Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi
Bronkiektasis adalah kelainan kronik yang ditandai dengan dilatasi bronkus
secara permanen, disertai proses inflamasi pada dinding bronkus dan parenkim paru
sekitarnya. Manifestasi klinis primer bronkiektasis adalah terjadinya infeksi yang
berulang, kronis, atau refrakter, dengan gejala sisa yang terjadi adalah batuk darah,
obstruksi saluran napas kronis, dan gangguan bernapas secara progresif.

B. Anatomi paru
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan
paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian,
terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-
paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut

mediastinum.
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura
terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput
tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang
menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut
cavum pleura (Guyton, 2007).

Menurut Juarfianti (2015) sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke dalam


sistem pernafasan bagian atas dan pernafasan bagian bawah.

1) Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus


paranasal, dan faring.
2) Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveolus paru.

Menurut Alsagaff (2015)sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses,


yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru,
sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari dalam paru ke atmosfer. Agar proses
ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan
elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu :

1) Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,


sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
2) Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.

C. Etiologi
Mekanisme yang mungkin mendasari bronkiektasis pascainfeksi adalah
adanya infeksi pada saat awal kehidupan yang menyebabkan kerusakan struktural
pada saluran napas yang masih dalam tahan pengembangan, sehingga mengakibatkan
saluran napas rentan terhadap infeksi berulang, dan dengan berjalannya waktu, infeksi
persisten tersebut mengakibatkan bronkiektasis.3,6 Beberapa infeksi saluran napas
yang dapat menyebabkan bronkiektasis termasuk: pertusis, bakteri gram negatif
(Pseudomonas aeruginosa,Haemophilus influenzae), virus (HIV, Paramyxovirus,
adenovirus, dan influenza), Mycobacterium tuberculosis, dan atypical mycobacteria

D. Klasifikasi
Secara morfologis bronkiektasis dibagi 3 tipe :
1) Bronkiektasis silindris atau tubular, ditandai dengan dilatasi saluran napas.
2) Bronkiektasis varikosa (dinamai demikian karena gambarannya mirip
dengan vena varikosa), ditandai dengan area konstriktif fokal disertai
dengan dilatasi saluran napas sebagai akibat dari defek pada dinding
bronkial.
3) Bronkiektasis kistik atau sakular, ditandai dengan dilatasi progresif saluran
napas yang berakhir pada kista ukuran besar, sakula, atau gambaran grape-
like clusters (gambaran ini adalah gambaran bronkiektasis yang paling
berat)

E. Patogenesis
Patogenesis bronkiektasis non-fibrosis kistik belum sepenuhnya dipahami.
Model lingkaran setan Cole adalah hipotesis yang diterima umum untuk menjelaskan
evolusi bronkiektasis. Cole menjelaskan pada individu dengan predisposisi, infeksi
paru, atau cedera jaringan akan menyebabkan respons inflamasi yang kuat. Inflamasi
saluran napas didominasi oleh kemoatraktan neutrofil terutama interleukin-8 (CXCL-
8) dan leukotrine B4
Respons inflamasi yang melibatkan neutrofil, limfosit, dan makrofag, serta
produk inflamasi yang dikeluarkan oleh mikroorganisme dan pertahanan tubuh
(protease, kolagenase, dan radikal bebas) akan membuat dinding bronkus menjadi
lemah karena kehilangan elemen muskuler dan elemen elastisitasnya. Neutrophil
elastase (NE) menurunkan kecepatan klirens mukosilier dan meningkatkan sekresi
mukus, sehingga menimbulkan stasis mukus. Stasis mukus dan penurunan
kemampuan fagositosis dari neutrofil akan menyebabkan kolonisasi bakteri di
sinobronchial tree

Gambar 3. Hipotesis Lingkaran Setan

Penurunan kemampuan opsonofagositosis terjadi pada beberapa tingkat, yakni


pemecahan opsonin melalui permukaan luar bakteri dan pemecahan reseptor neutrofil.
Pengeluaran alpha defensin dari granula neutrofil juga mensupresi fagositosis.5
Mekanisme disfungsi imun lain yang berpengaruh adalah penurunan klirens apoptosis
dan infiltrasi sel T. Hasil akhir proses di atas adalah terbentuknya kolonisasi bakteri
yang menyebabkan inflamasi kronis dan menjadi lingkaran setan kembali menjadi
progresif sehingga makin merusak paru.

Stres oksidatif juga berperan penting pada patofisiologi bronkiektasis. Faktor


utama yang berperan pada peningkatan stres oksidatif pasien bronkiektasis adalah
eksaserbasi berulang dan kolonisasi patogen kronik. Inflamasi saluran napas kronik
menyebabkan pelepasan sitokin pro-inflamasi yang dapat memicu pelepasan reactive
oxygen species (ROS) secara terus-menerus dan meningkatkan tingkat petanda stres
oksidatif.

F. Patofisiologi
Patofisiologi dari bronkiektasis dapat terjadi akibat faktor konginetal seperti
kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat, ketika imunitas seseorang menurun
sehingga bakteri, virus, jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan mengakibatkan
terjadinya pneumonia berulang, peradangan ini dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan permanen pada dinding bronkus. Ketika dinding bronkus rusak sehingga
batuk menjadi tidak efektif, akibatnya kemampuan untuk mengeluarkan sekret
menjadi menurun. Sekret yang menumpuk menjadi tempat berkembangnya bakteri
yang dapat menimbulkan infeksi .
Ketika dinding bronkial yang terinfeksi menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat
bronki. Dinding bronkial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat dan
dapat mengalami batuk darah(hemoptisis) akibat nekrosis mukosa bronkus yang
mengenai pembuluh darah sehingga menimbulkan pendarahan.
Penyakit brokiektasis dapat terjadi pada pasien yang mengalami peyakit paru
primer (tumor paru, benda asing, Tb paru) sehingga mengakibakan obstruksi pada
saluran pernapasan. Kerusakan ini dapat menyebabkan ateletaksis, penyerapan udara
di parenkim dan sekitarnya menjadi tersumbat hal ini menyebabkan ketidak efektifan
pola nafas serta menjadikan tekanan intra pleura lebih negatif dari tekanan atmosfer.
Dengan demikian bronkus akan mengalami dilatasi, sekret akan terkumpul
menyebabkan infeksi sekunder. Sekret yang terkumpul dapat menyebabkan mudah
terjadinya infeksi sehingga akan mengalami bronkiektaksis yang menetap dan resiko
infeksi.
Retensi sekresi dan obstruksi yang pada akhirnya menyebabkan alveoli
mengalami kolaps. Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi inflamasi menggantikan
jaringan paru yang berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi
pernapasan dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan
rasio volume residual terhadap kapasitas paru total. Terjadi kerusakan campuran gas
yang di inspirasi (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksimia.

G. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang timbul pada pasien bronkiektasis tergantung pada luas
dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya dan ada atau tidaknya komplikasi lanjut.
Beberapa tanda dan gejala yang sering ditemui antara lain:
1. Batuk produktif menahun.
Sputum terdiri dari atas tiga bagian:
a. Lapisan atas agak keruh, terdiri atas mucus
b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva
c. Lapisan bawah keruh, terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus
yang rusak
2. Batuk darah (hemoptisis)
Akibat terjadinya nekrosis atau destruksi mukosa bronkus yang mengenai
pembuluh darah dan menimbulkan pendarahan.
3. Sesak nafas (dispnea)
Timbulnya sesak tergantung pada luasnya bronkietaksis, terkadang
menimbulkan suara mengi akibat adanya obstruksi bronkus.
4. Demam berulang
Bronkiektasis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami
infeksi yang berulang akibatnya sering timbul demam.
5. Kelainan fisik
a. Sianosis
b. Jari jari tabuh pada 30-50% kasus
c. Bronchi basah
d. Wheezing

H. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto dada PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar  dan batas-batas
corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon 
serta gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan.
2. Pemeriksaan Bronkografi
Ditemukan adanya dilatasi dan nekrosis dinding bronkus. Bronkografi sendiri
adalah pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras kedalam system saluran
bronkus pada berbagai posisi. Pemeriksaan bronkografi ini juga dapat menentukan
bentuk bronkiektasis yang dapat dibedakan menjadi bentuk silindris (tubulus,
fusiformis), sakuler (kistik), dan varikosis.

Anda mungkin juga menyukai