Anda di halaman 1dari 91

PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI

Ns. Gad Datak,M.Kep,Sp.MB

Disampaikan pada perkuliahan Keperawatan Medikal Bedah


Prodi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan
Pengkajian Sistem Neurologi
❑ Anamnesa
❑ Pemeriksaan Kesadaran
❑ Pemeriksaan Tanda Rangsangan Meningeal
❑ Pemeriksaan Saraf Kranial
❑ Pemeriksaan Sistem Motorik
❑ Pemeriksaan Sistem Sensorik
❑ Pemeriksaan Refleks
Anamnesa
✓ keluhan utama
✓ waktu, sifat & berat
✓ lokasi & penjalarannya,
✓ faktor yg membuat berat/ringan &
pengobatan
✓ riwayat penyakit sebelumnya dan keluarga
✓ pembedahan
✓ faktor risiko, dll
Pemeriksaan Kesadaran

 Kualitatif

 Kuantitatif
Pemeriksaan Kesadaran Kualitatif

▪ Compos mentis (CM) : kesadaran normal


▪ Somnolen : keadaan mengantuk. Kesadaran
dpt pulih penuh bila dirangsang, mudah
dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal
& menangkis rangsang nyeri. Disebut juga
letargi/obtundasi
▪ Sopor : kantuk yg dalam. Pasien msh dpt
dibangunkan dgn rangsang yg kuat, namun
kesadarannya sgr menurun lagi. Msh dpt
mengikuti perintah singkat & msh terlihat
gerakan spontan. Dgn rangsang nyeri, pasien
tdk dpt dibangunkan sempurna. Reaksi terhdp
perintah tdk konsisten & samar. Tdk dpt
diperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak
motorik menangkis rangsang nyeri msh baik.
 Koma-ringan (semi-koma) : tidak ada respon
terhdp rangsang verbal. Refleks kornea, pupil,
dllnya masih baik. Gerakan timbul sbg respon
terhdp rangsang nyeri. Reaksi terhdp nyeri tdk
terorganisasi, merupakan jawaban primitif.
Pasien tdk dpt dibangunkan.
 Koma (dalam atau komplit) : tidak ada gerakan
spontan. Tidak ada jawaban sama sekali
terhadap rangsang nyeri bagaimanapun kuatnya.
Pemeriksaan Kesadaran Kuantitatif
Glasgow Coma Scale (GCS)

Respon yg dinilai membuka mata (E), bicara (V),


gerakan motorik (M)

1. Membuka mata (E)


4 =membuka spontan
3 = membuka dgn rangsangan
perintah/verbal/suara
2 = membuka dengan rangsangan nyeri
1 = tidak dapat membuka mata
Lokasi Stimulasi Nyeri Pada
Pemeriksaan GCS
Lokasi Stimulasi Nyeri Pada
Pemeriksaan GCS
2. Motorik (M)

6 = dapat melakukan gerakan sesuai


perintah
5 = dapat mengetahui arah datangnya
rangsangan (lokalisasi)
4= dapat menghindari rangsangan
with drawl/ adduksi
3 = abnormal fleksi(dekortikasi) bila
dirangsang
2 = ekstensi (deserebrasi) bila dirangsang
1 = tidak respon
3. Bicara (V)

5= orientasi baik, normal


4 = kacau/confused,disorientasi, dapat bicara
dalam kalimat
3 = kalimat tidak tepat & mampu berkata
2 = mengerang, meracau
1 = tidak respon
Respon postur tubuh
Pemeriksaan GCS
 Jika aphasia atau terpasang intubasi,
kemampuan verbal tidak dapat dinilai & jika
lumpuh yang dinilai anggota gerak yang
sehat→ diberi tanda T untuk komponen
verbal (V)
 Pasien cedera lokal pada mata & mata tidak
dapat dibuka→ diberi tanda C (eye closed)
untuk komponen mata (E)
- Nilai Tertinggi : 15
- Nilai Terendah : 3
Score GCS < 8 Koma
Tanda Rangsangan
Meningeal (TRM)

a. Tanda Kaku- Kuduk


Pasien berbaring tanpa bantal,
dilakukan anterofleksi leher. Bila
(+), adanya kekakuan dan tahanan
disertai rasa nyeri dan spasme otot,
dagu tidak dapat disentuh ke dada
b. Tanda Laseque

 Pasien baring telentang,


lakukan fleksi pada sendi
panggul pada waktu
tungkai dalam sikap lurus
 (+) bila timbul nyeri di lekuk
iskhiadikus atau tahanan
pada waktu fleksi < 70
derajat
c. Tanda Kernig
 Pasien berbaring terlentang,
paha diangkat dan fleksi
pada sendi panggul,
kemudian ekstensi tungkai
bawah pada sendi lutut
sejauh mungkin tanpa rasa
nyeri
 (+) bila ekstensi sendi lutut
tidak mencapai sudut 135
derajat disertai nyeri
d. Tanda Brudzinski I
Pasien baring
terlentang, gerakan
anterofleksi leher
sampai dagu
menyentuh sternum
akan disusul fleksi
involunter pada kedua
tungkai→ Brudzinski I
(+)
e. Tanda brudzinski II
Pasien baring
terlentang, satu
tungkai difleksikan pd
persendian panggul,
sedangkan tungkai yg
satu lagi dlm keadaan
ekstensi (lurus). Bila
tungkai yg satu ini ikut
terfleksi→ Brudzinski
II (+)
Pemeriksaan Saraf Kranialis
Saraf Otak I (Nervus Olfactorius)

Tes penciuman pasien dgn


mata tertutup diberikan bau
yang sudah dikenal pasien
seperi teh, kopi bergantian
hidung kiri dan kanan
Normal penciuman:
normosmi
Berkurang : hiposmi
Tidak dapat mencium sama
sekali : anosmi
Saraf Otak II ( Nervus Optikus)

 Ketajaman penglihatan (visus)


Dengan tabel Snellen, hitung
jari, gerakan tangan,
penglihatan dekat dengan
membaca buku
 Lapangan Penglihatan
✓Pasien dan pemeriksa
duduk/ berdiri berhadapan
jarak 60-100 cm, pasien
menutup satu mata dan
pemeriksa menutup juga
satu mata yang berlawanan
dengan mata pasien ditutup,
pemeriksa menggerakkan
tangan dari arah luar lapang
pandang atas, bawah,dari
kedua sisi
✓ Dengan alat kampimetri/
perimetri
Lanjutan saraf otak II ........

 Pemeriksaan opthalmoskopik
Saraf Otak III (N.Okulomotorius), Saraf
Otak IV (N.Trochklearis), Saraf Otak VI
(N. Abducens)

1. Pemeriksaan kelopak mata


2. Pemeriksaan gerakan bola mata
3. Pemeriksaan pupil
1. Pemeriksaan Kelopak Mata

Menilai m.levator palpebrae


pasien disuruh memejamkan
matanya & lalu membukanya.
Pada saat membuka mata, kita
tahan gerakannya dgn jalan
menekan enteng pd kelopak
mata→ ptosis, eksoftalmus,
enoftalmus & strabismus
Ptosis Eksoftalmus

Enoftalmus Strabismus
2.Pemeriksaan gerakan bola mata

✓Pasien disuruh mengikuti jari-jari


pemeriksa ke atas-lateral, bawah
medial, atas medial & bawah lateral
✓Nistagmus (gerakan bola mata yg
involunter & ritmik) : lihat arahnya
horizontal, vertikal, atau rotatoar
3. Pemeriksaan Pupil
Pupil. Normal ukuran 4-5 mm bentuk bulat,
isokor (sama kanan & kiri), posisi di tengah.
Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya
kearah pupil.
Normal , akibat adanya cahaya maka pupil akan
mengecil ( miosis ).Perhatikan juga apakah pupil
segera miosis, dan apakah ada pelebaran kembali
yang tidak terjadi dengan segera.
Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensual.
Cahaya ditujukan
Pada satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang
lain. Refleks pupil konsensual/ tidak langsung
Refleks pupil thd cahaya
Saraf Otak II (N.Optikus) & III
(N.Okulomotorius)
 Refleks akomodasi, konvergensi
 Pasien melihat jauh kemudian liat
tangan pemeriksa 30 cm didepan
hidung respon normal pupil akan
mengecil, kedua mata bergerak
kearah nasal
Refleks akomodasi
Saraf Otak V (N.Trigeminus)

1. Sensorik wajah dalam 3 cabang


optalmik, maksilaris, mandibularis

2. Motorik → otot pengunyah


(m.masster, m.temporalis, m.pterigoid
medialis & m.pterigoid lateralis)
Pemeriksaan sensorik (N.Trigeminus)

Sensorik wajah dalam


3 cabang optalmik,
maksilaris,
mandibularis
Sensibilitas wajah
Pemeriksaan Motorik (N. Trigeminus)
M. Masster & M. temporalis :
Pasien diminta merapatkan
giginya sekuat mungkin atau
mengatupkan mulut kuat-
kuat dan dipalpasi ototnya
M. Pterigoideus: pasien
diminta membuka mulut lihat
apakah ada deviasi, gerakan
rahang ke kanan dan kiri
Pemeriksaan Refleks Kornea
( N. Trigeminus)

Sentuh kornea
dengan kapas
lihat kedipan
secara reflek dan
rasa nyeri yang
timbul ( N. V &
N.VII)
Pemeriksaan Refleks Rahang
( N. Trigeminus)

 Refleks Rahang
(Jaw refleks)
Letakan jari telunjuk
di atas dagu pasien
secara horizontal,
mulut pasien sedikit
terbuka lalu telunjuk
diketok dengan
hammer. Normal
timbul elevasi
rahang
Saraf Otak VII (Nervus Fasialis)
1. Serat motorik untuk otot wajah
Observasi wajah pasien waktu diam,
tertawa, meringis, bersiul, menutup mata
Minta pasien mengerutkan dahi, menutup
mata kuat-kuat, menggembungkan pipi,
memperlihatkan gigi, tersenyum
Normal : simetri pada semua gerakan
kanan kiri.
2. Sensorik pengecapan
Untuk lidah 2/3 depan rasa manis, asam,
asin
Pemeriksaan serat motorik wajah

Mengerutkan dahi Memperlihatkan gigi

Mengembungkan pipi
Menutup mata kuat-kuat
. Sensorik pengecapan
Saraf Otak VIII
(N. Vestibulo koklearis)
1. Koklearis
Tes pendengaran ; mendengarkan
gesekan tangan pemeriksa, detik arloji
Tes Rinne, Webber, Schwabach
Dengan garpu tala 128, 256, 512

Rinne Test : garpu tala ditempel di tulang


mastoid, bila tidak mendengar lagi
dipindahkan ke depan liang telinga
Webber Test
Garpu tala diletakkan dipuncak kepala atau
dahi pasien
Normal tidak ada lateralisasi telinga kanan
kiri
Tuli konduktif : lateralisasi kesisi sakit
Tuli saraf :lateralisasi ke sisi sehat

Schwabach Test
Membandingkan garpu tala yang digetarkan
didepan telinga pasien dengan telinga
pemeriksa
Tes Pendengaran
Rhine test Webber test
Schwabch Test
Saraf Otak VIII
(N. Vestibulo koklearis)
2. Nervus vestibularis
Lihat nistagmus pada mata, keluhan
vertigo
Pemeriksaan : tes kalori
Saraf Otak IX
(N.Gloso faringeus)
1. Saraf pengecapan lidah 1/3 belakang untuk
rasa pahit.
2. Pasien suruh membuka mulut , liat palatum
dan uvula. Ucapkan aaa,
Normal dinding pharing terangkat simetris,
uvula ditengah bekerja sama dengan N X
Saraf Otak IX
(N.Gloso faringeus)
Saraf Kranial Nervus X
(N.Vagus)

Tes menelan bersama N. IX


Denyut jantung pasien
Reflek muntah
Tes artikulasi, suara serak
Saraf Otak X (N.Vagus)
Refleks muntah Tes menelan
Saraf Otak XI ( N. Aksesorius)
1. Otot sternokleidomastoideus
Pasien diminta menoleh ke satu sisi melawan
tangan pemeriksa
2. Otot trapezius
Pasien disuruh mengangkat bahu pemeriksa
menahan ke bawah.
Pemeriksaan
Pemeriksaan m.trapezius m.sternokleidomastoideus
Saraf Otak XII (N. Hipoglosus)

Untuk otot intrinsik dan ekstrinsik lidah


Pasien diminta untuk menjulurkan lidah
kemudian menarik dan menjulurkan lidah
dengan cepat lihat deviasi
Lesi unilateral lidah akan membelok kesisi
lesi waktu dijulurkan & pada posisi diam di
dalam mulut deviasi ke sisi sehat
Lihat atrofi lidah dan gerakan fasikulasi
Lihat cara pasien bicara apakah ada
disartri
Parese N. Hipoglossus
DIDALAM MULUT
TONUS SISI SEHAT MENARIK LIDAH
JADI AKAN TERTARIK DAN MIRING KESISI SEHAT

DILUAR MULUT BILA DIJULURKAN


AKAN KELUAR DAN MIRING KE SISI SAKIT
http://images.google.com/imgres?imgurl=http://www.tu-dresden.de/mednch/nhome/
spezial/peripher/images/Figure10klein.jpg&imgrefurl=http://www.tu-dresden.de/mednch/
nhome/spezial/peripher/gesichtsnerv.htm&h=388&w=400&sz=35&hl=en&start=2&tbnid=
cilDwoKm5TZVeM:&tbnh=120&tbnw=124&prev=/images%3Fq%3Dhypoglossus%
2Bparese%2B%26gbv%3D2%26svnum%3D10%26hl%3Den%26sa%3DG
Pemeriksaan Koordinasi

1. Observasi pada saat pasien melakukan gerakan


2. Tes hidung jari-hidung
3.Tes pronasi supinasi
Gerakan tangan yang bergantian pronasi & supinasi,
taping dgn jari tangan, taping jari kaki
4. Tes tumit lutut
Sikap berbaring pasien diminta menjalankan tumit diatas
lutut dan menyusuri ke bawah atas berulang-ulang.
Finger-nose-finger
Finger to finger
TES PRONASI-SUPINASI
PRONASI SUPINASI
Tes tumit lutut
5.Tes romberg
Pasien diminta berdiri kaki dirapatkan liat apakah
goyang kemudian mata tertutup liat apakah
gorang
6. Tes steping (jalan ditempat) mata tertutup, liat
deviasi atau maju kedepan
Abnormal deviasi > 30 derajat, maju 1 m
7. Tes Tandem Gait muka belakang
Romberg tes Tes steping
Gait / Cara Berjalan

1. Jalan diatas tumit


2. Jalan diatas jari kaki
3. Jalan mundur
4. Jalan lurus lalu berputar
5. Berdiri 1 kaki
Pemeriksaan Sensibilitas
1. Sensibilitas Permukaan : rasa raba, nyeri,
suhu
2. Sensibilitas Dalam : rasa sikap, getar,
nyeri dalam (dari struktur otot, ligamen,
fasia, tulang
3. Fungsi kortikal untuk sensibilitas :
stereognosis , pengenalan rabaan,
pengenalan 2 titik, lokalisasi stimulus
Rangsang suhu
Tes vibrasi
Pengenalan 2 titik Rasa sikap
Graphethesia Sterognosis
Sensibilitas
 Alat pemeriksaan
1. Kapas yang digulung, jarum,
rader, 2 botol berisi air dingin
(10 derajat C) air panas (43
derajat)
2. Garpu tala
3. Kliper/ jangka
Pemeriksaan Motorik
1. Bentuk otot
2. Tonus otot
3. Kekuatan otot
4. Cara berdiri / berjalan
5. Gerakan spontan abnormal
Lanjutan Pemeriksaan Motorik ..........

1. Bentuk otot→ observasi apakah


ada hipotrofi, atrofi, hipertrofi

2. Tonus otot (ketegangan otot dalam


keadaaan istirahat)→diraba otot
bandingkan kanan kiri. Tonus
meninggi akan dirasakan ada
tahanan
Lanjutan Pemeriksaan Motorik ..........

Kekuatan otot
Dinilai dalam derajat kekuatan:

5 : Normal seluruh gerakan dapat dilakukan


dengan tahanan maksimal
4 : Dapat melawan gaya berat dan melawan
tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa
3 : Dapat melawan gaya berat tetapi tidak dapat
melawan tahanan dari pemeriksa
Lanjutan Pemeriksaan Motorik ..........

2 : otot hanya dapat bergerak bila gaya berat


dihilangkan
1 : kontraksi otot minimal dapat terasa pada
otot bersangkutan tanpa mengakibatkan
gerakan
0 : tidak ada kontraksi otot sama sekali.
Paralisis total
Pemeriksaan Refleks
Reflek tendon dalam
Derajatnya : 0 = absen reflek
1= Menurun
2 = Normal
3 = Hiperreflek
4 = Hiperreflek dgn klonus
Refleks Fisiologis

❑Triceps ❑ Radialis
❑Biceps ❑ Patella
❑Ulnaris ❑ Achilles
Refleks Fisiologis
 Biceps
Ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m. biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi
siku, muncul respon fleksi lengan pada sendi siku
 Triceps
Ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi, muncul respons ekstensi
lengan bawah disendi siku
 Ulnaris
Ketukan pada periosteum procesus styloigeus ulnea, posisi
lengan setengah fleksi dan antara pronasi – supinasi, akan
muncul respons pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator
quadratus
REFLEKS FISIOLOGIS
 Radialis
Ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi lengan
setengah fleksi dan sedikit pronasi, muncul respons : fleksi
lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.
brachioradialis.
 Patella
Ketukan pada tendon patella, akan muncul respons ekstensi
tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps Femoris.
 Achilles
Ketukan pada tendon achilles, akan muncul respons plantar
fleksi kaki karena kontraksi m. Gastrocnemius.
Refleks patella Refleks patella
Refleks Biceps Refleks Biceps
Refleks Triceps Repleks Tricpes
Refleks tendon achiless Refleks tendon achiless
Reflek patologis
 Babinski
Telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral
menuju pangkal ibu jari, timbul dorso fleksi ibu jari dan
pemekaran jari-jari lainnya.
 Chadock
Tanda babinski akan timbul dengan menggores punggung kaki
dari arah lateral ke depan
 Openheim
Mengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk, jari tengah dari
lutut menyusur kebawah (+ = babinski)
Babinski
Chadock

Openheim

Anda mungkin juga menyukai