Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Bronkiektasis

a). Pengertian

Bronkiektasis adalah dilatasi irreversibel yang abnormal dari bronkus dan

dikaitkan dengan perubahan pada yang bersilia Epitel. (Montserrat et al, 2008).

istilah bronkiektasis menggambarkan permanen Pelebaran bronkus dan

bronkiolus sebagai hasilnya Penghancuran otot dan jaringan ikat elastis

Jaringan. Gangguan ini kebanyakan dimulai dengan penyempitan Pohon

bronkus dipicu oleh infeksi, yang mungkin Menyebabkan kerusakan epitel jika

terjadi kronis. (Jessica & Tobias, 2011)

b). Etiologi

Ada sebagian besar penyebab umum dari bronkiektasis adalah kondisi

heterogen dengan riwayat klinis yang panjang sebelum didiagnosis, peran pasti

faktor penyebab potensial seringkali tidak jelas. Mungkin lebih tepat

Pertimbangan dari penyebab ini sebagai faktor risiko (seperti yang terjadi

dengan faktor risiko penyakit jantung iskemik) daripada satu-satunya agen

etiologi (King, 2010)


Kelemahan dinding bronkus pada bronkiekstasis dapatkonginetal ataupun

didapat (acquired) yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan.

Bronkiektasis konginetal sering berkaitan dengan adanya dekstrokardia dan

sinusitis, jika ketiga keadaan ini (bronkiektasis, dekstrokardia dan sinusitis)

hadir bersamaan, keadaan ini disebut sebagai sindom kartagener. Jika disertai

pula dengan dilatasi trakea dan bronkus utama maka ada kelainan.

c). Patofisiologi Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi abnormal bronkus proksimal dan

menengah (>2mm) yang disebabkan oleh melemahnya atau perusakan

komponen otot dan elastis dinding bronkus. Daerah yang terkena bisa

menunjukkan berbagai perubahan, termasuk peradangan transmural, edema,

jaringan parut, dan ulserasi, di antara temuan lainnya. Parenkim paru

distal juga mungkin rusak sekunder terhadap infeksi mikroba persisten dan

pneumonia postobstructive sering. Bronkiektasis dapat bawaan tetapi paling

sering diperoleh (Emmons,dkk. 2008).

Bronkiektasis kongenital biasanya mempengaruhi bayi dan anak anak.

Kasus- kasus penangkapan hasil dari perkembangan pohon bronkial. Bentuk

Acquiredterjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebihtua dan

memerlukan suatu penghinaan menular, gangguan drainase, obstruksi jalan

napas, dan / atau cacat dalam pertahanan tuan rumah. Jaringan juga rusak

sebagian oleh respon host protease neutrophilic, sitokin inflamasi, oksida

nitrat, dan radikal oksigen. Hal ini menyebabkan kerusakan pada komponen
otot dan elastis dinding bronkus. Selain itu, jaringan alveolar

peribronchialmungkin rusak, sehingga fibrosis difus peribronchial.

Hasilnya adalah dilatasi bronkus abnormal dengan kerusakan dinding

bronkus dan peradangan transmural. Temuan paling penting fungsional

anatomi saluran napas berubah adalah sangat terganggu clearance sekresi

dari pohon bronkial. Gangguan bersihan sekresi menyebabkan kolonisasi

dan infeksi dengan organisme patogen, berkontribusi terhadap dahak

purulen umumnya diamati pada pasien dengan bronkiektasis. Hasilnya adalah

kerusakan lebih lanjut bronkial dan kerusakan pada lingkaran bronkus,

pelebaran bronkus, gangguan sekresi, infeksi berulang, dan kerusakan yang

berlebih pada bronkial.

Jika etiologi berupa patogenesis belum banyak diketahui. Namun didugaa ini

berkaitan dengan faktor genetik dan faktor lingkungan. Pada bronkiektasis yang

didapat, patogenesis diduga melalui beberapa mekanisme. Ada beberapa faktor

yang diduga berperan,antara lain :

1. Obstruksi bronkus.

2. Infeksi pada bronkus atau paru.

3. Adanya penyakit tertentu seperti asma, fibrosis paru.

4. Instriktis dari bronkus dan paru itu sendiri.

sel-sel inflamasi Etiologi lain yang berupa obstruksi akan menyebabkan pada

bagian distal obstruksi biasanya akan terjadi infeksi dan destruksi bronkus

kemudian terjadi bronkiektasis. Mekanisme yang terjadi sangat rumit. Dikatakan


bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan dinding

bronkus bronkus sehingga terjadi bronkiektasis.

Pada bronkiektasis, keluhan-keluhan timbul umumnya sebagai akibat adanya

hal-hal berikut :

1. Kerusakan dinding bronkus

2. Adanya kerusakan fungsi bronkus

3. Komplikasi dari bronkiektasis

d). Gambaran Klinis

Ciri khas penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi

sputum, adanya hepopmitis dan pneuomina berulang. Batuk pada bronkiektasis

memiliki ciri antara lain batuk produktif yang berlangsung lama dan frekuensi

mirip dengan bronkitis kronik.jika terjadi karena infeksi, warna sputum akan

menjadi purulen dan dapat memberikan bau tidak sedap pada mulut. Pada kasus

yang sudah berat, sputum disertai dengan nanah dan jaringan nekrosis bronkus.

Pada sebagian bedaar pasien juga ditemukan dipsneu dengan tambahan suara

wheezing akibat adanya obstruki bronkus. Demam berulang juga dapat dirasakan

pasien karena adanya infeksi berulang yang sifatnta kronik. Hemoptisis juga

dapat terlihat pada sebagian besar kasus, hal ini disebabkan adanya destruksi

mukosa bronkus yang mengenai pembuluh darah. Pada bronkiektasis kering,

hemoptisis terjadi tanpa disertai dengan baatuk dan pengeluaran dahak. Hal ini

biasanya terjadi pada brokiektasis yang menyerang mukosa bronkus bagian lobus
atas paru. Bagian ini memiliki drainase yang baik sehingga sputum tiadk pernah

menumpuk pada bagian ini.

Pada pemeriksaan fisik daat ditemukan sianosis dan jari tabuh. Pada keadaan

yang lebih parah dapat dilihat tanda-tanda kor pulmonal. Kelainan paru yang lain

dapat ditemukan tergantung dari tempat kelainan yang terjadi. Pada bronkiektasis

biasanya ditemukan tergantung dari tempat kalainan yang terjadi. Pada

Bronkiektasis biasanya ditemukan ronkhi basah paru yang jelas pada bagian

lobus bawah paru dan ini hilang setelah melakukan drainase postural. Dapat

dilihat pulan retraksi dinding dada dan berkurang gerakan dinding dada pada

paru yang terkena serta terjadi pergeseran mediastinum kearah yang terkena.

Pada pemeriksaan laboratorium sering ditemukan anemia akibt infeksi kronis

dan adanya leukositosis yang menunjukkan infeksi kronik. Pemeriksaan urin

umumnya normal, kecuial bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan ditemukan

proteinuria. Pemeriksaan sputum serta kultur bakteri dan uji resistensi perlu

untuk dilakukan, apabila ada kecuriagaan terhadap infeksi sekunder.

Gambaran radiologis khas untuk bronkiektasis biasanya menunjukkan kista-

kista kecil dengan fluid level mirip seperti gambaran sarang tawon. Gambaran

seperti ini hanya dapat dilihat pada 13% kasus. Kadang-kadang gambaran

radiologis paru pada brokiektasis menunjukkan adanya bercak-bercak


pnueomonia,fibrosis atau kolaps (atelaktasis) ,bahkan terkadang paru terlihat

normal (pada 7% kasus).

Pada pemeriksaan spirometri akan ditemukan penurunan rasio VC dan

FEV1 yang menunjukkan adanya obstruksi saluran nafas . pada bronkiektasis

dapat terjadi perubahan gas darah berupa penurunan PaO2 yang menunjukkan

adanya abnormalitas regional , seperti kelainan ventilasi

e). Problematika Fisioterapi

Bronkiektaksis merupakan dialatasi abnormal dinding bronkus dan

berlangsung kronis yang menyebabkan rusaknya dinding bronkus yang berakibat

peradangan dan terinfeksi bakteri. Infeksi merusakkan dinding bronkus, sehingga

akan menyebabkan hilangnya struktur penunjang dan meningkatnya produksi

sputum kental yang akhirnya akan mengobstruksi bronkus dan terhambatnya

jalan nafas. Dinding secara permanen menjadi distensi oleh batuk yang berat.

Sehingga memicu terjadinya sesak yang menyebabkan adanya spasme pada otot

bantu pernapasan.

Adapun problematika fisioterapi pada kasus bronkiektaksis adalah berupa

Impairment, Fungsional Limitation dan Participation Retriction.

1. Impairment

Problematika fisioterapi yang muncul pada kasus bronkiektaksis adalah:

terjadi sesak nafas karena penumpukan sekresi mukus dan dijumpai adanya
batuk tidak terkontrol menyebabkan spasme pada otot bantu pernapasan dan

otot-otot abdomen.

2. Fungsional Limatation

Functional yang terjadi pada bronkiektaksis adalah sesak yang dirasakan

pasien karena adanya sputum dan adanya penurunan toleransi aktifitas pasien

akibat sesak dan batuk. Misalnya: Berjalan, naik turun tangga, mandi,

mengangkat beban,dsb.

3. Participation Restriction

Participation Restriction yang terjadi pada bronkiektaskis adalah

terganggunya aktifitas lingkungan pasien dan terganggunya sosialisasi pasien

dimasyarakat karenan adanya sesak dan batuk.

Sedangkan pemeriksaan spesifik yang digunakan penulis pada kasus ini

adalah:

1. Skala Borg

skala borg adalah suatu alat yang efektif dalam membedakan antara pasien

dengan risiko tinggi dan rendah untuk re-intervensi dalam masa perawatan.

Skala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10 dan tiap nilai

mempunyai deskripsi verbal untuk membantu penderita menderajatkan

intensitas sesak dari derajat ringan sampai berat. Nilai tiap deskripsi verbal

tersebut dibuat skor sehingga tingkat aktivitas dan derajat sesak dapat

dibandingkan antar individu. Skala ini memiliki reproduksibilitas yang baik

pada individu sehat dan dapat diterapkan untuk menentukan sesak pada
penderita penyakit kardiopulmoner serta untuk parameter statistik (Heuvel,

2013).

SKOR SESAK NAFAS KETERANGAN


0 Tidak ada
0,5 Tidak nyata
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit berat
5 Berat
6
7 Sangat berat
8

9
10 Sangat-sangat berat
Skor Skala Sesak Nafas Borg

B. Modalitas Fisioterapi

Modalitas yang dipilih untuk mengurangi problematika fisioterapi pada kasus

Bronkiektasis yaitu :

1. Infra Red

Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih

panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio.

Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah

merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi

inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan memiliki panjang gelombang

antara 700  nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir
William Herschell, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang mengadakan

penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan digunakan untuk

mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop.

Sinar IR (infrared) termasuk dalam gelombang elektromagnetik dan berada

dalam rentang frekuensi 300 GHz sampai 40.000 GHz. Sinar inframerah

dihasilkan oleh proses di dalam molekul dan benda panas. Telah lama

diketahui bahwa benda panas akibat aktivitas molekuler di dalamnya dianggap

memancarkan gelombang panas dalam bentuk sinar inframerah. Oleh karena

itu, sinar inframerah sering disebut radiasi panas.

a) Tujuannya : untuk merelaksasikan bagian tersebut, memberikan efek

sedatif, melancarkan sirkulasi darah, dan mengurangi spasme dan

untuk melancarkan metabolisme tubuh. Arah penyinaran tegak lurus.

b) Indikasi : 1. Nyeri otot, sendi dan jaringan lunak sekitar sendi. Misal:

nyeri punggung bawah, nyeri leher, nyeri punggung atas, nyeri sendi

tangan, sendi lutut, dsb, 2. Kekakuan sendi atau keterbatasan gerak

sendi karena berbagai sebab, 3. Ketegangan otot atau spasme otot,

4. Peradangan kronik yang disertai dengan pembengkakan.

5. Penyembuhan luka di kulit.

c) Kontra indikasi: 1. Kelainan perdarahan, 2. Kelainan pembuluh darah

vena atau peradangan pembuluh darah 3. Gangguan sensoris berupa

rasa raba maupun terhadap suhu, 4. Gangguan mental, 5.Tumor ganas

atau kanker, 6. Penggunaan infrared pada mata, 7. Trauma atau


peradangan akut, 8. Gangguan regulasi suhu tubuh, 9. Kelainan

jantung, 10. Adanya metal di dalam tubuh, 11. Luka terbuka, 12. Pada

kulit yang sudah diolesi obat-obat topikal atau obat gosok, 13. 

Kerusakan saraf.

2. Batuk Effektif

Batuk effektif Adalah merupakan mekanisme pertahanan tubuh

yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing atau sekresi yang

banyak di saluran pernafasan. Batuk efektif merupakan suatu

metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energi

sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara

maksimal. Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas sebelum

melaksanakan tehnik batuk, keluarkan semua udara dari dalam paru-

paru dan saluran nafas. (Herdyani P.& Slamet S. 2013)

Batuk effektif merupakan suatu metode batuk dengan benar,

dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah

dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Untuk

menyiapkan paru-paru dan saluran nafas sebelum melaksanakan

tehnik batuk, keluarkan semua udara dari dalam paruparu dan saluran

nafas. Tehnik pelaksanaan batuk effektif adalah : (1) Mulai

dengan bernafas pelan. Ambil napas secara perlahan, akhiri dengan

mengeluarkan napas secara perlahan selama 3-4 detik. (2) Tarik


napas secara diafragma, lakukan secara pelan dan nyaman. (3)

Setelah menarik nafas secara perlahan, tahan nafas selama 3

detik, Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan

batuk secara efektif. (4) Angkat dagu agak keatas, dan gunakan

otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali

dengan saluran napas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi

Ha,ha,ha atau ehem,ehem,ehem. Tindakan ini membantu dan

mempermudah pengeluaran dahak. (5) Kontrol nafas, kemudian

ambil nafas pelan 2 kali. Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus

ke belakang tenggorokkan, setelah itu batukkan dan keluarkan

mucus/dahak.

Anda mungkin juga menyukai