1 Memperkenalkan diri
2 Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur pemeriksaan
3 Melakukan pemeriksaan N.I = olfaktorius
Subyektif : tanyakan pada penderita adakah gangguan membaui
Obyektif : dengan bahan bahan yang dikenal sehari-hari dan baunya tidak
merangsang mukosa hidung (bahan menyengat merangsang n.V)
kenalkan dulu bahan yang akan diteskan
periksa bergantian lubang hidung kanan dan kiri, mata penderita ditutup
4 Melakukan pemeriksaan N.II = optikus
Tajam penglihatan (visus) dg optotipe snellen
Minta pasien membaca snell chart dari jarak 6 meter.
Meminta pasien menutup mata kiri untuk memeriksa mata kanan, vice versa
Minta pasien membaca dari huruf teratas hingga huruf terbawah yang bisa dibaca
pasien. jika pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka
ketajaman penglihatannya (6/6) (normal)
jika pasien hanya bisa membaca sampai batas 20,berarti bahwa huruf yang
seharusnya dapat dibaca dari jarak 20 meter, ia hanya dapatmembacanya dari jarak
6 meter (6/20)
HItung jari Bila pasien belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu
Snellen pada jarak 3 meter (tulis 3/60) belum terlihat Hitung jari dg jarak 2
meter belum terlihat jarak 1meter (tulis 1/60).
Goyangan tangan Bila belum juga terlihat dg hitung jari pada jarak 1 meter
(tulis 1/300).
Menggunakan senter jika Goyangan tangan belum terlihat tanyakan apakah
pasien dapat melihat SINAR SENTER (tulis 1/ ~).
Bila tidak dapat melihat sinar disebut BUTA TOTAL
Lapangan pandang (campus visi) membandingkan dengan penglihatan pemeriksa
yang dianggap normal, menggunakan metode konfrontasi donder
Pasien duduk atau berdiri berhadapan sama tinggi dengan pemeriksa dengan jarak
kira-kira 1 meter.
Memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien harus ditutup, dengan tangan atau
kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata kanannya (sebaliknya).
Pasien diberikan instruksi untuk melihat terus pada mata kiri pemeriksa (difiksasi
pandangan) dan pemeriksa harus selalu melihat mata kanan pasien.
Pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa
dan pasien dengan gerakan dari arah luar ke dalam
Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus memberi tahu dan
dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa juga melihatnya
Pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan = ada gangguan kampus penglihatan,
Lakukan pemeriksaan pada masing-masing mata pasien
Melihat warna
Fundus okuli (dengan alat oftalmoskop)
5 Melakukan pemeriksaan N.III = okulomotor kelopak mata, pupil, gerak bola mata (together
with n. IV, n. VI)
Pemeriksa memperhatikan celah matanya, apakah ada ptosis, eksoftalmus dan
strabismus/ juling, apakah cendrung memejamkan matanya karena diplopia saat
wawancara.
Melakukan pemeriksaan mengenai ptosis, besar pupil, reaksi cahaya pupil, reaksi
akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan bola mata dan nistagmus.
menilai m. Levator palpebral (kekuatan kelopak mata) pasien memejamkan mata
minta membuka mata sambil menahan gerakan tsb dengan memegang / menekan ringan
pada kelopak mata.
pemeriksaan pupil ukuran, bentuk (bundar/tidak rata tepinya), kesamaan antara kanan
dan kiri
minta pasien melihat jauh
Refleks pupik direk menyinari mata dengan senter dari lateral perhatikan reaksi
pupil pada mata yang disinari. (Normal akan mengecil/miosis)
Refleks pupil indirek beri pembatas mata kanan n kiri sinari mata dengan senter
perhatikan reaksi pupil pada mata yang tidak disinari
6 Melakukan pemeriksaan N.IV = troklearis
Meminta pasien mengikuti tangan pemeriksa tangan pemeriksa digerakkan ke medial
bawah mata tdk bisa gerak = superior oblique paralysis
7 Melakukan pemeriksaan N.VI = abdusens
Meminta pasien melirik ke lateral
8 Melakukan pemeriksaan N.V = trigeminus motoric dan sensorik
Motoric
Pasien menggigit giginya sekuat-kuatnya palpasi m.maseter & temporalis
Pasien membuka mulutnya perhatikan deviasi rahang bawah (m.pterigoideus
lateralis)
Minta pasien gigit kayu tongue spatel bergantian sisi kanan dan sisi kiri
bandingkan bekas gigitan antara sisi kanan dan sisi kiri (M.Pterigoideus Medialis)
Sensorik
Menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah yang dipersarafi.
Periksa reflek kornea minta pasien melihat lurus ke depan pemeriksa
memberi rangsang ke arah kornea mata(limbus perbatasan kornea dna sclera)
dengan kapas yang dipilin
9 Melakukan pemeriksaan N.VII = facialis motoric dan sensorik
Motoric = adakah asimetri wajah
Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri (m. temporalis)
Menutup mata sekuatnya (asimetri ?) pemeriksa mencoba membuka ke 2 mata
dan bandingkan kekuatan kanan dan kiri. (m. orbicularis oculi = fungsi tutup
mata)
Memperlihatkan gigi (asimetri) (m. orbicularis oris)
Bersiul (asimetri/deviasi ujung bibir)
Meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing
Menarik sudut mulut ke bawah.
Sensorik
Sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah) Pemeriksaan dengan rasa
manis, asam, asin yang disentuhkan pada salah satu sisi lidah (diteteskan rasa
menunjuk rasa yg dirasakan dari kertas, tdk boleh menarik lidah ke dalam)
Lakrimasi = Tes Schirmer : menggunakan kertas lakmus uk 5x50 mm
salah satu ujung kertas dilipat diselipkan pada conjungtival sac di dekat
sudut mata medial kiri & kanan biarkan 5 menit dengan mata terpejam.
Interpretasi :
Normal : air mata conjunctival sac membasahi lakmus (biru) sepanjang
20-30 mm dlm waktu 5 mnt
< 20 mnt atau (-) : produksi berkurang
False + : Conjungtivitis
Refleks Stapedius (Stethoscope loudness imbalance test)
Pasang Stetoskop pada telinga pasien ketuk lembut diafragma stetoskop
or dengan garputala 256 Hz yang digetarkan dekat stetoskop tanyakan
Telinga kanan atau kiri sama atau salah satu lebih keras?
Interpretasi : Hiperakusis : bila suara ketukan terdengar lebih keras di sisi
yang sakit (menandakan lesi di dkt tmpt keluar n.VII di brain stem)
10 Melakukan pemeriksaan N.VIII = Vestibulokokhlearis, 2 komponen :
N. Kokhlearis = 1. Suara Bisik; 2. Gesekan jari; 3. Detik arloji; 4.Uji garputala
N. Vestibularis Pemeriksaan keseimbangan
11 Melakukan pemeriksaan N.IX dan X (N. Glosofaringeus & N. Vagus)
Minta pasien buka mulut inspeksi palatum dengan senter : perhatikan apakah terdapat
pergeseran uvula minta pasien disuruh menyebut “ah
Tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen sensorik dan nervus X
adalah komponen motorik)
Sentuh bagian belakang faring pada setiap sisi dengan spacula tanya pasien
apakah ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan.
Minta pasien bicara menilai adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren
unilateral) disuruh batuk
Tes rasa kecap secara rutin pada posterior lidah (N. IX) dengan memberikan rasa pahit
Minta pasien menjulurkan lidahnya bersihkan lidah penderita pd 1/3 bagian
belakang. beri rangsangan pengecapan pd lidah 1/3 belakang
13 Melakukan pemeriksaan N.XI = accesorius
m. Trapezius : meminta pasien mengangkat bahunya raba massa otot trapezius dan
usahakan untuk menekan bahunya ke bawah
m. Sternokleidomastoideus : pasien diminta menolehkan kepala ke 1 sisi dengan
melawan tangan pemeriksa raba massa otot sternokleidomastoideus
14 Melakukan pemeriksaan N.XII = hipoglossus
inspeksi lidah : dalam keadaan diam didasar mulu tentukan adanya atrofi dan
fasikulasi (kontraksi otot yang halus irregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat
unilateral atau bilateral.
Pasien diminta menjulurkan lidahnya jika lida berdeviasi kearah sisi yang lemah
(terkena) maka terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral.
Minta pasien menirukan kata2 behuruf “R” : ular, melingkar, pagar, dst. dengarkan
apakah ada pelo/cedal (Disartria)
15 Melakukan pemeriksaan sensorik raba alat : kapas dipilin
NB : Stimulasi harus sesering mungkin, jangan sampai memberikan tekanan pada
jaringan subkutan. Tekanan dapat ditambah sedikit bila memeriksa telapak tangan dan
telapak kaki yang kulitnya lebih tebal.
Cara Pemeriksaan : perkenalkan alat ke pasien minta pasien menutup mata
sentuhkan kapas minta penderita menyatakan “ya” atau “tidak” apabila dia merasakan
atau tidak merasakan adanya rangsangan juga minta menyatakan tempat atau bagian
tubuh mana yang dirangsang.
16 Melakukan pemeriksaan sensorik nyeri : Alat : tusuk gigi (1 ujung tajam, 1 pangkal tumpul)
Memperkenalkan alat ke pasien (tekanan seminimal mungkin)
Mata penderita ditutup
Pemeriksa terlebih dahulu mencoba tusuk gigi terhadap dirinya sendiri
Tekanan terhadap kulit penderita seminimal mungkin jangan sampai menimbulkan
perlukaan. Penderita jangan ditanya : apakah anda merasakan ini ? atau apakah ini
runcing ?
Rangsangan terhadap kulit dikerjakan dengan ujung tusuk gigi yang runcing dan tumpul
secara bergantian penderita diminta untuk menyatakan sensasinya sesuai dengan
pendapatnya.
Penderita juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas
ketajaman rangsangan di daerah yang berlainan.
Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun rangsangan dimulai dari
daerah tsb menuju kea rah yang normal.
Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya meninggi rangsangan dimulai dari
daerah tadi ke arah yang normal.
17 Melakukan pemeriksaan sensorik suhu = alat tabung berisi air dingin dan air panas (prefer
tabung metal than gelas) sensasi dingin =air dingin dengan suhu 5-10o C dan sensasi panas =
suhu 45-50o C.
Penderita lebih baik dalam posisi berbaring
Mata penderita ditutup
Tabung dingin/panas terlebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa.
Tabung ditempelkan pada kulit penderita penderita diminta untuk menyatakan apakah
terasa dingin atau panas
Sebagai variasi, penderita dapat diminta untuk menyatakan adanya rasa hangat.
Pada orang normal, adanya perbedaan suhu 2-5 oC sudah mampu untuk mengenalinya.
18 Melakukan pemeriksaan sensorik getar = alat Garputala 128 Hz bagian tubuh yang ditempeli
pangkal garputala antara lain : ibu jari kaki, malaeolus lateralis / medialis, tibia, sacrum, apina
iliaca anterior superior, prosesus spinosus vertebrae, sternum, klavikula, prosesses stiloideus
radus/ulna dan sendi-sendi jari.
Getarkan garpu tala terlebih dahulu, dengan jalan ujung garpu tala dipukulkan pada
benda padat/ keras yang lain lalu tempelkan pangkal garputala segera pada bagian
tubuh tertentu.
Yang dicatat = tentang intesitas dan lamanya vibrasi Kedua hal tersebut bergantung
pada kekuatan penggetaran garputala dan interval antara penggetaran garputala tadi
dengan saat peletakan garputala pada bagian tubuh yang diperiksa
19 Melakukan pemeriksaan sensorik posisi
Mata penderita tertutup, penderita duduk atau berbaring
Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan digerakan secara pasif
oleh pemeriksa dengan sentuhan sesering mungkin (dihindari adanya tekanan pada jari-
jari.
Jari yang diperiksa harus “dipisahkan” dari jari-jari sebelah kanan / kirinya sehingga
tidak bersentuhan dan tidak boleh melakukan gerak aktif meskipun ringan.
Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari ataupun apakah
adanya gerakan pada jarinya.
Apabila diperoleh kesan adanya gangguan sensasi gerak dan posisi maka periksa bagian
tubuh lain yang ukurannya lebih besar, misalnya tungkai bawah atau lengan bawah.
Cara lain = menempatkan jari-jari salah satu tangan penderita pada posisi tertentu sementara itu
mata penderita tetap tertutup penderita diminta untuk menjelaskan posisi jari-jari tadi ataupun
menirukan posisi tadi pada tangan yang satunya lagi.
20 Melakukan pemeriksaan kaku kuduk
A. Kaku kuduk
B. Brudzinski I-IV signs
C. Kernig sign
21 Melakukan pemeriksaan Kernig
1 Memperkenalkan diri
2 Memberikan penjelasan tentang tujuan & prosedur pemeriksaan
3 Memeriksa/melakukan pengamatan keadaan umum, cara berjalan, gerakan abnormal, apakah dapat
berjalan sendiri, simetris atau tidak
• Pengamatan umum tersebut meliputi :
1. Apakah pasien dapat berjalan sendiri?
2. Apakah pasien harus dipapah untuk berjalan?
3. Bagaimana gaya berjalannya?
4. Adakah gerakan abnormal?
5. Apabila pasien berbaring, apakah tubuhnya terlihat simetris?
3. Refleks brachioradialis/radius
4. Refleks ulnaris
- Pasien duduk dengan relaks
- Posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi
- Ketuk palu refleks pada periosteum prosesus styloideus ulna
- Respon normal : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator quadratus
5. Refleks Patella
- Pasien duduk dengan posisi tungkai menggantung (bisa juga diperiksa dengan posisi tidur)
- Tahan daerah distal paha dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain memukul tendo
patella untuk menimbulkan refleks
- Respon normal : Tangan pemeriksa yang menahan distal paha akan merasakan kontraksi otot
quadriceps atau pemeriksa dapat mengamati gerakan ekstensi tungkai bawah karena kontraksi
m. quadriceps femoris
6. Refleks Achilles
- Pasien diminta duduk dengan satu tungkai menggantung atau berbaring dengan posisi supine
- Tegangkan tendon achilles dengan cara menahan kaki di posisi dorsofleksi
- Pukul tendo achilles dengan ringan dan cepat untuk memunculkan respons refleks
- Respon normal : plantar fleksi karena kontraksi m. gastrocnemius
Figure 1 reflex patella
achilles
0 Tidak berespons
+2 Normal, rata2/umum
+4 Hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus, dan sering mengindikasikan suatu
kelainan
9 Melakukan pemeriksaan dan intepretasi Refleks Patologis Refleks patologis yang positif = menunjukkan
adanya lesi di UMN (upper motor neuron)
1. Hoffman (extremitas atas)
Extremitas bawah :
3. Babinsky
- Pasien pada posisi berbaring (supine)
- Dilakukan penggoresan telapak kaki dengan ujung palu refleks dari tumit
menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki, kemudian
setelah pada pangkal kelingking, goresan dibelokkan ke medial sampai
akhir dekat pangkal ibu jari kaki
- Respon positif : dorsofleksi ibu jari kaki disertai abduksi (pemekaran)
jari kaki lainnya
4. Chaddock
2. Klonus kaki
- Pasien pada posisi berbaring (supine)
- Dorsofleksikan kaki secara maksimal sehingga otot-otot
betis teregang lalu bereaksi dengan memendekkan diri
(posisi tungkai fleksi di sendi lutut) tangan kiri
pemeriksa ngangkat spy dorsofleksi, tangan kanan
pegang punggung kaki, ditarik ke cranial 1x (tangan kiri
jangan lepas)
- Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama
stimulus berlangsung
CHECKLIST KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIF DAN REFLEKS LAINNYA
1. Memperkenalkan diri
2. Memberikan penjelasan tentang tujuan & prosedur pemeriksaan
3. Melakukan pemeriksaan dan intepretasi refleks primitive Normalnya muncul pada
bayi/anak-anak, bila muncul saat dewasa mengindikasikan kemunduran fungsi
susunan saraf pusat
1. Grasp refleks
- Posisikan pasien dalam posisi berbaring /
supinasi
- Jari telunjuk pemeriksa menggores ringan
(tapping) pada telapak tangan pasien (diantara
ibu jari dan jari telunjuk pasien)
- Respon : Grasp Reflex (+) bila muncul reflek
menggenggam
2. Snout refleks
- Posisikan pasien dalam posisi duduk / berbaring
- Lakukan penekanan/ tapping ringan philtrum
bibir atas
- Respon : Positif jika terjadi gerakan protrusi bibir
(terutama bibir bawah) / mecucu disertai
penurunan sudut mulut
3. Rooting reflex
4. Palmomental refleks
- Pemeriksa menggores permukaan telapak
tangan (pada thenarnya) pasien
- Respon : muncul kontraksi otot mentalis (dagu)
ipsilateral
5. Glabela reflex
- Dilakukan pengetukan di dahi diantara kedua
mata tangan kiri pegang kepala, tangan
kanan mengetuk dari samping/belakang
(jangan dari depan takut reflek ancam)
- Respon : didapatkan spasme otot mata terus
menerus dan pasien menutup mata (pasien
berkedip terus menerus)
2. Refleks kremaster
3. Refleks anal
1. Memperkenalkan diri
2. Memberikan penjelasan tentang tujuan & prosedur pemeriksaan
3. Melakukan pemeriksaan dan intepretasi refleks primitive Normalnya muncul pada
bayi/anak-anak, bila muncul saat dewasa mengindikasikan kemunduran fungsi
susunan saraf pusat
1. Grasp refleks
- Posisikan pasien dalam posisi berbaring /
supinasi
- Jari telunjuk pemeriksa menggores ringan
(tapping) pada telapak tangan pasien (diantara
ibu jari dan jari telunjuk pasien)
- Respon : Grasp Reflex (+) bila muncul reflek
menggenggam
2. Snout refleks
- Posisikan pasien dalam posisi duduk / berbaring
- Lakukan penekanan/ tapping ringan philtrum
bibir atas
- Respon : Positif jika terjadi gerakan protrusi bibir
(terutama bibir bawah) / mecucu disertai
penurunan sudut mulut
3. Rooting reflex
4. Palmomental refleks
- Pemeriksa menggores permukaan telapak
tangan (pada thenarnya) pasien
- Respon : muncul kontraksi otot mentalis (dagu)
ipsilateral
5. Glabela reflex
- Dilakukan pengetukan di dahi diantara kedua
mata tangan kiri pegang kepala, tangan
kanan mengetuk dari samping/belakang
(jangan dari depan takut reflek ancam)
- Respon : didapatkan spasme otot mata terus
menerus dan pasien menutup mata (pasien
berkedip terus menerus)
2. Refleks kremaster
3. Refleks anal
No Aspek Penilaian
1 Memberikan penjelasan tentang tujuan dan kepentingan pemeriksaan memeriksan tingkat
kesadaran (kewaspadaan atau reaksi seseorang dalam menanggapi rangsangan dari luar yang
ditangkap oleh panca indera), yang berguna dalam menegakkan diagnosis + menentukan
prognosis penderita
2 Melakukan pemeriksaan terhadap respon membuka mata dengan benar dan melaporkan nilainya
beserta alasannya
Nilai Membuka Spontan 4
Mata
Terhadap bicara (suruh pasien membuka mata) 3
Dengan rangsang nyeri (tekan pada syaraf supraorbita atau kuku 2
jari)
Tidak ada reaksi (dengan rangsang nyeri pasien tidak buka mata 1
3 Melakukan pemeriksaan terhadap respon verbal dengan benar dan melaporkan nilainya beserta
alasannya
Respon Baik dan tidak disorientasi (dapat menjawab dengan kalimat yang baik dan 5
Verbal tahu dimana ia berada, tahu waktu, hari orientasi orang, tempat. waktu)
Bicara
Kacau/confused (dapat bicara dalam kalimat, namun ada disorientasi 4
waktu dan tempat)
Tidak tepat (dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat 3
dan tidak tepat) >> dirangsang nyeri lalu bilang aduh, sakit, yah
Mengerang (tidak mengucapkan kata, hanya mengerang) 2
Tidak ada jawaban 1
4 Melakukan pemeriksaan terhadap respon motorik dengan benar dan melaporkan nilainya beserta
alasannya
Penilaian tingkat kesadaran pada anak dibedakan menurut rentang umur, yaitu :
Umur Nilai Normal
Lahir – 6 bulan 9
6 – 12 bulan 11
1 – 2 tahun 12
2 – 5 tahun 13
Lebih dari 5 tahun 14
No Aspek Penilaian
1 Menilai Orientasi Orang dengan benar
tanyakan namanya, usia, kerja, kapan lahir, kenal dengan orang di sekitarnya.
2 Menilai Orientasi Tempat dengan benar
tanyakan sekarang di mana, apa nama tempat ini, di kota mana berada.
3 Menilai Orientasi Waktu dengan benar
tanyakan hari apa sekarang, tanggal berapa, bulan apa, tahun berapa.
4 Menyimpulkan dan melaporkan hasil pemeriksaan Orientasi dengan benar
Afasia = awalnya bisa bicara, karena suatu penyakit (ex= stroke) tdk bisa bicara
No Aspek Penilaian
1 Memberikan penjelasan tentang tujuan dan kepentingan pemeriksaan menilai ketrampilan
bahasa utk mengetahui adanya gangguan cara berbahasa (afasia)
2 Memberikan instruksi prosedur pemeriksaan dengan jelas akan dilakukan penilaian
kelancaran bicara, pemahaman bahasa, repetisi, membaca, menulis, dan meminta untuk
menamai benda
3 Menilai Kelancaran Bicara pasien Minta pasien menyebutkan nama hewan sebanyak-
banyaknya selama 1 menit dengan Lancar = bicara spontan, lancer tidak tertegun untuk
mencari kata yang diinginkan. normalnya dalam 1 menit bisa menyebutkan >10
4 Menilai Pemahaman Bahasa Lisan pasien Ajak pasien bercakap-cakap dan nilai
pemahamannya terhadap kalimat minta pasien melakukan apa yang kita perintahkan
mulai dari yang sederhana sampai yang sulit, contoh = ambilkan ballpoint, ambilkan kertas
lalu letakkan di lantai
5 Menilai kemampuan Repetisi pasien Minta pasien untuk mengulangi apa yang kita
ucapkan mulai dari kata hingga kalimat bapak/ibu tolong ulangi yg saya ucapkan =
-Namun, tanpa, bila
-Bapak pergi ke kantor
6 Menilai kemampuan Menamai pasien pemeriksan menunjuk objek Minta pasien untuk
meyebutkan dengan cepat dan tepat nama objek yang kita tunjukkan. contoh = ballpoint,
jam/arloji, pensil
7 Menilai Kemampuan Membaca pasien >> membuat kalimat yang terdiri dari subjek-
predikat-keterangan >> minta pasien membaca kalimat
misal = Budi pergi ke sekolah, Ibu pergi ke pasar
8 Menilai Kemampuan Menulis pasien
kalimat terdiri dari subjek, objektif, keterangan
No Teknik Wawancara
1 PEMBUKAAN
- Memulai pemeriksaan, perkenalan
- Menjelaskan kerahasiaan medis bila perlu
- Mampu memberikan respon yang adekuat
2 ISI WAWANCARA
- Mampu mengarahkan wawancara untuk menemukan gejala
- Mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk keperluan penegakan diagnosis
kerja dan diagnosis banding
- Mampu memberikan respon yang adekuat
a. Identitas Pasien
Nama
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
c. RPD
Pernah Gangguan Psikiatri?
pernah merasa seperti ini sebelumnya? Jika ada, dulu gejalanya
gimana (sama/tdk)? Kapan pertama kali muncul? Ada periode
sembuh tidak? Pernah dirawat? Obat apa? teratur ga
minumnya? ESO?
Masa pre dan perinatal lahir normal? Hamil normal? Waktu hamil
ibu konsumsi obat atau alkohol?
Masa Dewasa
- Riwayat pekerjaan
- Perkawinan
- Keagamaan
- Aktivitas sosial
- Hukum
- Psikoseksual
- Keluarga (genogram)
- Situasi hidup sekarang
3 TEKNIK
- Menunjukkan empati
- Mempu mendengarkan aktif
- Mampu menilai emosi pasien
- Mempertahankan kontak mata tanpa membuat pasien terganggu
- Memberikan reassurance dan dukungan bila diperlukan
4 PENUTUP
- Memberikan kesimpulan pemeriksaan
- Memberikan saran-saran dan menjelaskan penatalaksanaan dalam bahasa yang
dimengerti pasien
- Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
No Status Mentalis
1 PENAMPILAN observasi
1. Seorang laki-laki/perempuan
2. Sesuai usia/tidak
3. Kebersihan dan kerapihan: kurang/cukup/baik
2 SIKAP DAN TINGKAH LAKU observasi selama anamnesis
a. Sikap: kooperatif/tidak kooperatif
b. Tingkah laku: hipoaktif/hiperraktif/normoaktif
Bisa ditambahkan perilaku lainnya seperti stereotipi, fleksibilitas cerea
dan lain-lain :
kataton (stupor, posturing, rigiditas, flexibilitas cerea, katalepsi),
otomatisme, command automatisme, autochton (gerakannya kyk
dilakukan org lain), negativism aktif/pasif, mutisme, stereotipi,
grimaseren/manineren, gelisah, agitasi, agresif, kompulsif,
impulsive,piromani, poriomania, kleptomani, ecolalia/ecopraxia,
verbigerasi/perseverasi
� Cari waham
Pernah ga merasa orang lain suka membicarakan Anda
(Waham Curiga)
Pernah ga merasa seperti dikejar-kejar orang atau orang lain
mau mencelakai Anda? (Persekutorik)
Merasa seseorang yang berkuasa/bos? Turunan Nabi?
(Kebesaran)
Merasa punya superpower? (Magis mistik)
Cemburu (Cemburu patologis)
Merasa dirinya, org lain, & dunia ini tidak ada/berakhir/sdh
mati/kiamat (Waham nihilistik)
Merasa kehilangan/akan terampas semua hartanya (Waham
kemiskinan)
Merasa otaknya mencair/berakar (Waham somatik)
Merasa bersalah, harus dihukum (Waham Dosa)
Merasa bahwa orang lain sangat mencintai dirinya
(Erotomania)
Hypochondria
Merasa dikendalikan orang lain, bisa melawan (Delusion
control)
Merasa dikendalikan orang lain dan tidak bisa melawan
(Delussion of passivity)
Merasa dipengaruhi (Delussion influence)
Merasa langit merah jadi besok tjd bencana alam, lihat mobil
merah jd yakin dikejar FBI (Delusion of Perception)
Tambahan :
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis 1 : Gangguan Klinis (Dx psikiatrinya contoh : F20.0 Skizofrenia Paranoid)
Axis 2 : Gangguan kepribadian, retardasi mental
Axis 3 : Kondisi Medik Umum
Axis 4 : Masalah psikososial dan lingkungan
Axis 5 : Penilaian GAF
Patokan GAF :
100 – 91 Baik
90 – 81 Gejala minimal dan fungsi baik
80 – 71 Gejala sementara dan dapat diatasi
70 – 61 Beberapa gejala ringan dan menetap
60 – 51 kerja tidak maksimal
50 – 41 tidak bisa kerja
40 – 31 waham, halu
30 – 21 hendaya lengkap (ga rawat diri, ga makan, ga mandi)
20 – 11 celakai diri sendiri/orang lain
10 – 1 seperti GAF 20 tapi menetap
Resep/Farmakologi
Psikotik Akut
R/ Haloperidol 5 mg tab No.IX
S 3.d.d. tab I
R/ Flurazepam 15 mg tab No. V --> Benzo long act -> late insom
S 1 dd tab 1
Tatalaksana EPS
Tatalaksana BIPOLAR
KINI MANIK
R/ Lithium Carbonate 300 mg tab No. XLII (2 mgg)
S 3 dd tab 1
KINI DEPRESI
R/ Lithium Carbonate 300 mg tab No. XLII (2 mgg)
S 3 dd tab 1
ATAU
R/Alprazolam 0,5 mg tab No. XV
S 3.d.d tab 1
ATAU
R/ Diazepam 2 mg tab No. X
S 2.d.d tab I
Long-term
R/ Sertraline 50 mg tab No. III
S 1.d.d. tab I ATAU
R/ Fluoxetine 20 mg tab No. III
S 1 dd tab 1
1. Melakukan persiapan :
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan dan pentingnya pemeriksaan yang akan
dilakukan
3. Melakukan inspeksi hidung bagian luar dan daerah sekitarnya. Inspeksi dilakukan dengan mengamati ada
tidaknya kelainan bentuk hidung, tanda-tanda infeksi dan secret yang keluar dari rongga hidung
– Udem
4. Melakukan palpasi hidung bagian luar dan daerah sekitarnya. Palpasi dilakukan dengan penekanan jari-jari
telunjuk mulai dari pangkal hidung sampai apeks untuk mengetahui ada tidaknya nyeri, massa tumor, atau
tanda-tanda krepitasi
Pemeriksaan nyeri tekan sinus kanan dan kiri penekanan dg satu jari (ibu jari atau telunjuk) kanan dan
kiri secara bersamaan pada sinus maksila (pipi), ethmoid (pangkal hidung), dan frontal (dahi).
• Krepitasi
• Fraktur
• Suhu
Perkusi hidung pemeriksaan nyeri ketok sinus kanan dan kiri = melakukan perkusi dengan satu jari
telunjuk kanan dan kiri secara bersamaan pada sinus maksila (pipi), ethmoid (pangkal hidung), da frontal
(dahi) Interpretasi : adakah nyeri unilateral/bilateral
5. Pemeriksaan menggunakan speculum hidung yang disesuaikan dengan besarnya lubang hidung. Spekulum
hidung dipegang dengan tangan yang dominan dan digenggam sedemikian rupa sehingga tangkai bawah
dapat digerakkan bebas dengan mengginakan jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Jari telunjuk
digunakan sebagai fiksasi di sekitar hidung.
6. Masukkan ujung speculum secara hati-hati dalam keadaan tertutup. Di dalam rongga hidung ujung
speculum dibuka. Jangan memasukkan ujung speculum terlalu dalam atau membuka ujung speculum terlalu
lebar
7. Nilai struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai dari dasar rongga hidung, konka-konka, meatus,
dan septum nasi. Perhatikan warna dan permukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya masa, tanda
peradangan, benda asing, dan secret
Penilaian :
Discharge : serous/mukopurulen/sanguinus
Mukosa : hiperemis/pucat
Konka : udem/hipertrofi
Septum : deviasi/krista/perforasi
Massa : warna, permukaan, jumlah, letak, jar nekrosis/ulkus, konsistensi, mudah berdarah,
bertangkai, batas
negative (-) = saat bilang iii tidak bergetar biasanya pada keganasan
9. Mengeluarkan speculum. Pada saat mengeluarkan speculum dari rongga hidung, ujung speculum dirapatkan
tetapi tidak terlalu rapat untuk menghindari terjepitnya bulu-bulu hidung. Lakukan pemeriksaan pada sisi
hidung yang satunya
Checklist Keterampilan Pemeriksaan Telinga
1. Melakukan persiapan :
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan dan pentingnya pemeriksaan yang akan
dilakukan
2. Menempatkan pasien duduk di tempat pemeriksana dan memberikan suasana nyaman dan rileks pada
pasien.
Gunakan Head Lamp
3. Inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan bentuk telinga, tanda-tanda peradangan, tumor, dan
secret yang keluar dari liang telinga.
Inspeksi aurikula
– Hematom/Pseudohematom
PRE AURIKULA
RETRO AURIKULA
4. Palpasi pada telinga, apakah ada nyeri tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post
aurikuler
• AURIKULA :
– Nyeri tarik
• PRE AURIKULA
– Nyeri tekan
• RETRO AURIKULA
– Fluktuasi
5. Lakukan pemeriksaan liang telinga dan membrane timpani dilakukan dengan memposisikan liang telinga
sedemikian rupa agar diperoleh aksis liang telinga yang sejajar dengan arah pandang mata dengan cara
menjepit daun telinga dengan ibu jari dan jari tengah dan menariknya kearah superior-dorso-lateral
dan mendorong tragus ke anterior dengan menggunakan jari telunjuk.
Cara ini dilakukan dengan tangan kanan bila akan memeriksa
telinga kiri dan sebaliknya digunakan tangan kiri bila akan
memeriksa telinga kanan
6. Dengan menggunakan tangan yang bebas masukkan speculum telinga. Amati liang telinga dengan
seksama apakah ada stenosis atau atresia metal, obstruksi yang disebabkan oleh secret, jaringan ikat, benda
asing, serumen obsturan, polip, jaringan granulasi, edema, atau furunkel.
Pada kasus-kasus dimana kartilago daun telinga agak kaku atau kemiringan liang telinga terlalu ekstrim
dapat digunakan bantuan speculum telinga yang disesuaikan dengan besarnya diameter liang telinga.
7. Nilai membrane timpani dengan memperhatikan permukaan membrane timpani, posisi membrane, warna,
ada tidaknya perforasi, reflex cahaya, sturktur telinga tengah yang terlihat pada permukaan membrane
seperti manibrium mallei, prosessus brevis, plika maleolaris anterior dan
posterior
Cara memegang otoskop : jari tengah, jari manis dan jari kelingking dapat
menumpu pada daerah pipi di dekat telinga pasien, sementara ibu jari dan jari
telunjuk memegang otoskop
CAE :
– Serumen : parsial/obsturan
– Corpus alienum
– Tumor / Granulasi
– Obstruksi/CAE sempit
TAMBAHAN
Valsava maneuver = otoskop sudah masuk, lalu minta pasien tutup hidung dan mulut melakukan
penilaian pergerakan MT yang mencembung di saat bersamaan normalnya MT konkaf/cembung
ke luar
Toynbee = pasien diminta menutup hidung dan mulut kemudian menelan
9. Melaporkan hasil pemeriksana kepada pasien dan mencatat dalam rekam medis.
Checklist Keterampilan Pemeriksaan Tenggorok
1. Melakukan persiapan :
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan dan pentingnya pemeriksaan yang akan
dilakukan
2 Menempatkan pasien duduk di tempat pemeriksana dan memberikan suasana nyaman dan rileks pada
pasien.
Gunakan Head Lamp
3. Inspeksi pada mulut dan bibir, perhatikan apakah ada kelainan berupa asimetri, tanda radang atau tumor
4. Inspeksi pada cavum oris dan orofaring untuk menilai mukosa bucal dan gigi
1 Melakukan Persiapan :
2 Menempatkan pasien pada tempat pemeriksaan dan memberikan rasa nyaman pada pasien
10 Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pasien dan mencatat dalam rekam medis
Total
CHECKLIST PENILAIAN INTERPRETASI AUDIOGRAM
THT 2
NO OUTCOME
4 Mahasiswa mampu menghitung PTA ( rata-rata dB pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000Hz, 40000Hz
dan menyimpulkan derajat PTA dilihat di frekuensi 500Hz, 1000Hz, 2000Hz, 4000Hz lalu di rata-
rata PTA nya dan dicocokkan dg tabel dibawah utk tahu derajat berapa
Derajat (THT-UI):
Normal PTA : 0-25 dB
Ringan bila PTA : >25-40 dB (ada juga sumber lain yang >20dB)
Sedang bila PTA : >40-55 dB
Sedang berat PTA : >55-70
Berat bila PTA : >70-90 dB
Sangat Berat bila PTA : > 90 dB.
CHL maksimal 60-70 dB (s/d derajat sedang)
SNHL bisa dari ringan s/d berat sekali).
5 Mahasiswa mampu membuat kesimpulan audiogram
Derajat KP : Pure tone average (PTA) dari AC test 500, 1000, 2000, 4000 Hz (rata2)
Macam/ tipe KP : Dari hubungan grafik AC & BC (AB Gap)
Pola/ konfigurasi KP : Dari grafik AC seluruh frekuensi
Jenis :
BC N & tidak ada AB GAP → normal
BC N & ada AB GAP (> 10-15 dB) → CHL
BC turun & AC turun, tidak ada AB GAP → SNHL
BC turun & AC turun, ada AB GAP → MHL NOTE : NA BC selalu sama/lebih baik
daripada NA AC
Note :
audiogram adl gambar terbalik ambang dengar turun = malah naik dB nya
Nice to know = kalo hasil PTA normal tapi di frekuensi tertentu (misal 2000Hz) nilai ambang
diatas normal = interpretasi audiogramnya ada penurunan tajam di 2000Hz khas untuk trauma
akustik
Contoh : telinga kiri (warna biru) = KASUS NORMAL
Lihat AC
Lihat adakah gap dianggap positif/bermakna jika ada perbedaan > 10 dB pada 2 frekuensi
berurutan tidak ada gap antara AC dan BC (gambar berhimpit)
KASUS 2
= Ab gap
BC harus normal (berada pada batas ambang dengar orang normal yaitu antara 0-25dB)
BC yang atas
Ada Ab gap = jarak antara gelombang/grafik AC dan BC disebut gap bila jarak 2
grafik > 10 dB di 2 frekuensi yang berurutan di gambar ada Ab gap (di frekuensi 1000
Hz dan 500 Hz)
KASUS 3
= gap
Penurunan AC dan BC pada BC terlihat penurunan jelas (grafik atas), begitu juga
dengan AC
Ada gap pada frekuensi 1000 Hz ada gap 25 dB,dan frekuensi 2000 Hz ada gap 30dB
Cheklist Mata 1
PEMERIKSAAN VISUS
3 Meminta pasien menutup 1 matanya tanpa menekan bola mata tmi = kalau ditekan, saat
diperiksa nanti penglihatan jadi ngeblur
4 Melakukan Pemeriksaan :
Melakukan pemeriksaan pada mata kanan dulu, mata kiri ditutup dengan okluder atau dengan
telapak tangan tanpa menekan
ps : mata kanan diperiksa dulu sampai dapat visus baru pindah ke mata kanan misal mata
kanan tidak bisa baca baris pertama snellen, lanjutkan ke hitung jari dll mata kanan s/d visus
ketemu baru pindah mata kiri
5 Meminta pasien membaca huruf yang ada di chart, dimulai dari yang paling atas (besar) sampai
huruf terkecil pada chart yang bisa terbaca (minimal separuh jumlah huruf dalam satu baris)
6 Mencatat hasilnya dengan notasi (contoh: visus normal = 6/6 atau setara dengan 20/20 (feet))
jika dapat membaca setengah atau lebih dari total huruf pada satu baris misal : mampu
mengenali sampai pada pada huruf baris yg menunjukkan 20 m sementara jarak pasien adalah
6 m, maka visusnya 6/20
jika dapat membaca setengah atau lebih dari total huruf pada satu baris maka dinilai
sesuai dengan baris tersebut dengan keterangan huruf F (false = salah) contoh: salah
satu huruf F1, salah dua huruf F2
tmi = max salah F2 + boleh acak tp smw baris hrs ditunjuk (source = kuliah narsum KKD
2022)
jikapasien salah//tidak bisa baca > ½ baris = visusnya baris atasnya
7 Jika pasien tidak dapat membaca huruf yang paling besar. Meminta pasien menghitung jari
(finger counting), catat jarak dimana pasien dapat menghitung jari dengan benar. (contoh: 2
meter; maka notasinya 2/60 atau CF 2 m)
dari jarak 1-5 m, dimulai dari 1m lalu mundur 2 m, dst
8 Jika pasien tidak dapat menghitung jari. Meminta pasien mengenali arah gerakan tangan (hand
movement) ke atas bawah & kiri kanan pada jarak 60-100 cm catat jarak dimana pasien
dapat mengenali arah gerakantangan dengan benar.
contoh : 1 meter; maka notasinya 1/300 atau HM 1 m
Visus 1/300 bila pasien bisa mengenali arah pergerakan tangan cukup 1 m, tidak
perlu mundur lagi (source = kuliah narsum KKD 2022)
Jika pasien tidak dapat mengenali arah gerakan tangan. Meminta pasien mengenali adanya sinar
dan dapat mengenali arah datangnya sinar disenterin dari dekat +
9 janlup tutup mata satunya
Jika dapat mengenali adanya sinar maka notasinya LP (light
perception) atau 1/tak terhingga.
Jika dapat menetukan arah datangnya sinar maka notasinya LP
with projection (1/~ LP baik).
Jika tidak dapat mengenali adanya sinar visus NLP (no light
perception atau visus=0)
10 Menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan kepada pasien dan mencatat dalamrekam medis
Interpretasi gbr di bawah setiap baris bagan Snellen dilengkapi dengan angka yang merupakan
jarak (dalam satuan kaki/feet).
1 Melakukan Persiapan :
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan memeriksa
bagian depan mata bpk/ibu dengan menggunakan lup dan senter, sedikit tdk nyaman karna sy hrs
membuka kelopak mata dan menyinari mata bpk dg senter
ps = segmen anterior : sekitar mata, kelopak mata ke dalam kecuali vitreus dan retina
2 Meminta pasien duduk tepat di depan pemeriksa pada jarak jangkauan tangan
ps : di cek dari luar kedalam scr sistematis pakai senter yang cukup terang dengan sinar terfokus
baik, ruangan dibuat agak gelap
3 Melakukan Pemeriksaan :
Melakukan pemeriksaan pada mata kanan dulu, minta pasien melihat ke depan, menilai :
Apakah ada tanda inflamasi seperti eritema atau edema?
Apakah ada lesiatau tenggelam?
ps = lihat daerah pupil apakah tertutup kelopak mata (ptosis) normalnya tinggi kelopak mata
kanan dan kiri sama + periksa rima palpebra kanan kiri sama/tdk
5 Memeriksa palpebra inferior kanan dan kiri
tambahan =
apakah palpebra membalik ke dalam shg silia tumbuh ke dalam (entropion) /palpebra yang
terlipat ke luar (ektropion)
6 Memeriksa bulu mata atas dan bawah (ada trikiasis atau tidak).
Adakah silia yang tumbuh ke dalam menuju bola mata (trikiasis)
Adakah keropeng/skuama/kutu yang menempel pada akar bulu mata dengan lup
Amati kontinuitas, warna, margo plapebra + muara kelenjar meibom
7 Membalik palpebra untuk memeriksa bagian conjungtiva palpebra.
konjungtiva palpebra superior minta pasien lirik ke bawah membalik kelopak
mata dengan ibu jari dan telunjuk shg konjungtiva palpebra superior ada di luar nilai
= warna dan permukaan, adakah penonjolan (kemosis/folikel/papil) kembalikan spt
semula
konjungtiva palpebra inferior minta lirik ke atas tangan kiri menarik palpebra
inferior ke bawah sedangkan tangan kanan pegang senter nilai = warna permukaan +
adakah tonjolan (ex = kemosis, cobblestone pada kasus konjungtivitis)
8 Melakukan pemeriksaan pada konjungtiva = tarik kelopak mata ke atas & bawah utk amati
konjungtiva bulbi = nilai :
Apakah warna dan corakan p.d. normal
adakah ada injeksi conjungtiva atau injeksi silier (mata merah krn dilatasi p.d.)
adakah ada area iskemia (trauma kimia), putih dikelilingi oleh daerahkongesti?
Adakah penonjolan/pembengkakan? adakah terdapat folikel/papil/kemosis?
Amati warna sklera, adakah penipisan?
12. Melakukan pemeriksaan pada pupil, dengan lup dan senter nilai :
Bentuk dan ukuran pupil adakah atrofi iris? (pada glaukoma krn TIO meningkat
continuously) normalnya bulat, sentral, reguler, diameter 3 mm
Reflek pupil
Direct = sinari dari samping ke depan, amati pada mata tersebut
Indirect = sinari dari samping ke depan, amati pada mata satunya
ps = janlup kasih pembatas dg tangan antara 2 mata
13. Melakukan pemeriksaan pada lensa, penyinaran terfokus tajam dengan arah lebih mendekati
sumbu mata + minta pasien lirik kanan & kiri, nilai :
Adakah kekeruhan lensa
Adakah dislokasi / subluksasi lensa
14 Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pasien dan mencatat dalam rekam medis
PEMERIKSAAN TONOMETRI
no Aspek yang dinilai
1. Melakukan persiapan :
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akandilakukan
mengecek tekanan dalam bola mata (tekanan intraokular), sebelumnya akan ditetesi
anestesi terlebih dulu, mungkin agak tidak nyaman, tp perlu dilakukan utk menilai
tekanan bola mata (indikasi glaukoma sudut tertutup akut)
Tonometri schiotz = kemampuan alat utk mendatarkan kornea, mengukur bola mata
Alat dan bahan:
Tonometer
Pantocain 0.5% (anestesi lokal)
Kapas alkohol
Antibiotik tetes mata
2 Pasien diposisikan tidur terlentang
4 Melakukan pemeriksaan :
Meneteskan anestesi topical (tetracain 0,5%) pada kedua mata
Melakukan pemeriksaan pada mata kanan terlebih dahulu
Minta pasien memfiksasi penglihatannya pada ibu jari pasien yang
diangkat ke atas
5 Meletakkan tonometer dengan beban 5,5 pada kornea mata
6 Membaca skala yang ditunjukkan jarum tonometer misal bergerak ke angka 5, lihat ke tabel
(ingat ada pemberat 5,5 jadi 5,5+5)
7 Apabila dengan beban 5,5 skala yang ditunjukkan jarum <= 3, maka beban ditambah
8 Melakukan pemeriksaan sebanyak 3 kali pada tiap mata dirata-rata
9 Membaca hasil pemeriksaan tonometer dengan mengkonversikan skala yang ditunjuk
jarum tonometer pada tabel yang tersedia nilai normal TIO = 12-20 mg
contoh interpretasi = jarum menunjukkan angka 5, dengan pemberat 5,5 = lihat tabel
TIO = 17,3
10 Meneteskan antibiotik topical pada mata yang telah diperiksa (ex = gentamicin 0,3%)
11 Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pasien dan mencatat dalam rekam medis TIO tinggi =
rujuk krn kegawatdaruratan mata
Checklist MATA 2
Pemeriksaan Lapang Pandang
1 Melakukan Persiapan :
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
Persiapan dokter = lapangan pandang normal
Persiapan pasien = bisa melihat dengan visus 1/60
5 Melakukan Pemeriksaan :
Melakukan pemeriksaan pada mata kanan dulu mata kiri ditutup tanpa menekan
6 Saat memeriksa mata kanan, mahasiswa meminta pasien menutup mata kiri dengan telapak
tangan kiri, mahasiswa menutup mata kanannya dan meminta pasien untuk melihat mata kiri
pemeriksa
7 Dengan perlahan, gerakkan pensil atau objek kecil lainnya dari perifer ke arah tengah pensil/objek
digerakkan dari lateral (s/d dokter tidak bisa lihat) ke medial dilakukan dari ke delapan arah dan
mintalah penderita memberi tanda tepat ketika ia mulai melihat objek tersebut (lihat sisi
temporal & nasal pada 1 mata dulu)
8 Selama pemeriksaan, jagalah agar objek selalu berjarak sama dari mata anda dan mata penderita, agar
anda dapat membandingkan lapang pandang anda dengan lapang pandang pasien anda.
9 Melakukan pemeriksaan pada sisi mata yang belum diperiksa
10 Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pasien dan mencatat dalam rekam medis
Penilaian tes konfrontasim:
Penyempitan seluruh lapang pandang
Hemianopia bitemporal
Hemianopia homonym
CHEKLIST MATA 2
Pemeriksaan Funduskopi
No Aspek yang dinilai
1 Melakukan persiapan:
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dilakukan funduskopi
untuk melihat kelainan di bagian belakang mata pasien
4 Melakukan pemeriksaan:
Meneteskan midriatikum (tropicamide 1%) pada kedua mata tunggu s/d pupil berdilatasi (15 mnt) +
informed consent setelah ditetes mydriatil pasien merasa silau dan kabur saat melihat dekat selama 4-6 jam
Melakukan pemeriksaan pada mata kanan terlebih dahulu.
Memeriksa mata kanan pasien dengan mata kanan pemeriksa dan sebaliknya
5 Memeriksa fundus reflex terlebih dahulu pada jarak 30-50 cm dari mata pasien
minta pasien melihat jauh ke depan dan pencahayaan ruangan diredupkan periksa fundus reflex dari
jarak 30 cm temukan reflex fundus (ada kuning cemerlang) setelah reflex fundus terlihat, dekatkan
oftalmoskop sedekat mungkin ke mata pasien & periksa dari medial/nasal ke temporal
7 Memeriksa fundus mulai dari papil N.II, vasa, retina, dan macula
Papil n.II = bentuk, batas, warna, cup disc ratio (normalnya CDR < 0,5)
Kelainan = Papiledema, Hilangnya pulsasi vena saraf optic, Ekskavasi papil saraf optik
pada glaucoma, Atrofi saraf optik
Vasa = arteri vena ratio (ABR), spasme arteri, vena dilatasi dan berkelok normalnya arteri : vena =
2:3
Retina = perdarahan (dot, blot, flamed shape); eksudat (soft/cotton wool spot (retinopati hipertensi),
hard)
Macula : reflex fovea minta pasien melihat lampu oftalmoskop refleks fovea (+)/cemerlang
kalau tdk posiitf/cemerlang = indikasi perdarahan
8 Pada pemeriksaan macula, pasien diminta melihat ke lampu funduskopi untuk menilai reflex fovea
9 Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pasien dan mencatat dalam rekam medis
Ps : jika tekanan bola mata pasien tinggi (>20), maka penggunaan midriatikum tidak disarankan
The normal cup-to-disc ratio is less than 0.5
Retinopati diabetika ada eksudat (kuning)
Hiperglikemia jangka
panjang perisit
menghilang membentuk
kantung mikroaneurisma
bocor eksudat,
perdarahan
Attending
Exploring
6 Konselor menunjukkan attentive listening, dengan respon pasien yang makin terbuka dalam
menyampaikan permasalahannya
7 Mengeksplorasi kondisi klien. Mengidentifikasi masalah dan penyebab
9 Menunjukkan pemahaman (understanding) akan perasaan, masalah, dan pendapat pasien tanpa
mempengaruhi pasien dengan emosi
10 Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah. Menjelaskan kemungkinan solusi permasalahan
beserta keuntungan dan kerugian yang dihadapi pasien sesuai
keilmuan
Action
13 Membuat kesimpulan
14 Konselor memastikan pasien merasa puas dengan informasi yang ia dapat dan mencatat hasil
konseling
15 Mengakhiri konseling atas persetujuan klien
JUMLAH SKOR
KASUS KONSELLING
Kasus 1
NyAni 38 th telah memiliki 4 orang anak, G5P4A0, Ny. Ani mengeluhkan sejak 2 bulan ini
terlambat menstruasi dan dari hasil pemeriksaan test pack ia posiitf hamil. Selama ini ia tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Ny Ani cemas karena hamil di usia tua
Lakukan :
Kasus 2
Pak Tono, 58 tahun merupakan penderita TB BTA (+). Dia bekerja sebagai juru parkir dan tinggal bersama
seorang istri serta 1 orang cucu berusia 4 tahun. Pak tono mendapat pengobatan TB kategori I dan telah
meminum obat selama 2 minggu. Namun, akhir” ini Pak Tono malas meminum obat karena menurutnya obat
TB membuatnya mual dan harus diminum setiap hari. Sehari-hari Pak Tono tidak menggunakan masker, serta
masih batuk dan membuang ludah semabarangan.
Eksplorasi permasalahan pasien apa yang dialami, pekerjaan, keluarga, kondisi rumah, riwayat
pengobatan
Konseling pentingnya pengobatan secara rutin
o Kasus TB perlu diobati dengan rutin, obat tetap harus diminum sesuai ketentuan bahkan
meskipun gejala membaik/mereda supaya bakteri/kumannya bisa mati. Jika pengobatan tidak
rutin maka berpotensi terjadi resistensi obat (kebal/tidak mempan), apabila sudah spt itu maka
pengobatannya akan semakin sulit karna pilihan obat yg dpt diberikan sedikit
o Mengatasi mual Minumlah OAT saat malam hari menjelang tidu, beri jeda antara makan
dengan konsumsi OAT setidaknya 2 hingga 3 jam, hindari makan terlalu banyak di malam
hari, setelah minum OAT, tidur dengan meninggikan sedikit kepala dan dada
Konseling pentingnya skrining dan pemberian pengobatan profilaksis pada cucu pasien
o TB adl penyakit yang menular lewat udara saat pasien bersin, batuk, berbicara tanpa
menggunakan masker keluarga serumah berisiko tinggi tertular shg sebaiknya dilakukan
skrining/deteksi dini, apalagi TB pada anak gejala tidak khas (gejala utama = BB tidak naik,
lemas, lesu) skrinin dg tes mantoux menyuntikkan larutan tuberculin (protein TB) di
bawah kulit utk mendeteksi penyakit TB
o Cucu memiliki riwayat kontak erat shg berisiko tinggi terkena TB, pdhl TB anak
memerlukan perawatan intensif, berpotensi mjd berat, dapat mengganggu tumbuh
kembang anak oleh krn itu, perlu diberikan pengobatan profilaksis, yaitu usaha
pemberian obat-obatan TB untuk membantu mencegah terjadinya infeksi TB
profilaksis = 10mg/kgBB/hari INH selama 6 bulan
Konseling batuk yang benar serta pemakaian masker
o Karena TB menular lewat udara sangat penting memakai masker utk meminimalisasi
penularan
o Etika batuk = menutup hidung dan mulut dengan tisu atau lengan baju jadi bakteri
tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain Segera buang tisu yang
sudah dipakai ke dalam tempat sampah cuci tangan dengan menggunakan air
bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol sesuai prosedur Gunakan
masker
Kasus 3
Ny. Yanti, 30 tahun mengeluhkan berat badan anaknya (3 tahun) berada dibawah garis merah. Ny.
Yanti bekerja sebagai karyawan swasta, suami bekerja di luar kota. Penghasilan pas-pasan. Karena
harus bekerja sampai sore, Ny. Yanti terpaksa harus menitipkan anaknya ke tetangga sebelah rumah
namun semenjak dititipkan anak mengalami kekurangan gizi. Ny. Yanti merasa cemas dengan
kondisi anakanya namun di satu sisi Ia sulit berhenti untuk bekerja karena permasalahan ekonomi.
Eksplorasi masalah pasein masalah yang dihadapi, kondisi dan pekerjaan pasien, kesulitan
yg dialami
Konseling kecemasan pasien its okay gwenchana
Konseling permasalahan pasien mencari solusi : memasakkan makanan lalu dititipkan ke
tetangga/meminta bantuan keluarga/kerabat terdekat
Konseling pemberian asupan makanan yang benar
o Penuhi gizi balita dengan makanan keluarga yang bervariasi terdiri dari makanan
pokok, lauk-pauk, minyak, sayur dan buah.
o Makanan pokok: beras, biji-bijian, jagung, andum, sagu, umbi, kentang, singkong
o Membiasakan anak makan 3 kali sehari (pagi, siang, dan malam) bersama keluarga
o Penuhi gizi anak dengan makanan kaya protein = ikan, telur, tempe, susu, dan tahu
o Penuhi gizi anak dengan mengonsumsi sayuran dan buah -buahan.
Kasus 4
Ny. Bella 21 th mengeluhkan ASI tidak keluar dg lancar. NY Bella baru saja melahirkan 4 bulan
yang lalu. Sejak mulai bekerja kmbl I bulan terakhir ini, ia merasa ASI yang dihasilkan mulai
berkurang. Ia merasa cemas apabila bayinya akan kekurangan gizi shg pertumbuhannya terhambat
bila hanya minum ASI saja dan meralih menggunakan susu formula.
1 Dokter bersikap ramah pada pasien (memperlihatkan bahasa tubuh yang baik).
3 Dokter menawarkan pada pasien apakah dia ingin ditemani oleh keluarganya atau siapa pun yang diinginkannya.
5 Dokter mengajukan pertanyaan pada pasien untuk mengetahui / mengeksplorasi sampai di mana pasien telah
mengetahui keaadaan dirinya.
(termasuk seberapa tingkat pengetahuan pasien dan situasi atau keadaan emosi pasien).
6 Dokter menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang ingin didengarnya
7 Dokter memberikan informasi dengan cara yang tepat, sesuai dengan situasi dan latar belakang pasien beserta
keluarganya.
11 Dokter memastikan apakah pasien (dan keluarganya) paham dengan penjelasan mengenai terapi dan penanganan.
14 Dokter memberikan kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mengajukan pertanyaan (di sepanjang
wawancara)
15 Dokter menjawab pertanyaan dari pasien (dan keluarganya) dengan perhatian dan sopan (di sepanjang
wawancara)
JUMLAH SKOR
Ny Lilik, 38 tahun datang ke Puskesmas dengan kunjungan kedua dengan keluhan terdahulu
perdarahan dari jalan lahir dan merasa nyeri saat berhubungan seksual. Pengobatan tidak
menunjukkan perbaikan. Pasien datang sendiri (tidak ditemani keluarga) dengan membawa hasil
paps smear. Pasien bekerja sebagai pegawai di koperasi. Riwayat menikah usia muda (18 th).
Perkenalan
Apakah pasien sendiri/ingin ditemani keluarga/kerabat?
Ibu sudah beberapa kali datang kesini ya, apa saja yg sudah diperiksa?
Sekarang sudah tahu belum kira-kira penyakitnya apa?
Keluhannya waktu datang pertama kali apa bu?
Baik, jadi disini sudah ada data Ibu setelah dilakukan pemeriksaan, sudah mengarah ke suatu
penyakit dari hasil pemeriksaan pap smear yaitu diambil sampel sel dari bagian leher
rahim, sdh dikirimkan ke lab dan sdh ada hasilnya
Konfirmasi pengetahuan pasien = Sepengetahuan Ibu, pap smear itu untuk memeriksa
apa/bagaimana hasilnya? ex Ibu menjawab = untuk tahu adanya kanker
Penjelasan penyakit/metode = Baik, disini saya bertemu Ibu utk menjelaskan masalah ibu,
yg harus kami sampaikan spy ke depannya pengobatan penyakit Ibu bisa lbh baik, saya
paham Ibu merasa khawatir dan cemas terkait hasil pemeriksaan. Kemarin sdh dilakukan pap
smear dg mengambil sampel dari leher rahim, yang merupakan metode skrining/deteksi dini
mengetahui adanya lesi prakanker serviks/leher rahim yaitu kondisi dimana tjd perubahan
abnormal sel-sel pada daerah leher rahim. Secara umum, hasil pap smear dapat
dikelompokkan ke dalam 5 kelas ada kelas 1 (normal), kelas 2 (perubahan minimal), hingga
kelas 5 (tingkat tertinggi, perubahan selnya invasive/ganas).
Penjelasan hasil Nah dari hasil pemeriksaan pap smear Ibu, menunjukkan kelas V yang
menunjukkan indikasi/kecurigaan ke arah kanker leher rahim selanjutnya memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, yaitu biopsi serviks, dimana dilakukan pengambilan sebagian
jaringan dari serviks dan dilihat dengan alat mikroskop (patologi anatomi) untuk memvalidasi
serta menentukan keakuratan perubahan sel yang abnormal. Jaringan yang dilakukan untuk
biopsi dikirimkan ke laboratorium untuk dites, dan biasanya proses ini perlu waktu satu
miinggu
Pilihan pengobatan = Jika nanti dikonfirmasi bahwa ditemukan kelainan, maka nanti dokter
Sp.OG akan mengajak berdiskusi utk menentukan pengobatan pilihan pengobatan =
tergantung derajat abnormalitas :
o loop excision : menggunakan alat electric loop untuk membuang sel yang abnormal.
o terapi laser : memanfaatkan panas sinar laser untuk menghancurkan sel yang
abnormal
o diatermi, : menggunakan energi panas yang disalurkan melalui kabel dengan tujuan
yang sama.
o Cryosurgery : pembekuan untuk menghancurkan sel abnormal.
o Kemoterapi : diberikan obat (Cisplatin-Ifosphamide) scr intravena selama satu kali
seminggu dengan dosis 40 mg/m2 yang diberikan 6-8 jam sebelum radiasi
o Radioterapi : pada pasien non-operatif yang masih memiliki serviks intak, radiasi
diberikan pada daerah tumor primer dan kelenjar getah bening regional yang memiliki
risiko tinggi terhadap penyebaran tumor. Radiasi dilakukan 5 hari dalam seminggu.
Efek samping =
o setelah mendapatkan pengobatan, ada beberapa keluhan yang mungkin timbul
nyeri perut seperti nyeri haid, adanya discharge (duh tubuh) yang sifatnya cair dan
berwarna gelap selama beberapa minggu, dianjurkan untuk tidak melakukan
hubungan intim, menggunakan tampon dalam waktu singkat setelah dilakukan
prosedur.
o Tindakan untuk hasil papsmear yang abnormal biasanya bersifat invasif, sehingga
biasanya dilakukan di ruang praktek dokter, klinik, atau di rumah sakit sebagai
prosedur sehari (one day care) yang biasanya berlangsung selama 30 menit dan
memerlukan anestesi lokal, namun tidak memerlukan rawat inap.
Evaluasi hasil pengobatan = perlu dilakukan dalam 2-6 bulan oleh dokter. Evaluasi
dilakukan dengan pemeriksaan kolposkopi dan Papsmear ulang saat kunjungan ke dokter ini.
Papsmear berkala dilakukan tiap 6 atau 12 bulan hingga dokter menganjurkan tes Pap setiap 2
tahun
Prognosis pada kanker serviks tergantung dari stadium kanker. Pada pengobatan 5 tahun
pada stadium awal memiliki prognosis yang lebih baik atau invasif sebesar 92%, survival rate
5 tahun secara keseluruhan stadium kanker serviks sebesar 72%
Ada yg mw ditanyakan?? misal = fakrisnya apa? faktor risiko kanker serviks umumnya
terkait aktivitas seksual. Faktor risiko terutama adalah: hubungan seksualdini, multpel mitra
seksual, sosial ekonomi rendah, merokok, pemakaian pil KB, penyakit ditularkan secara
seksual, dan gangguan imunitas. Penyebab utama adalah virus HPV. Proses dimulai dengan
lesi prakanker dan setelah bertahun-tahun baru menjadi invasif.
Tetap semangat n jangan menyerah!!
Pak Hadi, 50 th melakukan kunjungan ke 3 puskesmas dengan riwayat 2 bulan batuk disertai
penurunan berat badan, pengobatan tidak menunjukkan adanya perbaikan. Pasien datang bersama
istrinya dengan membawa hasil foto thorax. Pasien bekerja di industry kulit, merokok sejak SMA,
10-12 batang sehari.
Hasil foto thorax menunjukkan kanker paru-paru dengan massa tumor > 1 cm
Perkenalan
Apakah pasien sendiri/ingin ditemani keluarga/kerabat?
Bapak sudah beberapa kali datang kesini ya, apa saja yg sudah diperiksa?
Sekarang sudah tahu belum kira-kira penyakitnya apa?
Keluhannya waktu datang pertama kali apa pak?
Baik, jadi disini sudah ada data bapak setelah dilakukan pemeriksaan, sudah mengarah ke
suatu penyakit dari hasil pemeriksaan foto thorax, sdh dilakukan analisis dan sdh ada
hasilnya
Konfirmasi pengetahuan pasien = Sepengetahuan bapak, separah apa/bagaimana kira-kira
kondisi sakit bapak?
Penjelasan penyakit/metode = Baik, disini saya bertemu Bapak utk menjelaskan masalah
bapak, yg harus kami sampaikan spy ke depannya pengobatan penyakit bapak bisa lbh baik,
saya paham bapak merasa khawatir dan cemas terkait hasil pemeriksaan. Kemarin sdh
dilakukan x foto thorax utk konfirmasi penyakit
Penjelasan hasil Nah dari hasil pemeriksaan radiologi didapatkan hasil foto thorax
menunjukkan/mengarah ke kanker paru-paru dengan massa tumor > 1 cm
Fakris = kanker paru ini terkait utamanya dengan merokok; sedangkan faktor lainnya adalah
usia di atas 50 tahun, genetik, paparan karsinogen dan gaya hidup tidak sehat. Oleh karena
itu, diharapkan bapak bisa berhenti merokok. Selain itu, lingkungan kerja, salah satunya
industri tekstil jg dapat berpengaruh karena dimungkinkan terpapar oleh zat-zat karsinogenik,
meskipun tidak dapat dipastikan scr pasti dan perlu analisis lbh lanjut
Pilihan pengobatan tergantung dari stadiumnya baikdari radiologi maupun dari px sitology
dg biopsy serta ada/tidaknya metastasis, pilihan terapi : pembedahan, kemoterapi, radioterapi
o Stadium I = pembedahan, jika pasien tidak dapat menjalani pembedahan, maka dapat
diberikan terapi radiasi atau kemoterapi dengan tujuan pengobatan. Selain itu, juga
dapat diberikan kombinasi terapi radiasi dengan kemoterapi.
o Stadium IB = reseksi/bedah dan kemoterapi adjuvan
o Stadium II = terapi pilihan utama adalah reseksi bedah.Radiasi atau kemoterapi
adjuvan dapat dilakukan bila ada sisa tumor atau keterlibatan KGB
o Stadium IIIA = pembedahan (jika memungkinkan), terapi radiasi, kemoterapi, atau
kombinasi dari ketiga modalitas tersebut.
o Stadium IIIB = tergantung kondisi klinis : terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi
o Stadium IV = terapi paliatif (tujuan bukan utk kesembuhan( pilihan terapi sistemik
(kemoterapi, terapi target) dan modalitas lainnya (radioterapi)
Efek samping = kemoterapi dpt memberikan efek samping gangguan pencernaan, demam
neutropenia atau perdarahan akibat supresi sumsum tulang, hiponatremia atau
hipomagnesemia, toksisitas ginjal, dan neuropati perifer.
Prognosis = kanker paru berkaitan erat dengan stadium, invasi, tipe histopatologi, serta
penyebaran kanker. Pasien kanker paru yang mengalami metastasis cenderung memiliki
prognosis yang lebih buruk. Komplikasi yang timbul pada kanker paru sangat kompleks dan
akan semakin memburuk seiring dengan peningkatan stadium kanker
Tetap semangat n jangan menyerah!!
CHECK LIST
KK 5.3 (Terapi Cairan)
ITEM
1. Dokter menunjukkan cairan kristaloid, kolloid
- Menghitung estimasi perdarahan bila masuk grade I < 15% EBV (EBV = 3500
ml) = < 525 ml
- Menghitung estimasi perdarahan bila masuk grade II 15-30% EBV = 525-1050 ml
- Menghitung estimasi perdarahan bila masuk grade III 30-40% EBV = 1050-1400
ml
estimasi perdarahan berdasarkan lokasi :
Nafas cepat. Kulit dingin, pucat, basah, sianosis. Capillary refill time > 2
detik
Nadi cepat > 100 Nadi radialis (+) > 80 mmHg, Nadi carotis (+) > 60
mmHg
Tekanan darah < 90-100 mmHg
Kesadaran = gelisah sampai coma
Pulse pressure menyempit, JVP rendah (vena jugularis eksterna), Produksi
urine < 0.5 ml/kg/jam
6. Seorang pasien wanita, 30 th, BB 50 kg, datang dengan diare dan muntah hebat
- Mengetahui derajat dehidrasi
Cara pemberian :
TAHAP 1 RL = 20-40 ml/KgBB/jam (BB = 50)
= 1000 – 2000 ml dalam 1-2 jam
TAHAP 2 RL
½ x sisa deficit dalam 6-7 jam
½ X (5000-2000) dlm 6-7jam = 250 ml/jam
cairan maintenance = 150 ml/jam
jumlah 400 ml/jam dalam 6-7 jam
TAHAP 3
½ x sisa deficit dalam 16 jam
RL = ½ X (5000-2000) dlm 16 jam = 100 ml/jam
cairan maintenance = 150 ml/jam
jumlah 250 ml/jam
Contoh kasus 1
Laki-laki 18 tahun datang ke UGD dengan multiple trauma.
Kesadaran menurun, pucat
T : 90 palpasi /palpasi = diastoliknya tidak terukur
HR : 136 X / menit
Bagaimana pemberian cairannya ?
CHECK LIST
KK 5.3 (IV Line)
ITEM
- Memasang infus set pada flabot cairan aluminium steril pada flabot dibuka, lalu masukkan ujung set infus ke
dalam botol infus (jgn pegang area steril)
- Mengisi cairan pada chamber infus isi chambernya minimal 2/3 chamber utk cegah masuknya udara dlm
selang
- Mengalirkan cairan buka klem pelan-pelan shg terlihat cairan berjalan mll pipa, pastikan tdk ada udara hingga
ada cairan yg keluar dari ujung set infus
- Mengecek apakah pada infus set terdapat udara lalu gantungkan selang, jgn sampai menyentuh lantai
-
- Mempersiapkan plester (gunting dulu) + abocath ukuran no 18 atau 20 (dewasa); no 24, 22 (anak), no 24, 26
(bayi)
6. Pemasangan pakai handscoon!!
- Pasang tourniquet 5-10 cm diatas vena yang akan ditusuk minta pasien mengepal dan membuka tangan spy
vena terlihat
- Mencari vena yang sesuai cari yang lurus tdk bercabang, hindari vena di pergelangan tangan, pasang dari
distal dulu plg enak v. cephalica karena berada di atas pergelangan tangan, IV kateter tidak melesat ketika
gerak shg tdk menimbulkan luka robek
o Tmi = pasang infus dari distal
ke proksimal kalau pasang dari proksimal – gagal – pindah ke distal tjd perembesan dan emboli
udara
o Pasien dg sindrom vena cava superior better dipasang di kaki plg sering dipakai vena saphena magna
risiko pasang infus di kaki = DVT (deep vein thrombosis)
- Bersihkan dg alcohol swab steril pada daerah yg akan ditusuk fiksasi vena dg meregangkan kulit di atasnya
- Menusukkan abocath pada vena hingga tampak tanda keluarnya darah pada abocath buka tutupnya, lalu
tusuk dg sudut 30-45 derajat jarum hadap atas, beritau pasien akan kita tusukkan
- Mendorong masuk kateter abocath sblmnya pastikan jarum abbocath sdh masuk ke pembuluh vena yg ditandai
dg keluarnya darah, lalu dorong abbocath pelan smp masuk sambil menarik stylet (jarum/yg bening) ke luar
Tmi = Jika saat menusuk, darahnya mengucur keluar = berarti yg ketusuk arteri cabut. Saat nusuk IV kateter,
sebelum dicabut taruh kassa steril supaya darah tdk mengenai tangan kulit pasien (mencegah penularan infeksi)
- Menarik jarum abocath saat melepas jarum abbocath, tekan vena spy darah tdk keluar, lalu tarik jarumnya
(bagian yg bening) janlup lepas torniquetnya!
-
- Menyambungkan kateter abocath dengan infus set buka dulu, lalu pasangkan ke abocath
- Cek apakah infus menetes pastikan roller klem dalam posisi “on” & cairan infus dapat mengalir melalui
selang infus kearah pembuluh darah
7. Penutup
- Fiksasi kateter abocath dengan plester plester dipotong dg bentuk U atau kupu kupu, lalu sambungannya
didrapping & diplester + atur kecepatan tetes sesuai kebutuhan
ITEM
2. Dokter meminta identitas pasien atau re-cek identitas pasien jika ada orang lain yang telah
meminta identitas
3. Cuci tangan
4. Inform consent
gagal nafas type I : hipoksemia tanpa retensi CO2 (asma, pneimonia, edema paru,
emboli paru), gagal nafas type II : hipoksemia dengan retensi CO2 (bronkhitis,
trauma thorak, koma olh krn overdosis obat, hipoksemia, peny. Neuromuskuler)
gagal jantung atau miocard infark, syok = metabolik (luka bakar, trauma multiple,
tinggi, migraine
6. PF singkat : vital sign (nadi, tekanan darah, RR, suhu) + SpO2 (dg oxymeter)
SpO2 normal = usia muda : 97-100%; usia tua: 94-97%; COPD: 88-92%
7. Cuci tangan
9. Cek tekanan Oksigen diputar tabungnya (lingkaran merah), lihat apakah oksigennya bisa
keluar cek tekanannya apakah ada (jika jarum di angka 0 = oksigen abis) cek flowmeter
apakah bolanya bisa gerak atau tidak (putar lingkaran oren)
10. Cek kelembaban Oksigen lihat di tabung biru (tabung humidifier) ada air/tidak
diharapkan 35-50%)
Pasangkan masker pada pasien (bagian yang lancip dipasangkan pada hidung)
Evaluasi setelah 30 menit cek saturasi, jika blm membaik diteruskan cek setelah 1
jam
Ps : Usahakan aliran seminimal mungkin dan durasi secepat mungkin durasi lama
oksigen dg konsentrasi tinggi (di atas 60%) dalam jangka waktu lama.)
Masker breathing/ non rebreathing: 8-15 L/mnt: >85% ada kantung reservoirnya
Evaluasi setelah 30 menit cek saturasi, jika blm membaik diteruskan cek setelah 1
jam
Ps = perbedaan non rebreathing dan rebreathing mask ada katup (valve) pada non
rebretahing mask shg CO2 yang dikeluarkan tidak akan masuk kedalam reservoir bag,
sedangkan pada rebreathing mask tidak terdapat katup sehingga CO2 yang dikeluarkan
kenaikan 1 ml/menit = 4% misal = saturasi O2 70%, mau dinaikkan jadi 100% perlu