Oleh :
SYAHPIKAL SAHANA
FERAWATI
DAFTAR ISI
BAB II
Pengertian ...................................................................................
1.2
1.3
1.4
1.5
RUANG LINGKUP..............................................................................
2.1
2.2
2.3
2.4
3.2
3.3
3.4
3.5
BAB V
4.1
4.2
PENUTUP ............................................................................................
BAB I
PASCA ANESTESI
1.1;
PENGERTIAN
Pasca anestesi merupakan periode kritis, yang segera dimulai setelah
pembedahan dan anestesi diakhiri sampai pasien pulih dari pengaruh
anestesi. Sebagian besar pasien mengalami pemulihan dari anestesi dan
bedah tanpa kejadian-kejadian khusus, tetapi sejumlah kecil pasien dengan
jumlah yang tidak dapat diperkirakan mengalami komplikasi. Sekarang ini
telah disepakati bahwa semua pasien harus dirawat oleh staf yang ahli,
dalam area yang memiliki fasilitas yang tepat untuk mengatasi setiap
masalah yang mungkin timbul selama fase pemulihan anestesi. Pasien yang
menjalani proses pembedahan yang panjang atau yang diduga akan lama
dirawat di ruangan khusus pasca anestesi selama fase pemulihannya untuk
meminimalkan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan paska operasi.
Beberapa pasien yang menjalani pembedahan khusus mungkin langsung
dibawa ke perawatan intensif, misalnya pasien-pasien bedah jantung.
1.2;
RUANG PEMULIHAN
Ruang pemulihan adalah ruangan khusus pasca anestesi yang berada
di kompleks kamar operasi yang dilengkapi dengan tempat tidur khusus, alat
pantau, alat/obat resusitasi, tenaga terampil dalam bidang resusitasi dan
gawat darurat serta disupervisi oleh dokter spesialis anestesiologi dan
spesialis bedah.
Syarat-syarat ruang pulih :
A; Berada di dalam kompleks kamar operasi atau satu atap dengan kamar
operasi dan satu koridor
B; Ruangan cukup memadai untuk 3 4 tempat tidur
C; Jarak tempah dari masing-masing kamar operasi ke ruang pulih kurang
lebih lima menit.
D; Dilengkapi dengan tempat tidur khusus, penerangan yang cukup dan
tempat cuci
E; Dilengkapi dengan alat pantau, alat, dan obat resusitasi
F; Personilnya terampil dalam bidang resusitasi, dengan jumlah minimal
satu orang untuk dua tempat tidur
1.3;
1.4;
Kelompok II
Kelompok III
1.5;
PEMULANGAN PASIEN
Tanggung jawab ahli anestesi terhadap pasien tidak berakhir pada
penghentian anestesi. Walaupun perawatan diserahkan ke staf pemulihan
(perawat atau staf yang setara), tanggung jawab tersebut tetap berada
dibawah ahli anestesi hingga pasien dikeluarkan dari ruang pemulihan.
Apabila jumlah staf pemulihan tidak memadai untuk merawat pasien yang
baru masuk, ahli anestesi harus menjalani peran ini.
Lamanya waktu yang dihabiskan pasien di ruang pemulihan
tergantung pada berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan,
teknik anestesi, dan timbulnya komplikasi. Sebagian besar unit memiliki
kebijakan yang menentukan lama minimal di ruang pemulihan, dan kriteria
pengeluaran.
BAB II
RUANG LINGKUP
21;
1; Perawat anestesi
23;
- Laringoskop
- Endo-tracheal tube (ETT) dan introduser/stylet sesuai ukuran
- Masker oksigen (NRBM)
B; Gas oksigen
BAB III
TATA LAKSANA
3.1;
3.2;
D;
E;
F;
3.3;
Parameter
Normal
Frekuensi nafas
10 35 X/mnt
Irama nafas
Teratur
Volume tidal
Kapasitas vital
20-40 ml/kgbb
Inspirasi paksa
-40 cmH2O
100 mmHg
paCO2
30-45 mmHg
Depresi perifer
produksi urin mencapai > 0,5 cc/kgbb/jam, bila terjadi oliguri atau anuri,
segera dicari penyebabnya, apakah pre renal, renal, atau salurannya
Penanggulangannya tergantung dari penyebabnya.
E; Fungsi saluran cerna
G; Masalah nyeri
H; Posisi
Ada beberapa jalan untuk memonitor pasien pasca anestesi di ruang pulih :
A; Pulse oxymetry : pengukuran kecukupan kebutuhan oksigenasi dengan
pulse oxymetry
B; Kapnografi :
Pengukuran dari CO2 akhir ekspirasi secara langsung berkorelasi
dengan konsentrasi CO2 dalam darah
Kapnografi digunakan untuk
- Penilaian keberhasilan ventilasi alveolar
- Untuk tanda awal hipertermi malignat
- Indikasi penurunan cardiac output pada pasien dengan frekuensi
nafas normal (emboli paru, henti jantung atau hipovolemia
berat). Manifest sebagai penurunan gradual CO2, karena jika
sedikit CO2 yang mencapai paru dari sirkulasi maka terjadi V/Q
mismatch.
C; ECG
ECG memantau detak jantung dan ritme, hal ini penting untuk
memperlihatkan : iskemia, gangguan elektrolit, blok jantung, henti
jantung
ECG 3 lead seringkali digunakan
D; Tekanan darah non invasif
Tekanan darah secara kontinu diukur dengan menggunakan cuff tekanan
darah, untuk memperkirakan perfusi end-organ
E; Temperatur
Anestesi mempengaruhi homeostasis temperatur. Oleh karena itu, pasien
berisiko untuk mengalami fluktuasi temperatur saat dan pasca anestesi.
F; Central venous pressure
Tekanan vena sentral (CVP) digunakan untuk memberi hasil yang lebih
representatif untuk kasus volume dibandingkan tekanan cuff
Selama pasca prosedur anestesi regional panduan pemantauan harus
diikuti. Pasien yang sadar tidak menjadi alasan bagi pemantauan yang tidak
adekuat. Perhatian khusus harus diberikan pada sistem kardiovaskuler akibat
besarnya efek yang ditimbulkan oleh teknik ini. Pemeliharaan kontak verbal
PEMULANGAN PASIEN
Mempergunakan skor aldrete pasca anestesi umum di ruang pulih.
Obyek
Aktivitas
Respirasi
Tekanan darah
Kesadaran
Warna kulit
Kriteria
Nilai
Henti nafas
Kemerahan
Sianosis
0
TOTAL NILAI
Nilai
NILAI TOTAL
BAB IV
DOKUMENTASI
Pencatatan rekam medis oleh pemberi perawatan pasca anestesi dilakukan
pada beberapa dokumen, antara lain : catatan perkembangan pasien terintegrasi,
dan lembar laporan pasca anestesi.
Semua monitoring fungsi vital dan tindakan pelayanan dicatat pada lembar
laporan pasca anestesi. Dalam melakukan observasi fungsi vital selama di ruang
pulih, petugas harus berespons dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi
vital pasien selama pasca anestesi/pembedahan. Adanya komplikasi serta
kegawatan fungsi vital pasien harus segera dilaporkan pada dokter ahli anestesi
agar segera mendapat tindakan penanganan.
Lembar ke-1
Lembar ini adalah lembar dokumentasi tindakan assesmen pra-anestesi
yang harus diisi dengan lengkap. Lembar ini berisi informasi mengenai biodata
pasien, informasi (1) tentang pemeriksaan pra anestesi, analisa (A) dari hasil
pemeriksaan, dan rencana (R) program anestesi yang akan dilakukan, serta
ditanda tangani oleh dokter pemberi sedasi (DPJP).
Lembar ke-2
Lembar kedua adalah lembar dokumentasi monitoring selama anestesi.
Lembar ini harus terisi dengan lengkap karena lembar ini mencatat tentang waktu
mulai dan akhir dari anestesi, kondisi klinis pasien selama anestesi, pemberian
jenis dan dosis obat anestesi serta waktu pemberiannya, tanda-tanda vital yang
harus diisi setiap 5 menit selama pemberian anestesi, dan ditandatangani oleh
petugas yang memonitor selama sedasi baik dokter anestesi ataupun perawat
asisten anestesi.
Lembar ke-3
Lembar ini adalah lembar dokumentasi perawatan pasca anestesi yang
dimulai dari pencatatan waktu masuknya pasien ke ruang pemulihan, hasil
pemantauan
tanda-tanda
vital,
skala
nyeri,
penilaian
kriteria
BAB V
PENUTUP