Anda di halaman 1dari 28

Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis

Alifia Nadyra Fasya


(406222082)

Pembimbing:
dr. Aji Noegroho, Sp. N

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF RSWN


PERIODE 05 FEBRUARI – 09 MARET 2024
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
BAB 2

Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal


2. Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal

● Tanda rangsang meningeal (TRM) sering ditemukan pada iritasi selaput meningen
akibat inflamasi, infeksi, dan perdarahan.
● Prinsip pemeriksaan TRM bertujuan → memberikan tekanan pada meningen dan
radiks saraf (nerve root) spinalis yang mengalami iritasi dan menjadi hipersensitif.
● Pemeriksaan TRM dilakukan pada kecurigaan infeksi SSP, perdarahan subaraknoid
yang menyebabkan iritasi meningen difus, atau radikulopati yang ditandai dengan
adanya inflamasi lokal pada radiks.
Anatomi
● Meningen → selaput yang meliputi bagian dalam kranium dan kanalis vertebralis.
Struktur ini melapisi otak dan medulla spinalis.
● Meningen terdapat 3 lapisan dengan urutan dari luar ke dalam:
a. Duramater → lapisan fibrosis yang kuat dan tebal → 2 lapisan (lapisan meningeal
dan lapisan periosteal).
b. Araknoid → di bawah lapisan meningeal duramater. Ruangan yang berada di antara
araknoid dengan piamater disebut sebagai ruang subaraknoid.
c. Piamater

Pada permukaan otak dan medula spinalis, piamater dan araknoid melekat erat seolah
membentuk satu membran yang disebut leptomeningen. Ruang subaraknoid ini dialiri →
cairan serebrospinal (CSS).
Pemeriksaan Kaku Kuduk

● Pastikan pasien tidak mengalami cedera vertebra


servikal atau lesi kompresi medulla spinalis segmen
servikal.
● Pasien berbaring terlentang tanpa bantal.
● Tangan kiri pemeriksa pada bagian belakang kepala
pasien, tangan kanan menahan dada pasien.
● Leher pasien difleksikan ke arah dada.

Tanda kaku kuduk positif bila terdapat tahanan pada leher atau pasien
mengeluh nyeri saat fleksi leher.
• Apabila didapatkan kaku kuduk, pastikan tidak terdapat kekakuan pada leher dengan cara
menggerakkan kepala pasien secara pasif ke sisi kanan dan kiri.
• Angkat bahu pasien untuk mengetahui ada atau tidaknya tahanan saat ekstensi leher.
• Pada saat bahu diangkat, kepala juga akan ikut terangkat karena otot leher kaku dan berkontraksi.
• Biasanya kondisi kaku leher didapatkan pada pasien spondilosis servikalis, tetanus, dan distonia.
Tanda Brudzinski
1. Pemeriksaan cheek sign dilakukan dengan memberikan tekanan pada kedua pipi inferior arkus
zigomatikus. Tanda ini positif bila terdapat fleksi pada siku dan sentakan pada kedua lengan
bawah.
2. Symphyseal sign positif apabila pada penekanan simfisis pubis terjadi fleksi pada kedua
tungkai.
3. Brudzinski's contralateral reflex sign dilakukan dengan memfleksikan secara pasif sendi panggul
dan lutut satu tungkai pasien. Hasil positif apabila terdapat fleksi dari sendi panggul dan lutut
tungkai kontralateral.
4. Manuver Brudzinski yang paling terkenal adalah Brudzinski's neck sign. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan memfleksikan leher pasien, kemudian perhatikan adanya fleksi pada sendi panggul dan
lutut kedua tungkai, jika ada berarti positif.
Kernig Sign

● Pasien posisi berbaring terlentang.


● Pemeriksa melakukan fleksi sendi
panggul hingga posisi paha menjadi
vertikal, kemudian secara perlahan sendi
lutut diekstensikan.

Dikatakan Positif (+) bila pasien tidak dapat


melakukan ekstensi lutut hingga
membentuk sudut >135° pada sendi panggul
yang sudah fleksi.
Laseque Sign
Tanda laseque dilakukan pada kasus nyeri punggung
bawah pemeriksaan ini digunakan untuk menilai
adanya iritasi radiks saraf. Pemeriksaan ini juga dapat
memberikan hasil positif pada kondisi inflamasi
meningen.
● Pasien diminta berbaring lurus.
● Satu tungkai diangkat lurus, sendi lutut diekstensi
hingga mencapai sudut 45°

Laseque Sign → positif bila paseien mengalami


nyeri radikuler, literatur lain menyebutkan hasil
yang positif dengan batas sudut 70°
Laseque Sign
Jika pemeriksaan ini dilakukan ulang pada tungkai kontralateral, maka responnya dapat normal
atau menimbulkan nyeri pada sisi kontralateral, yang berhubungan dengan radiks spinalis
kontralateral ke arah dinding anterior tulang vertebra. Biasanya pada pasien protrusi diskus
intervertebralis sisi medial yang cukup besar.
BAB 6

Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi


6. Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi

● Keseimbangan → gambaran integritas antara komponen susunan saraf pusat dan perifer.
● Fungsi keseimbangan dipengaruhi oleh sistem vestibular, proprioseptif, dan visual.

Anatomi
● Sistem vestibular → komponen perifer dan sentral.
● Perifer → mendeteksi dan menghantarkan informasi tentang gerakan, posisi kepala dan efek
gaya gravitasi.
VERTIGO

● Vertigo → sensasi berputar baik objek maupun lingkungan → gangguan pada sistem vestibular &
non-vestibular
○ Vestibular → sensasi berputar → perifer dan sentral.
■ Vertigo perifer → onset yang akut
■ Vertigo sentral → onset umumnya gradual/bertahap

○ Non-vestibular → sensasi yang timbul seperti goyah, tidak stabil, dan seperti akan jatuh
Pemeriksaan Gait

Pemeriksaan gait → cara pasien duduk


tanpa dibantu, berdiri dari posisi duduk,
postur tubuh, cara berdiri (rentang kaki),
inisiasi berjalan, lebar langkah, cara
mengangkat kaki, kecepatan, ayunan
lengan, freezing, dan cara berputar.
Tes Romberg

● Tujuan : untuk mendiagnosa ataksia sensorik dan mengetahui abnormalitas proprioseptif.

● Prosedur :
1. meminta pasien untuk berdiri pada alas yang datar dengan kedua kaki rapat, lengan berada di sisi
tubuh dan mata terbuka. Lengan juga dapat disilangkan pada dada dengan tangan mendekap bahu.
Pemeriksa berdiri di dekat pasien dengan kedua lengan terjulur ke depan, sehingga jika pasien
terjatuh pemeriksa dapat segera menangkapnya.
2. Observasi pasien dalam kondisi tersebut selama 20 detik. Perhatikan apakah pasien bergoyang atau
jatuh. Kemudian mintalah pasien menutup kedua matanya selama 30 detik. Perhatikan kemampuan
pasien untuk mempertahankan posisinya agar tetap tegak.
● Pasien dikatakan tidak dapat mempertahankan
keseimbangan apabila terhuyung dan kaki berubah
posisi (untuk mencegah dirinya jatuh) atau bila
pasien benar-benar jatuh.
● Apabila pasien tidak dapat mempertahankan
keseimbangan sejak awal pemeriksaan Romberg
dilakukan, yaitu saat masih dengan mata terbuka
maka kemungkinan terdapat gangguan pada
serebelum.
● Sedangkan apabila pasien dapat mempertahankan
keseimbangan dengan mata terbuka namun terjatun
dengan mata tertutup maka kemungkinan letak lesi
ada pada jaras proprioseptif.
FUKUDA STEPPING TEST (FST)

● Pasien harus mampu mempertahankan keseimbangan dengan mata


terbuka dan tidak ada kelemahan motorik pada ekstremitas bawah.
● Prosedur :
○ Meminta pasien berdiri dengan kedua lengan ekstensi dan
terjulur ke depan. Selanjutnya pasien diminta berjalan di
tempat sebanyak 50 langkah dengan mata tertutup.
○ Pasien menghitung dengan suara keras untuk
mempertahankan konsentrasi. Pemeriksa berdiri di dekat
pasien tanpa bersuara dan menjaga jikalau pasien terjatuh.

Hasil pemeriksaan dinyatakan abnormal apabila pasien jatuh atau


posisi berdiri mengalami deviasi >45° dari posisi awal.
Past Pointing Test
● Prosedur :
○ Meminta pasien untuk mengekstensikan lengannya
dengan posisi jari telunjuk ekstensi.
○ Pasien kemudian mengarahkan jari telunjuknya ke
jari telunjuk pemeriksa. Gerakan dilakukan beberapa
kali dengan mata terbuka terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan dengan mata tertutup.
○ Dengan mata tertutup pasien diminta
mengekstensikan lengannya sampai diatas kepala,
kemudian turun kembali dan menyentuhkan ujung
jari telunjuknya ke jari telunjuk pemeriksa. Dan
posisi jari tangan pemeriksa tidak berpindah-pindah.

positif bila lengan pasien mengalami deviasi dari target (jari pemeriksa) dan arah deviasi konsisten
pada beberapa kali pengulangan.
Pemeriksaan Nistagmus

● Tujuan : untuk membantu menentukan letak lesi pada sistem vestibular


perifer dan sentral.
● Prosedur :
- Meminta pasien mengikuti gerakan jari pemeriksa dengan deviasi gerakan
bola mata maksimal 30°
- Gerakan dilakukan ke arah vertikal dan horizontal.
- Apabila mata melirik maksimal ke lateral dapat timbul nistagmus
fisiologis.
Pemeriksaan Koordinasi / Fungsi Serebelum
TES TELUNJUK HIDUNG
● Pemeriksaan ini dilakukan dengan pasien dalam
kondisi berbaring / duduk atau berdiri.
● Diawali pasien mengabduksikan lengan serta posisi
ekstensi lalu pasien diminta untuk menyentuh ujung
hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya.
Mula mula dengan gerakan perlahan kemudian
dengan gerakan cepat baik dengan mata
terbuka/tertutup, dan pemeriksa dapat merubah jarak
jari dari dekat ke semakin jauh.
Pada gangguan serebelum lengan ipsilateral lesi
akan mengalami ataksia dan inkoordinasi.
TES TUMIT LUTUT
Mintalah pasien berbaring, kemudian
pasien diminta untuk mengangkat
tungkainya dan meletakkan tumit kakinya
pada lutut kontralateral lalu tumit bergerak
menyusuri tuberositas tibia menuju ke ibu
jari. Gerakan dilakukan beberapa kali.

Pasien dengan gangguan serebelum


akan mengangkat kakinya lebih tinggi
dan lebih kasar serta tidak akurat.
RAPID ALTERNATING MOVEMENTS (RAM)
● Pemeriksaan ini → mendeteksi disdiadokinesia (ketidakmampuan dalam
menyeimbangkan kontraksi dan relaksasi otot agonis dan antagonis dalam suatu gerakan.
● Prosedur :
○ Meminta pasien melakukan gerakan pronasi dan supinasi telapak tangan secara
bergantian dengan secepat mungkin. Tangan dapat bertumpu pada paha atau pada
palmar maupun dorsum manus kontralateral
○ Teknik lain dengan meminta pasien melakukan gerakan seperti sedang memutar
kenop dengan kedua tangannya secara bersamaan.

Pasien dengan gangguan serebelum akan mengalami kesulitan melakukan gerakan


tersebut. Apabila pada pemeriksaan didapatkan sisi tangan kanan pasien mengalami
kesulitan melakukan RAM atau lebih lambat dibandingkan sisi kiri maka disebut
disdiadokokinesia kanan.
FENOMENA REBOUND

● Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien memfleksikan siku dan


mengaduksikan lengan bawah ke arah bahu.
● Telapak tangan supinasi dan dalam posisi menggenggam.
● Pemeriksa menarik lengan bawah pasien pada pergelangan tangannya dan pasien
diminta melawannya (seperti gerakan panco). Lengan pemeriksa lainnya
diposisikan di depan wajah pasien. Pemeriksa secara tiba-tiba melepaskan
genggamannya pada pergelangan tangan pasien
● Fungsi serebelum yang normal pasien dapat segera mengendalikan kontraksi
lengannya sehingga tidak menghantam wajahnya. Pada lesi di serebelum pasien
tidak dapat mengendalikan kontraksi lengannya sehingga lengan dapat
menghantam wajahnya.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai