Anda di halaman 1dari 25

A.

KONSEP TEORI PENYAKIT


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Primary Survey
1) Airway
Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten
(longgar) atau mengalami obstruksi total atau partial sambil
mempertahankan tulang servikal. Sebaiknya ada teman Anda
(perawat) membantu untuk mempertahankan tulang servikal. Pada
kasus non trauma dan korban tidak sadar, buatlah posisi kepala
headtilt dan chin lift (hiperekstensi)sedangkan pada kasus trauma
kepala sampai dada harus terkontrol atau mempertahankan tulang
servikal posisi kepala. Pengkajian pada jalan nafas dengan cara
membuka mulut korban dan lihat: Apakah ada vokalisasi, muncul
suara ngorok; Apakah ada secret, darah, muntahan; Apakah ada
benda asing sepertigigi yang patah; Apakah ada bunyi stridor
(obstruksi dari lidah). Apabila ditemukan jalan nafas tidak efektif
maka lakukan tindakan untuk membebaskan jalan nafas. Pada saat
pengkajian airway ajaklah pasien berbicara, apabila pasien
dapatberbicara dengan jelas dan kalimat panjang, maka untuk
sementara dapat dipastikan bahwa airway dan breathing dalam
keadaan baik. Pada pasien dengan GERD biasanya tidak
ditemukan gangguan airway (Harmono, 2020).
2) Breathing
Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah penilaian
jalan nafas. Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi. Bila diperlukan auskultasi dan perkusi. Inspeksidada
korban: Jumlah, ritme dan tipepernafasan; Kesimetrisan
pengembangan dada; Jejas/kerusakan kulit; Retraksi intercostalis.
Palpasi dada korban: Adakah nyeri tekan; Adakah penurunan
ekspansi paru. Auskultasi: Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau
vesikuler menurun); Adakah suara nafas tambahan seperti ronchi,
wheezing, pleural friksionrub. Perkusi, dilakukan di daerah thorak
dengan hati hati, beberapa hasil yang akan diperoleh adalah
sebagai berikut: Sonor (normal); Hipersonor atau timpani bila ada
udara di thorak; Pekak atau dullnes bila ada konsolidasi atau
cairan. Pada pasien GERD tidak ditemukan gangguan breathing
(Harmono, 2020).
3) Circulation
Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan menilai
kemampuan jantung dan pembuluh darah dalam memompa darah
keseluruh tubuh. Pengkajian sirkulasi meliputi: Tekanan darah;
Jumlah nadi; Keadaan akral: dingin atau hangat; Sianosis;
Bendungan vena jugularis. Pada pasien GERD tidak ditemukan
gangguan circulation (Harmono, 2020).
4) Disabillity
Menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat
terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan
tingkat cedera spinal (Sukma, 2020).
5) Exposure
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara
menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah
pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak
hipotermia (Sukma, 2020).
Tambahan Primary Survey

6) Folley Catheter
Menurut Susilo, 2016 Pemakaian selang kateter urin harus
diperhatikan diantaranya terdapat kontraindikasi pemasangan
kateter yaitu rupture uretra dengan tanda-tanda :
a) Adanya darah dilubang uretra bagian luar
b) Hematum skrotum
c) Prostat Melayang/tidak teraba
7) Gastric Tube
Susilo, 2016 menyatakan Kateter lambung digunakan untuk
beberapa indikasi seperti mengurangi distensi lambung dan
mencegah muntah, terdaat kontraindikasi pemasangan gastric tube
yaitu fraktur basis cranii dengan tanda-tanda berikut :
a) Raccon Eyes
b) Battle sign
c) Rhinorea/Orthorea
d) Hematom

Pada pasien GERD biasanya dalam beberapa kasus ada yang


dipasang NGT untuk pemenuhan nutrisi.

8) Heart Monitor
Re-Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada ABC pasien.
b. Secondary Survey
1) Anamnesa S-A-M-P-L-E
Setelah primary survey selesai, lakukan secondary survey yang
lebih terperinci, yang mencangkup pengkajian dari kepala ke kaki
(head to toe). Bagian ini dari pemeriksaan untuk mengidentifikasi
semua cidera yang diderita oleh pasien. Lakukan pengkajian tanda-
tanda vital lengkap termasuk pernafasan, denyut nadi, tekanan
darah, dan temperatur. Jika saat pengkajian ada trauma dada
dapatkan tekanan darah pada kedua lengan. Secondary survey
dilakukan dengan pengkajian history, vital sign dan pysical
examination. History, dilakukan menggunakan metode yang
dinamakan SAMPLE, S (sign/symtoms yaitu tanda dan gejala), A (
Allergies, alergi), M (Medications, pengobatan), P (Past medical
history, riwayat penyakit), L (Last oral intake, makanan yang
dikonsumsi terakhir), E (Even prior to the illness or injury,
kejadian sebelum sakit). Poin tersebut dikembangkan
menggunakan skala OPQRS. O (onset), P ( Provocation), Q
(Quality), R (Radiation), S (severity), T (Timing). Vital sign,
dilakuakan pengkajian lebih dalam , meliputi, pulse, respiration
rate, blood pressure, temperatur. Pysical examination, dilakukan
dengan pemeriksaan fisik lengkap yaitu head to toe (Susilo Cipto,
2016).
2) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Pengkajian pada keadaan umum ini dapat meliputi keadaan
sakit termasuk pada ekpresi wajah dan posisi pasien, kesadaran
yang meliputi penilaian secara kualitatif seperti komposmentis,
apatis, delirium, somnolen, sopor dan koma (Hidayat &
Musrifah, 2014). Pada pasien dengan GERD tidak mengalami
penurunan kesadaran dengan kata lain kesadaran pasien
komposmentis tetapi bagaimana dipengaruhi dengan
komplikasi yang terjadi seperti disertai penyakit jantung.
b) Sistem Pernapasan
Mengkaji pergerakan pernapasan seperti kualitas, karakter,
irama, frekuensi, kedalaman dan akan dikatakan normal
apabila irama, reguler, frekuensi nafas sesuai irama dan perlu
di perhatikan apabila frekuensi napas abnormal, kedalaman
dangkal, irama tidak teratur, sulit bernafas, atau pernafasan
bising/ mendengkur dan kondisi ini harus segera ditangani
(Marni, 2014). Pasien dengan GERD tidak terdapat keluhan
gangguan pernapasan kecuali apabila pasien dengan nyeri
hebat pada lambung yang biasa mengakibatkan sesak.
c) Sistem kardiovaskuler
Lakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi.
Inspeksi seperti mengobservasi dinding dada dari sebuah sudut.
Palpasi adapun tujuannya untuk menentukan lokasi impuls
apikal (apeks). Palpasi kulit untuk mengetahui waktu pengisian
kapiler (CRT) dengan cara tekan kulit sedikit pada sisi tengah,
misalnya dahi, kaki/tangan, kaji waktu yang diperlukan untuk
kembali ke warna kulit aslinya. Auskultasi bunyi jantung,
evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi, dan irama jantung
(Marni, 2014). Pasien dengan GERD tidak ditemukan masalah
pada kardiovaskuler, yang terpenting diberikan informasi
selama proses pasien dalam keadaan hipotensi, hipertensi,
takikardi, takipnea, dan adanya penurunana saturasi oksigen.
asesmen respirasi dan kardiovaskuler dimana pengkajian ini
harus menjadi perhatian, pada pasien dengan nyeri abdomen
bagian atas, dapat dinyatakan adanya pneumonia atau iskemia
jantung
d) Sistem Gastrointestinal
Inspeksi abdomen terhadap kesimetrisan, adanya masa yang
terlihat atau tidak. Perhatikan warna pada abdomen, perhatikan
adanya pembesaran organ seperti hepatomegali dan
spinomegali, perhatikan bising usus. Palpasi adanya nyeri
tekan pada hepar dan ginjal. Perkusi untuk mengetahui ukuran
hepar, adanya asites atau tidak. Pada umumnya perkusi
abdomen adalah timpani. Adanya air akan muncul suara
pekak/redup misalnya pada asites, sedangkan timbunan udara
akan menghasilkan suara hipertimpani, misalnya pada kondisi
kembung (Mulyani, 2013). Pada pasien dengan GERD di
temukan keluhan pada sistem gastrointestinal diantaranya
heartburn dan/ atau regurgitasi yang timbul setelah makan,
nyeri ulu hati, nyeri bagian lambung, perasaan ingin muntah
dan rasa asam dimulut.
e) Sistem Urinarius
Berkemih adalah proses mengeluarkan urine dari dalam vesika
urinaria. Sistem eliminasi urine dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu sistem eliminasi urine atas yang terdiri atas ginjal
dan ureter, serta sistem eliminasi urine bagian bawah yang
terdiri atas vesika urinaria, uretra, dan otot dasar pelvis. Urine
akan dikeluarkan melalui meatus uretra (Debora, 2017). Pasien
dengan GERD tidak ditemukan adanya gangguan pada sistem
urinarius.
f) Sistem Endokrin
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah inspeksi dan palpasi.
Dilihat beberapa pemeriksaan khusus, yaitu pemeriksaan
kelenjar limfe, pemeriksaan deviasi trakea, dan pemeriksaan
kelenjar tiroid (Debora, 2017). Pasien dengan GERD tidak
ditemukan adanya gangguan pada sietem endokrin kecuali
untuk kasus-kasus akut yang memerlukan endoskopi.
g) Sistem Muskuloskeletal
Menurut Marni (2014), Inspeksi kaki dan tangan. Kaji bentuk
tulang adanya kelainan atau tidak, kesimetrisan, ukuran, suhu,
warna, mobilitas dan nyeri tekan. Uji kekuatan tangan dengan
kaki, pada pasien dengan GERD biasanya ditemukan
kelemahan sehingga pasien menjadi lemas.
h) Sistem Integumen
Mengkaji Kaji keadaan kulit, kelembapan, tekstur, turgor,
warna dan fungsi perabaan. Mengkaji keadaan luka pada
pasien post operasi (Manurung, 2018). Pada pasien dengan
GERD mengalami nyeri pada daerah ulu hati dan lambung
(Sinaga, 2019).
i) Sistem Persyarafan
Menurut teori Nurarif & Kusuma (2015), Ada tidaknya
gangguan neurologis seperti kejang, kekakuan otot, tremor,
paralisis, pemeriksaan reflek fisiologis, reflek patologis:
Tes Fungsi Cerebral
(1) Kesadaran
Kualitas : Tingkat kesadaran di bagi menjadi beberapa
golongan yaitu Komposmentis (normal), Somnolen
(kesadaran dapat pulih apabila di rangsang), Sopor
(kesadaran dapat pulih apabila di rangsang namun akan
cepat menurun), Koma ringan (Pasien sama sekali tidak
dapat dibangunkan tetapi reflek kornea, pupil, dsb, masih
baik), Koma (Tidak ada gerakan spontan, meskipun di
beri rangsangan yang kuat). Pada penderita GERD tidak
semuanya akan mengalami penurunan kesadaran.
Penurunan kesadaran dapat terjadi apabila pasien
mengalami GERD berat.
Kuantitas : Mengukur kesadaran pasien dengan cara
menilai respon pasien terhadap rangsang yang diberikan
perawat dengan menggunakan test Glasglow Coma Scale.
Nilai GCS tertinggi adalah 15 dan terendah adalah 3, GCS
9 tidak koma dan <8 adalah koma.
(2) Status Mental
(a) Orientasi
Tes orientasi ada beberapa cara pemeriksaan yaitu :

Orientasi terhadap orang dengan cara tanyakan


kepada pasien ”siapakah yang ditunjuk oleh perawat”.
Perawat menunjuk orang yang sangat dikenal oleh
pasien.

Orientasi terhadap tempat: ”tanyakan kepada


pasien dimana ia sedang beradan sekarang, di kota apa,
dst” .
Orientasi terhadap waktu: ”tanyakan kepada
pasien hari atau tanggal sekarang, tanyakan apakah
sekarang pagi, siang atau sore?”.
(b) Daya Ingat
Cara pemeriksaan ada 2 yaitu:
Memori baru (Recent memory):
Tunjukkan 3 buah benda yang sudah dikenal
pasien (seperti sendaok, gelas, jam tangan, pulpen,
dsb) lalu alihkan pembicaraan kepada hal-hal yang
disukai pasien setelah itu tanyakan kembali benda-
benda apa yang tadi diperlrihatkan oleh pemeriksa.
Memori jangka panjang (Postem memori):
Tanyakan kepada pasien kapan ulang tahunnya,
tanggal, bulan dan tahun berapa, tahun berapa pasien
lulus SD, berapa usia istri pasien sekarang, dsb.
(c) Perhatian dan Perhitungan
Pemeriksa menyebutkan suatu angka, kemudian
minta pasien untuk menyebutkan lima angka kedepan
atau lima angka kebelakang.
Minta pasien untuk menjawab soal yang
diajukan oleh pemeriksa, seperti, 5 + 5 berapa?,
ditambak 5 lagi berapa? Dst dan perlu di ingat
mengetes pasien melihat latarbelakang pendidikan
pasien.
(d) Fungsi Bahasa dan Bicara
Motorik bicara dengan cara, mintalah pasien
untuk mengulangi kata-kata yang diucapkan oleh
pemeriksa.
a) Tes Fungsi Syaraf Kranial
Menurut Mutaqqin (2018), pemeriksaan tes fungsi syaraf
kranial meliputi :
(1) Nervus I (Olfaktorius)
Pada beberapa pasien dengan keadaan trauma pada
kepala di daerah yang merusak anatomis dan fisiologis
saraf ini klien dapat mengalami gangguan pada fungsi
penciuman/ anodmia ulateral atau bilateral
(2) Nervus II (Optikus)
Pasien dengan trauma kepala dengan kondisi
hematoma palpebral akan menurunkan fungsi
penglihatan dan menganggu fungsi nervus optikus.
(3) Nervus III (Okulomotorius), IV (Trochlearis), VI
(Abdusen)
Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata pada
pasien dengan adanya GERD, terutama pada pasien yang
mengalami kerusakan fisik pada rongga orbital.
(4) Nervus V (Trigeminus)
Beberapa pasien dengan trauma kepala dapat
menyebabkan pasralisis nervus trigeminus, dan
didapatkan penurunan kordinasi gerakan mengunyah.
(5) Nervus VII (Fasialis)
Pada pasien dengan trauma kepala presepsi
pengecapan mengalami perubahan.
(6) Nervus VIII (Auditorius)
Jika trauma tidak melibatkan saraf vestibulokokus,
perubahan fungsi pendengaran pada pasien dengan
GERD ringan biasanya tidak berkurang.
(7) Nervus IX (Glosofaringeus) dan X (Vagus)
Pasien dengan GERD bisanya kemampuan menelan
kurang baik karena rasa mualnya.
(8) Nervus XI (Assesorius)
Pada pasien dengan GERD bila tidak melibatkan
trauma pada bagian leher maka moblitas pasien akan
baik.
(9) Nervus XII (Hipoglosus)
Pada pasien dengan GERD biasanya mengalami
perubahan pada indra pengecapan biasanya dengan rasa
pahit.
b) Pemeriksaan Motorik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa kekuatan
otot apakah normal atau tidak. Pada pasien GERD biasanya
tidak memiliki kelemahan di bagian otot.
c) Tes Fungsi Sensori
(1) Sensasi nyeri
Pasien dapat membedakan sensasi tajam atau tumpul
yang diberikan.
(2) Sentuhan
Pasien dapat membedakan rasa raba kasar dan halus
dengan cara menggunakan sepotong kertas dan kasa lalu
di sentuhkan ke bagian seluruh tubuh dengan acak. Pada
pasien GERD biasanya tidak mempunyai gangguan tes
fungsi sensori di bagian sentuhannya.
(3) Diskriminasi
(a) Stereognosis
Membedakan kedua benda yang diletakan di
telapak tangan pasien dengan kedua mata tertutup.
(b) Graphestesia
Menebak 2 angka yang ditulis pada telapak
tangan dengan mata tertutup.
(c) Two Point stimulation
Menebak 2 titik yang dibuat ditelapak tangan
dengan mata tertutup.
d) Tes Fungsi Cerebelum
Tes ini dilakukan untuk memeriksa keseimbangan
pasien dengan cara memerintahkan pasien untuk berdiri atau
berjalan. Pada pasien GERD biasanya pada kondisi tertentu
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.
e) Tes Fungsi Reflek
Tes ini dilakukan untuk memriksa reflek pasien
apakah bagus atau tidak.

(1) Refleks Fisiologis


Menurut Mutaqqin (2018), reflek fisiologis yang
dilakukan meliputi :
(a) Reflek bisep
Tes reflek ini dilakukan yang bertujuan untuk
mengetes apakah bisep pasien normal atau tidak. Pada
pasien GERD tidak ditemukan gangguan di bagian reflek
bisep.
(b) Refleks trisep
Tes reflek ini dilakukan yang bertujuan untuk
mengetes apakah trisep pasien normal atau tidak yang
dilakukan diatas siku. Pada pasien GERD tidak ditemukan
gangguan di bagian reflek trisep.

(c) Reflek Brachioradialis


Tes reflek ini dilakukan yang bertujuan untuk
mengetes apakah brachioradialis pasien normal atau tidak
yang dilakukan di 5cm di atas pergealangan tangan. Pada
pasien GERD tidak ditemukan gangguan di bagian reflek
brachioradialis.

Reflek patella
(d) Reflek achilles
Tes reflek ini dilakukan yang bertujuan untuk
mengetes apakah achiles pasien normal atau tidak yang
dilakukan di atas tumit kaki. Pada pasien GERD tidak
ditemukan gangguan di bagian reflek achiles.

(2) Reflek patologis


Reflek babynski
Tes reflek ini dilakukan yang bertujuan untuk
mengetes apakah babynski pasien normal atau tidak yang
dilakukan di telapak kaki. Pada pasien GERD tidak
ditemukan gangguan di bagian reflek babynski.
j) Sistem Reproduksi
Di inspeksi kebersihannya, warna, adanya luka atau tidak,
adanya kelainan atau tidak. Inspeksi kondisi kulit dan
penampilan umum. Palpasi adanya benjolan pada payudara
atau tidak (Debora, 2017). Pada pasien dengan GERD tidak
ditemukan adanya gangguan pada sistem reproduksi.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang mungkin muncul menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017 adalah :
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens Pencedera Fisiologis
b. Nausea berhubungan dengan Gangguan pada esofagus
c. Risiko Defisit Nutrisi dibuktikan dengan Ketidakmamuan menelan
makan
3. Intervensi Keperawatan

Nyeri Akut berhubungan dengan Agens Pencedera Fisiologis


Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017b)
Tujuan / Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan Tindakan x24 jam Manajemen nyeri
di harapkan nyeri dapat teratasi 1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, 1. Perbedaan gejala perlu untuk
dengan hasil frekuensi, kualitas, intensitas nyeri mengidentifikasi penyebab
Tingkat nyeri nyeri. Perilaku dan
Indikato A T perubahan tanda vital
r membantu menentukan
Keluhan derajat / adanya
nyeri ketidaknyamanan pasien
Meringis khususnya bila pasien
Keterangan : menolak adanya nyeri
1 : Meningkat 2. Identifikasi skala nyeri 2. Parameter menunjukan
2 : Cukup meningkat adanya respon fisiologis
3 : Sedang pasien terhadap stress
4 : Cukup menurun aktivitas dan indicator
5 : Menurun derajat pengaruh kelebihan
3. Identifikasi respons nyeri non verbal kerja
Kontrol nyeri 3. Memberikan informasi
Indikator A T 4. Berikan teknik non-farmakologis untuk tentang kemajuan penyakit
Melaporkan mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, 4. Teknik non-farmakologis
nyeri hypnosis, akupresur, terapi music dll.) dapat meringankan nyeri
terkontrol yang berlebihan dengan
Kemampuan kriteria waktu yangtidak
menggali selalu ditentukan dan dapat
penyebab Pemberian obat Intra Vena dilakukan dimana saja
nyeri 1. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi,
Kemampuan dan kontraindikasi obat 1. Riwayat alergi
menggunaka mempengaruhi pemberian
n Teknik non 2. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi obat yang akan di lakukan
farmakologi 2. Memastikan tidak ada
dukungan kesalahan saat pemberian
orang 3. Periksa tanggal kadaluarsa obat obat
terdekat 3. Menghindari resiko
Keterangan : terjadinya kesalahan dalam
1 : Menurun 4. Berikan obat IV dengan kecepatan yang pemberian
2 : Cukup menurun tepat 4. Waktu pemberian melalui
3 : Sedang jalur vena harus di pastikan
4 : Cukup meningkat tidak terlalu cepat
5 : meningkat 5. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, 5. Melakukan 7 benar obat
Tindakan yang diharapkan dan efek sebelum melakukan
samping obat Tindakan untuk
meminimalisir terjadinya
kesalahan

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) (Doenges et al., 2012)
Nausea berhubungan dengan Gangguan pada esofagus
Definisi : Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambungyangdapat mengakibatkan muntah
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017b)
Tujuan / Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan Tindakan x24 Manajemen Mual
jam di harapkan tingkat nausea 1. Identifikasi faktor penyebab mual 1. Perbedaan gejala perlu untuk
dapat teratasi dengan hasil (prosedur atau pengobatan) mengidentifikasi penyebab
Tingkat Nausea mual. Perilaku dan
Indikato A T perubahan tanda vital
r membantu menentukan
Perasaan derajat / adanya
ingin ketidaknyamanan pasien
muntah khususnya bila pasien
Perasaan menolak adanya mual.
asam 2. Monitor mual 2. Parameter reflux
dimulut menunjukan adanya respon
Keterangan : fisiologis pasien terhadap
1 : Meningkat stress aktivitas dan indicator
2 : Cukup meningkat derajat pengaruh penolakan
3 : Sedang makanan.
4 : Cukup menurun 3. Kurangi atau kendalikan kedaan penyebab 3. Berbagai reaksi fisik ini
5 : Menurun terjadinya mual bersifat spontan dan tidak
dapat dihentikan namun
Indikator A T dapat dikendalikan dengan
Nafsu beberapa intervensi
Makan keperawatan
Keterangan : 4. Berikan Makanan dalam jumlah kecil dan 4. Makan porsi kecil akan
1 : Memburuk menarik mencegah pencernaan
2 : Cukup memburuk terganggu dan tubuh dapat
3 : Sedang berfungsi dengan lebih
4 : Cukup membaik efisien sepanjang hari.
5 : Membaik Ketika makan porsi besar,
kadar gula dalam darah akan
naik, tetapi begitu makanan
dicerna, kadar gula darah
turun, dan mengambil energi
serta suasana hati.
5. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup 5. Istirahat dan tidur juga
membantu pertumbuhan dan
perkembangan tubuh yang
sehat. Tidur yang nyenyak
memicu tubuh melepaskan
hormon yang mendukung
pertumbuhan normal pada
anak-anak dan remaja.
Hormon tersebut juga
membantu memperbaiki sel-
sel dan jaringan, serta
meningkatkan massa otot
pada anak-anak, remaja, dan
orang dewasa.
6. Anjurkan sering mengonsumsi makanan 6. Karbohidrat adalah sumber
tinggi karbohidrat dan rendah lemak energi utama bagi tubuh
untuk menjalankan berbagai
aktivitas. Itu sebabnya,
banyak makanan yang
mengandung karbohidrat
dikategorikan sebagai
pangan pokok.
7. Anjurkan penggunaan teknik non- 7. Teknik non-farmakologis
farmakologis untuk mengatasi mual dapat meringankan nyeri
(seperti biofeedback, hypnosis, relaksasi, yang berlebihan dengan
terapi music, akupuntur) kriteria waktu yangtidak
selalu ditentukan dan dapat
dilakukan dimana saja
8. Kolaborasi pemberian anti mietik 8. Melakukan 7 benar obat
(mis.ondancetron, pantoprazole) sebelum melakukan
Tindakan untuk
meminimalisir terjadinya
kesalahan dalam pemberian
obat anti muntah

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) (Doenges et al., 2012)

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)


Risiko Defisit Nutrisi dibuktikan dengan Ketidakmampuan menelan makanan
Definisi : Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukupuntuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017b)
Tujuan / Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan Tindakan x24 Manajemen Gangguan Makan
jam di harapkan status nutrisi dapat 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan 1. Mengetahui perkembangan
teratasi dengan hasil cairan serta kebutuhan kalori dari asupan yang telah
Status Nutrisi dilakukan sebagai parameter
Indikator A T pengukuran keberhasilan
Berat yang telah di rencanakan
badan sebelumnya
Indeks 2. Timbang berat badan secara rutin 2. Berat badan sebagai ukuran
Massa dari pemenuhan kebutuhan
Tubuh nutrisi yang cukup, atau
Frekuens kurang sehingga terlihat
i Makan perubahan yang signifikan.
Keterangan : 3. Diskusikan perilaku makan dan jumlah 3. Perilaku makan
1 : Memburuk aktifitas fisik yang sesuai memengaruhi tentang status
2 : Cukup memburuk nutrisi dari seseorang
3 : Sedang sebagai kebutuhan biologis
4 : Cukup membaik 4. Berikan konsekuensi jika tidak mencapai manusia
5 : Membaik target sesuai kontrak 4. Merencakan kontrak jadwal
dengan pasien memengaruhi
hubungan terapeutik untuk
keberhasilan asuhan
keperawatan yang akan
dilakukan dengan pasien
5. Anjurkan pengaturan diet yang tepat
5. Pengaturan diet yang
dilakukan sesuai dengan
jadwal untuk memberikan
makanan yang seimbang
dengan sesuai dengan
penyakit serta daya dari
6. Ajarkan keterampilan koping untuk seseorang dalam pola
penyelesaian masalah perilaku makan makan.
6. Strategi yang dilakukan
untuk memecah
permasalahan kebutuhan
makan dengan melibatkan
keluarga untuk mendukung
dalam pemberian dan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target pengaturan pola makan
berat badan,kebutuhan kalori dan pilihan
makanan. 7. Pengaturan diet yang sesuai
dengan instruksi gizi dapat
mempercepat proses
penyembuhan serta
memengaruhi keberhasilan
diet.
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
(Doenges et al., 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Debora. (2017). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Selemba Medika.

Doenges, M., Mary, M., & Alice, G. (2012). RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (3rd
ed.). EGC.

Harmono, R. (2020). Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana.


Kesehatan Indonesia, 20.

Hidayat, & Musrifah. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar (2nd ed.). Selemba
Medika.

Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Mind Mapping NANDA NIC


NOC. CV. Trans Info Media.

Marni. (2014). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Pernapasan.


Gosyen Publising.

Mulyani, D. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Kencana.

Mutaqqin, A. (2018). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Selemba Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS & NANDA. MediAction.

Sinaga, D. (2019). Pembelajaran integumen pada sistem blok jilid ii.

Sukma, P. (2020). Penatalaksanaan Gawat Darurat pada pasien Fraktur. Keperawatan


Gawat Darurat, 20.

Susilo Cipto. (2016). Keperawatan Gadar. 100.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017a). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017b). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.).

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st
ed.).

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran keperawatan Indonesia (1st
ed.).

Anda mungkin juga menyukai