Anda di halaman 1dari 12

Pemeriksaan kesadaran => Glasgow Comma Scale

 Observasi kondisi pasien dan lingkungan yg bisa mengganggu penilaian kesadaran


 Rangsangan suara: Pasien diberi rangsangan dg cara memanggil, menanyakan namanya,
lokasi dan waktu saat pemeriksaan
o Selamat pagi bapak, saya dr. Rani. Bapak namanya siapa? Bapak tau sekrang
ada dimana? Bapak tau sekarang hari apa?
 Pasien juga diminta berjabat tangan, bila terdapat kelemahan ekstremitas, pasien bisa
diminta membuka mulut, menjulurkan lidah atau mengedipkan mata
o Coba buku mulutnya pak, julurkan lidahnya, baik, silakan tutup matanya
 Nilai respon (EMV): perhatikan dan berikan nilai respon terbaik untuk komponen
membuka mata, motorik dan verbal setelah pasien diberi rangsangan suara
 Rangsangan nyeri kuku: Bila pasien masih belum membuka mata setelah diberi
rangsangan suara, berikan rangsangan nyeri pada jari tangan pasien menggunakan
pulpen/penlight. Intensitas nyeri naik secara bertahap hingga maks 10 detik atau telah
mencapai respon terbaik
 Rangsangan nyeri otot trapezius: Bila pasien tidak dapat mengikuti perintah pemeriksa,
maka ransangan nyeri diberikan dengan cara mencubit otot trapezius. Intensitas nyeri
naik secara bertahap hingga maks 10 detik atau telah mencapai respon terbaik
 Rangsangan nyeri takik supraorbita: Bila pasien belum menunjukkan respon terbaik,
tekan takik supraorbita dengan ibu jari. Intensitas nyeri naik secara bertahap hingga maks
10 detik atau telah mencapai respon terbaik
 Penilaian Motorik:
- M5: Melokalisasi nyeri, melewati klavikula => jika pasien dapat menjangkau
stimulus nyeri sampai melewati klavikula
- M4: Fleksi siku, tidak melewati klavikula => jika pasien menjangkau stimulus nyeri
namun tidak melewati klavikula
- M3: Fleksi abnormal (dekortikasi) => jika terdapat fleksi abnormal ekstremitas atas
dan ekstensi ekstremitas bawah
- M2: Ekstensi (deserebrasi) => jika terjadi ekstensi pada ekstremitas atas dan bawah
- M1: Tidak ada respon => bila tidak terdapat respon motorik
 Penilaian Verbal:
- V5: Orientasi baik => bila pasien dapat menjawab namanya, orientasi terhadap
tempat dan waktu baik
- V4: Disorientasi => jika pasien dapat mengeluarkan beberapa kalimat tapi tidak
menjawab sesuai dengan pertanyaan pemeriksa
D: bapak namanya siapa?
P: Hafiz pak
D: bapak tau sekarang dimana?
P: tidak tau pak
D: bapak tau sekarang hari apa?
P: tidak tau pak
D: bapak tau kenapa bisa sampai kesini?
P: tidak ingat pak
- V3: Kata2 inkoheren => jika pasien hanya mengeluarkan kata2 yg tidak berorientasi,
ex: aduh
- V2: Suara yg tidak berbentuk kata2 => jika pasien hanya mengeluarkan suara berupa
erangan
- V1: Tidak ada respon => jika pasien sama sekali tidak menunjukkan respon verbal

Pemeriksaan tanda rangsang meningeal

1. Pemeriksaan kaku kuduk


 Pasien diminta berbaring telentang tanpa bantal
 Sebelum melakukan pemeriksaan kaku kuduk, pemeriksa terlebih dahulu menolehkan
leher pasien ke kiri dan ke kanan
 Pemeriksa juga melakukan pengangkatan bahu pasien untuk memastikan tidak
terdapatnya kekakuan pada otot leher
 Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada bagian belakang pasien, tangan kanan
menahan dada pasien
 Leher pasien difleksikan kearah dada
 Pemeriksa merasakan ada/tidaknya tahanan
2. Brudzinski neck sign
 Pasien diminta berbaring telentang tanpa bantal
 Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada bagian belakang pasien, tangan kanan
menahan dada pasien
 Leher pasien difleksikan kearah dada
 Pemeriksa memperhatikan adanya fleksi pada sendi panggul dan lutut kedua tungkai
 Hasil pemeriksaan (+) bila didapatkan fleksi pada sendi panggul dan lutut
3. Brudzinski contralateran reflex sign
 Pasien diminta berbaring telentang
 Pemeriksa memfleksikan sendi panggul dan lutut salah satu tungkai pasien
 Hasil (+) jika didapatkan fleksi dari sendi panggul dan lutut tungkai kontralateral
4. Kernigue
 Pasien diminta berbaring telentang
 Pemeriksa melakukan fleksi pada salah satu sendi panggul pasien hingga posisi paha
menjadi vertikal, kemudian secara perlahan sendi lutut diekstensikan
 Hasil (+) bila lutut pasien tidak dapat diekstensikan dengan sudut melebihi 135 o pada
sendi panggul yang sudah fleksi
 Lakukan pemeriksaan pada sisi kontralateral

Pemeriksaan N. Cranialis (N. III, IV, VI)

1. Pemeriksaan pupil: Pemeriksa melakukan inspeksi thd bentuk, posisi, kesimetrisan dan
ukuran pupil pasien
2. Pemeriksaan reflex cahaya langsung: Pasien diminta melihat jauh ke depan, pemeriksa
menyorotkan cahaya ke arah pupil dan mengamati perubahan diameter pupil yg terjadi
3. Pemeriksaan reflex cahaya tidak langsung: Pemeriksa mengamati perubahan diameter
pupil pada mata yg tidak disorot cahaya ketika mata lainnya masih mendapatkan sorotan
cahaya langsung
4. Pemeriksaan reflex akomodasi: Pemeriksa meletakkan jari telunjuknya dengan posisi yg
sejajar dengan mata pasien, kemudian menggerakan jari telunjuk dari jarak yg agak jauh
mendekat kearah wajah pasien. Pasien diminta mengikuti jari pemeriksa, perhatikan
perubahan ukuran pupil yg terjadi
5. Pemeriksaan gerakan bola mata: Pemeriksa melakukan inspeksi posisi bola mata,
perhatikan apakah kedudukan bola mata simetris/tidak. Pasien diminta mengikuti gerakan
jari pemeriksa yg digerakkan mengikuti bentuk huruf H. Pemeriksa memperhatikan
ada/tidaknya hambatan gerakan bola mata selama pasien mengikuti gerakan jari
pemeriksa
6. Pemeriksaan konvergensi: Pemeriksa menggerakkan jari telunjuknya dari jarak yg agak
jauh dari wajah pasien mendekat ke arah wajah pasien. Pasien diminta mengikuti gerakan
jari, perhatikan gerakan konvergensi kedua mata pasien. Pemeriksaan ini dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan akomodasi
7. Pemeriksaan kelopak mata: Pemeriksa mengukur lebar celah mata, fisura palpebralis
kanan dan kiri. Pasien diminta utk melakukan gerakan menutup dan membuka mata tanpa
disertai tahanan. Pemeriksa mengamati ada/tidaknya ptosis selama pemeriksaan.

Pemeriksaan motorik N. fasialis (N. VII)

 Pasien diminta utk duduk dengan rileks, pemeriksa mengamati otot2 wajah pasien pada
keadaan istirahat.
 Pada saat inspeksi perlu diperhatikan kesimetrisan wajah, tonus otot, trofi otot, gerakan
involunter. Perhatikan juga kerutan dahi pada saat istirahat
 Pasien diminta mengerutkan dahinya, amati kerutan dahi yg terlihat
 Mintalah pasien memejamkan mata sekuat mungkin. Perhatikan apakah kedua mata dapat
tertutup dengan rapat
 Berikan tahanan pada muskulus orbicularis okuli dengan mendorong area alis ke arah
atas dengan jari telunjuk. Perhatikan kekuatan otot dan bandingkan mata kiri-kanan
 Mintalah pasien utk tersenyum lebar. Perhatikan kesimetrisan sudut bibir pasien dan
sulkus nasolabialis.
 Pasien diminta menggembungkan kedua pipi. Pemeriksa menekan kedua pipi pasien
dengan jari telunjuk secara bersamaan hingga udara keluar dari mulut pasien. Perhatikan
apakah terdapat kebocoran udara pada salah satu sisi sudut mulut
 Pasien diminta utk mengatupkan rahang atas-bawah dan menarik sudut bibirnya utk
memunculkan muskulus platisma.
Pemeriksaan N. Hipoglosus

 Pasien diminta membuka mulut. Pemeriksa mengamati trofi, gerakan dan posisi lidah
pasien
 Mintalah pasien menjulurkan lidahnya lurus ke depan. Perhatikan apakah lidah terdeviasi
ke salah satu sisi, apakah terdapat atrofi papil, vesikulasi atau tremor
 Pasien diminta utk menggerakkan lidah ke kiri, kanan, atas, bawah baik scr cepat maupun
perlahan
 Pasien diminta menekan dinding dalam pipi dengan ujung lidah, lalu melawan tekanan yg
diberikan pemeriksa dari sisi luar pipi. Bandingkan kekuatan motorik lidah sisi kanan dan
kiri.

Pemeriksaan motorik umum

1. Pemeriksaan trofi otot


 Pemeriksa melakukan inspeksi pada otot2 pasien, otot wajah, bahu dan ekstremitas.
 Pasien menjulurkan kedua lengannya dalam posisi supinasi dan merapatkan kedua
lengannya
 Perhatikan otot2 kedua lengan dari tangan hingga bahu. Perhatikan otot tenar, hipotenar
dan interosseus pada bagian palmar. Jika diperlukan pemeriksa dapat melakukan
pengukuran dan membandingkannya dg otot kontralateral.
 Pemeriksaan juga dilakukan pada otot2 tungkai
2. Pemeriksaan tonus umum ekstremitas atas
 Pemeriksa menggerakkan pergelangan tangan pasien secara pasif dengan gerakan fleksi,
ekstensi dan rotasi. Gerakan dilakukan perlahan dan lama-kelamaan mjd cepat.
 Gerakan juga dilakukan pada sendi siku dan bahu. Rasakan ada tidaknya tahanan dan
rigiditas. Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi.
3. Pemeriksaan tonus umum ekstremitas bawah
 Pemeriksa menggerakkan pergelangan tangan pasien secara pasif dengan gerakan fleksi,
ekstensi dan rotasi. Gerakan dilakukan perlahan dan lama-kelamaan mjd cepat.
 Gerakan juga dilakukan pada sendi lutut dan panggul. Rasakan ada tidaknya tahanan dan
rigiditas. Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi.
Pemeriksaan kekuatan motoric ekstremitas atas

1. Pemeriksaan kekuatan otot sendi bahu


 Pasien diminta melakukan gerakan abduksi lengan atas hingga sejajar bahu
 Pemeriksa memberi tahanan dengan mendorong lengan pasien kearah bawah. Pasien
diminta menahan sekuat mungkin.
 Nilai kekuatan otot pasien
 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya. Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
2. Pemeriksaan kekuatan otot sendi siku
 Pasien diminta memfleksikan sendi siku dan melakukan gerakan adduksi
 Pemeriksa memberi tahanan dengan menarik pergelangan tangan pasien. Pasien diminta
menahan sekuat mungkin.
 Nilai kekuatan otot pasien
 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya. Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
3. Pemeriksaan kekuatan otot sendi pergelangan tangan
 Pasien diminta mengepalkan dan mengekstensikan kepalan tangan
 Pemeriksa memberi tahanan dengan mendorong kearah berlawanan. Pasien diminta
menahan sekuat mungkin.
 Nilai kekuatan otot pasien
 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya. Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
4. Pemeriksaan kekuatan otot sendi jari tangan
 Pasien diminta mengekstensikan jari2 tangan. Pemeriksa memfiksasi dengan
menggenggam pergelangan tangan pasien dengan tangan kiri pemeriksa.
 Pemeriksa memberi tahanan dengan mendorong jari2 pasien kearah bawah. Pasien
diminta menahan sekuat mungkin.
 Nilai kekuatan otot pasien
 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya. Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi

Pemeriksaan kekuatan motoric ekstremitas bawah

1. Pemeriksaan kekuatan otot sendi panggul


 Pasien diminta memfleksikan tungkai pada sendi panggul
 Pemeriksa memberi tahanan dengan mendorong ke bawah. Pasien diminta menahan
sekuat mungkin.
 Nilai kekuatan otot pasien
 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya, dengan cara ekstensi tungkai. Lakukan
pemeriksaan pada kedua sisi
2. Pemeriksaan kekuatan otot sendi lutut
 Pasien diminta memfleksikan lutut
 Pemeriksa berusaha mengekstensikan dengan menarik pergelangan kaki pasien. Pasien
diminta menahan sekuat mungkin.
 Nilai kekuatan otot pasien
 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya, dengan pasien mengekstensikan lutut.
Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
3. Pemeriksaan kekuatan otot sendi pergelangan kaki
 Pasien diminta melakukan gerakan plantar fleksi
 Pemeriksa memberi tahanan dengan mendorong telapak kaki ke arah kranial. Pasien
diminta menahan sekuat mungkin.
 Nilai kekuatan otot pasien
 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya, dengan gerakan dorso fleksi. Lakukan
pemeriksaan pada kedua sisi

Pemeriksaan sensorik umum

1. Pemeriksaan raba halus


 Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dikerjakan.
 Minta pasien memejamkan mata. Usapkan kapas/ujung jari pemeriksa pada area kulit
pasien, lakukan pada beberapa area kulit sesuai tujuan pemeriksaan
 Tanyakan pada pasien apakah stimulus yang diberikan dapat dirasakan sama
2. Pemeriksaan rasa nyeri
 Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dikerjakan.
 Minta pasien memejamkan mata. Tusukkan ujung tusuk gigi pada area kulit pasien,
lakukan pada beberapa area kulit sesuai tujuan pemeriksaan
 Tanyakan pada pasien apakah stimulus yang diberikan dapat dirasakan sama
 Buanglah alat periksa setelah selesai pemeriksaan. Jangan digunakan pada beberapa
pasien
3. Pemeriksaan rasa suhu
 Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dikerjakan.
 Minta pasien memejamkan mata. Pemeriksa menyentuhkan stimulus dingin dan stimulus
hangat secara bergantian dengan jeda 2 detik pada beberapa area kulit pasien
 Tanyakan pada pasien apakah stimulus yang diberikan pada beberapa area tersebut dapat
dirasakan sama
 Untuk stimulus dingin dapat digunakan tabung reaksi berisi air dingin dengan suhu 5-10
C. sedangkan Untuk stimulus hangat dapat digunakan tabung reaksi berisi air hangat
dengan suhu 40-45 C.
4. Pemeriksaan rasa vibrasi
 Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dikerjakan.
 Minta pasien memejamkan mata. Getarkan garpu tala dengan frekuensi 128/256 Hz.
 Letakkan pada area tonjolan tulang/sendi pasien. Pasien diminta merasakan gerakan
garpu tala
 Pemeriksa merasakan gerakan garpu tala yang dipegang, bila pemeriksa masih merasakan
grakan garpu tala >10 detik maka rasa vibrasi pasien dianggap tidak normal.
 Bila pasien tidak merasakan gerakan garpu tala, pindahkan garpu tala ke sendi yang lebih
proksimal atau sendi homolog kontralateral. Minta pasien membandingkan keduanya
 Pemeriksaan dapat dilakukan pada beberapa tempat tonjolan tulang, seperti sendi
interphalangeal proksimal ibu jari kaki, sendi metatarso phalangeal, malleolus medial,
tuberositas tibia, SIAS, ujung jari tangan, sendi interphalangeal, sendi
metacarpophalangeal, pergelangan tangan, siku dan bahu
5. Pemeriksaan rasa posisi
 Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dikerjakan.
 Minta pasien memejamkan mata. Pemeriksa memegang ujung jari tangan pasien pada sisi
lateral. Jari tangan yang akan diperiksa tidak boleh bersentuhan dg jari2 disebelahnya.
 Pemeriksa menggerakkan jari tangan pasien ke arah atas dan bawah secara berulang-
ulang. Pasien diminta menyebutkan arah jari2nya pada setiap gerakan. Lakukan hal
serupa pada keempat ekstremitas.

Pemeriksaan reflex fisiologis

1. Pemeriksaan reflex bisep


 Posisikan lengan bawah pasien semifleksi dan sedikit pronasi.
 Pemeriksa meletakkan ibu jari/jari telunjuk di atas tendon bisep yang akan diperiksa.
 Tekan dengan lembut, ketuk dengan palu reflex dan amati respon yang timbul
 Periksa perluasan zona reflex dan tentukan derajat reflex.
 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
2. Pemeriksaan reflex trisep
 Posisikan lengan bawah pasien semifleksi dan lengan bawah pasien disangga pemeriksa
atau tangan pasien memegang siku kontralateral.
 Ketuk palu reflex pada tendon trisep yang insersinya terletak sedikit di atas olecranon.
Amati respon yang timbul
 Periksa perluasan zona reflex dan tentukan derajat reflex.
 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
3. Pemeriksaan reflex patella
 Pasien diminta berbaring telentang. Pemeriksa menyangga sendi lutut pasien dengan
lengan kirinya agar lutut pasien sedikit fleksi dan rileks.
 Ketukkan palu reflex pada tendon patella pasien dan amati respon yang timbul
 Periksa perluasan zona reflex dan tentukan derajat reflex.
 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
4. Pemeriksaan reflex achilles
 Pasien diminta berbaring telentang. Posisikan tungkai pasien abduksi, rotasi eksternal dan
lutut fleksi.
 Tangan kiri pemeriksa menekan plantar pedis pasien sambil sedikit menekannya ke arah
atas. Tangan kanan pemeriksa mengetukkan palu reflex pada tendon Achilles.
 Amati respon reflex berupa gerakan plantar fleksi
 Periksa perluasan zona reflex dan tentukan derajat reflex.
 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi

Pemeriksaan reflex patologis

1. Pemeriksaan tanda Babinski


 Pemeriksa menggoreskan ujung palu reflex pada kulit telapak kaki pasien mulai dari
tumit, menyusuri sisi lateral dan metatarsal plantar pedis hingga berakhir di area bawah
ibu jari.
 Respon positif berupa dorsofleksi ibu jari dan abduksi jari2 lainnya
2. Pemeriksaan tanda Chaddock
 Pemeriksa menggoreskan ujung palu reflex pada area bawah malleolus lateral menyusuri
sisi lateral punggung kaki hingga berakhir dijari kelingking
 Respon positif berupa dorsofleksi ibu jari dan abduksi jari2 lainnya
3. Pemeriksaan tanda Oppenheim
 Pemeriksa menekan mulai dari area infrapatella menyusuri anteromedial tibia hingga
pergelangan kaki pasien dengan menggunakan buku jari telunjuk dan jari tengah
 Respon positif berupa dorsofleksi ibu jari dan abduksi jari2 lainnya
4. Pemeriksaan tanda Schaffer
 Berikan tekanan yang cukup kuat pada tendon Achilles pasien
 Respon positif berupa dorsofleksi ibu jari dan abduksi jari2 lainnya
5. Pemeriksaan tanda Gordon
 Pemeriksa meremas otot gastrocnemius pasien
 Respon positif berupa dorsofleksi ibu jari dan abduksi jari2 lainnya

Pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi

1. Pemeriksaan Romberg
 Pasien diminta berdiri pada alas yg datar, kedua kaki rapat, kedua lengan disisi tubuh atau
menyilang didada. Mata pasien tetap terbuka. Pasien sebaiknya tidak memakai alas kaki
selama pemeriksaan.
 Pemeriksa berdiri di dekat pasien dengan kedua lengan terjulur ke depan agar dapat
segera menangkap pasien jika pasien terjatuh
 Observasi selama 20 detik, perhatikan apakah pasien bergoyang/jatuh
 Pasien diminta untuk memejamkan matanya. Observasi selama 30 detik, perhatikan
kemampuan pasien untuk mempertahankan posisinya agar tetap tegak.
2. Pemeriksaan Romberg dipertajam
 Pasien diminta berdiri pada alas yg datar dengan kedua kaki berada pada satu garis,
dengan posisi ibu jari berada dibelakang tumit kaki lainnya. Kedua lengan menyilang
didada dan mata tetap terbuka.
 Observasi selama 20 detik, perhatikan apakah pasien bergoyang/jatuh
 Pasien diminta untuk memejamkan matanya. Observasi selama 30 detik, perhatikan
apakah pasien bergoyang/jatuh ke salah satu sisi
3. Pemeriksaan Fukuda Stepping Test
 Pasien diminta berdiri, kedua lengan ekstensi serta terjulur ke depan
 Pasien diminta berjalan di tempat dengan mata terbuka, sebanyak 50 langkah dengan
mata tertutup sambil berhitung dengan suara keras.
 Perhatikan apakah pasien jatuh atau posisi berdiri mengalami deviasi > 45o dari posisi
awal pasien
4. Pemeriksaan Past Pointing Test
 Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pasien posisi duduk maupun berdiri
 Pasien diminta mengekstensikan lengannya dengan jari telunjuk ekstensi.
 Pemeriksa meletakkan jari telunjuknya di depan pasien. Pasien diminta mengarahkan
telunjuknya ke jari telunjuk pemeriksa
 Pasien diminta melakukan gerakan tersebut beberapa kali dengan mata terbuka. Gerakan
diulang kembali beberapa kali dengan mata tertutup
 Perhatikan apakah terdapat deviasi jari pasien dari target dan konsistensi arah deviasi
pada beberapa kali pengulangan
5. Tes Telunjuk Hidung
 Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pasien posisi duduk, berbaring ataupun berdiri
 Pemeriksa meletakkan jari telunjuknya di depan pasien
 Minta pasien menyentuhkan jari telunjuknya ke jari telunjuk pemeriksa, lalu
menyentuhkan ujung jari telunjuknya ke ujung hidungnya
 Pasien diminta melakukan gerakan tersebut beberapa kali dengan mata terbuka.
Pemeriksa dapat mengubah letak jari telunjuknya pada berbagai kuadran, berbagai jarak
dan berbagai kecepatan
 Perhatikan kehalusan, akurasi, kecepatan gerakan dan tremor yang terlihat. Teknik yang
sama dilakukan pada lengan lainnya
6. Tes Tumit Lutut
 Pasien diminta berbaring telentang. Minta pasien mengangkat tungkainya dan meletakkan
tumit kaki pada lutut kontralateral.
 Minta pasien menyusuri tuberositas tibia menuju ke ibu jari kaki. Pasien diminta
melakukan gerakan tersebut beberapa kali
 Perhatikan kehalusan, akurasi gerakan dan tremor yang terlihat. Teknik yang sama
dilakukan pada tungkai lainnya
7. Pemeriksaan Rapid Alternating Movements (RAM) Ekstremitas Atas
 Pasien diminta menggerakkan kedua tangannya ke posisi pronasi diikuti supinasi,
berulang-ulang dan secepat mungkin. Gerakan dapat dilakukan dengan tangan bertumpu
pada paha/dorsum manus.
 Teknik lain dengan meminta pasien menggerakkan tangannya seperti sedang memutar
kenop secara bersamaaan.
8. Pemeriksaan Fenomena Rebound
 Pasien diminta memfleksikan siku dan mengadduksikan lengan bawah kearah bahu.
Telapak tangan supinasi dan dalam posisi mengepal.
 Pemeriksa menarik lengan bawah pasien pada pergelangan tangan dan pasien diminta
melawannya, seperti gerakan pada panko
 Pemeriksa secara tiba2 melepas genggaman pada pergelangan tangan pasien. Untuk
melindungi pasien, tangan pemeriksa yg lainnya diposisikan di depan wajah pasien.
 Perhatikan apakah pasien dapat segera mengendalikan kontraksi lengannya sehingga
tidak menghantam wajahnya.

Anda mungkin juga menyukai