Anda di halaman 1dari 23

KONSEP DASAR

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
DALAM MENUNJANG
TINDAKAN ANESTESI

DENA RISTY ELUNGAN


PELATIHAN PERAWAT ANESTESI DASAR CJNC DPW PPNI PROV. JAWA TENGAH
DENA RISTY ELUNGAN, S. Kep. Ns
Blitar, 28 Maret 1986

D 3 Keperawatan di Stikes Hang Tuah Surabaya


S1 Keperawatn di Stikes PPNI Mojokerto
Pelatihan Perawat Anestesi Dasar di RSUD Dr. Soetomo
Perawat Anestesi RS. PHC Surabaya sejak tahun 2009
Pedoman Pemeriksaan Pra Anestesi

• Menentukan kondisi pasien


• Menentukan status fisis dan resiko tindakan anestesi dan resusitasi
• Menentukan status teknik anesthesia dan resusitasi yang akan dilakukan
• Memperoleh persetujuan tindakan anesthesia dan resusitasi (inform
consent)
• Persiapan tindakan anesthesia dan resusitasi
MENENTUKAN KONDISI PASIEN
• Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (sesuai indikasi serta
konsultasi dari dokter spesialis (DPJP) bila diperlukan
• Dokter Anest dan tenaga kesehatan dapat segera melakukan tindakan
anesthesia / resusitasi sesuai diagnostic yang muncul
• Dokter anestesi dapat memunda / menolak tindakan anestesi bila hasil
evaluasi pra anestesi (hasil pemeriksaan diagnostic / pemeriksaan penunjang
) tidak layak atau belum layak untuk dilakukan tindakan anestesi
• Dokter / Tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan resusitasi sesuai
kondisi pasien
MENENTUKAN STATUS FISIK PASIEN

• ASA (American Society of Anesthesiologis)


• ASA 1 : Pasien sehat
• ASA 2 : Pasien dengan gangguan sistemik ringan
• ASA 3 : Pasien dengan gangguan sistemik berat
• ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam jiwa
• ASA V : Pasien sakit berat yang kemungkinan tidak selamat tanpa operasi
• ASA VI : Pasien dengan Brain dead yang organnya akan di donorkan
• Evaluasi Jalan Nafas
• Mallampati score
Tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan
maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade :
a. Grade I : Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas, seluruh
tonsil terlihat jelas
b.Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar faring tidak
terlihat, setengah keatas dari fossa tonsil terlihat
c.Grade III : Palatum mole dan durum masih dapat terlihat jelas
d.Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat, tanya
palatum durum yang terlihat.
PERSETUJUAN TINDAKAN ANESTESI
(INFORM CONSENT)

• Penjelasan rencana anestesi dan resusitasi,


komplikasi dan resiko

• Memperoleh ijin tertulis dari pasien / keluarga pasien


untuk tindakan anesthesia dan resusitasi
PERSIAPAN TINDAKAN, ALAT DAN OBAT

• Menentukan tindakan resusitasi yang akan dilakukan

• Persiapan alat – alat

• Persiapan Obat – Obatan ( Obat Anestesi dan Obat Emergensi )

• Persiapan Mesin
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan Diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter
untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat
keparahannya

• Diagnosa yang muncul dari pemeriksaan diagnostic dapat menunjang


tindakan anestesi / tindakan resusitasi apa yang akan dilakukan
KONSEP DASAR PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan diagnostic dapat dilakukan melalui :
• Pemeriksaan fisik B1-B6

• Permeriksaan penunjang lain


B1 (Breating)
• Inspeksi dan Palpasi

• Bentuk dada (normochest, Barellchest, pigionchest/punelchest)

• Pola nafas (Bradipnea,/takipnea, penggunaan otot bantu nafas, cuping hidung dan alat
bantu nafas)

• Kedalaman nasfas

• Saturasi Oksigen

• Ada atau tidaknya Vocal Premitus

• Perkusi Dada

• Sonor ( normal )

• Hiper sonor (pneumothorax, ppok)

• Auskultasi

• Normal : Vesikuler, broncovesikuler, bronchial / tracheal

• Tambahan : wheezing, stidor, ronchi, dll


B2 ( Blood )
• Inspeksi
• CRT ( Capilari Refill Time )
• Sianosis ( Kebiruan disekitar bibir pasien )
• Konjungtiva ( Anemis atau tidak )

• Palpasi
• Akral : Hangat Kering Merah (HKM)
• Nadi : Frekuensi, kekuatan, regular / ireguler
• Tekanan Darah

➢ Penunjang : Hasil Laboratorium (HB, Leukosit, FH, EKG)


➢ Menentukan : Persiapan alat dan obat – obatan, persiapan darah yang
diperlukan
B3 (Brain)
• Pemeriksaan Brain ini untuk menentukan tingkat kesadaran pasien.
• Untuk menentukan tingkat kesadaran pada pasien dapat menggunakan skala
(secara kuantitatif) pengukuran dengan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS
memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon pasien terhadap lingkungan.
Komponen yang dinilai adalah : Respon terbaik buka mata, respon Verbal dan
respon motoric (E-V-M)

• GCS harus diukur setelah airway, breathing , dan sirkulasi dinilai, setelah airway
bebas dan ventilasi atau resusitasi sirkulasi telah dilakukan
• GCS diukur sebelum
memberikan sedatif atau pelumpuh otot, atau setelah obat-obat
tersebut dimetabolisme
Lanjutan B3 (Brain)
• Tingkat kesadaran adalah ukuran dari
kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan,
tingkat kesadaran (secara kualitatif) dibedakan menjadi:

• Compos Mentis (Conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan
sekelilingnya.

• Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh

• Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.

• Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.

• Stupor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri

• Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
B4 (Bladder) Saluran Perkemihan
• Inspeksi:
a. integritas kulit alat kelamin (penis/ vagina) Normalnya warna merah muda
b. tidak ada Fluor Albus/ Leukorea (keputihan patologis pada perempuan)
c. tidak ada Hidrokel (kantung yang berisi cairan yang mengelilingi testis yang
menyebabkan pembengkakan skrotum.
d. Tidak ada henia
e. Produksi urine (normal 0,5-1 cc/kg BB / jam)
• Palpasi:
a. Tidak ada distensi kandung kemih.
B5 ( BOWEL)
• Inspeksi dan Palpasi :
a. bentuk abdomen simetris
b. tidak ada distensi abdomen
c. tidak accites
d. tidak ada muntah
e. tidak ada jejas

• Auskultasi:
a. peristaltik usus : Normal 10-30x/menit
Management pemeriksaan B5 pada pasien Trauma

• Pemeriksaan secara inspeksi dan palpasi sangat penting pada kasus trauma,
dari pemeriksaan dapat dijadikan untuk penegakan diagnostic dan rencana
penanganan life saving pada kasus pasien trauma
• Pemeriksaan Inspeksi (bentuk abdomen, ada tidaknya jejas)
• Pemeriksaan palpasi (supel/tidak, ada masa atau tidak, ada distensi abdomen
atau tidak)
• Pemasangan lingkar abdomen sangat penting pada kasus pasien trauma
• Tambahkan pemeriksaan penunjang Lab (HB serial, dan USG fast)
• Pemasangan IV Line dengan steracart ukuran besar
B6 (Bone) Sistem Muskuluskeletal dan
integumen

• Inspeksi:
a. Ada tidaknya patah tulang (terbuka/tertutup)
b. pergerakan sendi bebas dan kekuatan otot penuh
c. Ada oedem pada ekstrimitas / tidak
d. tidak ada lesi
e. Warna kulit

• Palpasi:
a. turgor kulit elastis
Kesimpulan
• Ketepatan pemeriksaan B1-B6 pada pasien sangat menentukan Diagnosa
awal pada pasien untuk menentukan tindakan resusitasi atau antestesi apa
yang akan dilakukan
• Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan setelah pemeriksaan B1-B6
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai