Anda di halaman 1dari 74

PEMERIKSAAN FISIK

NEUROLOGIS
Disusun oleh :
ARDHANA RESWARI (17-024)

PASKALIS ALFRED LINGGGI (17-242)

GEA ANUGRAH ADINDA (17-356)

GLENN APRILIAN PODDALAH (19-064)

Pembimbing:

dr. Sudin Sitanggang, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


PERIODE 30 SEPTEMBER – 02 NOVEMBER 2019
RS PGI CIKINI
JAKARTA
PERLENGKAPAN NEUROLOGI
LINGKUP PEMERIKSAAN

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
I. Pemeriksaan umum ( vital sign, paru, jantung,
abdomen, ekstremitas)
II. Pemeriksaan khusus neurologi
• Kesadaran
• Refleks Fisiologis
• Refleks Patologis
• Rangsang meningeal
• Saraf kranial
• Motorik
• Sensorik
ANAMNESIS

• Allo-anamnesis/Auto-anamnesis
• Identitas pasien
• Keluhan utama
• Riwayat penyakit sekarang
a. Onset
b. Kronologi timbulnya gejala
c. Perjalanan penyakit
• Lokasi keluhan atau kelainan
• Sifat keluhan
• Kualitas / kuantitas keluhan
• Faktor yg memperingan /memperberat keluhan
• Gejala/tanda yang menyertainya
ANAMNESIS

 Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat kebiasaaan pribadi
STATUS MENTAL

1. Tingkat Kesadaran ( kualitas dan kaantitas)


2. Orientasi
3. Memori
4. Perilaku dan Penampilan
5. Bahasa
6. Fungsi intelektual
CARA PEMERIKSAAN
KESADARAN

 Cara pemeriksaan :
• Inspeksi : respon terhadap stimulasi visual,
auditorik, taktil
• Konversasi : reaksi terhadap suara wajar atau suara
kuat
• Nyeri : respon terhadap rangsang nyeri
PEMERIKSAAN FISIK

KESADARAN

KUANTITATIF

KUALITATIF
CARA PEMERIKSAAN
KESADARAN

• CARA PEMERIKSAAN KUANTITATIF (GLASGOW


COMA SCALE )
• Membuka mata (Eye)

• Respon Verbal (bicara)

• Respon Motorik (Gerakan)


CARA PEMERIKSAAN
KESADARAN

CARA PEMERIKSAAN
KUANTITATIF
(GLASGOW COMA
SCALE)

Respon Verbal Respon Motorik


Membuka mata (Eye)
(Bicara) (Gerak)
PENILAIAN GLASSGOW
COMA SCALE (GCS)

TAMPAKAN SKALA NILAI


EYE OPENING SPONTAN 4

DIPANGGIL 3

RANGSANG NYERI 2
(tekan pada saraf supraorbita
atau kuku jari)

TIDAK ADA RESPONSE 1


(dengan rangsang nyeri
pasien tidak membuka
mata)
PENILAIAN GLASSGOW
COMA SCALE (GCS)

TAMPAKAN SKALA NILAI


VERBAL ORIENTASI BAIK 5
RESPONSE
JAWABAN KACAU 4

KATA-KATA TIDAK PATUT 3

(INAPPROPRIATE)
BUNYI TAK BERARTI 2
INCOMPREHENSIBLE

TIDAK BERSUARA 1
PENILAIAN GLASSGOW
COMA SCALE (GCS)

MOTOR SESUAI PERINTAH 6


RESPONSE
LOKALISASI NYERI 5

REAKSI PADA NYERI 4

FLEKSI (DEKORTIKASI) 3

EKSTENSI (DESEREBRASI) 2

TIDAK ADA RESPONSE 1


(DIAM)
KESADARAN KUALITATIF

Tingkat kesadaran terbagi menjadi:

• Komposmentis
• Somnolen
• Sopor
• Koma – ringan
• Koma
KESADARAN KUALITATIF

SOMNOLEN :

Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila


dirangsang . Somnolen disebut juga sebagai: letargi. Tingkat
kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan,
mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang
nyeri.
KESADARAN KUALITATIF

SOPOR ( STUPOR ):

Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang


yang kuat , namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat
mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan spontan.
Dengan rangsang nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna.
Reaksi terhadap perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat
diperoleh jawaban verbal dari pasien..Gerak motorik untuk menangkis
rangsang nyeri masih baik.

16
KESADARAN KUALITATIF

KOMA-RINGAN ( SEMI – KOMA )


Pada keadaan ini tidak ada respons terhadap rangsang verbal. Refleks (
kornea, pupil dsb) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respons
terhadap rangsang nyeri. Pasien tidak dapat dibangunkan.

KOMA ( DALAM ATAU KOMPLIT).


Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap
rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya
ORIENTASI

Kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar.


• Waktu : Apakah pasien mengenal hari secara benar, tanggal, waktu
dari hari, pagi/siang/malam,
• Tempat : Apakah pasien tahu dimana dia berada
• Orang : Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa
peran dari orang-orang yang bertemu dengannya.
MEMORI

• Daya ingat jangka panjang (remote memory) : data masa kanak


kanak, peristiwa penting yang terjadi ketika masih muda atau
bebas dari penyakit, persoalan-persoalan pribadi.
• Daya ingat jangka pendek (Recent past memory, recent
memory) : beberapa bulan atau beberapa hari yang lalu, apa
yang dilakukan pasien kemarin, sehari sebelumnya, sudah
sarapan, makan siang, makan malam.
• Daya ingat segera (immediate retention and recall) :
kemampuan untuk mengulangi enam angka setelah pemeriksa
mendiktekannya
PERILAKU DAN PENAMPILAN

• Penampilan : Posture, sikap, pakaian, perawatan diri, rambut, kuku, sehat,


sakit, marah, takut, apatis, bingung, merendahkan, tenang,
• Perilaku dan aktivitas psikomotorik : Cara berjalan, mannerisme, tics,
gerak–isyarat, berkejang-kejang (twitches), stereotipik, memetik,
menyentuh pemeriksa, ekopraksia, janggal / kikuk (clumsy), tangkas
(agile), pincang (limp), kaku, lamban, hiperaktif, agitasi, melawan
(combative), bersikap seperti lilin (waxy)

• Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, penuh perhatian, menarik


perhatian, menantang (frack), sikap bertahan, bermusuhan, main-main,
mengelak (evasive), berhati-hati (guarded)
PEMERIKSAAN FISIK
NEUROLOGI

21
PEMERIKSAAN
REFLEKS FISIOLOGIS

22
REFLEX TENDO

1. Biseps
a. Cara
• Pasien berbaring dengan kedua lengan di
semifleksikan dan lengan baju digulung ke
atas. Jika yang di periksa tangan kanan,
letakan tangan kanan di atas tangan kiri.
• Tempatkan jempol diatas tendon otot
biseps lalu ketok jempol
• Perhatikan apa ada fleksi lengan bawah
atau otot bisepsnya berkontraksi

b. Hasil dan pelaporan


(+) : ada fleksi lengan bawah atau otot
bisepsnya berkontraksi
REFLEX TENDO

2. Triseps
a. Cara
• Pasien berbaring dengan kedua lengan
di semifleksikan dan lengan baju di
gulung ke atas. Jika yang di periksa
tangan kanan, letakan tangan kanan di
atas tangan kiri.
• Ketok tendon m. Triseps (sedikit
diatas oleencranon)
• Perhatikan apa ada ekstensi lengan
bawah atau otot trisepsnya
berkontraksi

b. Hasil dan pelaporan


(+) : ada ekstensi lengan bawah atau otot
trisepsnya berkontraksi
REFLEX TENDO

3. KPR (Knie Pees Refleks)


a. Cara
• Tungkai difleksi dan digantung
• Ketok pada tendon muskulus kuadriseps femoris, di bawah patella
b. Hasil dan pelaporan
(+) Kuadriseps femoris berkontraksi dan ekstensi tungkai bawah
REFLEX TENDO
4. APR (Achilles Pees Refleks)
a. Cara
• Tungkai bawah di fleksi sedikit
• Pegang kaki dan ujungnya untuk dorsofleksi ringan pada kaki
• Ketuk tendon Achiles
b. Hasil dan pelaporan
(+) kontraksi dan kaki plantar fleksi
REFLEX ABDOMINAL

a. Cara
• Menggores dinding perut dari lateral ke medial (dekat umbilicus)

b. Hasil dan pelaporan


(+) Umbilicus bergerak ke arah datangnya goresan (otot yang berkontraksi)
REFLEX MASETER

a. Cara
• Pasien mengistirahatkan
rahangnya (mangap/mulut
terbuka)
• Letakkan satu jari di dagu
• Ketok bawah bibir dengan
hammer refleks)
b. Hasil dan pelaporan
(+) Otot maseter berkontraksi
mulut akan bergerak menutup
REFLEX KREMASTER

• Menggores atau menyentuh bagian pangkal paha


• Skrotum akan berkontraksi
• Lengkung refleks L1, L2
PEMERIKSAAN
REFLEKS PATOLOGIS

30
1. Hoffman-Tromner
a. Cara
• Pegang tangan pasien pada pergelangan dan jari-jarinya dan suruh fleksi
enteng
• Jari tengah pasien dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa
• Dengan ibu jari pemeriksa gores kuat (snap) ujung jari tengah pasien
b. Hasil dan pelaporan
(+) Fleksi dan abduksi ibu jari dan fleksi jari-jari lain
2. Babinski 3. Chaddock
a. Cara
a. Cara
 Menggores bagian lateral
• Gores telapak kaki lateral malleolus dari bawah ke atas
ke medial. Mulai dari tumit membentuk huruf C
ke pangkal jari b. Hasil dan pelaporan
b. Hasil dan pelaporan (+) = dorsofleksi ibu jari kaki
dan mekar jari lain (abduksi)
(+) = dorsofleksi ibu jari kaki
dan mekar jari lain (abduksi)
4. Oppenheim
a.Cara
• Mengurut dengan kuat tibia dan otot
tibialis anterior (arah mengurut ke
bawah/distal)
b.Hasil dan pelaporan
(+) = dorsofleksi ibu jari kaki dan mekar jari
lain (abduksi)
5. Rossolimo dan Mendel Bechterew
a.Cara
Mendel Bechterew = ketok di punggung kaki
Rossolimo = ketok di telapak kaki
b.Hasil dan pelaporan
(+) = dorsofleksi ibu jari kaki dan mekar jari lain
(abduksi)
6. Gordon
a.Cara
• Mencubit musculus gastrocnemius
b.Hasil dan pelaporan
(+) = dorsofleksi ibu jari kaki dan mekar jari lain
(abduksi)
7. schaeffer
a. Cara

 Mencubit tendo achilles


b. Hasil dan pelaporan
(+) = dorsofleksi ibu jari kaki dan mekar jari lain
(abduksi)
Klonus lutut Klonus kaki
a. Cara a.Cara
• Meregangkan otot kuadriseps Meregangkan otot
femoris triseps sure betis
• patella penderita didorong telapak kaki penderita
/dihentakan dengan cepat didorong dengan cepat
b. Hasil dan pelaporan b.Hasil dan pelaporan
(+) akan ada plantar dan
(+) ada gerakan bolak balik dari patella dorso secara bergantian
(hiperrefleks) (hiperrefleks)
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA RANGSANGAN MENINGEAL

38
RANGSANG MENINGEN

1.Kaku Kuduk
2.Brudzinski I
3.Brudzinski II
4.Kernig
5.Lasegue
1. KAKU KUDUK:
 Cara : penderita telentang, rotasikan kepala ke kiri dan ke kanan lalu fleksikan
kepala sehingga dagu menyentuh bagian atas dada
 Penilaian : (+) kekakuan & tahanan pada saat kepala difleksi.

2. BRUDZINSKI I :
 Cara : telentang, tangan kiri pemeriksa dibawah kepala, kanan didada 
fleksikan kepala dgn cepat sejauh mungkin kedada.
 Penilaian : fleksi involunter (+) kedua kaki
3.BRUDZINSKI II
 Cara : fleksi maksimal pada tungkai
 Penilaian : (+)  terjadi fleksi involunter pada sendi panggul
dan lutut kontralateral
4.KERNIG’S SIGN
 Cara : telentang, fleksi panggul  ekstensikan sendi
lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri.
 Penilaian : (+)  ekstensi sendi lutut tak capai < 1350,
nyeri, spasme otot paha.
5. Lasegue
 Cara : pasien berbaring dengan posisi kaki diluruskan.
Kemudian satu tungkai di angkat lurus (fleksi) sampai
membentuk sudut 700.
 Penilaian: (+)  bila timbul rasa sakit dan tahanan
sebelum tungkai membentuk sudut < 700
PEMERIKSAAN NERVUS
CRANIALIS

44
NERVUS OLFAKTORIUS ( N I )
 Zat : bau-bauan yg tdk asing (kopi, teh, tembakau)
 Cara :
• Pastikan pasien sudah pernah mencium zat-zat yang digunakan
• Meminta pasien beri tanda menggunakan jari untuk menjawab bauh apa yang dicium
• Meminta pasien menutup hidung yang tidak di periksa dan juga menutup mata
 Pemeriksaan ini untuk menilai:
• Normosmia, Hiposmia, Hiperosmia
• Parosmia
• Kakosmia
• Halusinasi penciuman
NERVUS OPTIKUS (N.II)
Penilaian terdiri dari:
 Ketajaman penglihatan
 Lapangan penglihatan
 Funduskopi

Ketajaman penglihatan jauh menggunakan Snellen chart dengan


jarak 5-6m
Lapangan penglihatan
Pemeriksaan dilakukan dengan 2 cara:
 Tes konfrontasi
 Tes kopimetri / primetri

 FUNDUSKOPI
Terutama untuk menilai kelainan papilla N. II
 Alat: OFTALMOSKOP
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

• Fungsi N III,IV,VI saling berkaitan dan diperiksa bersama sama


• Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan
mengangkat kelopak mata. Serabut otonom N III mengatur otot
pupil.
• Cara pemeriksaan terdiri dari:
• pemeriksaan gerakan bola mata.
• pemeriksaan kelopak mata.
• pemeriksaan pupil.

50
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
1.Pemeriksaan gerakan bola mata.
• Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan bola mata diluar kemauan
pasien).
• Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang
digerakkan kesegala jurusan. Lihat apakah ada hambatan pada
pergerakan matanya. Hambatan yang terjadi dapat pada satu atau dua
bola mata.
• Pasien diminta untuk menggerakan sendiri bola matanya.

2.Pemeriksaan kelopak mata:


• Membandingkan celah mata/fissura palpebralis kiri dan kanan . Ptosis
adalah kelopak mata yang menutup.

51
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

3. Pemeriksaan pupil
• Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.
• Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau anisokor ).
• Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.

Pemeriksaan refleks pupil:


Refleks cahaya.
• Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil.
• Normal, akibat adanya cahaya maka pupil akan mengecil (miosis).
• Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan apakah ada pelebaran kembali yang
tidak terjadi dengan segera.
• Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan pada satu pupil,
dan perhatikan pupil sisi yang lain.

52
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

Refleks akomodasi.
• Caranya : pasien diminta untuk melihat telunjuk pemeriksa pada jarak
yang cukup jauh, kemudian dengan tiba – tiba dekatkanlah pada pasien
lalu perhatikan reflek konvergensi pasien dimana dalam keadaan
normal kedua bola mata akan berputar kedalam atau nasal.
• Reflek akomodasi yang positif pada orang normal tampak dengan
miosis pupil.

Refleks ciliospinal.
• Rangsangan nyeri pada kulit kuduk akan memberi midriasis ( melebar )
dari pupil homolateral.
• Keadaan ini disebut normal.
53
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

Refleks okulosensorik

Rangsangan nyeri pada bola mata/daerah sekitarnya,


normal akan memberikan miosis atau midriasis yang
segera disusul miosis.
Refleks terhadap obat-obatan.
Atropine dan skopolamine akan memberikan pelebaran
pupil/midriasis.
Pilocarpine dan acetylcholine akan memberikan miosis.

54
NERVUS TRIGEMINUS ( N.V )

Saraf sensorik : u/ wajah


Saraf motorik : u/ otot pengunyah.
NERVUS FASIALIS ( N.VII )

MOTORIK SENSORIK
• Mengangkat alis dan • Fungsi Pengecapan: Fungsi 2/3 lidah depan:
• Mengajarkan isyarat kepada pasien (cth: 1
mengerutkan dahi untuk manis, 2 untuk asam, dst)
• Pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya
• Memejamkan mata • Pasien diminta untuk menutup matanya
Taruh zat yang ingin dicoba pada lidah
• Menyeringai, mencucurkan •
pasien, lidah tidak boleh ditarik saat zat
bibir, dan menggembungkan sudah di lidah pasien
• Minta pasien menyatakan apa yg dikecap
pipi dengan isyarat

• Gejala Chovstek: Mengetuk di


bagian depan telinga
NERVUS VESTIBULO-CHOCLEARIS (N. VIII)

Test Romberg (untuk


keseimbangan)
Pasien berdiri dengan tumit kaki
yang satu berada didepan jari
kaki yang lainnya, lengan dilipat
pada dada dan mata kemudian
ditutup.
Orang yang normal mampu
berdiri dalam sikap Romberg
yang dipertajam selama 30 detik
atau lebih.
SARAF OTAK IX, X
GLOSOFARINGUS dan VAGUS

Cara pemeriksaan:
Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan huruf “ a” .
Jika ada gangguan maka otot stylopharyngeus tak dapat terangkat dan menyempit
dan akibatnya rongga hidung dan rongga mulut masih berhubungan sehingga
bocor.
Jadi pada saat mengucapkan huruf ” a” dinding pharynx terangkat sedang yang
lumpuh tertinggal, dan tampak uvula tidak simetris tetapi tampak miring tertarik
kesisi yang sehat.
Pemeriksa menggoreskan atau menyentuh dinding pharynx kanan dan kiri dan 60 bila
ada gangguan sensibilitas maka tidak terjadi refleks muntah.
SARAF OTAK XI
ASESORIUS
Cara pemeriksaan :
• Memeriksa tonus dari m. Trapezius.
Dengan menekan pundak pasien dan
pasien diminta untuk mengangkat
pundaknya.
• Memeriksa m.
Sternocleidomastoideus. Pasien
diminta untuk menoleh kekanan dan
kekiri dan ditahan oleh pemeriksa ,
kemudian dilihat dan diraba tonus
dari m. Sternocleidomastoideus.

61
SARAF OTAK XII
HIPOGLOSUS
Cara pemeriksaan:
• Suruh pasien membuka mulut dan
perhatikan lidah dalam keadaan
istirahat dan bergerak
• Dalam keadaan diam lidah tidak
simetris, biasanya tergeser
kedaerah lumpuh karena tonus
disini menurun.
• Bila lidah dijulurkan maka lidah
akan membelok kesisi yang sakit.
• Melihat apakah ada atrofi atau
fasikulasi pada otot lidah .
• Kekuatan otot lidah dapat
diperiksa dengan menekan lidah 62
kesamping pada pipi dan
dibandingkan kekuatannya pada
kedua sisi pipi.
PEMERIKSAAN MOTORIK
DAN SENSORIK

63
DERAJAT KEKUATAN OTOT (0-5)

• 0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot (lumpuh


total)
• 1= terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan
gerakan pada persendian yang harus digerakan oleh
otot tersebut
• 2 = didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu
melawan gaya berat (gravitasi)
• 3 = dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
• 4= disamping dapat melawan gaya berat, dapat mengatasi
sedikit tahanan yang diberikan
• 5 = tidak ada kelumpuhan (normal)
MOTORIK

Gerakan spontan abnormal


• Tremor
• Khorea
• Atetose
• Balismus
• Mioklonik
TREMOR

• gerakan involunter, agak ritmis


• berkontraksinya otot yang berlawanan secara bergantian.

• Jenis tremor :
• tremor normal
• tremor halus
• tremor kasar.

• Kita tempatkan kertas di atas jari-jari dan tampaklah kertas


tersebut bergetar.
KHOREA
• Pada korea gerak otot berlangsung
• cepat
• sekonyong-konyong
• aritmik, dan kasar
• dapat melibatkan satu ekstremitas, separuh badan, atau seluruh
badan.

• Bila pasien disuruh meluruskan lengan dan tangannya, kita


dapatkan hiperekstensi pada falang proksimal dan terminal, dan
pergelangan tangan berada dalam fleksi dengan sedikit
dipronasikan.
ATETOSIS
• Atetose berasal dari yunani yang berarti berubah.
• Atetose
• lamban
• seperti gerak ular
• melibatkan otot bagian distal.

• Ditemukan pada penyakit yang melibatkan ganglia basal.


BALISMUS
• Gerakan otot
• sekonyong-konyong
• Kasar
• Cepat
• Terutama mengenai otot-otot skelet yang letaknya proksimal.
MIOKLONI
• Gerakan yang timbul karena kontraksi otot secara cepat, sebentar,
aritmik, sinergik, dan tidak terkendali.

• Terutama didapatkan pada ekstremitas dan badan, tetapi sering


juga difus dan meluas, dan melibatkan otot muka, rahang, lidah,
faring, dan laring. Timbul secara paroksimal, waktu yang tidak
tentu, baik pada saat istirahat maupun aktivitas.
TROFI OTOT
• Perhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama
dengan kanan. Orang dewasa lumpuh sejak anak-anak, ukuran
ekstremitas yang lumpuh lebih pendek daripada sehat.

• Pada atrofi besar otot berkurang dan bentuknya berubah.


Kelumpuhan jenis perifer disertai oleh hipotrofi atau atrofi.
• Pengukuran dilakukan dengan menyebutkan tempat dimana
dilakukan pengukuran. Biasanya digunakan tonjolan tulang
sebagai patokan. Misalnya 3cm diatas olekranon, atau patela,
atau tonjolan lainnya.

• Setelah itu perhatikan bentuk otot. Hal ini dilakukan saat


keadaan istirahat dan sewaktu berkontraksi. Bila atrofi, kontur
biasanya berubah/berkurang.
SENSORIK

Eksteroseptif Proprioseptif
• Rasa raba • Rasa sikap
• Rasa nyeri • Rasa getar
• Rasa suhu

Anda mungkin juga menyukai