Anda di halaman 1dari 36

ADI TYA DHANI SWARA

UPH RS. MARI NI R CI LANDAK


Unit Perawatan Pasca Anestesi
(PACU)
Definisi
Post Anesthesia Care Unit (PACU)
Post Anesthesia Recovery (RAR)
Merupakan tempat yang di bangun untuk menangani
pasien dalam masa penyembuhan dari anesthesia, baik
umum, regional, maupun anesthesia lokal.
History
Sebelum Perang Dunia ke 2
Kematian post operasi setelah anestesi dan
pembedahan sangat tinggi. Insiden yang merupakan
komplikasi respiratori dan sirkulasi.

Setelah Perang Dunia ke 2
Sukses dalam Respiratory -> faktor dalam
mengevaluasi ICU/PACU modern.
Desain PACU
Lokasi & Ukuran
1. Dekat dengan ruang Operasi dan fasilitas ICU
2. Akses mudah ke Lab, X-ray, Blood Bank.
3. Ruangan Terbuka (observasi semua pasien mudah)
4. Ruang cukup memadai untuk 4-6 tempat tidur dan
minimal 7 meter antara tempat tidur.
5. Jarak tempuh dari masing-masing kamar operasi
ke ruang PACU kurang lebih lima menit.
Desain PACU
Fasilitas
1. Fowlers cot dengan rel disisi ranjang
2. Pipa Oksigen, Vacuum
3. Pintu Besar
4. Pencahayaan Maksimal
5. Kamar isolasi
Desain PACU
Peralatan
Alat dan Obat resusitasi
Airway Maintenance kit:
1. Laryngoscope dengan semua jenis ukuran pisau
2. Semua ukuran ETT
3. Face mask, airways, ambu bag, venturi masks
4. Tracheostomy set
5. ICD set
6. Transport Ventilator
7. Monitor : EKG, Pulse oksimetri, EtCO2, Suhu, BP
Resiko Pasca Anestesi
Kelompok 1
Pasien yang mempunyai resiko tinggi gagal nafas dan
goncangan kardiovaskuler pasca anestesia/bedah.
(GOAL: masuk ke ICU pasca bedah)
Kelompok 2
Sebagian besar pasien pasca anestesia/bedah masuk dalam
kelompok ini
(GOAL: secepatnya mampu menjaga respirasi
adekuat)
Kelompok 3
Operasi kecil, singkat, rawat jalan.
(GOAL: respirasi adekuat, bebas ngantuk, nyeri,
ataksia, kelemahan otot sebelum pulang)
Pemindahan Pasien dari kamar operasi ke PACU
Pemindahan pasien di laksanakan dengan hati-hati:
1. Pasien masih belum sadar baik atau belum pulih
dari pengaruh anestesia, posisi kepala di atur
sedemikian rupa agar jalan napas tetap adekuat dan
ventilasi terjamin.
2. Pemeliharaan saturasi O2
3. Nomotermia
4. Gerakan saat memindahkan bisa menyebabkan
nyeri/ dislokasi sendi
5. Pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa syok atau
hipotensi.
Cont.
6. Pasien yang di blok spinal, posisi penderita di buat
sedemikian rupa agar aliran darah dari tungkai ke
proksimal lancar.
7. Yakinkan bahwa infus, pipa nasogastrik dan kateter
urin berfungsi dengan baik
8. Tidak perlu mendorong kereta dengan tergesa-gesa
karena bisa menyebabkan muntah, goncangan
sirkulasi, nyeri pada lapangan operasi, masalah
ventilasi.
Perawatan di PACU
Monitoring EKG, SPO2, tekanan darah
Terapi oksigen
Pain therapy, anti muntah
Tekanan darah di rekam:
1. setiap 5 menit selama 30 menit
2. Setiap 15 menit selama 30 menit berikutnya.
Tujuan PACU
1. Memantau secara kontinyu dan mengobati secara
tepat dan cepat masalah respirasi dan sirkulasi.
2. Mempertahankan kestabilan sistem respirasi dan
sirkulasi.
3. Memantau perdarahan luka operasi.
4. Mengatasi/ mengobati masalah nyeri pada pasca
bedah.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Kesadaran
Pemulihan kesadaran, merupakan salah satu penyulit
yang sering di hadapi di ruang pulih, maka apabila hal
ini terjadi di usahakan memantau tanda vital yang lain
dan mempertahankan fungsinya agar tetap adekuat.
Pasien belum sadar tidak merasakan adanya tekanan
dan rangsangan pada anggota gerak mata atau pada
kulitnya sehingga mudah mengalami cedera, oleh
karena itu posisi pasien di atur sedemikian rupa, mata
di tutup dengan plester atau kasa yang basah sehingga
terhindar dari cedera sekunder.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Masalah gelisah dan berontak, seringkali mengganggu
suasana ruang PACU bahkan bisa membahayakan diri
pasien sendiri

Penyebab dari Gaduh/ Gelisah adalah:
1. Pemakaian Ketamin sebagai obat anestesia
2. Nyeri yang hebat
3. Hipoksia
4. Buli buli yang penuh
5. Stress yang berlebihan pra-bedah
6. Pasien anak sering mengalami hal ini.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Respirasi

No. Parameter Normal
1 Suara nafas paru Sama pada kedua paru
2 Frekuensi napas 10-35x/menit
3 Irama nafas Teratur
4 Volume tidal Minimal 4-5 ml/kgbb
5 Kapasitas tidal 20-40ml/kgbb
6 Inspirasi paksa -40cmHg
7 PaO2 pada FiO2 30% 100mmHg
8 PaCO2 30-45mmHg
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Pada pasien tidak sadar sangat mudah mengalami
sumbatan jalan nafas akibat jatuhnya lidah ke
hipofaring, timbunan air liur atau sekret, bekuan
darah, gigi yang lepas dan isi lambung akibat muntah
atau regurgitasi.

Depresi nafas Sentral : paling sering akibat efek sisa
opiat, hipokapnea, hipotermi, dan hipoperfusi

Depresi perifer: karena efek sisa pelumpuh otot, nyeri,
distensi abdomen dan rigiditas otot.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Sirkulasi
TEKANAN DARAH (hiper, hipo dan syok)
Menurut aldreta perubahan tekanan darah pasca
anestesi dengan kriterianya sbb:
1. Perubahan sampai 20% dari prabedah = 2
2. Perubahan antara 20-50% dari prabedah = 1
3. Perubahan melebihi 50% dari nilai prabedah = 0
Sebab-sebab hipertensi pasca bedah adalah : nyeri,
hipoksia, hiperkarbia, penggunaan vasopressor, kelebihan
cairan.
Sebab sebab hipotensi/ syok adalah perdarahan, defisit
cairan, depresi otot jantung dan dilatasi pembuluh darah
yang berlebihan
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Denyut Jantung
Denyut jantung normal berkisar 55-120 x/menit, dengan
irama yang teratur.
1. Takikardia, di sebabkan oleh hipoksia, hipovolemia,
akibat obat simpatomimetik, demam dan nyeri.
2. Bradikardi, di sebabkan oleh blok sub arakhnoid,
hipoksia (pada bayi) dan refleks vagal.
3. Distritmia, paling sering di sebabkan oleh hipoksia.

Penanggulanganya adalah: memperbaiki ventilasi dan
oksigenasi. Apabila sangat mengganggu dapat di berikan
obat anti disritmia seperti lidokain.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Fungsi ginjal dan saluran kencing
Perhatikan produksi urin, terutama pada pasien yang
di curigai resiko tinggi gagal ginjal akut pasca
anestesia.
Pada keadaan normal produksi urin
mencapai 0,5 cc/KgBB/Jam, bila terjadi
oligouri atau anuri.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Fungsi Saluran Cerna
Kemungkinan terjadi regurgitasi atau muntah pada
periode pasca anestesia, terutama pada kasus bedah
akut.
Tindakan yang cepat dan tepat sangat di perlukan
untuk menguasai jalan nafas. Bila terjadi aspirasi
asam lambung, kemungkinan pasien akan mengalami
ancaman gagal nafas akut.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Aktifitas motorik
Pemulihan aktivitas motorik pada penggunaan obat
pelumpuh otot, berhubungan erat dengan fungsi
respirasi. Bila masih ada efek sisa pelumpuh otot
pasien mengalami hipoventilasi dan aktivitas motorik
yang lain juga belum kembali normal.
Untuk menilai kemampuan pasien untuk membuka
mata atau kemampuan untuk menggerakan anggota
gerak terutama pada pasien menjelang sadar.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Suhu Tubuh
Penyulit hipotermia pasca bedah, tidak bisa di hindari
terutama pada pasien bayi dan anak serta usia tua.
Beberapa faktor penyebab nya:
1. Suhu kamar operasi yang rendah
2. Penggunaan disinfektan
3. Cairan infus dan transfusi darah
4. Cairan pencuci rongga-rongga pada daerah operasi
5. Kondisi pasien (bayi dan orang tua)
6. Penggunaan halotan sebagai obat anestesia.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Usaha-usaha yang dapat di lakukan dalam menghangatkan
kembali pasien hipotermia pasca operasi:
1. Pada bayi, segera di masukkan ke ruangan inkubator
2. Pasang selimut penghangat
3. Lakukan penyinaran dengan lampu
Kemungkinan hipertermi harus di waspadai, terutama
menjurus pada hipertermi malignan. Beberapa hal yang
bisa menimbulkan hipertermi:
1. Septikemia terutama pada pasien infeksi prabedah
2. Penggunaan obat obat: atropin, suksinil kholin dan
halotan.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Usaha penanggulangan yang dapat di lakukan dalam
kondisi hipertermi adalah:
1. Pasien di dinginkan secara konduksi menggunakan
es
2. Infus dengan cairan infus dingin
3. Oksigenasi adekuat
4. Antibiotika, bila di duga sepsis.
Pemantau dan Penanggulangan Kedaruratan
Medik
Masalah Nyeri
Trauma akibat luka operasi sudah pasti akan
menimbulkan rasa nyeri, segera berikan analgetika.
Diagnosis nyeri di tegakan melalui pemeriksaan klinis
berdasarkan pengamatan perubahan psikologis,
perubahan fisik antara lain pola nafas, denyut nadi
dan tekanan darah serta pemeriksaan LAB gula darah.
VAS ( Visual Analog Scale)
Menilai intensitas nyeri
1. Nyeri ringan ada pada skala 1-3
2. Nyeri sedang ada pada skala 4-7
3. Nyeri berat ada pada skala 8-10
Penanggulangan Nyeri Pasca Bedah
Pendekatan Trimodal dengan analgesia balans,
yaitu:
1. Menekan pada proses transduksi di daerah cedera,
mempergunakan preparat atau obat analgesia lokal
atau analgesia non steroid atau anti prostaglandin,
misalnya : ketoprofen dan ketorolak.
2. Menekan proses transmisi, mempergunakan obt
analgesia lokal dengan teknik analgesia regional,
seperti misalnya blok interkostal dan blok epidural.
3. Menekan pada proses modulasi mempergunakan
preparat narkotika secara sistemik yang di berikan
secara intermiten atau tetes kontinyu atau secara
regional melalui kateter epidural.
Cont.
Pada nyeri operasi laporotomi, menimbulkan pengaruh
yang serius terhadap fungsi respirasi. Pengembangan
diafragma kearah rongga abdomen akan menurun,
menyebabkan kapasitas residu fungsional akan menurun
sehingga ventilasi alveolar akan berkurang. Di samping
itu kemampuan batuk pasca bedah untuk mengeluarkan
sputum berkurang sehingga timbul retensi sputum.

Karena itu pada pasien laparotomi yang insisinya
mencapai prosesus siphoideus di lakukan ventilasi
mekanik selama 1x24 jam selanjutnya di pasang kateter
epidural untuk mengendalikan nyeri menggunakan opiat (
morfin)
Pemantau dan Penanggulangan kedaruratan
medic
POSISI
Posisi pasien perlu di atur di tempat tidur PACU. Hal
ini perlu di perhatikan untuk mencegah beberapa
kemungkinan:
1. Sumbatan jalan nafas, pada pasien belum sadar
2. Tertindihnya/ terjepit satu bagian anggota tubuh
3. Terjadi dislokasi sendi sendi anggota gerak.
4. Hipotensi, pada pasien dengan analgesia regional
5. Gangguan kelancaran infus.
POSISI YANG AMAN BAGI PASIEN:
1. Posisi miring stabil pada pasien operasi tonsil
2. Ekstensi kepala, pada pasien yang belum sadar
3. Posisi terlentang dengan elevasi kedua tungkai dan
bahu (kepala)
4. Posisi elevasi tungkai saja pada pasien syok.
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI PADA PACU
OBSTRUKSI JALAN NAFAS
Pasien tidak sadar -> lidah jatuh kebelakang
Pharynx: larync spasme, glotic edema, dll
HYPOVENTILASI
PaCO2 > 45 mmhg, PH < 7,25
Efek dari obat anestesi (lebih dosis)
Inadequate reversal
Nyeri hebat
Pakaian ketat abdomen
Produksi CO2 tinggi
HYPOXAEMIA
PaO2 < 70 mmhg
Hypoventilasi naik
Asupan oksigen menurun
FRC
Lung Edema
HYPOTENSI
20-30 % penurunan BP
Hypovolemia
Disfungsi ventrikel
Kegagalan pengisian jantung
HYPERTENSI
BP > 20-30%
Aktivasi simphatetik
Nyeri
hypercapnia
ARRHYTMIA
Hypercardia
Gangguan electrolite
Efek dari sisa chalinesterase inhibitor
PEMANTAUAN
PACU DAN
KRITERIA
PENGELUARAN
ALDRETE SCORE PASCA ANESTESI
SCORE ALDRETE PASCA ANESTESIA

ALDRETE SCORE PASCA ANESTESI
Penilaian di lakukan pada
1. Saat masuk
2. Setiap saat dan di catat setiap 5 menit sampai
tercapai nilai total 10. nilai untuk pengiriman
pasien adalah 10.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Undang Komarudin Sp.An, Dr Asegaf Sp An.
Kumpulan Kuliah ilmu anestesia hal 28-30
2. Dr.Gede Mangku, Sp.An Buku ajar ilmu anestesia
Edisi I, Indeks 2010. Hal 136-148
3. www.medicinet.com/post_anesthesia_care_unit.h
tm di akses pada tanggal 5 april 2014

Anda mungkin juga menyukai