DEFINISI
Tidak ada yang absolut mengenai metode yang digunakan dan sistem yang harus
dicakupdalam suatu pemeriksaan fisik. Penentuan pilihan dipengaruhi oleh usia
pasien, gejala, data fisikdan laboratorium lainnya, serta tujuan pemeriksaan itu
sendiri (misalnya, penapisan/screeningfisik umum, pemeriksaan fisik spesifik, atau
analisis gejala-gejala). Kunjungan berikutnya atautindak lanjut merupakan
kunjungan yang terjadwal untuk mengkaji progresi atau kesembuhandari suatu
masalah atau abnormalitas tertentu). 1
2.1 KESADARAN
Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien
yang wajar terhadap stimulus visual, auditor maupun taktil.Seorang yang sadar
dapat tertidur, tapi segera terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat kesadaran
dapat diperiksa dengan memberikan rangsang nyeri. 2,3
Tingkat Kesadaran
Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur
bangun yang terganggu.Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan
meronta-ronta.
Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang
masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan
tertidur kembali.
Sopor (stupor), yaitu keadaaan mengantuk yang dalam.Pasien masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien
tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respon terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi
refleks (kornea, pupil) masih baik. Respon terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.
Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan
dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri. 2,3
Jenis pernafasan:
Torakal, misalnya pada pasien sakit tumor abdomen, peritonitis umum.
Abdominal, misalnya pasien PPOK lanjut.
Kombinasi (paling banyak). Pada perempuan sehat umumnya pernapasan
torakal lebih dominan dan disebut torako-abdominal. Sedangkan pada laki-
laki sehat pernapasan abdominal lebih dominan dan disebut abdomino-
torakal. Keadaan ini disebabkan bentuk anatomi dada dan perut perempuan
berbeda dari laki-laki. Perhatikan juga apakah terdapat pemakaian otot-otot
bantu pernapasan misalnya pada pasien tuberkulosis paru lanjut atau PPOK.
Disamping itu adakah terlihat bagian dada yang tertinggal dalam
permapasan, dan bila ada keadaan ini menunjukkan adanya gangguan pada
daerah tersebut.
Jenis pernapasan lain yaitu pursed lips breathing (pernapasan seperti
menghembus sesuatu melalui mulut, didapatkan pada pasien PPOK) dan
pernapasan cuping hidung, misalnya pada pasien pneumonia.
Pola pernapasan:
Pernapasan normal: irama pernapasan yang berlangsung secara teratur
ditandai dengan adanya fase-fase inspirasi dan ekspirasi yang silih berganti.
Takipnea: napas cepat dan dangkal.
Hiperpnea/hiperventilasi: napas cepat dan dalam.
Bradipnea: napas yang lambat.
Pernapasan Cheyne Stokes: irama pernapasan yang ditandai dengan
adanya periode apnea (berhantinya gerakan pernapasan) kemudian disusul
periode hiperpnea (pernapasan mula-mula kecil amplitudonya kemudian
cepat membesar dan kemudian mengecil lagi). Siklus ini terjadi berulang-
ulang. Terdapat pada pasien dengan kerusakan otak, hipoksia kronik. Hal ini
Batas Paru-Hati
Untuk menentukan batas paru hati dilakukan perkusi sepanjang garis midklavikula
kanan sampai didapatkan adanya perubahan bunyi dari sonor menjadi
redup.Perubahan ini menunjukkan batas antara paru dan hati.Tentukan batas
tersebut dengan menghitung mulai dari sela iga ke 2 kanan, dan umumnya
didapatkan setinggi sela iga ke 6.Setelah batas paru hati diketahui, selanjutnya
dilakukan tes peranjakan antara inspirasi dan ekspirasi. Pertama-tama pasien
dijelaskan mengenai apa yang akan dilakukan, kemudian letakkan 2 jari tangan kiri
tepat di bawah batas tersebut. Pasien diminta untuk menarik napas dalam dan
kemudian ditahan, sementara itu dilakukan perkusi pada 2 jari tersebut. Dalam
keadaan normal akan terjadi perubahan bunyi yaitu dari yang tadinya redup
kemudian sonor kembali. Dalam keadaan normal didapatkan peranjakan sebesar 2
jari.
Auskultasi.
Auskultasi merupakan pemeriksaan yang paling penting dalam menilai aliran udara
melalui system trakeobronkial.Pemeriksaan auskultasi ini meliputi pemeriksaan
suara napas pokok, pemeriksaan suara napas tambahan, dan jika didapatkan
adanya kelainan dilakukan pemeriksaan untuk mendengarkan suara ucapan atau
bisikan pasien yang dihantarkan melalui dinding dada.Pola suara napas diuraikan
berdasarkan intensitas, frekuensi serta lamanya fase inspirasi dan ekspirasi.
DADA POSTERIOR4
Teknik Pemeriksaan Kemungkinan Temuan
Inspeksi dada untuk mengetahui
Deformitas atau asimetris Kifoskoliosis
Retraksi inspirasi abnormal dan Retraksi pada obstruksi jalan napas
interkostal
Gangguan atau kelambanan gerakan Penyakit yang penyebab dasarnya di
pernapasan unilateral paru atau pleura, paralisis nervus
frenikus
Palpasi dada untuk mengtahui
Area nyeri tekan Fraktur iga
Abnormalitas yang terlihat Massa, saluran sinus
Ekspansi dada Gangguan, kedua sisi pada PPOM dan
penyakit paru restriktif
Fremitus taktil ketika pasien Peningkatan atau penurunan local atau
mengatakan “aa” atau “uu” umum
Perkusi dada pada area yang Bunyi pekak terjadi bila cairan atau
digambarkan, dengan membandingkan jaringan padat menggantikan bagian
Titik-titik Patokan:
Angulus Ludovici adalah perbatasan antara manubrium sterni dan korpus sterni,
yang bila diraba terasa menonjol. Titik ini merupakan perlengketan antara tulang
iga II dengan sternum. Titik ini dipakai juga sebagai patokan dalam mengukur
tekanan vena jugularis eksterna.
Inspeksi
Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus diamati,
missal tampak capai, kelelahan akibat cardiac output rendah, frekuensi napas
meningkat, sesak yang menunjukkan adanya bendungan paru atau edema paru.
Sianosis sentral dengan clubbing finger dan kaki berkaitan dengan adanya aliran
shunt kanan ke kiri. Begitu juga dengan ada tidaknya edem.
Khusus inspeksi pada organ jantung adalah dengan melihat pulsasi di area apeks,
trikuspidal, pulmonal, aorta.6
Palpasi
Dengan mempergunakan ujung-ujung jari atau telapak tangan, tergnatung rasa
sensitivitasnya, meraba area-area apeks, trikuspidal, septal, pulmonal, dan aorta.
Yang diperiksa adalah:
Pulsasi.
Perkusi
Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas jantung, pinggang jantung dan
contour jantung.
Pinggang Jantung
Ditentukan lebih dulu garis parasternal kiri.Kemudian dilakukan perkusi kearah
kaudal mulai dari titik teratas garis tersebut, dengan posisi jari tengah sejajar
iga.Yang dicari adalah perubahan bunyi sonor-redup.Batas ini normal terletak pada
sela iga III kiri.
Auskultasi:
Lokasi titik pemeriksaan auskultasi adalah:
Apeks untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
Sela iga IV-V sterna kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan bunyi
jantung yang berasal dari katup trikuspidal
Sela iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang berasal dari septal bila
ada kelainan yaitu ASD atau VSD.
Sela iga II kiri untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup
pulmonal.
Bunyi jantung (BJ) normal terdiri atas bunyi jantung I dan II.Di area apeks dan
trikuspidal BJ I lebih keras daripada BJ II.Sedangkan di area basal yaitu pulmonal
dan aorta, BJ I lebih lemah daripada BJ II.BJ I merupakan suara yang dihasilkan
dari penutupan katup-katup mitral dan trikuspidal, sedangkan BJ II adalah karena
menutupnya katup-katup aorta dan pulmonal.Untuk menentukan yang mana BJ I
adalah dengan meraba arteri radialis atau arteri karotis atau iktus kordis, dimana BJ
I sinkron dengan denyut nadi arteri-arteri tersebut atau dengan denyut iktus kordis.
Fase antara BJ I dan BJ II disebut fase sistolik, sedangkan fase antara BJ II dan BJ
I disebut fase diastolik.Fase sistolik lebih pendek daripada fase diastolik.
Irama Jantung
Normal adalah regular, dengan denyut jantung berkisar antara 60-100 per menit.
Irregular: terdengar ekstra sistol, yaitu irama dasarnya regular tetap diselingi
oleh denyut jantung ekstra. Irama dasarnya memang sudah tidak teratur, yaitu
pada kelainan aritmia fibrilasi atrial.
Irama gallop (derap kuda). Irama jantungnya cepat dan bunyi-bunyi jantungnya
terdiri atas 3 atau 4 komponen, yaitu terdiri dari BJ I – BJ II dan BJ III atau terdiri
atas BJ IV – BJ I – BJ II atau keduanya yaitu BJ IV – BJ I – BJ II – BJ III.
Biasanya dapat didengar di apeks dan terdapat pada kasus gagal jantung. 4,6
Bising Jantung
Pada tiap kali melakukan auskultasi pada titik-titik area harus diperhatikan apakah
ada bising jantung. Bila ada bising, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Terletak di fase manakah bising tersebut, yaitu dengan menentukan terlebih
dahulu yang mana BJ I dan setelah itu ditentukan letak bising tersebut.
Bagaimana kualitas bising tersebut, yaitu apakah: Kasar seperti ada gesekan
yang sering disebut rumble dan biasanya didapat pada kasus stenosis mitral
sebagai bisisng diastolik. Sekaligus ditentukan posisi bising diastolik tersebut,
apakah: early-, mid diastolik atau pra sistolik. Dicari juga bunyi jantung
tambahan opening snap dan biasanya BJ I mengeras. Kelainan ini didapat pada
stenosis mitral. Halus seperti angin bertiup dan biasanya mengisi fase sistolik.
Tentukan posisi letak bising, yaitu early-, late sistolik ataupun pan (holo) sistolik.
Pan sistolik bising sering didapat pada kelainan insufisiensi mitral, disini juga BJ
I melemah dan cari juga apakah ada BJ III. Type ejection yaitu bising dengan
nada keras, karena dipompakan melalui celah yang sempit. Didapat pada kasus
PEDOMAN PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK Page 19
stenosis aorta. Continous murmur yaitu bising yang terdengar terus menerus di
fase sistolik dan fase diastolik, didapatkan pada kasus PDA (Patent Ductus
Arterious).
Punctum maksimum bising jantung harus ditentukan, missal pada apeks,
trikuspidal, ataupun lainya. Bila pada apeks kurang keras, missal karena
obesitas, pasien dapat dimiringkan ke kiri, sehingga bising jantung dapat
terdengar lebih jelas. Untuk trikuspidal, supaya lebih jelas, pasien disuruh
bernapas dalam (inspirasi) kemudian tahan. Bising jantung akan terdengar lebih
keras pada inspirasi dan pada ekspirasi bising akan melemah. Untuk mendengar
bising di katup aorta dan pulmonal, pasien disuruh duduk dengan stetoskop
tetap di lokasi.
Penjalaran harus diperhatikan. Misal pada kasus insufisiensi mitral akan terjadi
penjalaran ke lateral dan aksila. Sedangkan pada kasus Mitral valve prolapse
(MVP) tidak terjadi penjalaran bising. Pada kasus dengan kelainan katup aorta
akan menjalar ke arteri carotis, sehingga perlu dilakukan auskultasi pada karotis.
Derajat intensitas bising terdapat 6 tingkat, yaitu:
Derajat 1 terdengar samar-samar.
Derajat 2 terdengar halus.
Derajat 3 terdengar jelas dan agak keras.
Derajat 4 terdengar keras. Dapat juga dengan cara telapak tangan pemeriksa
diletakkan missal di apeks kemudian dapat didengar dengan stetoskop yang
diletakkan pada punggung telapak tangan tersebut.
Derajat 5 terdengar sangat keras. Dpat dilakukan dengan cara telapak
tangan pemeriksa diletakkan di apeks, kemudian stetoskop diletakkan di
lengan bagian bawah dan bising jantung masih terdengar.
Derajat 6 sudah terdengar meskipun stetoskop tidak diletakkan di dinding
dada.4,6
Khusus untuk bising sistolik perlu diperhatikan bahwa tidak semuanya akibat dari
kelainan organik katup jantung.Ada kemungkinan karena over volume misal pada
anemia berat, perempuan hamil.Biasanya bising sistolik ini halus dan terdengar
pada semua ostia. Pembesaran ventrikel, biasanya pada ventrikel kanan terjadi
dilatasi sekunder karena stenosis mitral, terjadi pelebaran annulus trikuspidal
Teknik-teknik Pemeriksaan4
Vena Jugularis
Identifikasi pulsasi vena jugularis dan
titik tertingginya di leher. Kepala tempat
tidur harus mulai ditinggikan dengan
sudut 300, sesuaikan sudut tempat tidur
dengan kebutuhan.
Pelajari gelombang denyut vena. Tidak adanya gelombang a pada
Perhatikan adanya gelombang a pada fibrilasi atrium; gelombang v menonjol
kontraksi atrium dan gelombang v pada pada regurgitasi trikuspidal.
pengisian vena.
Ukur tekanan vena jugularisjarak Peninggian JVP pada gagal jantung
vertical antara titik tertinggi dan sudut kanan, penurunan JVP pada
sternal, normalnya kurang dari 3-4 cm. hipovolemia karena dehidrasi atau
perdarahan gastrointestinal.
Inspeksi dan Palpasi dada interior untuk adanya susah mengembangkan dada,
henti gerakan, atau thrill.4
Auskultasi
Bunyi Jantung4
Temuan Kemungkinan Penyebab
Peningkatan bunyi S1 Takikardia, keadaaan curah jantung yang
tinggi; stenosis mitral
Penurunan bunyi S1 Blok jantung derajat satu, penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri; katup mitral imobil,
seperti pada regurgitasi mitral
Klik sistolik Prolaps katup mitral
Peningkatan bunyi S2 pada antar Hipertensi sistemik, dilatasi radiks aortic
iga ke-2 kanan
Bunyi S2 menurun atau tidak Katup mitral imobil, seperti pada stenosis
terdengar pada antar iga ke-2 aortic kalsifik
kanan
Peningkatan P1 Hipertensi pulmonal, arteri pulmonal dilatasi,
defek septum atrium
Peningkatan P2 menurun atau Proses penuaan, stenosis pulmonal
tidak terdengar
Opening snap Stenosis mitral
Bunyi S3 Fisiologis (biasanya pada anak-anak dan
dewasa muda); gagal miokardial patologis,
beban volume ventrikel, seperti pada
regurgitasi mitral
Bunyi S4 Pengondisian fisik yang sangat baik (atlet
yang terlatih); tahanan terhadap pengisian
ventrikel karena menurunnya komplian paru,
seperti pada penyakit jantung hipertensif atau
hipertrofi ventrikel kiri
Pulsus Alternans4
Raba nadi untuk adanya perubahan Perubahan amplitude nadi atau bunyi
amplitude. Turunkan manset tekanan Korotkoff ganda yang tiba-tiba
darah perlahan sampai ke tingkat sistolik menandakan pulsus alternansyakni
sambil mendengarkan dengan stetoskop suatu tanda gagal ventrikel kiri.
si atas arteri brakialis.
Denyut Paradoksikal4
Kurangi tekanan manset tekanan darah Nilai yang menurun tajam, yang lebih
secara perlahan dan perhatikan dua besar 10 mmHg selama inspirasi,
tingkat tekanan: merupakan tanda denytu paradoksikal.
(1) di mana bunyi Korotkoff tedengar Pertimbangkan adanya penyakit paru
pertama kali, dan (2) kapan bunyi obstruktif, tamponade pericardial, atau
tersebut terdengar menetap pertama kali perikarditis konstriktif.
sepanjang siklus pernapasan.
Perbedaan tingkat ini normalnya tidak
lebih dari 3-4 mmHg.
2.5 PEMERIKSAAN ABDOMEN
Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kepala rata atau
dengan satu bantal, dengan kedua tangan di sisi kanan-kirinya.Sebaiknya kandung
Pemeriksaan Inspeksi
Pemeriksaan ini yaitu melihat perut baik bagian depan ataupun belakang
(pinggang). Pada pemeriksaan tahap awal ini diperhatikan secara inspeksi kelainan-
kelainan yang terlihat pada perut seperti jaringan parut karena pembedahan,
asimetri perut yang menunjukkan adanya masa tumor, striae, vena yang
berdilatasi.Cari kaput medusa (aliran berjalan keluar dari umbilikus) atau obstruksi
vena kava inferior, peristalsis usus, distensi dan hernia.
Pada keadaan normal terlentang, dinding perut terlihat simetris.Bial ada tumor atau
abses atau pelebaran setempat lumen usus membuat perut terlihat tidak
simteris.Bila terlihat gerakan peristaltik usus maka dapat dipastikan adanya
hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat obstruksi lumen usus. Obstruksi lumen
usus ini dapat disebabkan macam-macam kelainan antara lain tumor, perlengketan,
strangulasi dan skibala.
Pada keadaan patologis, perut membuncit disebabkan oleh ileus paralitik, ileus
obstruktif, meteorismus, asites, kistoma ovarii, dan kehamilan.
Pada kulit perut perlu diperhatikan adanya sikatriks akibat ulserasi pada kulit atau
akibat operasi atau luka tusuk. Adanya garis-garis putih sering disebut striae alba
yang dapat terjadi setelah kehamilan atau pada pasien yang mulanya gemuk atau
bekas asites. Striae kemerahan dapat terlihat padan sindrom Cushing.Pulsasi arteri
pada dinding perut terlihat pada pasien aneurisma aorta atau kadang-kadang pada
pasien yang kurus, dan dapat terlihat pulsasi pada epigastrium pada pasien
insufisiensi katup trikuspidalis.
Kulit perut menjadi kuning pada berbagai macam ikterus.Adakala ditemukan garis-
garis bekas garukan yang menandakan pruritus karena ikterus atau diabetes
mellitus.
Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal.Pelebaran di sekitar umbilicus disebut
kaput medusa yang terdapat pada sindrom Banti. Pelebaran vena akibat obstruksi
vena kava inferior terlihat sebagai pelebaran vena dari daerah inguinal ke umbilicus,
sedang akibat obstruksi vena kava superior aliran vena ke distal. 7
Pemeriksaan Auskultasi
Pemeriksaan ini untuk memeriksa:
Suara/bunyi usus: frekuensi dan pitch meningkat pada obstruksi, menghilang
pada ileus paralitik
Succession splash – untuk mendeteksi obstruksi pada tingkat lambung
Bruit arterial
Venous hum pada kaput medusa
Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus kadang-kadang dapat didengar
walaupun tanpa menggunakan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam
keadaan lapar.Dalam keadaan normal bising usus terdengar lebih kurang 3 kali
permenit. Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltik usus ini akan meningkat.
Peningkatan suara usus ini disebut borborigmi.Pada ileus onstruksi kadang
terdengar suara peristaltik dengan nada yang tinggi dan suara logam (metallic
sound).
Suara murmur sistolik dan diastolik mungkin dapat didengar pada auskultasi
abdomen. Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada
pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena (venous hum) yang kadang-kadang
disertai dengan terabanya getaran (thrill), dapat didengar diantara umbilikus dan
epigastrium. Pada keadaan fistula arteriovenosa intraabdominal kadang-kadang
dapat didengar suara murmur.7
Pemeriksaan Ginjal
Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga pemeriksaan harus dengan
cara bimanual.Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan
kanan pada dinding abdomen di ventralnya. Pembesaran ginjal (akibat tumor atau
hidronefrosis) akan teraba di antara kedua tangan tersebut, dan bila salah satu
tangan digerakkan akan teraba benturannya di tangan lain. Fenomena ini
dinamakan ballottement positif. Pada keadaan normal ballottement negatif.7
Sistem Motorik
Peringkat Kekuatan Otot3,4
Tingkat Deskripsi
0 Tidak terdapat kontraksi muscular yang terlihat
1 Sedikit jejak kontraksi dapat terdeteksi
2 Gerakan aktif dengan penghilangan gravitasi
3 Gerakan aktif terhadap gravitasi
4 Gerakan aktif terhadap gravitasi dan beberapa tahanan
5 Gerakan aktif terhadap tahanan penuh