Anda di halaman 1dari 30

Manajemen Askan Diluar

Kamar Op pada Prosedure CT


Scan

I Ketut Sudiana, SST., M.Kes


Konsep Dasar

Pengertian CT Scan
• CT scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang sangat tinggi
• Dipergunakan sejak tahun 1970 sbg alat bantu proses diagnosa dan pengobatan
pasien neurologis
• Gambaran Ct Scan adalah hasil rekonstruksi komputer terhadap gambar X-Ray
• Gambaran dari berbagai lapisan secara multiple dilakukan dengan cara mengukur
densitas dari substansi yang dilalui oleh sinar X
Tujuan CT Scan?

• Mendeteksi perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi


rongga otak (space occupying lesions/ SOL)
• Mendeteksi edema serebral dan adanya perubahan struktur otak
• Mengidentikasi infark , hidrosefalus dan atrofi otak
Aplikasi klinis CT Scan
Pada cranial :
• diagnosa dari cerebrovascular accidents dan intracranial hemorrhage
• deteksi tumor; Ct scan dengan kontras lebih sensitif dari MRI
• deteksi peningkatan TIK sebelum dilakukan LP atau evaluasi fungsi
ventriculoperitoneal shunt
• Evaluasi fraktur wajah atau kranial
• Pada kepala/leher/wajah/mulut; digunakan pada rencana operasi bagi
deformitas kraniofasial dan dentofasial dan evaluasi tumor sinus, nasal, orbital,
dan rencana rekonstruksi implant dental
Aplikasi klinis CT Scan

Pada dada:
• mendeteksi perubahan akut ataupun kronik parenklim paru
• evaluasi proses intrestitial kronik (emfisema, fibrosis)
• evaluasi mediatinum dan limfadenopati menggunakan kontrast per IV
• metode pemeriksaan utama pada emboli paru, dan disecsi aorta menggunakan
kontras IV
Aplikasi klinis CT Scan

Pada abdomen dan pelvik:


• diagnosa pada batu ginjal, apendisitis, pankreatitis, diverkulitis, anerisma aorta
abdomen, obstruksi usus
• pilihan pertama mendeteksi trauma menelan benda solid
• CT scan bukan pilhan utama pada pelvik, pilhan pertama adalah ultrasonografi
Pada Ekstremitas
• digunakan pada fraktur kompleks
Keuntungan CT Scan

• dapat digunakan pada pasien dengan implant metal


• lebih sedikit menghasilkan klaustrofobia
• waktu yang dibutuhkan lebih sedikit sehingga tepat
untuk pasien emergensi
Risiko CT Scan

• Pemeriksaan ini memiliki efek samping yang kecil dan tidak menyebabkan nyeri
• CT scan menggunakan radiasi sinar-X yang sedikit. Jika menerima zat kontras akan
menimbulkan reaksi alergi
• Reaksi alergi ini bisa serius dan membutuhkan tindakan medikasi segera.
Persiapan CT Scan

 Memberikan form persetujuan tindakan


 Periksa kebijakan RS, biasanya pasien puasa 8 jam sebelum pemeriksaan
 Berikan medikasi 2 jam sebelum tes
 Kaji kemungkinan reaksi alergi iodine. Laporkan kepada dokter atau
radiologist jika ditemukan riwayat alergi seafood.
 Lepaskan peralatan yang terbuat dari logam
Penyuluhan pasien dan keluarga sebelum CT Scan

• Hindari makan atau minum sesuatu sebelum tes kecuali instruksi medik
• Pasien kemungkinan dilakukan pemasangan intravena, ketika zat kontras
disuntikkan, pasien akan merasa hangat dan merasa seperti logam dalam mulut
• Tes dilakukan selama 30-90 menit
• Pasien akan ditempatkan di atas meja dengan scanner mengelilingi kepala yang
titempatkan pada cradle . Scanner akan menyebabkan kebisingan
• Pemeriksaan ini tidak menimbulkan nyeri
• Seseorang akan selalu berada dekat pasien ketika dilakukan pemeriksaan
This patient's imaging studies show evolution of a left cerebral artery infarct on CT
scan and MRI
Sagittal T1-weighted images show marked contrast enhancement of the left parietal infarct following
contrast administration. The images also show enhancement in the occipital and temporal lobes
Askan pada pasien yang dilakukan CT
Scan
A. Pengkajian

Anamnesis
1. dentitaspasien dan keluarga
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama?
b. riwayat kesehatan (Riw peny sekarang dan terdahulu)
• Riwayat kejang
• Sering pingsan
• Riwayat HT
• Alergi obat (iodin atau gadolinum)
• Riwayat DM
• Konsumsi obat-obat tertentu
A. Pengkajian

Anamnesis
3. Data bio-psiko-sosial-spiritual
• Udara dan oksigenasi: sesak, SaO2, pergerakan otot-otot
pernafasan, frekuensi pernafasan, alat bantu nafas
• Eliminasi: Bak?, Retensio urine dan alvi krn penurunan
fungsi neuromuskular
• Pola aktifitas: apakah bisa berbaring dalam waktu yg cukup
lama?
• Sosial: mampu berkomunikasi verbal?
A. Pengkajian
Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
1. Keadaan umum
• Kesadaran
• GCS
• TTV
2. Pemeriksaan head to toe
• Kelainan kepala, kelemahan otot-otot wajah, kelemahan saraf
cranial (I,II,V,VII,VIII,XI), trauma kepala?
• Keadaan gigi dan mulut, keutuhan maxiofasial
• Pemakaian gigi palsu
• Kelainan exstremitas, kekuatan otot extremitas, pergerakan
A. Pengkajian
Pemeriksaan Penunjang
• DL
• GDA
• LED
• Hitung jenis sel (eosinofil, limposit)

Penentuan ASA dan Pertimbangan sedasi jika diperlukan


B. Perencanaan
Problem (Masalah Kesehatan Anasesi)
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Etiologi:
gangguan aliran arteri
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif. Etiologi:
disfungsi neuromuskular
3. Risiko Cidera. Etiologi:
kejang umum/fokal, kelemahan umum
4. Hipertermi. Etiologi: proses inflamasi
5. Risiko infeksi
6. Nyeri
B. Perencanaan
Problem (Masalah Kesehatan Anasesi)

7. Gangguan perfusi jaringan


8. Pola nafas tidak efektif
9. Hambatan komunikasi verbal. Etiologi
perubahan pada sistem saraf pusat
10. Hambatan mobilitas fisik. Etiologi:
gangguan neuromuscular
11. Anxietas
12. Kesadaran menurun
13. Mual-muntah
B. Perencanaan
Intervensi
Prinsif intervensi yang dilaksanakan:
• Intervensi yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan perfusi serebral
• Jalan nafas, pola nafas, sirkulasi dan status neurologis juga dimonitor dengan
ketat
• Pemberian oksigen dapat menurunkan resiko hipoksia dan hiperkapnea yang
dapat meningkatkan iskemia serebral dan tekanan intracranial
• Hindari suctioning lebih dari 15 detik karena dapat meningkatkan tekanan
intracranial
B. Perencanaan
Intervensi
Gangguan perfusi jaringan serebral: gangguan aliran arteri, oedema cerebri,
hematoma, perdarahan cerebri
1) Observasi keluhan, observasi TTV tiap 2-4 jam dan kesadaran klien
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien sebagai standar
                  dalam menentukan intervensi yang tepat
2) observasi karakteristik nyeri (intensitas, lokasi, frekuensi dan faktor yang
mempengaruhi).
Rasional : Penurunan tanda dan gejala neurologis atau kegagalan dala
pemulihannya merupakan awal pemulihan dalam memantau TIK.
3) Ukur capillary refill, GCS, observasi warna dan kelembapan kulit.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK
Lanjutan…………………..
4) Observasi tanda peningkatan TIK ( kaku kuduk, muntah proyektil dan
penurunan kesadaran.
Rasional : Untuk mengetahui potensial peningkatan TIK.
5) Berikan klien posisi semifowler, kepala ditinggikan 30 derajat.
Rasional : Memberi rasa nyaman bagi klien
6) Anjurkan orang terdekat ( keluarga ) untuk bicara dengan klien walaupun
hanya lewat sentuhan.
Rasional : Ungkapan keluarga yang menyenangkan memberikan efek
menurunkan TIK dan efek relaksasi bagi klien.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi obat-obatan   
neurologis.
Rasional : Sebagai therapi terhadap kehilangan kesadaran akibat
                  kerusakan otak, kecelakaan lalu lintas dan operasi otak.
B. Perencanaan
Intervensi
Anxietas
• Observasi pola dan tingkah laku pasien selama prosedur berlangsung
• Lakukan pendampingan oleh keluarga dan petugas selama prosedur dikerjakan
• Anjurkan pasien untuk membayangkan hal-hal yang bersifat lucu selama prosedure
• Berikan penjelasan secara spesifik tentang prosedur dan tindakan sedasi yang akan
dilakukan
• Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul selama prosedur berlangsung dengan
cara yang tepat
• Kolaborasi pemberian pre-medikasi kepada pasien sebelum dilakukan prosedur
tindakan
B. Perencanaan
Intervensi
Nyeri
• Lakukan penilaian skala nyeri dengan VAS
• Berikan posisi yang nyaman selama tindakan
• Lakukan teknik distraksi dengan mendengarkan musik,
mendongeng, buku-buku cerita
• Berikan penjelasan secara jelas tentang hal-hal yang
menimbulkan rasa tidak nyaman selama prosedur berlangsung
• Kolaborasi pemberian analgetik k/p
B. Perencanaan
Intervensi
Kesadaran menurun
• Observasi tingkat kesadaran selama prosedur berlangsung
• Jaga stabilisasi ABC selama prosedur
• Observasi kestabilan TTV
• Lakukan bantuan pernafasan dan resusitasi jika diperlukan
• Lakukan pemasangan airway devinitif jika diperlukan
B. Perencanaan
Intervensi
mual-muntah
• Kaji derajat dan frekuensi rangsangan mual selama prosedur
berlangsung
• Miringkan pasien jika terjadi muntah
• Lakukan suction aktif pada daerah mulut jika muntahan susah
dibersihkan
• Kolaboratif pemberian antiemetik
B. Perencanaan
Intervensi
Permasalahan pola nafas, oksigenasi jaringan, bersihan jalan nafas, intervensi yg bisa
dilakukan
• Observasi pergerakan dada dan otot-otot pernafasan
• Observasi frekuensi nafas, oksigenasi jaringan dengan SaO2
• Berikan oksigenasi selama prosedur dengan nasal, masker, NRM
• Anjurkan bernafas dalam selama berada di ruang MRI
• Lakukan suction aktif pada airway jika terjadi sumbatan oleh secret
• Posisikan pasien agar airway tetap bebas selama prosedur berlangsung
C. Implementasi

Lakukan tindakan yang sudah direncanakan pada


Intervensi dan selalu lakukan evaluasi formatif
dari setiap implementasi yang dikerjakan
D. Evaluasi

1.Lakukan evaluasi sumatif berdasarkan


kriteria waktu yang ditetapkan pada tujuan
(SMART)
2.Evaluasi menggunakan metode SOAP

Anda mungkin juga menyukai