Anda di halaman 1dari 26

PEMERIKSAAN

MATA
Disusun Oleh :
Fitria Febriyanti A – 121810037
Denisa Tria loviana – 122810033

SMF ILMU KESEHATAN MATA


PROGRAM PROFESI DOKTER
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
JAWA BARAT
2023
MACAM-MACAM PEMERIKSAAN MATA

PEMERIKSAAN VISUS

PEMERIKSAAN POSISI MATA

PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA

PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG

PEMERIKSAAN PERGERAKAN BOLA MATA


Visus (visual acuity / tajam penglihatan)
Pemeriksaan • Merupakan paramater yang
menunjukkan tingkat ketajaman
Visus penglihatan seseorang.
Cara :
• Pemeriksaan visus dilakukan dengan
membandingkan tajam penglihatan
seseorang dengan orang normal,
menggunakan Optotip Snellen.
PemeriksaanVisus

1. Pasien duduk, jarak 5-6 meter menghadap kartu Snellen.


2. Pasien diminta menutup mata kiri dengan telapak tangan (tanpa ditekan) atau
menggunakan occluder
3. Meminta pasien membaca huruf terbesar, terus turun hingga huruf terkecil. Apabila salah
<1/2 jumlah huruf dalam 1 baris, teruskan ke bawah.
Pada baris tersebut, lihat ukuran disebelah kanan. Jika angka menunjukkan 30 meter  visus
penderita adalah 6/30 (artinya orang normal dapat membaca huruf tersebut pada jarak 30 meter,
sedangkan penderita hanya dapat membaca pada jarak 6 meter).
Contoh interpretasi : VOD 6/12 F2, VOS 6/6
PemeriksaanVisus

4. Apabila tidak dapat membaca huruf terbesar → hitung jari mulai dari 1 m, maks 5 m →Interpretasi:
… / 60

5. Apabila tidak dapat menghitung jari jarak 1 m → lambaikan tangan, pasien diminta mengatakan
arah lambaian ke vertical/ horizontal → Interpretasi : 1/300

6. Apabila tidak dapat melihat lambaian tangan → pemeriksaan persepsi cahaya, menanyakan apakah
senter menyala dan dari arah mana.

Dapat membedakan gelap dan terang :

1/∞ LPB (tahu arah)/LPJ (tidak tahu arah)

Tidak dapat mengenali cahaya : visus 0 (NLP)

7. Lakukan pemeriksaan pada mata lainnya


 Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari
yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam
penglihatan 3/60.
 Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai
sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada
Hitung Jari
jarak 1 meter.
 Penderita diminta untuk menghitung jari pemeriksa, pada jarak 1
meter, 2 meter, sampai dengan 6 meter.
 Dalam hal demikian maka visus dari penderita dinyatakan dalam per-
60 Apabila penderita tak dapat menghitung jari, maka dipergunakan
Hitung jari
lambaian tangan pemeriksa pada jarak 1 meter sampai 6 meter.
Lambaian Tangan
Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam
penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60.

Dalam hal ini, maka visus penderita dinyatakan dalam per


300. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada
jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan nya adalah 1/300.

Apabila lambaian tangan tak terlihat oleh penderita, maka kita


periksa visusnya dengan cahaya (sinar baterai). Untuk ini
maka visus dinyatakan dalam per tak terhingga.
Lambaian Tangan
Pemeriksaan tajam pengihatan
terhadap warna
Uji Ishihara merupakan uji untuk
mengetahui uji defek penglihatan
warna didasarkan pada menentukan
angka atau pola yang ada pada
kartu dengan berbagai ragam
warna.

Cahaya ruangan harus cukup, tidak


terlalu terang dan tidak terlalu redup
agar warna pada buku ishihara
terlihat jelas.

Pasien diminta untuk membaca


tulisan pada buku ishihara dengan
jarak ± 30-40 cm dalam waktu 10
detik.
Pemeriksaan Posisi Mata

Pemeriksaan Hirschberg
Refleks Kornea
• Untuk memeriksa Hirschberg test :
Mintalah pasien untuk melihat lurus ke
depan. Jatuhkan sinar senter diantara
kedua mata pasien. Lihat refleks
cahaya yang jatuh pada kedua mata
pasien. Posisi bola mata sejajar
apabila refleks cahaya jatuh di tengah
pupil kedua mata)
Posisi Mata

Pemeriksaan
Hirschberg Refleks
Kornea
• Nyalakanlah lampu senter pada jarak 60
cm tepat di depan penderita, dan
amatilah pantulan sinar senter pada
kornea. Apabila refleks sinar pada kedua
mata tampak pada tengah pupil berarti
posisi kedua bola mata sejajar.
Pemeriksaan Cover-Uncover Test
 Minta pasien untuk selalu melihat dan
memperhatikan titik fiksasi, jika obyek jauh
kurang jelas, maka gunakan kacamata
koreksinya
 Pemeriksa menempatkan dirinya di depan
pasien sedemikian rupa, sehingga apabila
terjadi gerakan dari mata yang baru saja
ditutup dapat dilihat dengan jelas atau
dideteksi dengan jelas
 Perhatikan dan konsentrasi pemeriksa selalu
pada mata yang ditutup
Pemeriksaan Cover-Uncover Test

 Sewaktu tutup dibuka :


o Bila terlihat adanya gerakan dari
luar (temporal) ke arah dalam
(nasal) pada mata yang baru
saja ditutup, berarti terdapat
kelainan EXOPHORIA
o Bila terlihat adanya gerakan dari
dalam (nasal) ke arah luar
(temporal) pada mata yang baru
saja ditutup, berarti terdapat
kelainan ESOPHORIA
Pemeriksaan Cover-Uncover Test

 Sewaktu tutup dibuka :


• Bila terlihat adanya gerakan dari atas
(superior) ke arah bawah (inferior) pada
mata yang baru saja ditutup, berarti
terdapat kelainan HYPERPHORIA
• Bila terlihat adanya gerakan dari bawah
(inferior) ke arah atas (superior) pada
mata yang baru saja ditutup, berarti
terdapat kelainan HYPOPHORIA
PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA
DENGAN METODE PALPASI

Tujuan : Melakukan pemeriksaan tekanan bola


mata secara kualitatif
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
• Pemeriksa duduk berhadapan dengan penderita
dengan jarak jangkauan tangan pemeriksa, (25 – 30
cm).
• Mintalah penderita untuk melirik ke bawah.
• Mulailah pemeriksaan dari mata kanan.
• Kedua jari telunjuk berada pada palpebra superior.
Ibu jari, kelingking, jari manis, dan jari tengah
memfiksasi didaerah tulang sekitar orbita.
• Jari telunjuk secara bergantian menekan bola mata
melalui palpebra dan merasakan besarnya tekanan
bola mata.
• Besarnya tekanan dilambangkan dengan Tn, Tn-1,
Tn-2, Tn+1, Tn+2 Prosedur yang sama dilakukan pula
pada mata kiri
TEKANAN BOLA MATA DENGAN METODE
INDENTAS MENGGUNAKAN TONOMETER
SCHIOTZ

 Pemeriksa menjelaskan tujuan dan


prosedur pemeriksaan
 Baringkan penderita di tempat tidur.
 Anestesi topikal dengan menggunakan
tetes mata Pantocain 0,5%
 Pemeriksa menyiapkan alat tonometer
schiotz. Gunakan beban tonometer
yang terendah, 5,5 gr. Lakukan
kalibrasi alat tonometer.
TEKANAN BOLA MATA DENGAN METODE
INDENTAS MENGGUNAKAN TONOMETER
SCHIOTZ

 Desinfeksi indentasi dengan alkohol


70%., biarkan sampai kering.
 Penderita diminta melihat ke atas
dengan melihat lurus pada ujung ibu jari
penderita yang diposisikan di atas mata
yang akan diperiksa.
 Teteskan antibiotik topikal setelah
pemeriksaan.
Lapang pandang dengan tes konfrontasi

 Pemeriksa menjelaskan tujuan dan prosedur


pemeriksaan.
 Mintalah penderita untuk duduk berhadapan.
Posisi bola mata antara penderita dan
pemeriksa selaras dengan jarak 30 – 50 cm.
 Pemeriksa meminta pasien untuk menutup mata
yang tidak diperiksa. Pemeriksa juga menutup
mata di sisi yang sama dengan mata pasien
yang ditutup
Lapang pandang dengan tes konfrontasi

 Pemeriksa meminta pasien untuk


memfiksasi mata yang tidak tertutup ke
arah mata pemeriksa yang tidak tertutup.
 Mintalah pasien agar memberi respons
bila melihat objek yang digerakkan
pemeriksa di mana mata pasien tetap
terfiksasi pada mata pemeriksa
 Gerakkan obyek dari perifer ke tengah
dari arah superior, temporal, inferior, dan
nasal
Pemeriksaan
pergerakan bola mata
Pemeriksa menjelaskan tujuan dan prosedur
pemeriksaan.

Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dengan


jarak jangkauan tangan pemeriksa (25-30 cm).

Pemeriksa meminta pasien untuk memandang lurus ke


depan.

Arahkan senter pada glabella pasien dan amati pantulan


sinar pada kornea dan minta pasien untuk melirik ke arah
cahaya senter tanpa menggerakkan kepala.
Pemeriksaan
pergerakan bola mata
Kemudian gerakkan senter dengan membentuk
huruf H (mengikuti six cardinal of gaze) dan berhenti
sejenak pada waktu senter berada di arah six
cardinal of gaze. Amati posisi dan gerakan kedua
bola mata selama senter digerakkan.

Letakkan penlight/pensil pada jarak 30 cm di depan


mata penderita, lalu minta panderita untuk
mengikuti/melihat ujung penlight/pensil yang
digerakkan mendekat ke arah hidung penderita.
Pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan dan menjelaskan kepada pasien.

Pemeriksaan Nilai 0 mengindikasikan gerakan bola mata normal. Nilai -1 sampai -4


mengindikasikan adanya hambatan gerakan bola mata. Nilai +1 sampai

pergerakan bola mata +4 mengindikasikan adanya overaksi dari otot pergerakan bola mata.
Daftar Pustaka
1. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA. Buku Pedoman
Keterampilan Klinis Pemeriksaan Mata. Surakarta :
2018
2. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
MANUAL KETERAMPILAN KLINIK SISTEM INDRA
KHUSUS – MATA. Makassar : 2016
3. Bickley LS, Szilagyi PG. Buku Ajar Pemeriksaan
Fisik dan Riwayat Kesehatan: Edisi ke-8. Jakarta:
EGC; 2012.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai