Anda di halaman 1dari 16

Abstrak

Tujuan: Mengetahui efektivitas pemberian kalsium dosis tinggi dalam mencegah


preeklamsia.

Metode: Penelitian analitik eksperimental dengan desain randomized controlled trial


single blind dalam bentuk ujian alias kesintasan (survival analysis) dalam kurun
waktu Juni 2018 – Mei 2019 di Poliklinik Fetomaternal Rumah Sakit Umum
Pendidikan Mohammad Hoesin, Palembang

Hasil: Rerata kadar hemoglobin pada kunjungan terakhir didapatkan rerata kadar
hemoglobin antara kedua kelompok adalah 12,81 pada kelompok kalsium tinggi dan
12,61 pada kelompok kalsium rendah, sedangkan rerata kadar hematokrit antara
kedua kelompok adalah 35,17 pada kelompok kalsium tinggi dan 34,84 pada
kelompok kalsium rendah dan rerata kadar kalsium masing-masing kelompok
adalah 10,1. Pada penelitian ini setelah intervensi kalsium tinggi tidak ditemukan ibu
hamil yang mengalami preeklamsia, sedangkan pada kelompok intervensi kalsium
dosis rendah ditemukan 3 dari 17 pasien (17,7%) menderita preeklamsia. Dengan
uji Mc Nemar didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan kejadian preeklamsia baik
setelah intervensi kalsium dosis tinggi maupun kalsium dosis rendah (p = 0,250).
Hal ini berarti kalsium dosis tinggi dan rendah efektif untuk mencegah preeklamsia.

Kesimpulan: Kalsium dosis tinggi (1,5g – 2g) efektif dalam mencegah preeklamsia
dan tidak ditemukan perbedaan efektivitas antara pemberian kalsium dosis tinggi
dengan pemberian kalsium dosis rendah terhadap kejadian preeklamsia.

Kata kunci: kalsium dosis tinggi, preeklamsia, randomized control trial.


PENGANTAR

Preeklamsia adalah gangguan multisistem spesifik pada kehamilan yang ditandai


dengan perkembangan hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan.
Preeklamsia adalah gangguan yang mengancam jiwa yang hanya terjadi selama
kehamilan, persalinan, dan periode postpartum dan ditandai dengan tekanan darah
tinggi (hipertensi) dan protein dalam urin (proteinuria). Preeklamsia dinyatakan
berpengaruh signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan janin

Menurut WHO, rata-rata kejadian preeklamsia di berbagai negara pada tahun 2013
berkisar 0,51-38,4%. Di negara maju, kejadian preeklamsia berkisar antara 6-7%.
World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 303.000 kematian ibu di
dunia pada tahun 2015. Menurut program MDG, telah terjadi penurunan sebesar
43% kematian ibu pada tahun 1990. Prevalensi kematian akibat preeklamsia pada
tahun 2000 di dunia adalah 12%. Di Indonesia sendiri menurut laporan KIA
Direktorat Bina Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2011, angka kejadian
preeklampsia berkisar 3,4-8,5%. Jumlah kematian ibu yang dilaporkan adalah 2.118.
Penyebab kematian ibu akibat preeklamsia sekitar 25%. Angka kematian ibu di
Indonesia masih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN. Berdasarkan data
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia sebesar 395 per 100.000. Jumlah kematian ibu tahun 2015 di
Kota Palembang, berdasarkan laporan 12 orang dari 29.011 kelahiran hidup (Profil
Pelayanan Kesehatan Dasar, 2015). Penyebabnya adalah perdarahan (41,7%),
diikuti emboli paru (1 kasus), suspek syok kardiogenik (1 kasus), eklampsia (1
kasus), suspek TB (1 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1 kasus), dan lain-lain. 2-
5 Selain kematian ibu, preeklamsia juga mempengaruhi persalinan perinatal,
termasuk kelahiran prematur, pertumbuhan janin terhambat atau Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR), kematian perinatal dan morbiditas jangka panjang
penyakit kardiovaskular yang terkait dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Kejadian hipertensi pada ibu hamil disebabkan oleh berbagai penyebab diantaranya
zat gizi atau zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kekurangan kalsium
berkontribusi terhadap terjadinya tekanan darah tinggi selama kehamilan. WHO
(2013) menyatakan bahwa pemberian kalsium pada ibu hamil
wanita merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah
preeklamsia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa suplementasi kalsium dosis
tinggi selama kehamilan memiliki efek yang menguntungkan untuk menurunkan
risiko hipertensi akibat kehamilan atau preeklamsia.6,7 Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk menganalisis lebih lanjut peran kalsium dosis tinggi dalam mencegah
preeklamsia pada ibu hamil. Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang.

METODE

Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan di
Palembang (Poliklinik Kelamin)

/ Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Mohammad Hoesin) dari bulan Juni
2018 sampai dengan Mei 2019. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan kehamilan di Palembang (Departemen / Obstetri dan RS
Ginekologi Dr. Mohammad Hoesin). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu
hamil usia 20 – 35 tahun, usia kehamilan 20 minggu, ibu hamil dengan tekanan
darah <140/90 mmHg, ibu hamil dengan kadar kalsium darah sebelum penelitian
rendah atau normal, ibu hamil tidak menderita penyakit kronis dan metabolik,
bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani lembar persetujuan. Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan kalsium darah sebelum
penelitian tinggi. Penelitian ini menggunakan analisis data univariat untuk
mengetahui frekuensi kejadian preeklamsia pada masing-masing kelompok sampel.
Selain itu, analisis bivariat juga dilakukan untuk mengetahui peran kalsium dosis
tinggi dalam pencegahan preeklamsia dengan mengidentifikasi pengaruh kalsium
dosis tinggi pada ibu hamil terhadap kejadian preeklamsia. Analisis bivariat
dilakukan dengan menggunakan uji McNemar. Analisis dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan program bantuan SPSS 16.0
Prosedur Kerja

Pertama, semua wanita yang memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan tentang
penelitian yang akan dilakukan. Yang setuju untuk mengikuti penelitian ini diminta
untuk menandatangani informed consent yang telah disediakan untuk penelitian,
kemudian semua pasien yang termasuk dalam penelitian ini dilakukan pencatatan
data pasien secara lengkap yang terdapat pada rekam medis pasien, kemudian
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

dan pemeriksaan penunjang laboratorium (Hb, Ht dan kalsium darah). Pengambilan


darah dilakukan dengan phlebotomy, yang diambil dari darah tepi menggunakan
spuit 5 mL. Pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin dilakukan dengan teknik
sentrifugasi menggunakan metode electrical impedance yaitu menghitung sel dari
whole blood dan memisahkan sel darah merah dan elemen kembali dari sel darah
putih (granulosit, limfosit, dan monosit).

Sedangkan kalsium dilakukan dengan metode cresolphtein complex one.


Selanjutnya, ibu hamil secara acak dimasukkan ke dalam dua kelompok. Dari usia
kehamilan 20 minggu hingga 35 minggu, diberikan kelompok kalsium dosis tinggi
atau kelompok perlakuan yang menerima 1500 mg kalsium oral per hari, dan
kelompok kalsium dosis rendah atau kelompok pembanding yang menerima 500 mg
kalsium oral per hari. Penelitian ini menggunakan pendekatan paralel yang
digunakan sebagai pembanding untuk menggunakan kalsium dosis rendah.
Suplementasi kalsium yang diberikan adalah unsur kalsium (kalsium karbonat) yang
diberikan 1500 mg/hari (3 tablet 500 mg kalori dalam sekali makan), diberikan pada
kelompok perlakuan ibu hamil. Kemudian sebagai pembanding diberikan 3 tablet
pada ibu hamil yaitu suplementasi kalsium dosis rendah yang juga menggunakan
500 mg Kalori/hari (1 tablet 500 mg Kalori) dan 1000 mg plasebo (dengan ukuran,
berat, dan bobot yang sama). warna seperti kalsium karbonat) per hari dalam satu
kali makan pada kelompok pembanding.

Oleh karena itu, mereka dimasukkan ke dalam kapsul dengan warna yang sama dan
pembungkus warna yang berbeda di setiap kelompok. Langkah selanjutnya, ibu
hamil diperiksa (follow up) setiap 5 minggu sampai melahirkan. Pengawasan
kepatuhan konsumsi kalsium pada pasien dilakukan dengan menghubungi pasien
setiap minggu melalui telepon dan setiap 5 minggu secara tatap muka. Terakhir,
pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan alat seperti
sfigmomanometer aneroid ABN Healthcare System® dan Stetoskop Littman®.

HASIL

Telah dilakukan penelitian analitik eksperimental dengan rancangan Randomized


Controlled Trial Single-blind untuk mengetahui efektivitas kalsium dosis tinggi dalam
mencegah preeklamsia. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebanyak 34 orang. Sebanyak 17 orang menerima kalsium dosis tinggi dan
17 lainnya menerima kalsium dosis rendah.

Karakteristik Umum Penelitian

Rata-rata usia pasien yang mendapat kalsium tinggi adalah 27,24 ± 2,86 tahun
dengan kisaran 20-31 tahun sedangkan usia rata-rata yang menerima kalsium dosis
rendah adalah 27,94 ± 2,38 tahun dengan kisaran 24-32 tahun. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan usia antara pasien yang mendapat
kalsium dosis tinggi dan kalsium dosis rendah (p = 0,440). Usia kehamilan rata-rata
pasien yang menerima kalsium tinggi adalah

22,53 ± 2,07 minggu dengan kisaran 20-25 minggu sedangkan usia kehamilan rata-
rata yang menerima kalsium dosis rendah adalah 22,71 ± 2,08 minggu dengan
kisaran 20-27 minggu. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
usia kehamilan antara pasien yang mendapat kalsium dosis tinggi dan kalsium dosis
rendah (p = 0,888). Karakteristik obstetri pasien yang mendapat kalsium tinggi
antara lain gravida 1,92 ± 0,89 dengan rentang 1-4, paritas 0,88 ± 0,86 dengan
rentang 0-3 dan rata-rata kejadian abortus 0,06 ± 0,24 dengan rentang 0-1
sedangkan pada pasien yang mendapat dosis kalsium gravida diperoleh sebesar
2,29 ± 1,10 dengan kisaran 1-5, paritas 1,00 ± 1,12 dengan kisaran 0-4 dan rerata
kejadian abortus.

0,29 ± 0,59 dengan kisaran 0-2. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan
gravida (p = 0,354), paritas (p = 0,940) dan abortus (p = 0,145) antara pasien yang
mendapat kalsium dosis tinggi dan kalsium dosis rendah dan menunjukkan kedua
kelompok homogen. .

Pada distribusi persalinan pada subjek penelitian, 58,8% subjek melahirkan secara
spontan, 29,4% subjek melahirkan secara sectio caesarea, dan 11,8% subjek yang
tidak melahirkan pada kelompok kalsium dosis tinggi, sedangkan terdapat sebagai
sebanyak 52,9% subjek yang melahirkan secara spontan, 29,4% subjek yang
melahirkan melalui operasi caesar dan sebanyak 17,6% subjek yang tidak
melahirkan. Dari hasil analisis, tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok
persalinan dengan kalsium.

Karakteristik Laboratorium Subyek Penelitian

Pada distribusi kadar hemoglobin untuk kelompok kalsium, rata-rata kadar


hemoglobin pada kunjungan pertama antara kedua kelompok adalah 12,32. Pada
kunjungan kedua, rerata kadar hemoglobin antara kedua kelompok adalah 12,46
pada kelompok kalsium tinggi dan 12,36 pada kelompok kalsium rendah. Pada
kunjungan ketiga, rata-rata kadar hemoglobin antara kedua kelompok adalah 12,64
pada kelompok kalsium tinggi dan 12,50 pada kelompok kalsium rendah. Pada
kunjungan terakhir, rata-rata kadar hemoglobin antara kedua kelompok adalah 12,81
pada kelompok kalsium tinggi dan 12,61 pada kelompok kalsium rendah. Dengan
analisis statistik didapatkan bahwa tidak ada perbedaan kadar hemoglobin pada
kunjungan pertama (p = 1.000), kunjungan kedua (p = 0,591), kunjungan ketiga (p =
0,392) dan kunjungan keempat (p = 0,279) antara pasien yang menerima kalsium
dosis tinggi dan kalsium dosis rendah. Pada distribusi kadar hematokrit pada
kelompok kalsium, rerata kadar hematokrit pada kunjungan pertama antara kedua
kelompok masing-masing adalah 34,47 pada kelompok kalsium tinggi dan 35,29
pada kelompok rendah kalsium. Pada kunjungan kedua, rata-rata kadar hematokrit
antara kedua kelompok adalah 34,47 pada kelompok kalsium tinggi

dan 34,88 pada kelompok rendah kalsium. Pada kunjungan ketiga , rata-rata kadar
hematokrit antara kedua kelompok adalah 34,76 pada kelompok kalsium tinggi

dan 34,64 pada kelompok rendah kalsium. Pada kunjungan terakhir, rata-rata kadar
hematokrit antara kedua kelompok adalah 35,17 pada kelompok kalsium tinggi

dan 34,84 pada kelompok rendah kalsium. Berdasarkan analisis statistik ditemukan
bahwa tidak ada perbedaan kadar hemoglobin pada kunjungan pertama (p = 0,254),
kunjungan kedua (p = 0,305), kunjungan ketiga (p = 0,707) dan kunjungan keempat
(p = 0,531) antara pasien yang menerima kalsium dosis tinggi dan kalsium dosis
rendah. Pada distribusi kadar Kalsium terhadap kelompok kalsium, rata-rata kadar
kalsium pada kunjungan pertama antara kedua kelompok masing-masing adalah
8,81 dan 8,68. Pada kunjungan kedua, rata-rata kadar kalsium antara kedua
kelompok adalah 9,26 pada kelompok kalsium tinggi dan 9,00 pada kelompok
rendah kalsium. Pada kunjungan ketiga, Perbandingan Efektivitas Dosis Kalsium
Tinggi dan Rendah Pada penelitian ini setelah intervensi kalsium tinggi tidak
ditemukan ibu hamil dengan preeklamsia, sedangkan pada kelompok intervensi
kalsium dosis rendah ditemukan 3 dari 17 pasien (17,7%) mengalami preeklamsia.
Dengan uji McNemar didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kadar
kalsium antara kedua kelompok yaitu 9,56 pada kelompok kalsium tinggi dan 9,35
pada kelompok rendah kalsium. Pada kunjungan terakhir, rata-rata kadar kalsium
masing-masing kelompok adalah 10,1. Berdasarkan kadar kalsium, tidak terdapat
perbedaan kadar kalsium pada kunjungan-1 (p = 0,512), kunjungan-2 (p = 0,151),
kunjungan-3 (p = 0,256) dan kunjungan-4 (p = 0,809) antar pasien yang mendapat
kalsium dosis tinggi dan kalsium dosis rendah.
Perbandingan Efektivitas Dosis Kalsium Tinggi dan Rendah

Pada penelitian ini, setelah intervensi kalsium tinggi, tidak ditemukan ibu hamil
dengan preeklamsia, sedangkan pada kelompok intervensi kalsium dosis rendah
ditemukan 3 dari 17 pasien (17,7%) mengalami preeklamsia. Dengan uji McNemar
didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kadar kalsium antara kedua
kelompok yaitu 9,56 pada kelompok kalsium tinggi dan 9,35 pada kelompok rendah
kalsium. Pada kunjungan terakhir, rata-rata kadar kalsium masing-masing kelompok
adalah 10,1. Berdasarkan kadar kalsium, tidak terdapat perbedaan kadar kalsium
pada kunjungan-1 (p=0,512), kunjungan-2 (p=0,888), kunjungan-3 (p=0,151) dan
kunjungan-4 (p=0,809) antar pasien yang mendapat kalsium dosis tinggi dan
kalsium dosis rendah. kejadian preeklamsia baik setelah intervensi kalsium dosis
tinggi dan kalsium dosis rendah (p = 0,250). Ini berarti kalsium tinggi dan rendah
efektif untuk mencegah preeklamsia.

DISKUSI

Meningkatnya kejadian preeklamsia pada ibu hamil disebabkan oleh berbagai faktor.
Vol 8. No 4. Oktober 2020 Peran Pemberian Kalsium Dosis Tinggi 211 Faktor risiko
yang dapat meningkatkan kejadian preeklamsia adalah mola hidatidosa, nulipara,
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, janin lebih dari satu, multipara,
kronis hipertensi, diabetes melitus atau penyakit ginjal. Preeklamsia juga
dipengaruhi oleh paritas, genetik dan faktor lingkungan.3 WHO (2013) menyatakan
bahwa pemberian kalsium pada ibu hamil merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mencegah preeklamsia. Sebuah tinjauan terhadap 24 penelitian
menemukan bahwa suplementasi kalsium dosis tinggi (minimal 1 ga hari) selama
kehamilan dari 13 penelitian yang melibatkan 15.730 wanita merupakan cara yang
aman dan relatif murah untuk mengurangi risiko preeklamsia, terutama pada wanita
dengan diet rendah kalsium yang memiliki peningkatan risiko preeklamsia. Wanita
yang menerima suplemen kalsium juga mengurangi risiko kematian atau mengalami
masalah serius terkait preeklamsia. Angka kelahiran prematur juga turun.
Penggunaan suplemen kalsium pada ibu hamil tidak memiliki efek samping. WHO
merekomendasikan pemberian kalsium pada ibu hamil sebanyak 1,5 g hingga 2 g
setiap hari bagi ibu hamil yang memiliki asupan kalsium rendah. Namun beberapa
penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian kalsium dosis rendah secara
signifikan dapat menurunkan risiko preeklamsia, menurunkan hipertensi dan
menurunkan jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah.2,7 Rata-rata usia pasien
yang mendapat kalsium tinggi adalah 27,24 ± 2,86 tahun dengan kisaran 20-31
tahun sedangkan usia rata-rata menerima kalsium dosis rendah adalah 27,94 ± 2,38
tahun dengan kisaran 24-32 tahun. Rata-rata subjek penelitian yang diperolehnya
berusia 27 tahun, sedangkan rata-rata usia subjek penelitian yang dilakukan
Crowther adalah berusia 24-25 tahun. Hal ini dapat berbeda karena populasi
penelitian tidak sama. Selain usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi kejadian preeklamsia. Wanita berpendidikan rendah 86% lebih
berisiko mengalami preeklamsia, sedangkan wanita dengan pendidikan menengah
72% lebih berisiko mengalami preeklamsia, namun tingkat pendidikan mungkin
menjadi pemicu stres dalam mengambil keputusan. Pekerjaan tidak berhubungan
dengan prevalensi preeklamsia dalam penelitiannya.8-11 Rata-rata usia kehamilan
pasien yang mendapat kalsium tinggi adalah 22,53 ± 2,07 minggu dengan kisaran
20-25 minggu sedangkan rata-rata usia kehamilan yang mendapat kalsium dosis
rendah adalah 22,71 ± 2,08 minggu dengan kisaran 20-27 minggu. Usia kehamilan
rata-rata untuk menerima kalsium adalah usia kehamilan 20 minggu, sedangkan
usia kehamilan rata-rata dalam studi Levine adalah rentang usia kehamilan 17
minggu. WHO merekomendasikan bahwa suplemen kalsium dimulai untuk wanita
hamil pada usia kehamilan 20 minggu, berdasarkan waktu referensi yang digunakan
dalam meta-analisis WHO. Mekanisme kerja suplemen kalsium ini mendalilkan
melibatkan modulasi vaskularisasi plasenta dan aktivitas vasomotor sistemik.
Meskipun postulat ini belum diuji secara langsung, ini menunjukkan bahwa
suplementasi kalsium perikonsepsi mungkin lebih bermanfaat, dan inisiasi sejak usia
kehamilan 20 minggu.2,12-14 Karakteristik obstetri pasien yang menerima kalsium
tinggi meliputi gravida 1,92 ± 0,89 dengan rentang 1-4, paritas 0,88 ± 0,86 dengan
rentang 0-3 dan rata-rata kejadian abortus 0,06 ± 0,24 dengan rentang 0-1
sedangkan pada pasien yang mendapat dosis kalsium gravida diperoleh sebesar
2,29 ± 1,10 dengan kisaran 1-5, paritas 1,00 ± 1,12 dengan kisaran 0-4 dan rerata
kejadian abortus 0,29 ± 0,59 dengan kisaran 0-2. Hasil uji statistik menunjukkan
tidak ada perbedaan gravida (p = 0,354), paritas (p = 0,940) dan abortus (p = 0,145)
antara pasien yang mendapat kalsium dosis tinggi dan kalsium dosis rendah dan
menunjukkan kedua kelompok homogen. . Pada distribusi subjek pada kelompok
kalsium, pada kunjungan pertama didapatkan rerata tekanan darah sistolik dan
diastolik adalah 116/75 mmHg pada kelompok kalsium dosis tinggi, dan 112/74
mmHg pada kelompok kalsium dosis rendah. kelompok kalsium. Pada kunjungan
kedua didapatkan rerata tekanan darah sistolik dan diastolik 115/75 mmHg pada
kelompok kalsium dosis tinggi, dan 114/74 mmHg pada kelompok kalsium dosis
rendah. Pada kunjungan ketiga, rerata tekanan sistolik dan diastolik adalah 116/75
mmHg pada kelompok kalsium dosis tinggi dan 116/74 mmHg. Pada kunjungan
keempat, rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik adalah 116/75 mmHg pada
kelompok kalsium dosis tinggi dan 120/76 mmHg pada kalsium dosis rendah. Dari uji
analisis, tidak ada perbedaan bermakna pada kedua kelompok setiap kunjungan.
Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa terdapat 17 subjek (100%) subjek yang
memiliki tekanan darah <140/90 pada kunjungan pertama sampai keempat pada
kelompok kalsium dosis tinggi, sedangkan pada kelompok kalsium dosis tinggi
sebanyak 11 subjek. (82,4%) yang memiliki tekanan darah <140/90 pada kunjungan
pertama sampai keempat dan 3 subjek (17,6%) yang memiliki tekanan darah >
140/90 pada kelompok kalsium dosis rendah pada kunjungan ketiga dan keempat.
Sangat sedikit sampel yang 212 Krisnadhi, Lestari, Ansyori et al Indones J Obstet
Gynecol mengalami hipertensi dengan mengkonsumsi suplementasi kalsium (10
percobaan, 6634 wanita, RR 0,81, 95% CI: 0,74 - 0,89), namun terdapat variasi
besarnya efek di seluruh subkelompok. Plot saluran RR ukuran sampel
menunjukkan plot asimetris, dengan efek yang lebih kecil dalam uji coba yang lebih
besar dari 1000 subjek. Besarnya efek jauh lebih besar di antara wanita yang
berisiko tinggi hipertensi (4 percobaan, 327 wanita, RR 0,45, 95% CI: 0,31 - 0,66),
dan mereka dengan diet kalsium awal yang rendah (5 percobaan, 1582 wanita; RR
0,49, 95% CI: 0,38 - 0,62).15 Dalam distribusi persalinan pada subjek penelitian,
58,8% subjek melahirkan secara spontan, 29,4% subjek melahirkan dengan operasi
caesar, dan 11,8% subjek tidak melahirkan. melahirkan pada kelompok kalsium
dosis tinggi, sedangkan subjek yang melahirkan secara spontan sebanyak 52,9%,
subjek yang melahirkan secara seksio sesaria sebanyak 29,4%, dan subjek yang
tidak melahirkan sebanyak 17,6%. Dari hasil analisis, tidak ada hubungan yang
signifikan antara kelompok persalinan dengan kalsium. Tidak ada perbedaan yang
bermakna antara jenis persalinan pada kelompok kalsium.15 Jenis persalinan pada
kasus preeklampsia ditemukan 172 dengan persalinan pervaginam dan 21 dengan
persalinan sesar terencana. Selain itu, wanita dengan persalinan sesar setelah
periode yang lama memiliki risiko 10 kali lipat lebih tinggi dari hasil ibu dibandingkan
dengan wanita dengan persalinan sesar yang direncanakan (rasio odds yang
disesuaikan (AOR) 9,7 (1,2 hingga 78,6), P = 0,03) atau dengan persalinan
pervaginam 24 jam (a OR 9,7 (1,4 hingga 67,4), P = 0,02).12,16 Dari analisis
independent t-test didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata hemoglobin
yang bermakna pada setiap kunjungan dengan nilai p = 1.000; p = 0,591; p = 0,392;
p = 0,279. Kalsium berperan sebagai penghambat penyerapan zat besi atau zat besi
yang digunakan untuk mensintesis hemoglobin, namun dalam penelitian ditemukan
tidak ada penurunan dalam pemberian kalsium baik dosis tinggi maupun rendah.
Anne Marie mengatakan tidak ada perubahan indeks hematologi, termasuk
hemoglobin, hematokrit, zinc protoporphyrin, dan feritin plasma yang dihasilkan dari
suplementasi kalsium. Anne menambahkan bahwa suplementasi kalsium jangka
panjang tidak mengurangi konsentrasi feritin plasma pada orang dewasa yang masih
aktif mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Konsentrasi hemoglobin
yang tinggi pada trimester pertama menunjukkan faktor risiko hipertensi akibat
kehamilan (OR = 2,462; 95% CI, 1-6,9). Namun hal tersebut tidak dapat dibuktikan
dalam penelitian ini. Hemoglobin Kadar hemoglobin pada trimester pertama dan
kedua dikaitkan dengan hasil kehamilan yang merugikan seperti preeklamsia.
Peningkatan konsentrasi hemoglobin merupakan penyebab vasokonstriksi pada
preeklamsia.15-19 Dari analisis independent t-test didapatkan bahwa tidak terdapat
perbedaan hematokrit yang bermakna pada setiap kunjungan dengan nilai p =
0,254; p = 0,305; p = 0,707; p = 0,531. Tidak ada perbedaan hematokrit antara
kalsium dosis tinggi dan kalsium dosis rendah. Tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kadar hematokrit pada preeklamsia berat baik sebelum persalinan
maupun setelah persalinan dengan nilai p>0,05.17-21 Dari analisis independent t-
test didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna kalsium
untuk setiap kunjungan dengan nilai p = 0,512; p = 0,151; p = 0,256; p = 0,809. Dari
uji McNemar didapatkan tidak ada perbedaan kejadian preeklamsia baik setelah
intervensi kalsium dosis tinggi maupun kalsium dosis rendah (p=0,250). Ini berarti
kalsium tinggi dan rendah efektif untuk mencegah preeklamsia. Suplementasi
kalsium selama kehamilan dikaitkan dengan penurunan risiko hipertensi gestasional
sebesar 45% yang signifikan [Risiko relatif (RR) 0,55; 95% confidence interval (CI)
0,36- 0,85] dan 59% pada risiko preeklamsia [RR 0,41; 95% CI 0,24-0,69] di negara
berkembang. Suplementasi kalsium selama kehamilan juga dikaitkan dengan
penurunan kematian neonatus yang signifikan [RR 0,70; 95% CI 0,56-0,88] dan
risiko kelahiran prematur [RR 0,88, 95% CI 0,78-0,99]. Rekomendasi LST untuk
mengurangi kematian ibu didasarkan pada pengurangan risiko hipertensi
gestasional terkait dengan morbiditas/mortalitas yang parah [RR 0,80; 95% CI 0,70-
0,91] dan untuk kematian neonatus berdasarkan pengurangan risiko untuk semua
penyebab kematian neonatus [RR 0,70; 95% CI 0,56-0,88]. Sedangkan yang
meneliti pemberian kalsium pada kasus preeklamsia rekuren mengatakan tidak ada
penurunan yang signifikan pada preeklamsia rekuren dengan suplementasi kalsium
sebelum dan selama awal kehamilan. Percobaan ini pada dasarnya berbeda dari
percobaan kalsium sebelumnya untuk mencegah preeklamsia.15,22 Kalsium adalah
nutrisi yang harus dikonsumsi dalam proporsi yang cukup dalam makanan untuk
memastikan kadar serum yang memadai karena tidak diproduksi di dalam tubuh.
Pada kehamilan, kadar kalsium serum cenderung menurun karena transpor aktif
melewati plasenta menuju janin, yang dapat terakumulasi hingga 25-30 g selama
kehamilan, terutama di Vol 8. No 4. Oktober 2020 Peran Pemberian Kalsium Dosis
Tinggi 213 trimester ketiga. Pada kehamilan, penyerapan kalsium dari saluran
pencernaan juga meningkat, terutama karena peningkatan kadar vitamin D 1,25-
dihidroksi dan peningkatan ekskresi kalsium urin. Hormon paratiroid dan kadar
kalsitonin meningkat yang selanjutnya berdampak pada kadar kalsium serum.
Asupan kalsium yang dibutuhkan dalam kehamilan adalah 1000 mg per hari, namun
dianjurkan hanya 6% ibu hamil yang mencapai jumlah harian ini. Risiko ibu
kekurangan kalsium pada kehamilan termasuk osteopenia, osteoporosis, tremor,
parestesia, kram otot dan tetani. Kalsium juga berperan dalam mineralisasi tulang
janin dan mencegah hambatan pertumbuhan janin. Kadar kalsium serum telah
ditemukan berkurang pada pasien dengan preeklamsia dan defisiensi kalsium yang
juga berhubungan dengan morbiditas kehamilan lainnya seperti persalinan prematur.
Mekanisme patologis potensial di balik defisiensi kalsium dan potensi preeklamsia
melalui pelepasan hormon paratiroid dan renin, meningkatkan kadar kalsium
intraseluler dan menyebabkan vasokonstriksi melalui kontraksi pembuluh darah otot
polos.20-23 Keterbatasan penelitian ini adalah ukuran sampel yang terbatas dan
waktu penelitian. Selain itu, penelitian ini hanya membandingkan pemberian kalsium
dosis tinggi dan dosis rendah tanpa mengetahui apakah ada asupan kalsium lain
seperti susu ibu hamil yang digunakan oleh subjek penelitian. Namun demikian, data
dasar dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

KESIMPULAN

Pemberian kalsium dosis tinggi, pada penelitian ini menggunakan kalsium karbonat
sesuai rekomendasi WHO (1,5-2 g), efektif dalam mencegah terjadinya preeklamsia
berat dan tidak ada perbedaan efektifitas antara pemberian kalsium dosis tinggi
dengan rendah. -dosis pemberian kalsium terhadap kejadian preeklamsia dengan
nilai p = 0,250.
REFERENSI

1. Khan KS, Wojdyla D, Say L, Gülmezoglu AM, Van Look PFA. Analisis WHO
tentang penyebab kematian ibu: tinjauan sistematis. Lanset. 2006; 367 (9516):
1066–74.

2. WHO, UNICEF, UNFPA, Kelompok Bank Dunia dan Divisi Kependudukan PBB.
Tren Kematian Ibu: 1990 hingga 2015. Organisasi. 2015;32(5):1-55.

3. World Health Organization (WHO). Membuat Kehamilan Lebih Aman. 2015:1-6.

4. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kemeterian Kesehatan RI. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu.
2013:1-4.

5. Dinas Kesehatan Kota Palembang. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan


2015. (http://www.dinkes. palembang.go.id).

6. Sibai B, Dekker G, Kupferminc M. Preeklamsia. Lanset. 2005;365(9461):785-99.

7. Rekomendasi WHO untuk Pencegahan dan pengobatan preeklamsia dan


eklampsia. Perpustakaan WHO. Jenewa. 2011

8. Bassaw, SRA; Roopnarinesingh, H.; Homer, B. Pencegahan gangguan hipertensi


kehamilan. J Obstet Ginekologi. 1998; 18: 123–6.

9. Crowther, CA; Hiller, JE; Pridmore, B.; Bryce, R.; Duggan, P.; Den Haag, WM;
Robinson, JS Suplementasi kalsium pada wanita nulipara untuk pencegahan
hipertensi yang diinduksi kehamilan, preeklamsia dan kelahiran prematur:
Percobaan acak Australia. Fracog dan kelompok studi tindakan. Aust NZJ Obstet
Ginekologi. 1999; 39: 12–8.

10. Opitasari, Cicih, dan Lely Andayasari. Pendidikan Ibu, Prematuritas dan Risiko
Asfiksia Lahir di Rumah Sakit Terpilih di Jakarta. Ilmu Kesehatan J Indonesia.
2016;6(2):111-5 doi:10.22435/hsji.v6i2.

11. Nugteren, Jaap Jan,. Faktor Risiko Ibu Terkait Pekerjaan dan Risiko Kehamilan
yang Diinduksi Hipertensi dan Preeklamsia Selama Kehamilan. Studi Generasi R.
PLoS SATU. 2012;7(6):1371.doi:10.1371/journal. pon.0039263.
12. Levine, RJ; Hauth, JC; Kuret, LB; Sibai, BM; Catalano, PM; Morris, CD;
DerSimonian, R.; Esterlitz, JR; Raymond, EG; Bild, DE; dkk. Percobaan kalsium
untuk mencegah preeklamsia. N Engl J Med. 1997; 337: 69–76.

13. Belizan, JM; Villar, J.; Gonzales, L.; Campodonico, L.; Bergel, E. Suplementasi
kalsium untuk mencegah gangguan hipertensi kehamilan. N. Inggris. J. Med.
1991;325:1399–1405.

14. Thomas M, Weisman SM. Suplementasi kalsium selama kehamilan dan


menyusui: efek pada ibu dan janin. Am J Obstet Ginekol. 2006;194:937–45.

15. Hofmeyr G. Lawrie TA, Atallah AN, Duley L, Torloni MR, Suplementasi kalsium
selama kehamilan untuk mencegah gangguan hipertensi dan masalah terkait.
Sistem Basis Data Cochrane Rev. 2018;10(10). doi. 10.1002/14651858.CD001059.

16. Levine, LD, Elovith MA, Limaye M, dkk. “Induksi, Lama Persalinan, dan Cara
Persalinan: Dampak Terhadap Hasil Merugikan Terkait Preeklamsia. J Perinatol.
2016;36(9): 713–7. doi:10.1038/jp.2016.

17. Minihane, AM, dan SJ Fairweather-Tait. Pengaruh Suplementasi Kalsium


terhadap Penyerapan Besi Nonheme Harian dan Status Besi Jangka Panjang.
Apakah J Clin Nut. 1998;68(1):96-102. doi:10.1093/ajcn/68.1.96.

18. Aghamohammadi, Azar Konsentrasi Hemoglobin Ibu yang Tinggi pada Trimester
Pertama Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Akibat Kehamilan. Caspian J Internal
Med. 2010; 2(1): 194–7.

19. Sarrel PM, Lindsay DC, Poole-Wilson PA, Collins P. Hipotesis: penghambatan
faktor relaksasi yang diturunkan dari endotel oleh hemoglobin dalam patogenesis
preeklamsia. Lanset. 1990;336:1030–2 214 Krisnadhi, Lestari, Ansyori dkk Indones J
Obstet Gynecol

20. Murphy JF, O'Riordan J, Newcombe J, Coles EC, Pearson JF. Hubungan kadar
hemoglobin pada trimester pertama dan kedua dengan hasil kehamilan. Lanset.
1986; 1:992–5.

21. Wibowo, M Wahyu, Roeshadi H, Lumbanraja S, Piliang S, Khuwalid M, Edianto


D,. Hubungan Kadar Hematokrit Dengan Tingkat Keparahan Pada Preeklamsia
Berat Di RSUP H Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan Dan RS Jejaring
FK USU. Mayor Ked Nusantara. 2014;47(1):1-4

22. Imdad A, Jabeen A, Bhutta ZA. Peran suplementasi kalsium selama kehamilan
dalam mengurangi risiko pengembangan gangguan hipertensi gestasional:
metaanalisis studi dari negara berkembang. BMC Kesehatan Masyarakat
2011;11(Suppl 3):S18.

23. Power ML, Heaney RP, Kalkwarf HJ, Pitkin RM, Repke JT, Tsang RC, dkk.
Peran kalsium dalam kesehatan dan penyakit. Am J Obstet Ginekol 1999;181:1560–
9.

Anda mungkin juga menyukai