Anda di halaman 1dari 27

Vital Sign,Primary survey dan GCS

Erwid Fatchur Rahman


Departemen Bedah Mulut
FKG UNISSULA
Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum
2) Tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan ekstra – intra oral
4) Pemeriksaan organ
Keadaan Umum
1) Kesan keadaan sakit, termasuk fasies,mobilitas & posisi
pasien

kesan pertama
• Kesakitan
• Lemah
• Sesak napas
• Pucat

2) Kesadaran
3) Kesan status gizi
Tanda vital
• Nadi
• Frekuensi nadi/menit
• Isi
• Irama
• Pernapasan
• Frekuensi pernapasan/menit
• Tipe pernapasan
• Normal
• Kussmaul → cepat dan dalam → gagal ginjal, sepsis
• Cheyne-Stokes
• Biot → tidak teratur → infeksi otak berat

• Suhu → dilakukan di aksila. Suhu normal 36,5 0C – 37,5 0C


• Tekanan darah
Tipe pernapasan

Normal

Kussmaul

Cheyne-Stokes

Biot
Primary survei
• evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera terhadap
komplikasi parah yang mengancam kehidupan.
• Tujuan dari Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan.
Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
1. Airway maintenance dengan cervical spine protection
2. Breathing dan oxygenation
3. Circulationdan kontrol perdarahan eksternal
4. Disability-pemeriksaan neurologis singkat
5. Exposure dengan kontrol lingkungan
setiap langkah harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah
berikutnya hanya dilakukan jika langkah sebelumnya telah sepenuhnya
dinilai dan berhasil.

Setiap anggota tim dapat melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai


sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan peran tertentu seperti
airway ,circulation , dll, sehingga akan sepenuhnya menyadari mengenai
pembagian waktu dalam keterlibatan mereka ( American College of
Surgeons, 1997).
Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara
lain (Gilbert.,D’Souza., & Pletz, 2009) :

A. General Impressions
• Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
• Menentukan keluhan utama atau mekanisme trauma/riwayat
penyakit
• Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)
• b) Pengkajian Airway
• Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk
memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas

pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien
terbuka (Thygerson, 2011)
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian
Airway pada pasien antara lain :

• Kaji jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas
dengan bebas?
• Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
Adanya snoring atau gurgling
Stridor atau suara napas tidak normal
Agitasi (hipoksia)
Sianosis
Snorring (mendengkur), timbul karena adanya obstruksi di hypofarings
oleh pangkal lidah.
Crowing (tercekik), oleh karena adanya spasme larings.
Gurgling (mencekuk), menunjukkan adanya benda asing pada air way.
Wheezing (bunyi ngiiiik), menunjukkan adanya obstruksi bronkhus.
• Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas
dan potensial penyebab obstruksi :
Muntahan
Perdarahan
Gigi lepas atau hilang
Gigi palsu
Trauma wajah
• Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka.
• Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang
berisiko terjadi cedera tulang belakang/servikal.
c) Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing antara lain :
• Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi
pasien.
• Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut :
1. cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds
2. Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis
haemothorax dan pneumotoraks
3. Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
• Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
• Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut
mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
• Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukankadar oksigen
dalam darah tanpa intervensi pada tubuh

• Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau


oksigenasi  Pemberian terapi oksigen
Bag-Valve Masker
Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan
yang benar), jika diindikasikan
d) Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya general perfusi organ dan
oksigenasi jaringan.
• Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien,
antara lain :
Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan
pemberian
penekanan secara langsungperdarahan
Pemeriksaan perdarahan.
Eksternal : dapat diketahui secara langsung, apakah
darah arteri atau vena.
Arteri, merah segar, deras atau muncrat,berdenyut
seirama denyut jantung.
Vena, merah tua, lebih lambat dan tak berdenyut, bila
dari banyak venule nampak diffuse.
Internal : Dapat Hematoma, adanya lebam kulit atau echymosis.
Tetapi dapat juga tak terlihat, hanya dari tanda-2 klinis keadaan
umumnya, seperti lemas, keringat dingin, tensi turun, pucat, bahkan
Hb akan terlihat menurun terus, bahkan kalau terus akan terjadi syok
hipovolemik.
• Palpasi nadi radial jika diperlukan:
Menentukan ada atau tidaknya
Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
Regularity

• Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia


(Capillary refill )
d) Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities Pada primary survey
• dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi
perintah yang diberikan
V – verbal , mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak
bias dimengerti
P –pain ( responds to pain only) tindakan memberi rangsang nyeri
sebagai stimulus
U - unresponsive to pain , jika pasien tidak merespon baik stimulus
nyeri maupun stimulus verbal.
- Pemeriksaan Kesadaran.
Tingkat kesadaran secara klinis :
- Compos mentis : sadar betul dan dapat berkomunikasi.
- Apatis : Sikap acuh tak acuh dan tidak segera menjawab kalau
ditanya.
- Delirium: Kesadaran menurun disertai kekacauan mental dan motorik
seperti halusinasi,ilusi,disorientasi dan iritatif.
- Somnolen (letargi, obtundasi) : Tingkat kesadatran yg ditandai oleh
mudahnya penderita dibangunkan, mampu menjawab secara verbal
dan menangkis nyeri.
- Sopor (stupor) : dengan rangsang nyeri penderita tidak dapat
dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah tidak konsisten dan
samar.Tidak ada jawaban verbal tetapi gerak motorik untuk
menangkis nyeri masih baik.

- Koma ringan : Reaksi terhadap rangsang nyeri tidak terorganisasi,


dan merupakan jawaban “primitif”. Penderita tak dapat dibangunkan
sama sekali.
- Koma dalam : tidak ada sama sekali jawaban terhadap rangsang
nyeri yang bagaimanapun kuatnya.

Pembagian diatas adalah klinis, sehingga


tak ada batas yg tegas. Karenanya muncul
istilah soporo-komatous, somnolen-sopor.
Semakin kuat rangsang yg dibutuhkan un-
tuk membangkitkan jawaban, semakin da-
lam penurunan tingkat kesadaran.
Untuk mengikuti perkembangan kesadaran dapat digunakan GCS
(Glasgow Coma Scale).
a). Membuka mata
b). Verbal
c). Motorik.
Dari nilai GCS ini dapat untuk menilai perkembangan kesadaran pasien
atau untuk menentukan apakah pasien mengalami Cedera Kepala
(Trauma capitis).
Kisaran nilainyanadalah :
1. Cidera Kepala Ringan, GCS : 13 – 15
2. Cidera Kepala Sedang, GCS : 9 – 12
3. Cidera Kepala Berat , GCS : 3 - 8
f) Expose , Examine dan Evaluate
• Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika
pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-
line penting untuk dilakukan.
• Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien
adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal.

Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan


selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan
pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai