1. Pemeriksaan pupil: Pemeriksa melakukan inspeksi thd bentuk, posisi, kesimetrisan dan
ukuran pupil pasien
2. Pemeriksaan reflex cahaya langsung: Pasien diminta melihat jauh ke depan, pemeriksa
menyorotkan cahaya ke arah pupil dan mengamati perubahan diameter pupil yg terjadi
3. Pemeriksaan reflex cahaya tidak langsung: Pemeriksa mengamati perubahan diameter
pupil pada mata yg tidak disorot cahaya ketika mata lainnya masih mendapatkan sorotan
cahaya langsung
4. Pemeriksaan reflex akomodasi: Pemeriksa meletakkan jari telunjuknya dengan posisi yg
sejajar dengan mata pasien, kemudian menggerakan jari telunjuk dari jarak yg agak jauh
mendekat kearah wajah pasien. Pasien diminta mengikuti jari pemeriksa, perhatikan
perubahan ukuran pupil yg terjadi
5. Pemeriksaan gerakan bola mata: Pemeriksa melakukan inspeksi posisi bola mata,
perhatikan apakah kedudukan bola mata simetris/tidak. Pasien diminta mengikuti gerakan
jari pemeriksa yg digerakkan mengikuti bentuk huruf H. Pemeriksa memperhatikan
ada/tidaknya hambatan gerakan bola mata selama pasien mengikuti gerakan jari
pemeriksa
6. Pemeriksaan konvergensi: Pemeriksa menggerakkan jari telunjuknya dari jarak yg agak
jauh dari wajah pasien mendekat ke arah wajah pasien. Pasien diminta mengikuti gerakan
jari, perhatikan gerakan konvergensi kedua mata pasien. Pemeriksaan ini dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan akomodasi
7. Pemeriksaan kelopak mata: Pemeriksa mengukur lebar celah mata, fisura palpebralis
kanan dan kiri. Pasien diminta utk melakukan gerakan menutup dan membuka mata tanpa
disertai tahanan. Pemeriksa mengamati ada/tidaknya ptosis selama pemeriksaan.
Pasien diminta utk duduk dengan rileks, pemeriksa mengamati otot2 wajah pasien pada
keadaan istirahat.
Pada saat inspeksi perlu diperhatikan kesimetrisan wajah, tonus otot, trofi otot, gerakan
involunter. Perhatikan juga kerutan dahi pada saat istirahat
Pasien diminta mengerutkan dahinya, amati kerutan dahi yg terlihat
Mintalah pasien memejamkan mata sekuat mungkin. Perhatikan apakah kedua mata dapat
tertutup dengan rapat
Berikan tahanan pada muskulus orbicularis okuli dengan mendorong area alis ke arah
atas dengan jari telunjuk. Perhatikan kekuatan otot dan bandingkan mata kiri-kanan
Mintalah pasien utk tersenyum lebar. Perhatikan kesimetrisan sudut bibir pasien dan
sulkus nasolabialis.
Pasien diminta menggembungkan kedua pipi. Pemeriksa menekan kedua pipi pasien
dengan jari telunjuk secara bersamaan hingga udara keluar dari mulut pasien. Perhatikan
apakah terdapat kebocoran udara pada salah satu sisi sudut mulut
Pasien diminta utk mengatupkan rahang atas-bawah dan menarik sudut bibirnya utk
memunculkan muskulus platisma.
Pemeriksaan N. Hipoglosus
Pasien diminta membuka mulut. Pemeriksa mengamati trofi, gerakan dan posisi lidah
pasien
Mintalah pasien menjulurkan lidahnya lurus ke depan. Perhatikan apakah lidah terdeviasi
ke salah satu sisi, apakah terdapat atrofi papil, vesikulasi atau tremor
Pasien diminta utk menggerakkan lidah ke kiri, kanan, atas, bawah baik scr cepat maupun
perlahan
Pasien diminta menekan dinding dalam pipi dengan ujung lidah, lalu melawan tekanan yg
diberikan pemeriksa dari sisi luar pipi. Bandingkan kekuatan motorik lidah sisi kanan dan
kiri.
1. Pemeriksaan Romberg
Pasien diminta berdiri pada alas yg datar, kedua kaki rapat, kedua lengan disisi tubuh atau
menyilang didada. Mata pasien tetap terbuka. Pasien sebaiknya tidak memakai alas kaki
selama pemeriksaan.
Pemeriksa berdiri di dekat pasien dengan kedua lengan terjulur ke depan agar dapat
segera menangkap pasien jika pasien terjatuh
Observasi selama 20 detik, perhatikan apakah pasien bergoyang/jatuh
Pasien diminta untuk memejamkan matanya. Observasi selama 30 detik, perhatikan
kemampuan pasien untuk mempertahankan posisinya agar tetap tegak.
2. Pemeriksaan Romberg dipertajam
Pasien diminta berdiri pada alas yg datar dengan kedua kaki berada pada satu garis,
dengan posisi ibu jari berada dibelakang tumit kaki lainnya. Kedua lengan menyilang
didada dan mata tetap terbuka.
Observasi selama 20 detik, perhatikan apakah pasien bergoyang/jatuh
Pasien diminta untuk memejamkan matanya. Observasi selama 30 detik, perhatikan
apakah pasien bergoyang/jatuh ke salah satu sisi
3. Pemeriksaan Fukuda Stepping Test
Pasien diminta berdiri, kedua lengan ekstensi serta terjulur ke depan
Pasien diminta berjalan di tempat dengan mata terbuka, sebanyak 50 langkah dengan
mata tertutup sambil berhitung dengan suara keras.
Perhatikan apakah pasien jatuh atau posisi berdiri mengalami deviasi > 45o dari posisi
awal pasien
4. Pemeriksaan Past Pointing Test
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pasien posisi duduk maupun berdiri
Pasien diminta mengekstensikan lengannya dengan jari telunjuk ekstensi.
Pemeriksa meletakkan jari telunjuknya di depan pasien. Pasien diminta mengarahkan
telunjuknya ke jari telunjuk pemeriksa
Pasien diminta melakukan gerakan tersebut beberapa kali dengan mata terbuka. Gerakan
diulang kembali beberapa kali dengan mata tertutup
Perhatikan apakah terdapat deviasi jari pasien dari target dan konsistensi arah deviasi
pada beberapa kali pengulangan
5. Tes Telunjuk Hidung
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pasien posisi duduk, berbaring ataupun berdiri
Pemeriksa meletakkan jari telunjuknya di depan pasien
Minta pasien menyentuhkan jari telunjuknya ke jari telunjuk pemeriksa, lalu
menyentuhkan ujung jari telunjuknya ke ujung hidungnya
Pasien diminta melakukan gerakan tersebut beberapa kali dengan mata terbuka.
Pemeriksa dapat mengubah letak jari telunjuknya pada berbagai kuadran, berbagai jarak
dan berbagai kecepatan
Perhatikan kehalusan, akurasi, kecepatan gerakan dan tremor yang terlihat. Teknik yang
sama dilakukan pada lengan lainnya
6. Tes Tumit Lutut
Pasien diminta berbaring telentang. Minta pasien mengangkat tungkainya dan meletakkan
tumit kaki pada lutut kontralateral.
Minta pasien menyusuri tuberositas tibia menuju ke ibu jari kaki. Pasien diminta
melakukan gerakan tersebut beberapa kali
Perhatikan kehalusan, akurasi gerakan dan tremor yang terlihat. Teknik yang sama
dilakukan pada tungkai lainnya
7. Pemeriksaan Rapid Alternating Movements (RAM) Ekstremitas Atas
Pasien diminta menggerakkan kedua tangannya ke posisi pronasi diikuti supinasi,
berulang-ulang dan secepat mungkin. Gerakan dapat dilakukan dengan tangan bertumpu
pada paha/dorsum manus.
Teknik lain dengan meminta pasien menggerakkan tangannya seperti sedang memutar
kenop secara bersamaaan.
8. Pemeriksaan Fenomena Rebound
Pasien diminta memfleksikan siku dan mengadduksikan lengan bawah kearah bahu.
Telapak tangan supinasi dan dalam posisi mengepal.
Pemeriksa menarik lengan bawah pasien pada pergelangan tangan dan pasien diminta
melawannya, seperti gerakan pada panko
Pemeriksa secara tiba2 melepas genggaman pada pergelangan tangan pasien. Untuk
melindungi pasien, tangan pemeriksa yg lainnya diposisikan di depan wajah pasien.
Perhatikan apakah pasien dapat segera mengendalikan kontraksi lengannya sehingga
tidak menghantam wajahnya.