NEUROLOGI
• PEMERIKSAAN KESADARAN
dapat dinyatakan secara kwantitatif maupun kwalitatif.
Cara kwantitatif
dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
dipandang lebih baik karena beberapa hal.
• – Dapat dipercaya.
• – Sangat teliti dan dapat membedakan kelainannya
hingga tidak terdapat banyak perbedaan antara dua
penilai (obyektif ).
• – Dengan sedikit latihan dapat juga digunakan oleh
perawat sehingga observasi mereka lebih cermat.
CARA PEMERIKSAAN KESADARAN .
• – MEMBUKA MATA.
• – RESPONS VERBAL ( BICARA ).
• – RESPONS MOTORIK ( GERAKAN ).
PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE
(GCS)
• TAMPAKAN SKALA NILAI
• EYE OPENING SPONTAN 4
DIPANGGIL 3
RANGSANG NYERI 2
TDK ADA RESPONSE 1
(DIAM)
PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE
(GCS)
• TAMPAKAN SKALA NILAI
• VERBAL RESPONSE ORIENTASI BAIK 5
JAWABAN KACAU 4
TIDAK BERSUARA 1
PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE
(GCS)
MOTOR RESPONSE SESUAI PERINTAH 6
LOKALISASI NYERI 5
FLEKSI (DEKORTIKASI) 3
EKSTENSI (DESEREBRASI) 2
• BRUDZINSKI SIGN.
• Cara pemeriksaan :
Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium
bau-bauan tertentu yang tidak merangsang .Tiap lubang hidung
diperiksa
satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya
dengan
tangan. Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau
kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.
• Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus) dan menentukan apakah
kelainan pada
penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan saraf.
Untuk mempelajari lapang pandang.
• Cara pemeriksaan :
1. pemeriksaan penglihatan ( visus )
Ketajaman penglihatan diperiksa dengan :
• membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa dengan jalan pasien disuruh
melihat benda yang letaknya jauh misal jam didinding, membaca huruf di buku
atau koran.
• melakukan pemeriksaan dengan menggunakan kartu Snellen. Pasien diminta
untuk melihat huruf huruf sehingga tiap huruf dilihat pada jarak tertentu, kartu
snellen ialah huruf huruf yang disusun makin kebawah makin kecil , barisan
paling bawah mempunyai huruf huruf paling kecil yang oleh mata normal dapat
dibaca dari jarak 6 meter.
Lanjutan….
• menggunakan jari jari yang digerakkan harus dapat
dilihat dalam jarak 60 meter. contoh visus = 2/60
pasien hanya dapat melihat pergerakan jari pada
jarak 2 meter Untuk gerakan tangan harus tampak
pada jarak 300 meter. Jika kemampuannya hanya
sampai membedakan adanya gerakan , maka
visusnya ialah 1/300. Contoh Visus = 3/300 pasien
hanya dapat melihat pergerakan tangan pada jarak 3
meter. Namun jika hanya dapat membedakan antara
gelap dan terang maka visus nya 1/~, bila dengan
sinar lampu masih belum dapat melihat maka
dikatakan visus pasien tersebut adalah nol. Bila
hendak melakukan pemeriksaan pada mata kanan
maka mata kiri harus ditutup dengan telapak tangan
kanan dan sebaliknya.
Lanjutan…
• pemeriksaan lapang pandang.
• Cara pemeriksaan.
Terdiri dari:
– pemeriksaan gerakan bola mata.
– pemeriksaan kelopak mata.
– pemeriksaan pupil.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
3.Pemeriksaan pupil
• Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.
• Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau anisokor ).
• Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.
• refleks akomodasi.
• caranya , pasien diminta untuk melihat telunjuk
pemeriksa pada jarak yang cukup jauh, kemudian
dengan tiba – tiba dekatkanlah pada pasien lalu
perhatikan reflek konvergensi
pasien dimana dalam keadaan normal kedua bola
mata akan berputar kedalam atau nasal.
Cara pemeriksaan.
• Pemeriksaan motorik.
• Pemeriksaan sensorik.
– Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri
dan suhu, kemudian lakukan pemeriksaan pada dahi,
pipi dan rahang bawah.
• Pemeriksaan refleks.
• a. Refleks kornea ( berasal dari sensorik Nervus V).\
Kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan
menutup matanya atau menanyakan apakah pasien
dapat merasakan.
SARAF OTAK VII ( NERVUS FASIALIS ).
• Pemeriksaan fungsi motorik.
a. Pemeriksaan Weber.
• Maksud nya membandingkan transportasi melalui tulang ditelinga kanan dan kiri
pasien.Garpu tala ditempatkan didahi pasien, pada keadaan normal kiri dan kanan
sama keras ( pasien tidak dapat menentukan dimana yang lebih keras ).
• Pendengaran tulang mengeras bila pendengaran udara terganggu, misal: otitis media
kiri , pada test weber terdengar kiri lebih keras. Bila terdapat ” nerve deafness ”
disebelah kiri , pada test weber dikanan terdengar lebih keras .
b. Pemeriksaan Rinne.
• Maksudnya membandingakn pendengaran melalui tulang dan udara dari pasien.
• Pada telinga yang sehat, pendengaran melalui udara didengar lebih lama dari pada
melalui tulang.
• Garpu tala ditempatkan pada planum mastoid sampai pasien tidak dapat
mendengarnya lagi. Kemudian garpu tala dipindahkan kedepan meatus eksternus. Jika
pada posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan test positip. Pada orang normal
test Rinne ini positif. Pada ” Conduction deafness ” test Rinne negatif.
Lanjutan….
• Pemeriksaan N. Kokhlearis.
c. Pemesiksaan Schwabach.
Pada test ini pendengaran pasien dibandingkan dengan pendengaran
pemeriksa yang dianggap normal. Garpu tala dibunyikan dan
kemudian ditempatkan didekat telinga pasien. Setelah pasien tidak
mendengarkan bunyi lagi, garpu tala ditempatkan didekat telinga
pemeriksa. Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka
dikatakan bahwa Schwabach lebih pendek ( untuk konduksi udara ).
Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada
tulang mastoid pasien. Dirusuh ia mendengarkan bunyinya. Bila sudah
tidak mendengar lagi maka garpu tala diletakkan ditulang mastoid
pemeriksa. Bila pemeriksa masih mendengarkan bunyinya maka
dikatakan Schwabach ( untuk konduksi tulang ) lebih pendek.
Test Pendengaran dengan garputala
512 MHz
Normal Tuli Konduktif Tuli Sensorik
Kiri ** Kiri **
• Weber Ki = Ka >Telinga sakit >Telinga normal
Ki > Ka Ka > Ki
• Rinne Udara >Tulang Tulang > Udara Tulang &nUdara **
(+) (-) (-)
• Scwabach Membandingkan : Hantaran tulang Hantaran
udara Pasien memendek memendek
& Petugas
** Terganggu
Pemeriksaan N. Vestibularis.
a. Pemeriksaan dengan test kalori.
• Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan
kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada didepan jari kaki yang
lainnya, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang
yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih.
• Cara pemeriksaan:
Cara pemeriksaan.
Cara pemeriksaan.
• Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi yang sakit.
Tahap Pemeriksaan.
Cara pemeriksaan:
• permukaan diraba dengan ujung – ujung kapas tersebut.
• dari atas ke bawah/ sebaliknya.
• Dibandingkan kanan dan kiri.
Cara pemeriksaan : jarum diletakkan tegak lurus dan cara sama spt
diatas.
Cara pemeriksaan :
– Botol botol tersebut harus kering betul.
– Bagian tubuh yang tertutup pakaian lebih sensitif dari bagian tubuh
yang terbuka.
– Pada orang tua sering dijumpai hipestesia yang fisiologik.
PEMERIKSAAN REFLEKS.
• Hasil pemeriksaan refleks merupakan informasi penting yang
sangat menentukan. Penilaian refleks selalu berarti penilaian
secara banding antara sisi kiri dan sisi kanan. Respon terhadap
suatu perangsangan tentu tergantung pada intensitas. Oleh
karena itu refleks kedua belah tubuh yang dapat dibandingkan
harus merupakan hasil perangsangan yang berintensitas sama.
• Refleks cremaster :
Stimulus : goresan pada kulit paha
sebelah medial dari atas ke bawah
• Respons : elevasi testis Ipsilateral
• Afferent : n. ilioinguinal ( L 1-2 )
• Efferent : n. genitofemoralis
Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )
• Refleks biseps ( B P R ) :
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendonm. biseps brachii, posisi lengan setengah
ditekuk pada sendi siku.
• Respons : fleksi lengan pada sendi siku
• Afferent : n. musculucutaneus ( c 5-6 )
• Efferenst : idem
• Refleks triceps ( T P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku
dan sedikit pronasi
• Respons : extensi lengan bawah disendi siku
• Afferent : n. radialis ( C 6-7-8 )
• Efferenst : idem
• Refleks patella ( K P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon patella
• Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.
• quadriceps Femoris.
• Efferent : n. femoralis ( L 2-3-4 )
• Afferent : idem
• Refleks patologis
- Babinski
• Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari
posterior ke anterior.
• Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(fanning) jari – jari kaki.
- Chaddock
• Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian
lateral, sekitar malleolus lateralis dari posterior ke
anterior.
• Respons : seperti babinski
• Refleks Primitif
- Sucking refleks
• Stimulus : sentuhan pada bibir
• Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah –olah menyusu
- Snout refleks
• Stimulus : ketukan pada bibir atas
• Respons : kontraksi otot – otot disekitar bibir / dibawah hidung (menyusu)
- Graps refleks
• Stimulus : penekanan / penempatan jari sipemeriksa pada telapak
tangan pasien.
• Respons : tangan pasien mengepal