NEUROLOGI
Cara pemeriksaan
Cara pemeriksaan
Cara pemeriksaan
Meningeal.
Cara pemeriksaan
Cara pemeriksaan
Cara pemeriksaan
Cara pemeriksaan
Anamnesis.
Kesadaran.
Rangsang
Saraf Kranialis.
sistim Motorik.
sistim Sensorik.
Refleks.
3
2
1
VERBAL RESPONE
ORIENTASI BAIK
JAWABAN KACAU
TIDAK BERSUARA
MOTOR
RESPON
SESUAI PERINTAH
LOKALISASI NYERI
REAKSI PADA NYERI
FLEKSI (DEKORTIKASI)
EKSTENSI (DESEREBRASI)
TIDAK ADA RESPON (DIAM)
6
5
4
3
2
1
Brainstem reflex
2
2
2
2
2
Nilai minimum : 6
Nilai maksimum : 12 ( nilai /skor
tinggi makin baik )
KERNIG SIGN.
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang
berbaring difleksikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut
90 derajat.
Setelah itu tungkai bawah diekstensikan
pada persendian lutut sampai membentuk
sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha.
Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri
sebelum atau kurang dari sudut 135
derajat , maka dikatakan kernig sign positif.
BRUDZINSKI SIGN.
Ini meliputi :
Tanda leher menurut Brudzinski.
Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski.
Tanda pipi menurut Brudzinski.
Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski.
Istilah ini sering disalahpahamkan dengan Tanda Brudzinski
1 ( Brudzinskis neck sign),
Tanda Brudzinski 2 ( Brudzinskis contralateral leg sign)
dstnya.
Tanda Lasegue.
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring
lalu kedua tungkai diluruskan ( diekstensikan ) , kemudian
satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan ( fleksi )
persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu
berada dalam keadaan ekstensi ( lurus ) .
Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70 derajat sebelum
timbul rasa sakit dan tahanan.
Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai
70 derajat maka disebut tanda Lasegue positif.
Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil
patokan 60 derajat.
PEMERIKSAAN SISTIM
MOTORIK
Pemeriksaan sistim motorik sebaiknya
dilakukan dengan urutan urutan tertentu
untuk menjamin kelengkapan dan
Ketelitian pemeriksaan.
1. Pengamatan.
Gaya berjalan dan tingkah laku.
Simetri tubuh dan ektremitas.
Kelumpuhan badan dan anggota gerak. dll.
2. Gerakan Volunter.
Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas
permintaan pemeriksa, misalnya:
Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.
Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.
Mengepal dan membuka jari-jari tangan.
Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.
Fleksi dan ekstensi artikulus genu.
Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.
Gerakan jari- jari kaki.
3. Palpasi otot.
Pengukuran besar otot.
Nyeri tekan.
Kontraktur.
Konsistensi ( kekenyalan ).
Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada.
Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis,
misal: meningitis, HNP.
Kelumpuhan jenis UMN ( spastisitas ).
Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ).
Kontraktur otot.
Konsistensi otot yang menurun terdapat pada.
Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.
Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di motor end
plate.
4. Perkusi otot.
Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi
yang bersifat setempat dan berlangsung hanya 1
atau 2 detik saja.
Miodema : penimbunan sejenak tempat yang
telah diperkusi ( biasanya terdapat pada pasien
mixedema, pasien dengan gizi buruk ).
Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung
untuk beberapa detik oleh karena kontraksi otot
yang bersangkutan lebih lama dari pada biasa.
5. Tonus otot.
Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang
hendak diperiksa kemudian ekstremitas tersebut
kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi
siku dan lutut
Pada orang normal terdapat tahanan yang wajar.
Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali
( dijumpai pada kelumpuhan LMN).
Hipotoni : tahanan berkurang.
Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada
awal gerakan , ini dijumpai pada kelumpuhan
UMN.
Rigid : tahanan kuat terus menerus selama
gerakan misalnya pada Parkinson.
6. Kekuatan otot.
Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot,
untuk memeriksa kekuatan otot ada dua
cara:
Pasien disuruh menggerakkan bagian
ekstremitas atau badannya dan pemeriksa
menahan gerakan ini.
Pemeriksa menggerakkan bagian
ekstremitas atau badan pasien dan ia
disuruh menahan.
7. Gerakan involunter.
Gerakan involunter ditimbulkan oleh
gejala pelepasan yang bersifat positif, yaitu
dikeluarkan aktivitas oleh suatu nukleus
tertentu dalam susunan ekstrapiramidalis
yang kehilangan kontrol akibat lesi pada
nukleus pengontrolnya.
Susunan Ekstrapiramidal ini mencakup
kortex ekstrapiramidalis, nuklues kaudatus,
globus pallidus, putamen, corpus luysi,
substansia nigra, nukleus ruber, nukleus
ventrolateralis thalami substansia
retikularis dan serebelum.
8. Fungsi koordinasi.
Tujuan pemeriksaan ini untuk
menilai aktivitas serebelum. Serebelum
adalah pusat yang paling penting untuk
mengintegrasikan aktivitas motorik dari
kortex, basal ganglia, vertibular apparatus
dan korda spinalis. Lesi organ akhir
sensorik dan lintasan lintasan yang
mengirimkan informasi ke serebelum serta
lesi pada serebelum dapat mengakibatkan
gangguan fungsi koordinasi atau sering
disebut Cerebellar sign
Tahap Pemeriksaan.
Test untuk rasa raba halus.
Alat pemeriksa : kapas.
Cara pemeriksaan:
permukaan diraba dengan ujung ujung kapas tersebut.
dari atas ke bawah/ sebaliknya.
Dibandingkan kanan dan kiri.
Yang perlu diingat:
Daerah lateral kurang peka dari medial.
Ada daerah-daerah erotogenik : leher, sekitar
mammae,genetalia.
Cara pemeriksaan :
Botol botol tersebut harus kering betul.
Bagian tubuh yang tertutup pakaian lebih sensitif dari
bagian tubuh yang terbuka.
Pada orang tua sering dijumpai hipestesia yang
fisiologik.
Cara pemeriksaan :
Rasa stereognosis.
Dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengenal
benda benda yang disodorkan kepadanya.
Rasa diskriminasi 2 titik.
Lidah : 1 mm.
Ujung jari tangan : 2 7 mm.
Telapak tangan : 8 12 mm
Dorsum manus : 20-30 mm
Dada : 40 mm
Paha : 70 75 mm.
Jari kaki : 3 8 mm.
Rasa suhu.
kesemuten : PARESTHESIA.
nyeri panas dingin yang tidak keruan :
DISESTHESIA
REFLEKS SUPERFICIAL
Refleks dinding perut :
Stimulus : Goresan dinding perut daerah,
epigastrik, supraumbilical, infra Umbilical dari lateral ke
medial.
Respons : kontraksi dinding perut
Afferent :
n. intercostal T 5 7 ( epigastrik )
n. intercostal T 7 9 ( supra umbilical )
n. intercostal T 9 11 ( umbilica )
n. intercostal T 11 L 1 ( infra umbilical )
n. iliohypogastricus
n. ilioinguinalis
Efferent : idem
Refleks cremaster :
Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial
dari atas ke bawah
Respons : elevasi testis Ipsilateral
Afferent : n. ilioinguinal ( L 1-2 )
Efferent : n. genitofemoralis
Refleks biseps ( B P R ) :
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan
pada tendonm. biseps brachii, posisi lengan setengah
ditekuk pada sendi siku.
Respons : fleksi lengan pada sendi siku
Afferent : n. musculucutaneus ( c 5-6 )
Efferenst : idem
Refleks triceps ( T P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi
lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respons : extensi lengan bawah disendi siku
Afferent : n. radialis ( C 6-7-8 )
Efferenst : idem
:
Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os
radii, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan
supinasi karena kontraksi m. brachioradialis
Afferent : n. radialis ( C 5-6 )
Efferenst : idem
Refleks patella ( K P R ) :
Refleks achilles ( A P R ) :
Klonus lutut :
Stimulus : pegang dan dorong os patella ke
arah distal
Respons : kontraksi reflektorik m.
quadriceps femoris selama stimulus
berlangsung.
Klonus kaki :
Stimulus : dorsofleksikan kaki secara
maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi
lutut.
Respons : kontraksi reflektorik otot betis
selama stimulus berlangsung.
REFLEKS PATOLOGIS
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Stimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke
distal
Respons : seperti babinski
Gordon
Stimulus : penekanan betis secara keras
Respons : seperti babinski
Schaffer
Stimulus : memencet tendon achilles secara keras
Respons: seperti babinski
Gonda
Stimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempat
Respons: seperti babinski
Stransky
Stimulus : penekukan ( lateral ) maksimal jari kaki kelima
Respons: seperti babinski
Rossolimo
Stimulus : pengetukan pada telapak kaki
Respons: fleksi jari jari kaki pada sendi
interphalangealnya
Mendel - Bechterew
Stimulus : pengetukan dorsum pedis pada
daerah os cuboideum
Respons : seperti rossolimo
Hoffman
Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respons : ibu jari, telunjuk dan jari jari
lainnya
berefleksi
Tromner
Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respons : seperti Hoffman
Leri
Stimulus : fleksi maksimal tangan pada pergelangan
tangan sikap lengan diluruskan dengan bagian ventral
menghadap keatas
respons : tidak terjadi fleksi di sendi siku
Mayer
Stimulus : fleksi maksimal jari tengah pasien kearah
telapak tangan.
Respons : tidak terjadi oposisi ibu jari.
REFLEKS PRIMITIF
Sucking refleks
Stimulus : sentuhan pada bibir
Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah
seolah olah menyusu
Snout refleks
Stimulus : ketukan pada bibir atas
Respons : kontraksi otot otot disekitar bibir /
dibawah hidung (menyusu)
Graps refleks
Stimulus : penekanan / penempatan jari si pemeriksa
pada telapak tangan pasien.
Respons : tangan pasien mengepal
Palmo mental refleks
Stimulus : goresan ujung pena terhadap kulit telapak
tangan bagian Thenar.
Respons : kontraksi otot mentalis dan orbicularis oris
ipsilateral.