Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PENATALAKSANAAN STUDI KASUS

A. Pengkajian Fisioterapi

1. Anamnesis

Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan bisa di lakukan

dengan cara tanya jawab langsung terhadap pasien.

Pada kasus ini terapis melakukan anamnesis secara autoanamnesis pada

tanggal 09 Januari 2017.

a. Identitas pasien

Pasien bernama Tn.S, umur 48 tahun, jenis kelamin laki-laki, dengan

alamat colo madu karanganyar

b. Keluhan utama

Pasien mengeluh sesak napas dan mengeluh batuk saat pasien bekerja

lebih dari 6 jam dan di perinan saat istirahat,

c. Riwayat penyakit sekarang

Saat bekerja , pasien mengeluh sesak, Sesak dirasa meningkat saat pasien

kecapekan dan berkurang saat istirahat dari aktifitas. 3 hari Kemudian

pasien langsung dibawa ke BBKPM surakarta

d. Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya pasien di diagnosa oleh dokter dengan penyakit TB

e. Riwayat pribadi

Pasien adalah perokok dan baru berhenti merokok 8 bulan yang

lalu.
f. Riwayat penyakit penyerta

Pasien tidak memiliki penyakit penyerta.

g. Riwayat keluarga

Pasien tidak memiliki riwayat keluarga dengan keluhan sakit yang

sama.

h. Status sosial

Keseharian pasien bekerja di tengah hutan dan sering bakar dedaunan,

tetapi di daerah rumah nya tidak terdapat pabrik, dan pasien selalu aktif

melakukan bakti sosial ,dan pasien masih bisa bermain dengan anak anak

setiap pagi hari sebelum dia berangkat bekerja.

2. Pemeriksaan Obyektif

a. Pemeriksaan tanda vital

Pemeriksaan tanda vital meliputi pemeriksaan: (1) pemeriksaan

tekanan darah. Caranya dengan menggunakan alat tensimeter. Hasil yang

didapatkan adalah 120/80 mmHg, (2) pengukuran denyut nadi. Caranya

dengan palpasi arteri radialis lalu hitung hingga tercapai 1 menit. Hasil yang

didapatkan adalah 76x /menit, (3) pengukuran pernafasan. Caranya dengan

inspeksi sangkar thoraks pasien saat inspirasi dan ekspirasi, hitung hingga

tercapai 1 menit. Hasil yang didapatkan adalah 24x/menit, (4) pemeriksaan

temperatur. Caranya dengan menggunakan alat termometer. Hasil yang

didapatkan adalah 36°C, (5) pemeriksaan berat badan hasil yang didapat

adalah 77 kg, (6) Pengukuran tinggi badan. Caranya dengan alat pita ukur

yang digunakan untuk mengukur dari telapak kaki sampai atas kepala. Hasil

yang didapatkan adalah 176 cm.


b. Inspeksi

Lewat inspeksi terapis memperhatikan bagaimana postur tubuh yang

sangat bungkuk, dan tidak telihat adanya alat bantu yg di pakai oleh pasien

pada saat darang ke rumah sakit BBKPM

c. Palpasi

Pemeriksaan dengan cara meraba, menekan, dan memegang bagian

tubuh pasien untuk mendapatkan informasiekpansi thoraks, vocal fremitus,

spasme otot, nyeri tekan, dll. Data yang diperoleh berupa (1) ekspansi thoraks

pada kedua sisi teraba normal (2) vocal fremitus teraba normal, (3) ada spasme

otot, (4) terdapat nyeri tekan pada dada sebelah kanan

d. Perkusi

Pemeriksaan dilakukan untuk mendengarkan suara lapang paru. Dengan

cara mengetuk menggunakan jari tengah dan satu jari lainnya. Dari hasil

pemeriksaan dapat di hasilkan suara redup pada paru kanan lobus atas.

e. Auskultasi

Pemeriksaan dilakukan menggunakan stetoskop dengan tujuan

untuk mendengarkan suara nafas serta menentukan letak sputum. Dari

hasil pemeriksaan didapatkan hasil terdapat suara napas crekel pada paru

kana lobus atas dan suara whezing di semua bagian paru. Serta sputum

terletak di paru kanan lobus atas.


f. Pemeriksaan fungsi gerak dasar

Pada gerak aktif, gerak pasif di dapatkan hasil semua full ROM dan pada

gerak isomtrik pasien mampu melawan tahanan maksimal.

g. Pemeriksaan ekspansi thoraks

Hasil pemeriksaan ekspansi thorak menggunakan meterline dengan

satuan (cm) didapati hasil sebagai berikut:

Tabel 3.1

Hasil Pemeriksaan Ekspansi Thorak

Inspirasi Ekspiras Selisih

Axilla 78 77,5 1,5

ICS 75,5 73,5 2

Processus Xypoideus 72 70 2

h. Pemeriksaan sesak nafas

Hasil pemeriksaan menggunakan Borg Scale yaitu menunjuk

angka 2 saat diam dan 7 saat kambuh yang artinya sesak berat.
Borg Scale untuk Evaluasi Derajat Sesak tabel 3.2

Nilai intensitas
0 tidak sesak sama sekali
0,5 Sesak sangat ringan sekali
1 sesak sangat ringan
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
4 Sesak kadang berat
5 Sesak berat
6
7 Sesak sangat berat
8
9
10 Sesak sangat berat sekali hampir maksimal

i. Pemeriksaan nyeri

Hasil pemeriksaan nyeri menggunakan VAS dengan satuan (cm).

Pasien diinstruksikan untuk menggeser anak panah pada VAS yang telah
disediakan oleh terapis. Sebelumnya terapis menjelaskan interpretasi dari

masing masing angka yang terdapat pada VAS tersebut. Terdapat nyeri

diam dengan hasil 3,7 cm

j. Pemeriksaan spirometri

Pemeriksaan spirometri dilakukan menggunakan alat spirometer.

Dari pemeriksaan ini didapati hasil normal.

k. Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal

Kognitif pasien sangat baik karena pasien mampu mengingat

semua kejadian pada saat penyakitnya kambuh atau pun sebaliknya.

Intrapersonal dan interpersonal juga baik. Pasien memiliki kemauan untuk

sembuh sangat tinggi.

l. Pemeriksaan kemampuan fungsional

Pada kemampuan fungsional dasar terganggu karena sesak dan

nyeri pada dada, dan aktivitas fungsional pasien menurun, dan pasien

masih bisa berinteraksi baik dengan lingkungan masyrakat

3. Diagnosis Fisioterapi

Diagnosis fisioterapi terdiri dari impairment, functional limitation,

dan disability. Impairment merupakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.

Impairment terdiri dari:

a. Sesak nafas

b. Batuk yang disertai sputum


c. Nyeri pada dada

Functional limitation sendiri diartikan sebagai keterbatasan dalam

melakukan fungsi tubuhnya. Functional limitation terdiri dari:

a. Pasien tidak mampu beraktivitas pada saat sesak napas

Sedangkan disability merupakan keterbatasan pasien dalam

melaksanakan fungsinya yang menyangkut dalam pekerjaan. Disability

terdiri dari:

a. Masih bisa bekerja walaupun kadang terasa sesak napas

4. Program/Rencana Fisioterapi

Program fisioterapi memiliki dua tujuan yaitu tujuan jangka

pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek fisioterapi antara

lain:

a. Mengurangi sesak nafas.

b. Mengurangi sputum.

Sedangkan tujuan jangka panjang antara lain:

c. Mengurangi nyeri dada

d. Meningkatkan latihan aktivitas fungsional agar mampu melakukan

aktivitas sehari-hari tanpa ada keluhan sesak

5. Teknologi Intervensi

Teknologi fisioterapi yang diberikan adalah nebulizer dan

ir(infrared).

6. Rencana Evaluasi

a. Evaluasi nyeri menggunakan VAS


b. Evaluasi derajat sesak menggunakan Borg Scal

7. Penatalaksanaan Fisioterapi

Berdasarkan pembahasan diatas, untuk mengurangi problematika yang ada

maka penulis menggunakan modalitas fisioterapi berupa Infra Red dan

nebulizer.

Terapi pertama
1. Hari senin,11 januari 2017

a. Infra Red(IR)
Tujuan : untuk mendapatkan relaksasi lokal pada daerah dada dan

punggung juga untuk memperbaiki spame pada oto bantu pernapasan.

1). Persiapan alat : Siapkan alat kemudian cek keadaan lampu, cek kabel,

ada yang terkelupas atau tidak. .

2). Persiapan pasien : Posisikan pasien senyaman mungkin, bebaskan

area yang akan diterapi, dari kain atau pakaian, sebelum diterapi kulit

harus kering dan dilakukan tes sensibilitas terlebih dahulu serta

berikan informasi yang jelas tentang tujuan terapi mengenai apa yang

akan dirasakan.

3). Pelaksanaan : Alat di atur sedemikian rupa, sehingga lampu IR dapat

menjangkau daerah dada dan punggung dengan jarak kurang lebih 40

cm. Posisi lampu IR tegak lurus daerah yang akan diterapi. Setelah

semuanya siap alat dihidupkan, kemudian atur waktu 15 menit. Selama

proses terapi berlangsung fisioterapi harus mengontrol Setiap 5 menit

sekali di takutkan rasa hangat lebih yang diterima pasien, jika selama

pengobatan rasa Panas meningkat dosis harus dikurangi dengan


menurunkan intensitasnya, dengan sedikit menjauhkan IR. Hal ini

berkaitan dengan adanya overdosis. Setelah proses terapi selesai matikan

alat dan alat dirapikan seperti semula.

b. Nebulizer

Tujuan : mengecerkan sputum agar mudah di keluarkan dan melonggarkan

jalan napas.

1). Persiapan pasien: posisi pasien di posisi kan senyaman mungkin ,

duduk dan bersandar diatas bed dengan bantal supaya nyaman,

Persiapan alat: siapkan alat set nebulizer, siapkan obat bronkodilator nya

dan pasangkan alat ke pasien senyaman mungkin tanpa ada tidak

kenyamanan.

2). Pelaksanaan: (1) mendekatkan peralatan dekat dengan pasien (2)

memasukan obat sesuai dosis (3) memasangkan masker pada pasien (4)

menghidupkan nebulizer dan meminta pasien napas dalam sampai obat

habis (5) matikan nebulizer dan lepas masker pada pasien (6) bersihkan

mulut dan hidung pasien dengan tisue (6) bereskan alat ke tempat semula.

c. Batuk efektif

Tujuan : Dapat mengelurkan sputum dengan maksimal

1). Persiapan pasien : Posisikan pasien senyaman mungkin, pasien di

posisikan dengan duduk di atas bed, tanpa menyender ke belakang agar

pada saat pelaksanaan mendapatkan hasil yang maksimal.


2). Pelaksanaan: (1) Mulai dengan bernafas pelan. Ambil napas secara

perlahan, akhiri dengan mengeluarkan napas secara perlahan selama 3-4

detik. (2) Tarik napas secara diafragma, lakukan secara pelan dan

nyaman. (3) Setelah menarik nafas secara perlahan, tahan nafas

selama 3 detik, Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan

melakukan batuk secara efektif. (4) Angkat dagu agak keatas, dan

gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak

3 kali dengan saluran napas dan mulut terbuka, keluarkan dengan

bunyi Ha,ha,ha atau ehem,ehem,ehem. Tindakan ini membantu dan

mempermudah pengeluaran dahak. (5) Kontrol nafas, kemudian ambil

nafas pelan 2 kali. Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus ke

belakang tenggorokkan, setelah itu batukkan dan keluarkan

mucus/dahak.

Terapi kedua : Jumat 13 januari 2017 sama seperti Terapi

pertama.

Terapi ke tiga : Senin 16 januari 2017 sama seperti Terapi ke dua.

Terapi ke empat : Kamis 19 Januari 2017 sama seperti Terapi ke tiga.

Terapi ke lima: senin 23 Januari 2017

a. Infra Red(IR)

Tujuan : untuk mendapatkan relaksasi lokal pada daerah dada dan

punggung juga untuk memperbaiki spame pada oto bantu pernapasan.


1). Persiapan alat : Siapkan alat kemudian cek keadaan lampu, cek kabel,

ada yang terkelupas atau tidak. .

2). Persiapan pasien : Posisikan pasien senyaman mungkin, bebaskan

area yang akan diterapi, dari kain atau pakaian, sebelum diterapi kulit

harus kering dan dilakukan tes sensibilitas terlebih dahulu serta

berikan informasi yang jelas tentang tujuan terapi mengenai apa yang

akan dirasakan.

3). Pelaksanaan : Alat di atur sedemikian rupa, sehingga lampu IR dapat

menjangkau daerah dada dan punggung dengan jarak kurang lebih 40

cm. Posisi lampu IR tegak lurus daerah yang akan diterapi. Setelah

semuanya siap alat dihidupkan, kemudian atur waktu 15 menit. Selama

proses terapi berlangsung fisioterapi harus mengontrol Setiap 5 menit

sekali di takutkan rasa hangat lebih yang diterima pasien, jika selama

pengobatan rasa Panas meningkat dosis harus dikurangi dengan

menurunkan intensitasnya, dengan sedikit menjauhkan IR. Hal ini

berkaitan dengan adanya overdosis. Setelah proses terapi selesai matikan

alat dan alat dirapikan seperti semula.

b. Nebulizer

Tujuan : mengecerkan sputum agar mudah di keluarkan dan melonggarkan

jalan napas.
1). Persiapan pasien: posisi pasien di posisi kan senyaman mungkin ,

duduk dan bersandar diatas bed dengan bantal supaya nyaman,

2). Persiapan alat: siapkan alat set nebulizer, siapkan obat bronkodilator

nya dan pasangkan alat ke pasien senyaman mungkin tanpa ada tidak

kenyamanan.

3). Pelaksanaan: (1) mendekatkan peralatan dekat dengan pasien (2)

memasukan obat sesuai dosis (3) memasangkan masker pada pasien (4)

menghidupkan nebulizer dan meminta pasien napas dalam sampai obat

habis (5) matikan nebulizer dan lepas masker pada pasien (6) bersihkan

mulut dan hidung pasien dengan tisue (6) bereskan alat ke tempat semula.

c. Batuk efektif

Tujuan : Dapat mengelurkan sputum dengan maksimal

1). Persiapan pasien : Posisikan pasien senyaman mungkin, pasien di

posisikan dengan duduk di atas bed, tanpa menyender ke belakang agar

pada saat pelaksanaan mendapatkan hasil yang maksimal.

2). pelaksanaan: (1) Mulai dengan bernafas pelan. Ambil napas secara

perlahan, akhiri dengan mengeluarkan napas secara perlahan selama 3-4

detik. (2) Tarik napas secara diafragma, lakukan secara pelan dan

nyaman. (3) Setelah menarik nafas secara perlahan, tahan nafas

selama 3 detik, Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan

melakukan batuk secara efektif. (4) Angkat dagu agak keatas, dan

gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak

3 kali dengan saluran napas dan mulut terbuka, keluarkan dengan

bunyi Ha,ha,ha atau ehem,ehem,ehem. Tindakan ini membantu dan


mempermudah pengeluaran dahak. (5) Kontrol nafas, kemudian ambil

nafas pelan 2 kali. Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus ke

belakang tenggorokkan, setelah itu batukkan dan keluarkan

mucus/dahak.

Anda mungkin juga menyukai