangan kartilago bronkus, dan kisfoskolosiskongenital.
3. Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing, atau
tuberkolosis paru.
C. Manifestasi klinis
1. Batuk kronis dan sputum purulen kehitaman yang berbau busuk.
2. Sejumlah besar dari pasien mengalami “hemoptysis”.
3. Clubbing finger, terjadi akibat infufisiensi pernafasan.
4. Batuk semakin memburuk jika pasien berbaring miring.
5. Batuk menahun dengan sputum yang banyak terutama setelah
tiduran dan berbaring.
6. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu
atau tidak ada gejala sama sekali (bronkiektaksis ringan).
7. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang
lebih 200-300 cc disertai demam, tidak ada nafsu makan,
penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan
kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering
mengandung bercak darah, dan batuk darah.
8. Sesak nafas.
9. Penurunan berat badan.
10. Lelah.
11. Wheezing, Ronkhi.

Tingkat beratnya penyakit wim de jong:

1. Bronkiektaksis ringan.
Batuk-batuk dengan sputum warna hijau hanya terjadi
sesudah demam (ada infeksi sekunder) produksi terjadi dengan
adanya perubahan posisi tubuh, biasanya ada hemoptysis sangat

4
ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru normal. Foto dada
normal.
2. Bronkiektasis sedang
Batuk produktif terjadi setiap saat, sputum timbul setiap
saat (umumnya warna hijau dan jarang mucoid, serta bau mulut
busuk), hemoptysis, tanpak sehat dan fungsi paru normal, jarang
terdapat jari tabuh, ronki basah kasar, foto dada bias dikatakan
normal.
3. Bronkiektaksis berat
Batuk produktif dengan sputum banyak berwarna kotor dan
berbau. Sering ditemukan adanyan pneumonia dengan hemoptysis
dan nyeri pleura, sering ditemukan jari tabuh, jika adanya obstruksi
saluran nafas dapat dapat ditemukan dyspnea, sianosis atau tanda
kegagalan paru. Keadaan umum kurang baik, ditemukan infeksi
piogenik pada kulit, infeksi mata dan sebagainya. Mudah timbul
pneumonia, septicemia, abses metastasis, terkadang terjadi
amyloidosis, ronki basah kasar pada daerah yang terkena, foto dada
ditemukan kelainan:
1) Penambahan bronchovaskular making.
2) Multiple cysts containing fluid level 9 honey comb oppea-
rance.
D. Pemeriksaan Penunjang:
1. Laboratorium
 Hb bisa rendah (anemia) bisa pula tinggi.
 Leukositosis dengan laju endap darah tinggi.
 Sputum berlapis tiga: pus, sereus, pus dan sel-sel yag rusak
serta sputum berbau busuk.
 Pemeriksaan darah, urine, dan EKG dalm batas normal.
2. Radiologis
Foto thorax: carakan paru kasar dan batas-batas cerawan kabur,
daerah coracan tampak mengelompok, terdapat garis-garis batas
permukaan udara cairan

5
 Pemeriksaan : untuk melihat akibat yaitu reskritif atau
bstruktif.
 Bronkografi : terdapat kelainan rutasi pada saluran pernafasan.
 Bronskopi : untuk mengetahui adanya tumor atau benda asing,
hemaptoe atau asal sputumnya.

Gambaran Rontgen Thoraks Bronkiektaksis

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.

Penatalaksanaan meliputi:

6
1. Pengendalian infeksi akut maupun kronik: pemberian antibiotic dengan
spekrum luas (Ampisillin, Kotrimoksasol, atau Amoksisillin) selama 5-7
hari.
2. Fisioterapi dada.
3. Drainage postural dengan teknik ekspirasi paksa untuk mengeluarkan
sekret.
4. Bronkodilator.
5. Aerosol dengan garam faali atau dengan beta agonis.
6. Hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret menjadi kental dan
dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan
sekret.
7. Kortikosteroid bila ada bronchospasme yang hebat.

E. Discharge planning

1. Makan makanan yang bergizi sehingga meningkatkan kekebalan tubuh.


2. Hndari paparan dengan asap rokok dan zat toksik lainnya yang dapat
terhirup.
3. Ketahui tanda dan gejala penyakit dan cara penanganan pertamanya.
4. Konsultasi dengan dokter jika gejala semakin parah.
5. Teratur dalam penggobatan (mengurangi timbulnya bronkiektaksis) dan
biasakan hidup sehat dan bersih.
6. Vaksinasi dan istirahatlah dengan cukup.

F. Patofisiologi

Penyakit paru primer (tumor


Bronkiektasis paru, benda asing, TB paru)
Obstruksi saluran napas

Atelektasis, penyerapan
Kekurangan Kelainan struktur udara di parenchim dan
mekanisme congenital (fibrosis sekitarnya tersumbat
pertahanan yang kistik, sindroma
didapat congenital kartagener,
Ketidakefektifan pola
(Ig gama kurangnya kartilago
nafas
antritripin alfa I) bronkus)
Kuman berkembang dan
7
infeksi bakteri pada
dinding bronkus
Pnumoni berulang Terkumpulnya sekret

Kerusakan
permanen pada
dinding bronkus Kerusakan pada Peningkatan suhu
jaringan otot dan elastin tubuh

Ketidakefektifan
batuk Kerusakan bronkus Hipertermi
yang menetap
Inhalasi uap dan
gas, aspirasi cairan Kemampuan bronkus
lambung untuk kontraksi Tekanan inta pleura
berkurang dan selama lebih negative dari
Ketidakefektifan ekspirasi menghilang atmosfer
bersihan jalan
nafas Bronkus dilatasi

Kemampuan
mengeluarkan Pengumpulan
secret menurun sekret,infeksi
sekunder dan terjadi
sirklus

Mudah terjadi infeksi

Bronkiektasis yang Resiko infeksi


menetap

8
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang
1) Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama
2) Tinggal atau bekerja daerah dengan polusi udara berat
3) Riwayat alergi pada keluarga
4) Ada riwayat asma pada masa anak-anak.
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor pencetus
1) Allergen (serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)
2) Sress emosional
3) Aktivitas fisik yang berlebihan
4) Polusi udara
5) Infeksi saluran nafas
6) Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Klien dengan bronkhiektasis terlihat mengalami batuk-batuk
dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari serta setelah
tiduran dan berbaring. Pada inspeksi, bentuk dada biasanya normal.
Adanya batuk darah sering dijumpai pada sekitar 50% dari klien
dengan bronkhiektasis. Batuk darah pada klien dengan bronkhiektasis
biasanya bersifat masif karena sering melibatkan pecahnya pembuluh
darah arteri yang meregang pada dinding bronkhus dan melemahnya
dinding bronkhus akibat stimulus batuk lama dapat menyebabkan
batuk darah masif.
b. Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
c. Perkusi

9
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor.
d. Auskultasi
sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai
tingkat keparahan obstruktif pada bronkhiolus.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
produksi lendir, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal
2.  Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu
akibat spasme otot-otot pernafasan, penekanan dinding paru, penurunan
ekspansi paru
3. Risiko infeksi berhubungan dengan proses ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer (kerusakan pada jaringan otot dan elasin)
4. Hipertermi berhungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit)

10
C.    INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


.
1. Ketidakefektifan jalan nafas Definisi: NOC NIC
ketidakmampuan untuk membersihkan  Respiratory status : Ventilation Airway suction
sekresi atau obstruksi dari saluran  Respiratory status : Airway patency - Pastikan kebutuhan oral / tracheal
pernafasan unruk mempertahankan Kriteria Hasil : suctioning
kebersihan jalan nafas.  Mendemonstrasikan batuk efektif - Auskultasi suara nafas sebelum dan
Batasan karakteristik : dan suara nafas yang bersih, tidak sesudah suctioning
 Tidak ada batuk ada sianosis dan dypsneu (mampu - Berikan O2 dengan menggunakan
 Suara napas tambahan mengeluarkan sputum, mampu nasal untuk memfasilitasi suksion

 Perubahan frekuwensi napas bernafas dengan mudah, tidak ada nasotrakeal

 Sianosis pusred lips) - Monitor status oksigen pasien


 Menunjukkan jalan nafas yang paten - Ajarkan keluarga bagaimana cara
 Kesulitan berbicara atau mengeluarkan
(klien tidak merasa tercekik, irama melakukan suksion
suara
nafas, frekuensi pernafasan dalam - Buka jalan nafas, gunakan teknik
 Penurunan bunyi napas
rentang normal, tidak ada suara chin lift atau thrust bila perlu
 Dipsneu
nafas abnorma) - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan

11
 Batuk yang tidak efektif  Mampu mengidentifikasi dan - Auskultasi suara nafas catat adanya
 Orthopneu mencegah faktor yang dapat suara tambahan

 Gelisah menghambat jalan nafas - Atur intake untuk cairan

 Mata terbuka lebar mengoptimalkan keseimbangan

Faktor-faktor yang berhungan:


 Lingkungan :
 Perokok pasif
 Menghisap asap
 Merokok
 Obstruksi jalan nafas :
 Spasme jalan napas
 Mokus dalam jumlah berlebihan
 Eksudat dalam jalan alveoli
 Materi asing dalam jalan napas
 Adanya jalan napas buatan
 Sekresi bertahan/sisa sekresi
 Sekresi dalam bronki
 Fisiologi :
 Jalan napas alergik

12
 Asma
 Penyakit paru obstruksi kronik
 Hiperplasi dinding bronkial
 Infeksi
 Disfungsi neuromuskular
2. Ketidakefektifan pola napas definisi : NOC NIC
Inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi  Respiratory status : ventilation Airway Management
ventilasi  Respiratory status : airway - Buka jalan nafas, gunakan teknik
Batasan Karakteristik : patency chinlift atau thrush bila perlu
 Perubahan kedalaman pernapasan  Vital sign status - Identifikasi pasien perlunya
 Perubahan ekskursi dada Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas buatan

 Mengambil posisi tiga titik  Mendemonstrasikan batuk efektif - Keluarkan sekret dengan batuk

 Bradipneu dan suara nafas yang bersih, tidak atau suction


ada sianosis dan dyspneu (mampu - Auskultasi suara nafas, catat
 Penurunan tekanan ekspirasi
mengelurakan sputum, mampu adanya suara tambahan
 Penurunan ventilasi semenit
bernafas dengan mudah, tidak ada Oxygen therapy
 Penurunan kapasitas vital
pursed lips) - Bersihakan mulut, hidung dan
 Dipneu
 Menunjukkan jalan nafas yang paten secret trakea
 Peningkatan diameter anterior-posterior
(klien tidak merasa tercekik, irama - Atur peralatan oksigen
 Pernapasan cuping hidung

13
 Ortopneu nafas, frekuensi pernafasan dalam - Monitor aliran oksigen
 Fase ekspirasi memenjang rentang normal, tidak ada suara - Pertahankan posisi pasien

 Pernapasan bibir napas abnormal) Vital sign

 Takipneu  Tanda tanda vital dalam rentang - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
normal (tekanan darah, nadi, - Catat adanya fluktuasi tekanan
 Penggunaan otot aksesorius untuk
pernafasan) darah
bernapas
- Auskultasi TD pada kedua lengan
Faktor yang berhubungan :
dan bandingkan
 Ansietas
- Monitor kualitas Nadi
 Posisi tubuh
- Monitor suara paru
 Deformitas tulang
 Deformitas tulang dada
 Keletihan
 Hiperventilasi
 Sindrom hipoventilasi
 Gangguan muskuluskeletal
 Kerusakan neurologis
 Imaturitas neurologis
 Disfungsi neorumuskular

14
 Obesitas
 Nyeri
 Keletihan otot pernapasan cedera
medula spinalis

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronkiektasis berarti suatu  dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang
disebabkan oleh episode pnemonitis  berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau
massa (mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi.

B. Saran
Saran kami kepada pembaca agar bisa melakukan pola hidup sehat ,jangan
merokok. Bronkiektasis dapat dicegah dengan pemberian  antibiotic dan tindakan
vaksinasi terhadap pertusis dan lain-lain

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.nursingtimes.net/nursing-patients-with-bronchiectasis-part-on
http://www.drugs.com/cg/bronchiectasis-in-children.html
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika.
Somantri, Irman (2009). Asuhan Keperawatan dengan Klien dengan Gangguan Sistem Respirasi.
Jakarta. Salemba Medika.
Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Nurarif Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. MediAction: Jogjakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai