PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A. Pengkajian Fisioterapi
1. Anamnesis
Anamnesis adalah tanya jawab atau wawancara mengenai suatu penyakit yang
diderita oleh pasien. Gejala atau symptom yang diungkapkan oleh pasien merupakan
informasi yang penting di dalam proses membuat diagnosis, yang akan memberikan
tanya jawab, ada 2 macam anamnesis yaitu auto anamnesis dan hetero anamnesis.
a. Anamnesis umum
Data yang didapat dari anamnesis umum meliputi: (1) nama: Tn. R, (2) umur:
78 tahun, (3) jenis kelamin: laki-laki, (4) agama: Islam, (5) pekerjaan: petani, (6)
b. Anamnesis khusus
1) Keluhan utama
27
28
Hasil anamnesis keluhan utama pasien yaitu pasien mengeluhkan sesak napas,
bulan Oktober pasien pertama kali mengalami sesak napas yang dialami selama 2
lemas dan demam, sesak napas dan disertai batuk berdahak. Kemudian pasien dibawa
ke Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga dan dirawat inap.
5) Riwayat pribadi
6) Riwayat keluarga
Hasil anamnesis riwayat keluarga diperoleh hasil bahwa tidak ada anggota
c. Anamnesis sistem
penyakit pasien antara lain: (1) kepala & leher: tidak ada keluhan, (2) kardiovaskuler:
pasien mengeluh nyeri dada atau angina, (3) respirasi: pasien mengeluh sesak napas
dan batuk berdahak, (4) gastrointestinalis: tidak ada keluhan, (5) urogenitalis: tidak
ada keluhan, (6) muskuloskeletal: adanya spasme pada otot intercostalis, (7)
2. Pemeriksaan fisik
a. Vital sign
1) Tekanan darah
mengukur tekanan darah adalah posisikan pasien tidur terlentang di bed secara rileks
dan bebaskan lengan dari pakaian, pasang manset dengan dibalutkan pada lengan atas
kanan secara rata dan rapat dan tidak menekan jaringan yang ada dibawahnya dengan
jarak kurang lebih 2 cm dari fossa cubiti, palpasi atau raba arteri brachialis, letakkan
30
stetoskop di atas arteri brachialis, pompa tensimeter sampai denyut nadi tidak
dan lihat jarum sehingga dapat mengetahui kapan denyut saat detik pertama dan detik
terakhir. Pada pasien didapatkan hasil tekanan darah adalah 120/90 mmHg
(prehypertension).
TABEL 3.1
2) Denyut nadi
mungkin, palpasi arteri radialis pada lengan bawah menggunakan 3 jari, hitung
berapa kali denyut nadi selama 1 menit. Denyut nadi normal pada orang dewasa
berkisar 60-90 per menit. Pada pasien pemeriksaan denyut nadi didapatkan hasil 65
3) Pernapasan
yang dominan dari pasien. Prosedur pemeriksaan pernapasan adalah posisikan pasien
pernapasan selama 1 menit. Frekuensi normal pada laki-laki dewasa 18-22 kali per
menit, pada wanita dewasa sedikit lebih cepat, pada anak-anak bisa sampai 40 kali
per menit (Hudaya, 2012). Pada pasien pemeriksaan pernapasan didapatkan hasil 30
4) Suhu tubuh
termometer. Pengukuran dapat dilakukan secara axillar. Suhu tubuh normal adalah
36˚C-37˚C. Pada pasien pemeriksaan suhu tubuh didapatkan hasil 36,3˚C maka suhu
5) Tinggi badan
dinding dan tumit menempel pada dinding lalu ukur tinggi pasien dari ujung kaki
sampai ujung kepala. Pada pemeriksaan tinggi badan didapatkan hasil 170 cm.
6) Berat badan
diminta menimbang lalu catat hasilnya. Pada pemeriksaan tinggi badan didapatkan
hasil 55 Kg.
32
b. Inspeksi
Inspeksi dibedakan menjadi 2 yaitu inspeksi statis dan inspeksi dinamis. Hasil
inspeksi statis didapatkan hasil berupa: terpasang infus dan oksigen, tidak ada
sianosis, bentuk dada adalah barrel chest, pasien mengalami batuk, postur tubuh
pasien kifosis, wajah pucat, adanya clubbing finger. Sedangkan hasil inspeksi dinamis
didapatkan hasil berupa: pola pernapasan lebih dominan pernapasan dada, pernapasan
c. Palpasi
sesuatu. Dari palpasi didapatkan hasil berupa: suhu tubuh teraba normal, ekspansi
dada berkurang, lebih dominan menggunakan pernapasan dada, adanya spasme pada
otot intercostalis.
d. Perkusi
zona atas, tengah, dan bawah pada dada. Dari perkusi terdengar suara redup pada
e. Auskultasi
yang normal atau patologis, untuk mengetahui lokasi mukus yang terakumulasi. Hasil
33
yang diperoleh dari auskultasi yaitu terdengar suara wheezing dan ronchi pada
secara mandiri. Hasil yang diperoleh adalah pasien mampu menggerakkan bahu dan
leher secara mandiri tetapi ada keterbatasan gerak saat fleksi bahu.
terapis. Hasil yang diperoleh adalah terdapat keterbatasan gerak fleksi bahu karena
adanya nyeri.
Pemeriksaan kognitif diketahui bahwa pasien memiliki daya ingat yang sudah
secara baik dengan terapis, sehingga membutuhkan pengulangan instruksi saat terapi.
kanan dan kiri secara mandiri tetapi memerlukan bantuan untuk duduk, berdiri, dan
berjalan.
2) Aktivitas fungsional
3) Lingkungan aktivitas
rumah pasien mendukung kesembuhan karena tidak ada tangga dan tidak ada
3. Pemeriksaan spesifik
informasi yang lebih lengkap yang belum tercakup dalam pemeriksaan fungsi dasar.
Pemeriksaan Visual Analogue Scale (VAS) ini mengukur derajat nyeri dengan
menunjukkan satu titik pada garis skala nyari 0-10 cm. Salah satu ujung titik
menunjukkan tidak nyeri dan ujung satu menunjukkan nyeri tidak tertahankan. Pasien
diminta untuk mendeskripsikan nyeri yang dirasakan dengan cara menunjukkan skala
nyeri yang telah ditunjukkan diatas (Pudjiastuti & Utomo, 2003). Pada pemeriksaan
ini didapatkan hasil nyeri diam, nyeri tekan, dan nyeri gerak. VAS digunakan untuk
mengukur derajat nyeri pada otot pernapasan. Hasil dari pemeriksaan ini yaitu: nyeri
35
diam saat posisi berbaring: 3,4 cm, nyeri tekan pada intercostalis: 4,9 cm, nyeri gerak
sebelum dan sesudah latihan. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui sesak napas
TABEL 3.2
Hasil pemeriksaan derajat sesak napas dengan skala BORG diperoleh nilai 5
TABEL 3.3
pengembangan paru dengan mengukur menggunakan alat yang disebut pita ukur.
Dari pemeriksaan ini terapis dapat mengetahui gangguan mobilisasi thoraks ke arah
37
dan procesus xypoideus. Terapis melingkarkan pita ukur dan meminta pasien untuk
Pemeriksaan dikatakan normal jika hasil selisih berkisar 3,5-5 cm (Huriah &
Ningtyas, 2017).
TABEL 3.4
didapatkan hasil yaitu penurunan ekspansi sangkar thoraks pada axilla, intercostalis
4, processus xypoideus.
Pemeriksaan ini dilakukan di jalur yang sudah ditetapkan. Pasien diminta untuk
berjalan sesuai jalur tanpa bicara. Pemeriksaan dilakukan selama 6 menit, cek tekanan
darah, pernapasan, denyut nadi di awal dan akhir. Sediakan tempat duduk untuk
November 2019, kondisi umum pasien kurang baik dengan nilai derajat sesak napas 5
(sesak parah) dan nilai derajat berat aktivitas 13 (sesak sedikit berat), sehingga tidak
B. Problematika Fisioterapi
1. Impairment
yang timbul adalah adanya sesak napas (b4402 depth of respiration), adanya
tidak normal (b4400 respiration rate), adanya batuk (b4408 respiration functions,
unspecified).
2. Functional limitation
dialami pasien pada kasus ini adalah pasien mudah merasa lelah, penurunan kapasitas
39
3. Participation restriction
C. Tujuan Fisioterapi
Tujuan jangka pendek yaitu tujuan yang dicapai dalam waktu dekat, meliputi
Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang dicapai dalam waktu lama yaitu
exercise, nebulizer, infra red, clapping, latihan batuk efektif. Dalam kasus ini
batuk efektif, deep breathing exercise dengan kombinasi pursed lip breathing.
batuk efektif, deep breathing exercise dengan kombinasi pursed lip breathing.
1. Nebulizer
Nebulizer adalah suatu alat yang dapat mengubah obat dalam bentuk cairan
a. Persiapan alat
Siapkan satu set nebulizer, masker nebulizer dan obat yang akan digunakan.
Pastikan kabel sudah terpasang di stop kontak. Lalu masukan obat ke nebulizer.
b. Persiapan pasien
c. Pelaksanaan terapi
Apabila pasien sudah siap, tekan tombol “ON” dan minta pasien untuk tarik
napas lewat hidung lalu dihembuskan lewat mulut. Penguapan ini dilakukan sampai
obat habis, lalu matikan dengan menekan tombol “OFF”. Terapi ini dilakukan selama
41
3-10 menit. Apabila akan dilakukan lagi nebulasi disarankan diberi jeda waktu 15-20
2. Postural drainage
mukus berada. Postural drainage adalah penempatan posisi pasien yang benar dan
membawa udara agar tekanan dalam rongga dada lebih rendah dari tekanan atmosfer
sehingga udara dapat bergerak ke paru saat inspirasi. Tujuan dari postural drainage
adalah mengeluarkan apa saja yang terkumpul dalam rongga pleura agar rongga
pasien. Pasien berada di bed. Terapis menentukan posisi pasien dengan benar sesuai
dengan letak mukus yang didapat dari hasil pemeriksaan. Pasien diposisikan
berbaring miring ke kiri pada posisi trendelenburg dengan kaki bed ditinggikan 45
ke kiri dengan diganjal bantal pada pinggang sampai kaki. Postural drainage
dilakukan selama 10-20 menit untuk orang dewasa (Wong, 2000). Dalam satu hari
bisa dilakukan pengulangan postural drainage 2-3 kali (Hussein, 2011). Ditambah
dengan metode clapping dengan waktu 3-5 menit pada segmen tersebut (Watchie,
2010).
42
Gambar 3.1
Pelaksanaan postural drainage (Data primer, 2019)
3. Clapping
memberikan getaran pada dinding thoraks yang akan ditransmisikan ke jaringan paru
akan dilakukan.
b. Pelaksanaan terapi
Terapis berada disamping bed dan posisi tangan membentuk seperti mangkok.
Clapping dilakukan dengan kecepatan 100-300 kali tiap menit (Dean, 2002).
Gambar 3.2
Pelaksanaan clapping (Data primer, 2019)
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal
a. Persipan pasien
b. Pelaksanaan terapi
napas secara perlahan selama 3-4 detik, tarik napas kembali secara pelan, tahan
selama 3 detik untuk mempersiapkan melakukan batuk, angkat dagu sedikit ke atas
dan gunakan otot perut untuk mengeluarkan napas cepat sebanyak satu kali hal ini
diminta untuk membatukkan dengan kuat, kontrol napas, kemudian ambil napas pelan
dan keluarkan perlahan. Lakukan pengulangan dengan dua kali pengeluaran napas
cepat (Putri and Soemarno, 2013). Istirahat 2-3 menit kemudian diulangi kembali
untuk latihan mulai dari langkah awal (Nugroho & Kristiani, 2011).
Gambar 3.3
Pelaksanaan latihan batuk efektif (Data primer, 2019)
45
terjadi sesak napas karena pasien sesak cenderung tegang yang membuat pasien tidak
pernapasan di bronkus (Windarti, 2011, dikutip oleh Rivaldi, 2018). Pursed lip
lip breathing meningkatkan volume tidal dan volume akhir ekspirasi paru dan
Pada saat melakukan pernapasan otot inspirasi mengeluarkan energi yang lebih
sehingga terjadi spasme pada otot tersebut, maka dengan modalitas breathing
exercise energi yang dikeluarkan oleh otot dapat berkurang karena terjadi rileksasi
(Rab, 2010). Pursed lip breathing ini dilakukan bersamaan dengan deep breathing
exercise.
a. Persiapan pasien
akan dilakukan.
b. Pelaksanaan terapi
kemudian hembuskan napas melalui mulut dengan perlahan dan dalam keadaan bibir
penekanan pada bagian lateral dari lower costae. Latihan ini dilakukan 6-8 kali
Gambar 3.4
Pelaksanaan deep breathing exercise dengan kombinasi pursed lip breathing (Data
primer, 2019)
F. Edukasi
Program edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga pasien karena
peran keluarga menjadi penting, mengingat kognitif pasien yang kurang baik.
Edukasi kepada pasien diberikan untuk mencegah kekambuhan yaitu dengan meminta
pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat karena kelelahan
47
berdebu, menutup mulut saat batuk. Pasien diminta melakukan latihan batuk efektif
apabila merasa dahak sulit untuk dikeluarkan. Pasien dianjurkan untuk melakukan six
minute walking dengan membuat jalur dengan jarak yang telah ditetapkan kemudian
berjalan kaki bolak-balik selama 6 menit dan tidak boleh berlari, serta boleh istirahat
jika diperlukan sesuai yang telah diajarkan untuk meningkatkan kemampuan aktivitas
G. Evaluasi
mengetahui hasil terapi sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Evaluasi yang
akan dilakukan pada kasus pneumonia adalah dengan: nyeri dengan VAS, derajat
sesak napas dengan skala BORG, ekspansi sangkar thoraks dengan antropometri
sangkar thoraks, kemampuan toleransi aktivitas dengan six minute walking test.
Hasil evaluasi mengenai nyeri dari pertemuan pertama (T1) sampai pertemuan
terakhir (T3) didapatkan hasil terdapat penurunan nyeri yang dirasakan pasien.
48
TABEL 3.5
Jenis nyeri T1 T2 T3
Nyeri diam saat 3,4 cm / 10 cm 2,9 cm / 10 cm 1 cm / 10 cm
berbaring
Nyeri tekan di 4,9 cm / 10 cm 3,3 cm / 10 cm 2,4 cm / 10 cm
intercostalis
Nyeri gerak saat 6,7 cm / 10 cm 6,2 cm / 10 cm 5,1 cm / 10 cm
fleksi shoulder
Sumber : Data Primer (2019)
penurunan derajat sesak napas baik saat diam maupun saat beraktivitas.
TABEL 3.6
TABEL 3.7
AKTIVITAS
sangkar thoraks.
TABEL 3.8
SANGKAR THORAKS
TABEL 3.9
WALKING TEST
H. Pembahasan
adanya hipersekresi mukus, pola pernapasan tidak normal, adanya sesak napas,
adanya nyeri dada, adanya spasme otot intercostalis. Pasien telah diberikan
batuk efektif, deep breathing exercise dengan kombinasi pursed lip breathing selama
3 kali terapi.
dan udara dapat masuk ke sistem jalan napas. Nebulizer bertujuan untuk mengurangi
Intervensi postural drainage adalah penempatan posisi pasien yang benar dan
membawa udara agar tekanan dalam rongga dada lebih rendah dari tekanan atmosfer
sehingga udara dapat bergerak ke paru saat inspirasi. Tujuan dari postural drainage
adalah mengeluarkan apa saja yang terkumpul dalam rongga pleura agar rongga
ringan pada dinding dada dengan tangan dimana tangan membentuk seperti mangkuk
(Potter dan Perry, 2006). Tujuan dari clapping adalah untuk membantu mengeluarkan
dahak dengan memberikan getaran pada dinding thoraks yang akan ditransmisikan ke
jaringan paru untuk menimbulkan getaran pada saluran napas. Getaran pada saluran
napas diharapkan dapat melepaskan dahak. Dalam posisi postural drainage dilakukan
Pada pasien ini ditemukan akumulasi mukus pada segmen lateral basal paru
kanan lobus bawah, sehingga dilakukan postural drainage dengan posisi berbaring
miring ke kiri dengan bagian pinggang sampai tungkai diganjal menggunakan bantal
sehingga posisi kepala lebih rendah untuk membantu mengeluarkan mukus, karena
bed tidak dapat dinaikkan lurus pada posisi kaki. Postural drainage dilakukan selama
10-20 menit dan disertai dengan clapping pada dada dan punggung pasien.
yang dilakukan untuk membersihkan sekresi saluran napas. Pasien dapat menghemat
ketika terjadi sesak napas karena pasien sesak cenderung tegang yang membuat
Intervensi pursed lip breathing yang dilakukan saat ekspirasi bertujuan untuk
meningkatkan volume tidal dan volume akhir ekspirasi paru dan dampaknya adalah
mengeluarkan energi yang lebih sehingga terjadi spasme pada otot tersebut, maka
dengan modalitas breathing exercise energi yang dikeluarkan oleh otot dapat
Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga sebanyak 3 kali terapi menunjukkan adanya
aktivitas fungsional.
clapping, latihan batuk efektif, dan deep breathing exercise dengan kombinasi pursed
lip breathing dapat menurunkan beban mekanika pernapasan yaitu mukus yang
terdapat di dalam paru mudah untuk dikeluarkan sehingga hambatan pada jalan napas
53
berkurangnya derajat sesak napas pasien, maka pola pernapasan pasien membaik.