Anda di halaman 1dari 21

BED SIDE TEACHING SUCTION

Oleh
Lidatu Nara Shiela, S.Kep
Akhmad Miftahul Huda, S.Kep
Fakhrun Nisa Fiddaroini, S.Kep
Robby Prihadi Aulia Erlando, S.Kep
Siti Marina Wiastuti, S.Kep
Alisa Miradia Puspitasari, S.Kep
Dewi Amaliyah Wahidah, S.Kep

NIM 122311101048
NIM 122311101061
NIM 122311101064
NIM 122311101066
NIM 122311101072
NIM 122311101074
NIM 142311101155

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

KONSEP TEORI BST


A. Pengertian
Bedside teaching (BST) merupakan metode bimbingan dalam kategori preceptorship
model. Menurut Rolfe-Flett (2001) dan Spencer, (1999) dalam (Cholifah, Rusnoto 2015), BST
adalah suatu model pembelajaran yang terfokus dalam mengajar, tidak mengesampingkan dalam
memperhatikan kenyamanan pasien, dan dinamika kelompok, menghasilkan refleksi, terdapat
kritik yang membangun terhadap tugas atau kegiatan yang masing-masing memiliki spesifik
tujuan dan keterampilan. Metode ini telah diaplikasikan sejak lama dalam pendidikan kebidanan
dan keperawatan dan disiplin ilmu lainnya dalam kesehatan, khususnya diluar negeri. Bahkan
hasil review atas pelaksanaan BST menyatakan bahwa BST dapat mengatasi kekurangan tenaga
perawat, meningkatkan kepuasan perawat serta memperbaiki kualitas pelayanan (Block &
Korow, 2005).
Bedside teaching merupakan salah satu metode pembelajaran klinik yang penting dalam
pendidikan keperawatan. Bedside teaching adalah metode pembelajaran aktif yang dilaksanakan
menggunakan pasien sebagai media pembelajaran langsung di ruangan pasien di rumah sakit.
Bedside teaching dapat diaplikasikan ke dalam berbagai situasi, bedside teaching disampaikan
dalam kehadiran pasien. Pelaksanaan bedside teaching sendiri seharusnya tidak merugikan atau
membahayakan bagi pasien. Beberapa kalangan menyatakan bahwa bedside teaching dapat
mengganggu kenyamanan dan privasi pasien dan keluarganya. Selain itu, juga singkatnya waktu
pasien dirawat dirumah sakit karena pasien dan keluarga meminta untuk pulang dapat
menghambat jalanya bedside teaching. Kurangnya kemampuan skill pengajar juga menjadi salah
satu alasan mengapa bedside teaching ditolak sebagai salah satu metode pembelajaran klinis
(Salam et al, 2011).
B. Keuntungan Bed Side Teaching
Dalam penelitian Williams K ( Tufts Univ, maret 2008) dihasilkan kesimpulan bahwa bedside
teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari keterampilan klinik.
Beberapa keuntungan bedside teaching antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

observasi langsung
menggunakan seluruh pikiran
klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik
kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa
memperagakan fungsi :
a. perawatan

b. keterampilan interaktif
Bedsite teaching tidak hanya bias diterapkan di rumah sakit, keterampilan bedsite teaching juga
dapat diterapkan di beberapa situasi dimana ada pasien.
C. Pelaksanaan Bedside Teaching
Keterampilan bedside teaching dapat kita laksanakan namun sulit mencapai kesempurnaan oleh
karena itu perlu perencanaan yang matang agar berhasil dan efektif.
Persiapan sebelum pelaksanaan bedsite teaching :
1. Persiapan
a.
Tentukan tujuan dari setiap sesi pembelajaran
b.
Baca teori sebelum pelaksanaan
2. Ingatkan mahasiswa akan tujuan pembeljaaran :
a.
Mendemonstrasikan pemeriksaan klinik
b.
Komunikasi dengan pasien
c.
Tingkah laku yang professional
3. Persiapan Pasien
a.
Keadaan umum pasien baik
b.
Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan
4. Lingkungan/Keadaan
a. Pastikan keadaan ruangan nyaman untuk belajar
b. Tarik gorden
c. Tutup pintu
d. Mintalah pasien untuk mematikan televisinya.
D. Pelaksanaan bedside teaching :
1. Membuat peraturan dasar
a. Pastikan setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka
b. Mencakup etika
c. Batasi interupsi jika mungkin
d. Batasi penggunaan istilah kedokteran saat didepan pasien
2. Perkenalan
a. Perkenalkan seluruh anggota tim
b. Jelaskan maksud kunjungan
c. Biarkan pasien menolak dengan sopan
d. Anggota keluarga, diperkenalkan, boleh berada dalam ruangan jika dalam pasien
e.

mengizinkan
Jelaskan pada pasien atau keluaraga bahwa banyak yang akan didiskusikan mungkin

tidak diterapkan langsung pada pasien.


f. Undang partisipasi pasien dan keluarga
g. Posisikan pasien sewajarnya posisi tim disekitar tempat tidur.
3. Anamnesa

a.
b.
c.

Hindari pertanyaan tentang jenis kelamin atau ras


Hindari duduk diatas tempat tidur pasien
Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti hal penting atau untuk

memperjelas
d. Jangan mempermalukan dokter yang merawat pasien
4. Pemeriksaan fisik
a. Minta pelajar untuk memeriksa pasien
b. Izinkan pasien untuk berpartisipasi(mendengarkan bising meraba hepar, dll)
c. Minta tim untuk mendemonstrasikan teknik yang tepat
d. Berikan beberapa waktu agar pelajar dapat menilai hasil pemeriksaan yang baru pertama
kali ditemukan
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Jika mungkin tetap berada disamping tempat tidur
b. Rongent, ECG bila mungkin
c. Izinkan pasien untuk meninjau ulang dan berpartisipasi
6. Diskusi
a. Ingatkan pasien bahwa tidak semua yang didiskusikan akan dilaksanakan, biarkan pasien
tahu kapan itu bias dilaksanakan.
b. Hati-hati memberikan pertanyaan yang tidak bias dijawab kepada mahasiswa yang
merawat pasien
c. Berikan pertanyaan pertama kali pada tim yan paling junior
d. Saya tidak tahu adalah jawaban yang tepat, setelah itu gunakan kesempatan untuk
e.
f.
g.
h.

mencari jawaban
Hindari bicara yang tak perlu
Izinkna pasien untuk bertanya sebelum meninggalkan tempat tidur.
Minta pasien untuk menanggapi bedsite teachingyang telah dilakukan
Ucapkan terima kasih pada pasien

E. Hambatan Bedside Teaching


Dalam pelaksanaan bedside teaching, ada beberapa hambatan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan bedside teaching :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gangguan (mis. Panggilan telpon)


Waktu rawat inap yang singkat
Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak
Tidak ada papan tulis
Tidak bias mengacu pada buku
Pelajar lelah.

Adapun beberapa hambatan dari pasien :


1. Pasien merasa tidak nyaman
2. Menyakiti pasien, terutama pada pasien yang kondisi fisiknya tidak stabil
3. Pasien tidak ada ditempat

4. Pasien salah pengertian dalam diskusi


5. Pasien tidak terbuka
6. Pasien tidak kooperatif atau marah

TINJAUAN TEORI SUCTION


A.TINJAUAN TEORI
1. HISAP LENDIR
a. Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby,
2009).
Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang dilakukan dengan
memasukkan selang catheter suction melalui selang endotracheal (Syafni, 2012).
Dapat disimpulkan hisap lendir merupakan tindakan untuk mempertahankan kepatenan
jalan nafas dengan mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya
sendiri dengan memasukkan catheter suction ke endotracheal tube sehingga
memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat.
b. Indikasi
Menurut Smeltzer et al, (2008), indikasi penghisapan lendir lewat endotrakeal adalah
untuk:
1. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance),
apabila: a.Pasien tidak mampu batuk efektif.
b.Diduga aspirasi
2. Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila ditemukan:

a.Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas tambahan.
b.Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan.
c.Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernafasan.
3. Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium.
4. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi.
5. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.

c. Prosedur
Prosedur hisap lendir ini dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan
standar prosedur yang telah ditetapkan agar pasien terhindar dari komplikasi
dengan selalu menjaga kesterilan dan kebersihan.
Prosedur hisap lendir menurut Kozier & Erb, (2010) adalah:
1. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa perlu, dan
bagaimana pasien dapat menerima dan bekerjasama karena biasanya
tindakan ini menyebabkan batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu
dalam mengeluarkan sekret.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
3. Menjaga privasi pasien.
4. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan.
Jika tidak ada kontraindikasi posisikan pasien semiflower agar pasien dapat
bernapas dalam, paru dapat berkembang dengan baik sehingga mencegah
desaturasi dan dapat mengeluarkan sekret saat batuk.
Jika perlu, berikan analgesia sebelum penghisapan, karena penghisapan
akan merangsang refleks batuk, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit
terutama pada pasien yang telah menjalani operasi toraks atau perut atau
yang memiliki pengalaman traumatis sehingga dapat meningkatkan
kenyamanan pasien selama prosedur penghisapan
5. Siapkan peralatan
a. Pasang alat resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen 100 %.
b. Catheter suction steril sesuai ukuran
c. Pasang pengalas bila perlu.
d. Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar 100-120 mm hg
untuk orang dewasa, dan 50-95 untuk bayi dan anak
e. Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun bila perlu.
f. Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan sarung tangan
tidak steril di tangan nondominan untuk melindungi perawat
g. Pegang suction catether di tangan dominan, pasang catether ke pipa
penghisap.

6. Suction catether.
a. Menggunakan tangan dominan, basahi ujung catether dengan larutan
garam steril.
b. Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan, tutup suction
catheter untuk menghisap sejumlah kecil larutan steril melalui catether.
Hal ini untuk mengecek bahwa peralatan hisap bekerja dengan benar dan
sekaligus melumasi lumen catether untuk memudahkan penghisapan dan
mengurangi trauma jaringan selama penghisapan, selain itu juga
membantu mencegah sekret menempel ke bagian dalam suction catether
7. Jika klien memiliki sekret yang berlebihan, lakukan pemompaan dengan
ambubag sebelum penyedotan.
a. Panggil asisten untuk prosedur ini
b. Menggunakan tangan nondominan, nyalakan oksigen ke 12-15 l / min
c. Jika pasien terpasang trakeostomi atau ett, sambungkan ambubag ke
tracheascanul atau ett
d. Pompa dengan Ambubag 3 - 5 kali, sebagai inhalasi, hal ini sebaiknya
dilakukan oleh orang kedua yang bisa menggunakan kedua tangan untuk
memompa, dengan
demikian volume udara yang masuk lebih maksimal.
f. Amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan ventilasi pasien.
g. Bereskan alat dan cuci tangan.
d. Komplikasi
Dalam melakukan tindakan hisap lendir perawat harus memperhatikan
komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain yaitu (Kozier & Erb,
2010):
a. Hipoksemia
b. Trauma jalan nafas
c. Infeksi nosokomial
d. Respiratory arrest
e. Bronkospasme
f. Perdarahan pulmonal
g. Disritmia jantung

h. Hipertensi/hipotensi
i. Nyeri
j. Kecemasan.

PSIK
Universitas Jember
1.

PENGERTIAN

2.

TUJUAN

3.

INDIKASI

4.
5.

KONTRAINDIKASI
PERSIAPAN PASIEN

6.

PERSIAPAN ALAT

7.

PERSIAPAN

STANDARD OPERATIONAL
PROCEDURE (SOP)
SUCTION
Suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran
nafas dengan menggunakan suction kateter yang
dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut ke
dalam faring atau trakea.
a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
b. Membebaskan jalan nafas dari sekret/ lendir yang
menumpuk
c. Mendapatkan sampel/ sekret untuk tujuan diagnosa
Indikasi:
a. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak
mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan
atau menelan
b.Ada atau tidaknya sekret yang menyumbat jalan
nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara
krekels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan
laju pernapasan meningkat, ditemukannyamukus
pada alat bantu nafas
c. Klien yang kurang responsive atau koma yang
memerlukan pembuangan sekret
a. Pastikan identitas klien
b. Kaji kondisi klien
c. Jaga privacy klien
d. Jelaskan maksud dan tujuan
1. Regulator vakum set
2. Kateter penghisap steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Handscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut/ handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p
a. Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan

PERAWAT
b.
c.
d.

8.

CARA KERJA

e.
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.

keperawatan
Rumuskan diagnosa terkait
Buat perencanaan tindakan (intervensi)
Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain
membantu jika perlu
Cuci tangan dan siapkan alat
Berikan
salam,
perkenalkan
nama
dan
tanggungjawab perawat
Panggil klien dengan nama kesukaan klien
Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya tindakan
pada klien
Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya
Berikan petunjuk alternatif komunikasi jika klien
merasa tidak nyaman dengan prosedur yang
dilakukan
Jaga privacy klien
Dekatkan peralatan di samping tempat tidur klien
Cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan
tangan dengan handuk
Pakai sarung tangan

I. Suction Orofaringeal
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi
tidak mampu mengeluarkan sekresi dengan
mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur
digunakan setelah klien batuk
a. Siapkan peralatan di samping tempat tidur klien
b. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
c. Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan
umum klien)
d. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu
klien
e. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat
f. Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah
steril
g. Ambungkan kateter penghisap steril regulator
vakum
h. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung
klien
i. Basahi ujung kateter dengan larutan steril

j. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien


dan arahkan ke orofaring dengan perlahan
k. Sumbat port penghisap dengan ibu jari.
Dengan perlahan rotasi kateter saat menariknya,
tidak boleh lebih dari 15 detik
l. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien
tidak mengalami distress pernapasan, istirahat
20-30 detik sebelum memasukkan ulang kateter
m. Bila diperlukan penghisapan ulang
n. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan
batuk efektif diantara penghisapan
o. Hisap sekret pada mulut atau bawah lidah
setelah penghisapan orofaringeal
p. Buang kateter penghisapan bersamaan dengan
pelepasan handscoon
q. Cuci tangan
II. Suction ETT
a. Kaji adanya tanda dan gejala yang
mengindikasikan gejala adanya sekresi jalan
nafas bagian atas
b. Jelaskan pada klien prosedur yang dilakukan
c. Persiapan alat dan bahan
d. Tutup pintu atau tarik gorden
e. Berikan pasien posisi yang benar
f. Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah
dagu klien
g. Pilih tipe tekanan pengisapan yang tepat untuk
klien misalnya tekanan 110-150 mmHg untuk
dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan
50-95 untuk bayi.
h. cuci tangan
untuk pengisapan dengan kateter yankauer
a. kenakan sarung tangan bersih
b. hubungkan satu ujung selang penghubung
dengan mesin pengisap dan ujung lain dengan
kateter pengisap yankauer. Isi mangkuk dengan
air
c. periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik

dengan mengisap sejumlah air dari mangkuk


d. pindahkan masker oksigen jika terpasang
e. masukkan kateter ke dalam mulut sepanjang
garis gusi ke faring. Gerakkan kateter
mengelilingi lubang mulut sampai sekresi
terangkat.
f. Dorong klien untuk batuk. Angkat masker
oksigen
g. Bersihkan kateter dengan air di dalam mangkuk
atau waskom sampai selang penghubung bersih
dari sekresi. Matikan pengisap.
h. Kaji kembali status pernafasan klien
i. Angkat handuk, letakkan di kantong kotor untuk
dicuci. Lepaskan sarung tangan dan buang di
wadah
j. Reposisikan klien, posisi sims mendorong
drainase dan harus digunakan jika klien
mengalami penurunan tingkat keadaran.
k. Buang air yang tersisa kedalam wadah yang
tersedia
l. Tempatkan selang penghubung di daerah kering
dan bersih
m. Cuci tangan
III. Suction Tracheostomy
a. Nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator
vakum pada tekanan negative yang sesuai
b. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen tambahan
sampai 100% atau sesuai program dokter
c. Gunakan peralatan pengisap dengan membuka
bungkusan dengan tetap menjaga kestrerilan
pengisap tersebut.
d. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan kateter
steril yang terbuka tanpa menyentuh
bungkusannya.
e. Kenakan masker dan pelindung mata
f. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan
atau kenakan sarung tangan bersih pada tangan
tidak dominan dan sarung tangan steril pada
tangan dominan.
g. Angkat kateter pengisap dengan tangan
dominan tanpa menyentuh permukaan yang

h.

i.
j.

k.

l.

tidak steril. Angkat selang penghubung dengan


tangan tidak dominan. Masukkan kateter
kedalam selang.
Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik
dengan mengisap sejumlah normal saline dari
waskom.
Lumasi 6-8cm kateter distal dengan pelumas
larut air
Angkat peralatan pemberian oksigen, jika
terpasang dengan tangan tidak dominan. Tanpa
melakukan pengisapan, dengan perlahan tetapi
cepat insersikan kateter dengan ibu jari dan jari
telunjuk dominan kedalam hidung dengan
gerakan sedikit miring ke arah bawah atau
melalui mulut saat pasien menghirupnafas.
Lakukan pengisapan, secara intermiten sampai
selama 10 detik dengan meletakkan dan
mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang
ventilasi kateter sambil memutarnya kedalam
dan keluar diantara ibu jari dan jari telunjuk
dominan.
Bilas kateter dengan selang penghubung dengan
normal saline sampai bersih

Fase terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
2. Rencana tindak lanjut.
3. Kontrak yang akan datang
m. bersihkan alat
n. cuci tangan
8.

9.

EVALUASI
1. Evaluasi respon pasien
2. Berikan reinforcement posititf
3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
Dokumentasi
1. Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan pada
catatan keperawatan
2. Catat respon pasien dan hasil pemeriksaan
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik/Materi
: Suction
Sasaran
: Pasien di ruang post operasi IBS RS dr. Soebandi Jember
Waktu
: 08.00-08.20 WIB
Hari/Tanggal
: Oktober 2016
Tempat
: IBS RS dr. Soebandi Jember

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, sasaran akan dapat mengerti dan
memahami tentang Suction sebagai cara untuk mempertahankan jalan nafas
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama 1x20 menit
sasaran akan mampu:
a. mengetahui pengertian suction;
b. mengetahui indikasi suction
c. mengetahui komplikasi suction;
d. mengetahui prosedur tindakan suction.
3. Pokok Bahasan
Suction
4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian suction;
b. Indikasi suction
c. Komplikasi suction;
d. Prosedur tindakan suction.
5. Waktu
1 x 20 menit
6. Bahan/Alat yang digunakan
Alat suction
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model pembelajaran
: Pertemuan kelompok
b. Landasan teori
: Konstruktivisme
c. Landasan pokok
:
1. Menciptakan suasana ruangan yang baik
2. Mengajukan masalah
3. Membuat keputusan nilai personal
4. Mengidentifikasi pilihan tindakan
5. Memberi komentar
6. Menetapkan tindak lanjut

8. Persiapan
Mahasiswa mempersiapkan alat dan juga bahan yang akan digunakan dalam
melakukan pendidikan kesehatan dan juga mempersiapkan pasien yang akan
di berikan penyuluhan.
9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Proses
Pendahuluan

Tindakan
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
1. Salam pembuka
Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan

Waktu
2 menit

Penyajian

umum dan tujuan


khusus
1. Menjelaskan tentang
pengertian pengertian

suction

Penutup

a. Memberi
kesempatan pada
pasien untuk
bertanya tentang
materi yang baru
dijelaskan.
b. Memberikan
jawaban atas
pertanyaan yang
telah diberikan
2. Menjelaskan tentang
indikasi suction
a. Memberi
kesempatan pada
pasien untuk
bertanya tentang
materi yang baru
dijelaskan.
b. Memberikan
jawaban atas
pertanyaan yang
telah diberikan
3. Menjelaskan tentang
komplikasi suction
a. Memberi
kesempatan pada
pasien untuk
bertanya tentang
materi yang baru
dijelaskan.
b. Memberikan
jawaban atas
pertanyaan yang
telah diberikan
4. Mendemonstrasikan
prosedur tindakan
suction kepada pasien
1. Menyimpulkan materi
yang telah diberikan
2. Mengevaluasi hasil
pendidikan kesehatan
3. Memberikan leaflet
tentang pestisida

penyebab parkinson
4. Salam penutup

Memperhatikan,
menanggapi dengan
pertanyaan

15 menit

Memperhatikan dan
menanggapi

3 menit

10. Evaluasi
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat
a. Apa pengertian suction?
b. Apa indikasi suction?
c. Apa komplikasi suction?
d. Bagaimana prosedur tindakan suction?

Materi Penyuluhan
B. Pengertian

Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan


nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat
dengan

cara

mengeluarkan

sekret

pada

klien

yang

tidak

mampu

mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009). Tindakan suction merupakan suatu


prosedur penghisapan lendir, yang dilakukan dengan memasukkan selang

catheter suction melalui selang endotracheal (Syafni, 2012). Dapat disimpulkan


hisap lendir merupakan tindakan untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas
dengan mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya
sendiri dengan memasukkan catheter suction ke endotracheal tube sehingga
memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat.
C. Indikasi
Menurut Smeltzer et al, (2002), indikasi penghisapan lendir lewat endotrakeal
adalah untuk:
1. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance), apabila:
b) pasien tidak mampu batuk efektif.
c) diduga aspirasi
2. Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila ditemukan:
a) pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas
tambahan.
b) diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan.
c) apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem
pernafasan.
3. Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium.
4. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi.
5. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.
D. Prosedur

Prosedur hisap lender ini dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan


standar prosedur yang telah ditetapkan agar pasien terhindar dari komplikasi
dengan selalu menjaga kesterilan dan kebersihan. Prosedur hisap lender
menurut Kozier & Erb, (2004) adalah:
1. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa perlu, dan
bagaimana pasien dapat menerima dan bekerjasama karena biasanya
tindakan ini menyebabkan batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu
dalam mengeluarkan sekret.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
3. Menjaga privasi pasien.
4. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan. Jika tidak ada kontraindikasi posisikan
pasien semiflower agar pasien dapat bernapas dalam, paru dapat
berkembang dengan baik sehingga mencegah desaturasi dan dapat
mengeluarkan sekret saat batuk. Jika perlu, berikan analgesia sebelum
penghisapan, karena penghisapan akan merangsang refleks batuk, hal ini

dapat menyebabkan rasa sakit terutama pada pasien yang telah menjalani
operasi toraks atau perut atau yang memiliki pengalaman traumatis sehingga
dapat meningkatkan kenyamanan pasien selama prosedur penghisapan
5. Siapkan peralatan
a) Pasang alat resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen 100 %.
b) Catheter suction steril sesuai ukuran
c) Pasang pengalas bila perlu.
d) Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar 100-120 mm hg
untuk orang dewasa, dan 50-95 untuk bayi dan anak
e) Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun bila perlu.
f) Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan sarung tangan
tidak steril di tangan nondominan untuk melindungi perawat
g) Pegang suction catether di tangan dominan, pasang catether ke pipa
penghisap.
6. Suction catether.
a) Menggunakan tangan dominan, basahi ujung catether dengan larutan
garam steril.
b) Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan, tutup suction
catheter untuk menghisap sejumlah kecil larutan steril melalui
catether.Hal ini untuk mengecek bahwa peralatan hisap bekerja dengan
benar dan sekaligus melumasi lumen catether untuk memudahkan
penghisapan dan mengurangi trauma jaringan selama penghisapan,
selain itu juga membantu mencegah sekret menempel ke bagian dalam
suction catether
7. Jika klien memiliki sekret yang berlebihan, lakukan pemompaan
dengan ambubag sebelum penyedotan.
b) Panggil asisten untuk prosedur ini
c) Menggunakan tangan nondominan, nyalakan oksigen ke 12-15 l /
min
d) Jika pasien terpasang trakeostomi atau ett, sambungkan ambubag
ke tracheascanul atau ett
e) Pompa dengan Ambubag 3 - 5 kali, sebagai inhalasi, hal ini
sebaiknya dilakukan oleh orang kedua yang bisa menggunakan
kedua tangan untuk memompa, dengan demikian volume udara
f)

yang masuk lebih maksimal.


Amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan ventilasi pasien.

g) Bereskan alat dan cuci tangan.


E. Komplikasi

Dalam melakukan tindakan hisap lender perawat harus memperhatikan


komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain yaitu (Kozier & Erb,
2002):
a) Hipoksemia
b) Trauma jalan nafas
c) Infeksi nosokomial
d) Respiratory arrest
e) Bronkospasme
f) Perdarahan pulmonal
g) Disritmia jantung
h) Hipertensi/hipotensi
i) Nyeri
j) Kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai