PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
DALAM MENUNJANG
TINDAKAN ANESTESI
• Persiapan Mesin
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan Diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter
untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat
keparahannya
• Pola nafas (Bradipnea,/takipnea, penggunaan otot bantu nafas, cuping hidung dan alat
bantu nafas)
• Kedalaman nasfas
• Saturasi Oksigen
• Perkusi Dada
• Sonor ( normal )
• Auskultasi
• Palpasi
• Akral : Hangat Kering Merah (HKM)
• Nadi : Frekuensi, kekuatan, regular / ireguler
• Tekanan Darah
• GCS harus diukur setelah airway, breathing , dan sirkulasi dinilai, setelah airway
bebas dan ventilasi atau resusitasi sirkulasi telah dilakukan
• GCS diukur sebelum
memberikan sedatif atau pelumpuh otot, atau setelah obat-obat
tersebut dimetabolisme
Lanjutan B3 (Brain)
• Tingkat kesadaran adalah ukuran dari
kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan,
tingkat kesadaran (secara kualitatif) dibedakan menjadi:
• Compos Mentis (Conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan
sekelilingnya.
• Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh
• Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
• Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
• Stupor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri
• Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
B4 (Bladder) Saluran Perkemihan
• Inspeksi:
a. integritas kulit alat kelamin (penis/ vagina) Normalnya warna merah muda
b. tidak ada Fluor Albus/ Leukorea (keputihan patologis pada perempuan)
c. tidak ada Hidrokel (kantung yang berisi cairan yang mengelilingi testis yang
menyebabkan pembengkakan skrotum.
d. Tidak ada henia
e. Produksi urine (normal 0,5-1 cc/kg BB / jam)
• Palpasi:
a. Tidak ada distensi kandung kemih.
B5 ( BOWEL)
• Inspeksi dan Palpasi :
a. bentuk abdomen simetris
b. tidak ada distensi abdomen
c. tidak accites
d. tidak ada muntah
e. tidak ada jejas
• Auskultasi:
a. peristaltik usus : Normal 10-30x/menit
Management pemeriksaan B5 pada pasien Trauma
• Pemeriksaan secara inspeksi dan palpasi sangat penting pada kasus trauma,
dari pemeriksaan dapat dijadikan untuk penegakan diagnostic dan rencana
penanganan life saving pada kasus pasien trauma
• Pemeriksaan Inspeksi (bentuk abdomen, ada tidaknya jejas)
• Pemeriksaan palpasi (supel/tidak, ada masa atau tidak, ada distensi abdomen
atau tidak)
• Pemasangan lingkar abdomen sangat penting pada kasus pasien trauma
• Tambahkan pemeriksaan penunjang Lab (HB serial, dan USG fast)
• Pemasangan IV Line dengan steracart ukuran besar
B6 (Bone) Sistem Muskuluskeletal dan
integumen
• Inspeksi:
a. Ada tidaknya patah tulang (terbuka/tertutup)
b. pergerakan sendi bebas dan kekuatan otot penuh
c. Ada oedem pada ekstrimitas / tidak
d. tidak ada lesi
e. Warna kulit
• Palpasi:
a. turgor kulit elastis
Kesimpulan
• Ketepatan pemeriksaan B1-B6 pada pasien sangat menentukan Diagnosa
awal pada pasien untuk menentukan tindakan resusitasi atau antestesi apa
yang akan dilakukan
• Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan setelah pemeriksaan B1-B6
Terima Kasih