6) Folley Catheter
Menurut Susilo, 2016 Pemakaian selang kateter urin harus
diperhatikan diantaranya terdapat kontraindikasi pemasangan
kateter yaitu rupture uretra dengan tanda-tanda :
a) Adanya darah dilubang uretra bagian luar
b) Hematum skrotum
c) Prostat Melayang/tidak teraba
7) Gastric Tube
Susilo, 2016 menyatakan Kateter lambung digunakan untuk
beberapa indikasi seperti mengurangi distensi lambung dan
mencegah muntah, terdaat kontraindikasi pemasangan gastric tube
yaitu fraktur basis cranii dengan tanda-tanda berikut :
a) Raccon Eyes
b) Battle sign
c) Rhinorea/Orthorea
d) Hematom
8) Heart Monitor
Re-Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada ABC pasien.
b. Secondary Survey
1) Anamnesa S-A-M-P-L-E
Setelah primary survey selesai, lakukan secondary survey yang
lebih terperinci, yang mencangkup pengkajian dari kepala ke kaki
(head to toe). Bagian ini dari pemeriksaan untuk mengidentifikasi
semua cidera yang diderita oleh pasien. Lakukan pengkajian tanda-
tanda vital lengkap termasuk pernafasan, denyut nadi, tekanan
darah, dan temperatur. Jika saat pengkajian ada trauma dada
dapatkan tekanan darah pada kedua lengan. Secondary survey
dilakukan dengan pengkajian history, vital sign dan pysical
examination. History, dilakukan menggunakan metode yang
dinamakan SAMPLE, S (sign/symtoms yaitu tanda dan gejala), A (
Allergies, alergi), M (Medications, pengobatan), P (Past medical
history, riwayat penyakit), L (Last oral intake, makanan yang
dikonsumsi terakhir), E (Even prior to the illness or injury,
kejadian sebelum sakit). Poin tersebut dikembangkan
menggunakan skala OPQRS. O (onset), P ( Provocation), Q
(Quality), R (Radiation), S (severity), T (Timing). Vital sign,
dilakuakan pengkajian lebih dalam , meliputi, pulse, respiration
rate, blood pressure, temperatur. Pysical examination, dilakukan
dengan pemeriksaan fisik lengkap yaitu head to toe (Susilo Cipto,
2016).
2) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Pengkajian pada keadaan umum ini dapat meliputi keadaan
sakit termasuk pada ekpresi wajah dan posisi pasien, kesadaran
yang meliputi penilaian secara kualitatif seperti komposmentis,
apatis, delirium, somnolen, sopor dan koma (Hidayat &
Musrifah, 2014). Pada pasien dengan GERD tidak mengalami
penurunan kesadaran dengan kata lain kesadaran pasien
komposmentis tetapi bagaimana dipengaruhi dengan
komplikasi yang terjadi seperti disertai penyakit jantung.
b) Sistem Pernapasan
Mengkaji pergerakan pernapasan seperti kualitas, karakter,
irama, frekuensi, kedalaman dan akan dikatakan normal
apabila irama, reguler, frekuensi nafas sesuai irama dan perlu
di perhatikan apabila frekuensi napas abnormal, kedalaman
dangkal, irama tidak teratur, sulit bernafas, atau pernafasan
bising/ mendengkur dan kondisi ini harus segera ditangani
(Marni, 2014). Pasien dengan GERD tidak terdapat keluhan
gangguan pernapasan kecuali apabila pasien dengan nyeri
hebat pada lambung yang biasa mengakibatkan sesak.
c) Sistem kardiovaskuler
Lakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi.
Inspeksi seperti mengobservasi dinding dada dari sebuah sudut.
Palpasi adapun tujuannya untuk menentukan lokasi impuls
apikal (apeks). Palpasi kulit untuk mengetahui waktu pengisian
kapiler (CRT) dengan cara tekan kulit sedikit pada sisi tengah,
misalnya dahi, kaki/tangan, kaji waktu yang diperlukan untuk
kembali ke warna kulit aslinya. Auskultasi bunyi jantung,
evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi, dan irama jantung
(Marni, 2014). Pasien dengan GERD tidak ditemukan masalah
pada kardiovaskuler, yang terpenting diberikan informasi
selama proses pasien dalam keadaan hipotensi, hipertensi,
takikardi, takipnea, dan adanya penurunana saturasi oksigen.
asesmen respirasi dan kardiovaskuler dimana pengkajian ini
harus menjadi perhatian, pada pasien dengan nyeri abdomen
bagian atas, dapat dinyatakan adanya pneumonia atau iskemia
jantung
d) Sistem Gastrointestinal
Inspeksi abdomen terhadap kesimetrisan, adanya masa yang
terlihat atau tidak. Perhatikan warna pada abdomen, perhatikan
adanya pembesaran organ seperti hepatomegali dan
spinomegali, perhatikan bising usus. Palpasi adanya nyeri
tekan pada hepar dan ginjal. Perkusi untuk mengetahui ukuran
hepar, adanya asites atau tidak. Pada umumnya perkusi
abdomen adalah timpani. Adanya air akan muncul suara
pekak/redup misalnya pada asites, sedangkan timbunan udara
akan menghasilkan suara hipertimpani, misalnya pada kondisi
kembung (Mulyani, 2013). Pada pasien dengan GERD di
temukan keluhan pada sistem gastrointestinal diantaranya
heartburn dan/ atau regurgitasi yang timbul setelah makan,
nyeri ulu hati, nyeri bagian lambung, perasaan ingin muntah
dan rasa asam dimulut.
e) Sistem Urinarius
Berkemih adalah proses mengeluarkan urine dari dalam vesika
urinaria. Sistem eliminasi urine dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu sistem eliminasi urine atas yang terdiri atas ginjal
dan ureter, serta sistem eliminasi urine bagian bawah yang
terdiri atas vesika urinaria, uretra, dan otot dasar pelvis. Urine
akan dikeluarkan melalui meatus uretra (Debora, 2017). Pasien
dengan GERD tidak ditemukan adanya gangguan pada sistem
urinarius.
f) Sistem Endokrin
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah inspeksi dan palpasi.
Dilihat beberapa pemeriksaan khusus, yaitu pemeriksaan
kelenjar limfe, pemeriksaan deviasi trakea, dan pemeriksaan
kelenjar tiroid (Debora, 2017). Pasien dengan GERD tidak
ditemukan adanya gangguan pada sietem endokrin kecuali
untuk kasus-kasus akut yang memerlukan endoskopi.
g) Sistem Muskuloskeletal
Menurut Marni (2014), Inspeksi kaki dan tangan. Kaji bentuk
tulang adanya kelainan atau tidak, kesimetrisan, ukuran, suhu,
warna, mobilitas dan nyeri tekan. Uji kekuatan tangan dengan
kaki, pada pasien dengan GERD biasanya ditemukan
kelemahan sehingga pasien menjadi lemas.
h) Sistem Integumen
Mengkaji Kaji keadaan kulit, kelembapan, tekstur, turgor,
warna dan fungsi perabaan. Mengkaji keadaan luka pada
pasien post operasi (Manurung, 2018). Pada pasien dengan
GERD mengalami nyeri pada daerah ulu hati dan lambung
(Sinaga, 2019).
i) Sistem Persyarafan
Menurut teori Nurarif & Kusuma (2015), Ada tidaknya
gangguan neurologis seperti kejang, kekakuan otot, tremor,
paralisis, pemeriksaan reflek fisiologis, reflek patologis:
Tes Fungsi Cerebral
(1) Kesadaran
Kualitas : Tingkat kesadaran di bagi menjadi beberapa
golongan yaitu Komposmentis (normal), Somnolen
(kesadaran dapat pulih apabila di rangsang), Sopor
(kesadaran dapat pulih apabila di rangsang namun akan
cepat menurun), Koma ringan (Pasien sama sekali tidak
dapat dibangunkan tetapi reflek kornea, pupil, dsb, masih
baik), Koma (Tidak ada gerakan spontan, meskipun di
beri rangsangan yang kuat). Pada penderita GERD tidak
semuanya akan mengalami penurunan kesadaran.
Penurunan kesadaran dapat terjadi apabila pasien
mengalami GERD berat.
Kuantitas : Mengukur kesadaran pasien dengan cara
menilai respon pasien terhadap rangsang yang diberikan
perawat dengan menggunakan test Glasglow Coma Scale.
Nilai GCS tertinggi adalah 15 dan terendah adalah 3, GCS
9 tidak koma dan <8 adalah koma.
(2) Status Mental
(a) Orientasi
Tes orientasi ada beberapa cara pemeriksaan yaitu :
Reflek patella
(d) Reflek achilles
Tes reflek ini dilakukan yang bertujuan untuk
mengetes apakah achiles pasien normal atau tidak yang
dilakukan di atas tumit kaki. Pada pasien GERD tidak
ditemukan gangguan di bagian reflek achiles.
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) (Doenges et al., 2012)
Nausea berhubungan dengan Gangguan pada esofagus
Definisi : Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambungyangdapat mengakibatkan muntah
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017b)
Tujuan / Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan Tindakan x24 Manajemen Mual
jam di harapkan tingkat nausea 1. Identifikasi faktor penyebab mual 1. Perbedaan gejala perlu untuk
dapat teratasi dengan hasil (prosedur atau pengobatan) mengidentifikasi penyebab
Tingkat Nausea mual. Perilaku dan
Indikato A T perubahan tanda vital
r membantu menentukan
Perasaan derajat / adanya
ingin ketidaknyamanan pasien
muntah khususnya bila pasien
Perasaan menolak adanya mual.
asam 2. Monitor mual 2. Parameter reflux
dimulut menunjukan adanya respon
Keterangan : fisiologis pasien terhadap
1 : Meningkat stress aktivitas dan indicator
2 : Cukup meningkat derajat pengaruh penolakan
3 : Sedang makanan.
4 : Cukup menurun 3. Kurangi atau kendalikan kedaan penyebab 3. Berbagai reaksi fisik ini
5 : Menurun terjadinya mual bersifat spontan dan tidak
dapat dihentikan namun
Indikator A T dapat dikendalikan dengan
Nafsu beberapa intervensi
Makan keperawatan
Keterangan : 4. Berikan Makanan dalam jumlah kecil dan 4. Makan porsi kecil akan
1 : Memburuk menarik mencegah pencernaan
2 : Cukup memburuk terganggu dan tubuh dapat
3 : Sedang berfungsi dengan lebih
4 : Cukup membaik efisien sepanjang hari.
5 : Membaik Ketika makan porsi besar,
kadar gula dalam darah akan
naik, tetapi begitu makanan
dicerna, kadar gula darah
turun, dan mengambil energi
serta suasana hati.
5. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup 5. Istirahat dan tidur juga
membantu pertumbuhan dan
perkembangan tubuh yang
sehat. Tidur yang nyenyak
memicu tubuh melepaskan
hormon yang mendukung
pertumbuhan normal pada
anak-anak dan remaja.
Hormon tersebut juga
membantu memperbaiki sel-
sel dan jaringan, serta
meningkatkan massa otot
pada anak-anak, remaja, dan
orang dewasa.
6. Anjurkan sering mengonsumsi makanan 6. Karbohidrat adalah sumber
tinggi karbohidrat dan rendah lemak energi utama bagi tubuh
untuk menjalankan berbagai
aktivitas. Itu sebabnya,
banyak makanan yang
mengandung karbohidrat
dikategorikan sebagai
pangan pokok.
7. Anjurkan penggunaan teknik non- 7. Teknik non-farmakologis
farmakologis untuk mengatasi mual dapat meringankan nyeri
(seperti biofeedback, hypnosis, relaksasi, yang berlebihan dengan
terapi music, akupuntur) kriteria waktu yangtidak
selalu ditentukan dan dapat
dilakukan dimana saja
8. Kolaborasi pemberian anti mietik 8. Melakukan 7 benar obat
(mis.ondancetron, pantoprazole) sebelum melakukan
Tindakan untuk
meminimalisir terjadinya
kesalahan dalam pemberian
obat anti muntah
Doenges, M., Mary, M., & Alice, G. (2012). RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (3rd
ed.). EGC.
Hidayat, & Musrifah. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar (2nd ed.). Selemba
Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017a). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017b). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st
ed.).
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran keperawatan Indonesia (1st
ed.).