perioperatif
Preceptor:
dr. Joan Willy Ansar, Sp.An
Uswatul Hasanah
(19360034)
Isma Nurfaridza
(20360144)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RS PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
PERIOPERATIF
Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu fase
praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Dalam
setiap fase tersebut dimulai dan diakhiri dalam waktu
tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah
FASE
PERIOPERA
Fase
praoperatif
TIF Fase
intraoperatif
Fase
Pascaoperatif
dimulai ketika dimulai ketika pasien dimulai dengan
keputusan untuk masuk atau dipindah masuknya pasien
intervensi bedah ke bagian atau ke ruang
dibuat dan departemen bedah pemulihan dan
berakhir ketika dan berakhir saat berakhir dengan
pasien dikirim ke pasien dipindahkan evaluasi tindak
meja operasi.. ke ruang pemulihan. lanjut pada tatana
klinik atau di
rumah.
FASE PRAOPERATIF
1. Anamnesa
► Riwayat anastesi sebelumnya dan operasi sebelumnya
► Riwat alergi dan penyakit penyerta
2. Pemeriksaan fisik
► Inspeksi, palpasi, perkusi, dan aukultasi
► Airway ( Metode Lemon)
2. Pemeriksaan Fisik
metode LEMON
Salah satu alat yang dikembangkan untuk menentukan pasien mungkin menimbulkan kesulitan
manajemen jalan nafas adalah metode LEMON.
L = Look externally
Melihat adanya hal-hal yang menyebabkan pasien membutuhkan tindakan ventilasi atau
intubasi dan evaluasi kesulitan secara fisik, misalkan leher pendek, trauma facial, gigi yang besar,
kumis atau jenggot, atau lidah yang besar.
E = Evaluate 3 – 3 – 2 rule
Penentuan jarak anatomis menggunakan jari sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa
besar bukaan mulut.
M = Mallampati score
Klasifikasi Klinis
Kelas I Tampak uvula, pilar fausial dan
palatum mole
Kelas II Pilar fausial dan palatum mole
terlihat
Kelas III Palatum durum dan palatum
mole masih terlihat
Kelas IV Palatum durum sulit terlihat
O = Obstruction/Obesity
Menilai adanya keadaan yang dapat menyebabkan obstruksi
misalkan abses peritonsil, trauma.
Obesitas dapat menyebabkan sulitnya intubasi karena memperberat
ketika melakukan laringoskop dan mengurangi visualisasi laring.
N = Neck deformity
Menilai apakah ada deformitas leher yang dapat
menyebabkan berkurangnya range of movement dari leher
sehingga intubasi menjadi sulit.
B
6
Perneriksaan fisik yang dilakukan secara umum adalah pemeriksaan tinggi dan berat
badan, kesadaran, tanda-tanda anemia, ikterus, sianosis, dehidrasi, oedema, tekanan
darah, frekuensi nadi, suhu tubuh, frekuensi nafas dan nyeri. Secara keseluruhan
dilakukan pemeriksaan 56 yaitu :
• B1 (Breathe)
- frekuensi napas, tipe napas, regularitas, ada tidaknya retraksi, suara napas :
vesikuler, ronki, wheezing.
• B2 (Blood/sistem kardiovaskuler)
- Nadi (Regularitas, frekuensi, isi nadi)
- Tekanan darah
• B3 (Brain/susunan saraf)
-Tingkat kesadaran penderita (GCS)
- Apakah ada kelumpuhan saraf
- Tanda-tanda TIK
•B4 (Bladder)
- Produksi urin
- Apakah ada penyumbatan saluran kencing / darah pada kencing
• B5 (Bowel)
- Apakah ada muntah, diare, kembung, nyeri tekan
- Bising usus, peristltik usus
- Apakah ada cairan bebas di perut (ascites)
• B6 (Bone)
- Patah tulang, Bentuk leher
- Kelainan tulang belakang : skoliosis, kifosis, lordosis
3. Pemeriksaan Penunjang
Hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan.
Kesadaran Menangis 2
Bereaksi terhadap rangsangan 1
Tidak bereaksi 0