Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERAWATAN PASCA OPERASI


Diajukan Sebagai Tugas Ujian Divisi Pacu

Oleh :
SYAHPIKAL SAHANA
FERAWATI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


ANESTESI DAN TERAPI INSTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN/ RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 1


BAB I

BAB II

PASCA ANESTESI .............................................................................. 2


1.1

Pengertian ...................................................................................

1.2

Ruang Pemulihan ........................................................................

1.3

Tujuan Perawatan Pasca Anestesi................................................

1.4

Komplikasi dan Risiko Pasca Anestesi .......................................

1.5

Pemulangan Pasien .....................................................................

RUANG LINGKUP..............................................................................
2.1

Petugas Ruang Pulih ...................................................................

2.2

Managemen Keselamatan Pasien ...............................................

2.3

Fasilitas Ruang Pelayanan Pasca Anestesi .................................

2.4

Ruang Lingkup Pelayanan Pasca Anestesi..................................

BAB III TATA LAKSANA.................................................................................


3.1

Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ....................................

3.2

Serah Terima Pasien di Ruang Pulih ..........................................

3.3

Tata Laksana Komplikasi Pasca Anestesi ...................................

3.4

Monitoring Pasca Anestesi..........................................................

3.5

Pemulangan Pasien .....................................................................

BAB IV DOKUMENTASI .................................................................................

BAB V

4.1

Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi ................................

4.2

Lembar Laporan Anestesi ...........................................................

PENUTUP ............................................................................................

BAB I
PASCA ANESTESI
1.1;

PENGERTIAN
Pasca anestesi merupakan periode kritis, yang segera dimulai setelah
pembedahan dan anestesi diakhiri sampai pasien pulih dari pengaruh
anestesi. Sebagian besar pasien mengalami pemulihan dari anestesi dan
bedah tanpa kejadian-kejadian khusus, tetapi sejumlah kecil pasien dengan
jumlah yang tidak dapat diperkirakan mengalami komplikasi. Sekarang ini
telah disepakati bahwa semua pasien harus dirawat oleh staf yang ahli,
dalam area yang memiliki fasilitas yang tepat untuk mengatasi setiap
masalah yang mungkin timbul selama fase pemulihan anestesi. Pasien yang
menjalani proses pembedahan yang panjang atau yang diduga akan lama
dirawat di ruangan khusus pasca anestesi selama fase pemulihannya untuk
meminimalkan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan paska operasi.
Beberapa pasien yang menjalani pembedahan khusus mungkin langsung
dibawa ke perawatan intensif, misalnya pasien-pasien bedah jantung.

1.2;

RUANG PEMULIHAN
Ruang pemulihan adalah ruangan khusus pasca anestesi yang berada
di kompleks kamar operasi yang dilengkapi dengan tempat tidur khusus, alat
pantau, alat/obat resusitasi, tenaga terampil dalam bidang resusitasi dan
gawat darurat serta disupervisi oleh dokter spesialis anestesiologi dan
spesialis bedah.
Syarat-syarat ruang pulih :
A; Berada di dalam kompleks kamar operasi atau satu atap dengan kamar
operasi dan satu koridor
B; Ruangan cukup memadai untuk 3 4 tempat tidur
C; Jarak tempah dari masing-masing kamar operasi ke ruang pulih kurang
lebih lima menit.
D; Dilengkapi dengan tempat tidur khusus, penerangan yang cukup dan
tempat cuci
E; Dilengkapi dengan alat pantau, alat, dan obat resusitasi
F; Personilnya terampil dalam bidang resusitasi, dengan jumlah minimal
satu orang untuk dua tempat tidur

1.3;

TUJUAN PERAWATAN PASCA ANESTESI


Tujuan perawatan pasca anestesi/bedah di ruang pulih :
A; Memantau secara kontinu dan mengobati secara cepat dan tepat masalah
respirasi dan sirkulasi
B; Mempertahankan kestabilan sistem respirasi dan sirkulasi
C; Memantau perdarahan luka operasi
D; Mengatasi/mengobati masalah nyeri pasca bedah

1.4;

KOMPLIKASI DAN RISIKO PASCA ANESTESI


Ada beberapa pengelompokan komplikasi pasca anestesi,antara lain adalah :
A; Komplikasi umum
Langsung
- Nyeri
- Perdarahan
- Syok
- Atelektasis basal
- Keluaran urin sedikit
Segera
- Nyeri
- Mual dan muntah pasca operasi (PONV)
- Syok
- Kebingungan akut
- Gangguan jantung
- Infeksi (pneumonia, infeksi saluran kencing, infeksi luka)
- Dehiscence luka/anastomois
- Trombosis vena dalam (DVT) / emboli paru (PE)
- Retensi urine
- Ileus paralitik
Lambat
- Pembentukan adhesi
- Hernia insisional
- Kehilangan mobilitas
- Nyeri kronis
- Kegagalan pembedahan/patologi awal muncul kembali
B; Sepsis
C; Nyeri (pain)
D; Analgesia

E; Mual muntah pasca operasi


F; Kehilangan darah akut

Berdasarkan masalah-masalah yang akan dijumpai pasca


anestesi/bedah, pasien secara anestesi dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kelompok :
Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

1.5;

: Pasien mempunyai risiko tinggi gagal nafas dan


goncangan kardiovaskuler pasca anestesi/bedah,
sehingga perlu nafas kendali pasca anestesi/bedah.
Pasien yang termasuk kelompok ini langsung dirawat di
Unit Terapi Intensif pasca anestesi/bedah tanpa
menunggu pemulihan di ruang pulih.
: Sebagian besar pasien pasca anestesi/bedah termasuk
dalam kelompok ini. Tujuan perawatan pasca
anestesi/bedah adalah menjamin agar pasien secepatnya
mampu menjaga keadekuatan respirasinya
: Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan rawat
jalan. Pasien pada kelompok ini bukan hanya fungsi
respirasinya adekuat tetapi harus bebas dari rasa kantuk,
ataksia, nyeri dan kelemahan otot, sehingga pasien bisa
kembali pulang.

PEMULANGAN PASIEN
Tanggung jawab ahli anestesi terhadap pasien tidak berakhir pada
penghentian anestesi. Walaupun perawatan diserahkan ke staf pemulihan
(perawat atau staf yang setara), tanggung jawab tersebut tetap berada
dibawah ahli anestesi hingga pasien dikeluarkan dari ruang pemulihan.
Apabila jumlah staf pemulihan tidak memadai untuk merawat pasien yang
baru masuk, ahli anestesi harus menjalani peran ini.
Lamanya waktu yang dihabiskan pasien di ruang pemulihan
tergantung pada berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan,
teknik anestesi, dan timbulnya komplikasi. Sebagian besar unit memiliki
kebijakan yang menentukan lama minimal di ruang pemulihan, dan kriteria
pengeluaran.

BAB II
RUANG LINGKUP
21;

PETUGAS RUANG PEMULIHAN


Berikut adalah anggota tim ruang pemulihan :
A; Dokter
1; Anestesiologis (dokter spesialis anestesi dan terapi intensif)
Merupakan seorang dokter yang memiliki SIP dan telah
menyelesaikan program studi spesialisasi di bidang anestesi yang
terakreditasi.
2; Residen anestesi
Merupakan dokter yang sedang mengikuti program studi spesialisasi
di bidang anestesi yang terakreditasi.
B; Non-Dokter

1; Perawat anestesi

Merupakan perawat dengan STR yang telah menyelesaikan program


studi Perawat anestesi terakreditasi
2; Asistensi anestesi
Merupakan profesional kesehatan yang telah menyelesaikan
program stusi asisten anestesi terakreditasi
3; Perawat
Merupakan perawat dengan STR yang telah menyelesaikan
pendidikan perawat terakreditasi
22;

MANAGEMEN KESELAMATAN PASIEN


A; Dokter yang mengawasi bertanggung jawab akan semua aspek yang
terlibat selama penanganan pasien (pre, intra, dan pasca prosedur)
B; Saat pasien dirawat, dokter yang bertanggung jawab harus hadir /
mendampingi di ruang pulih
C; Praktisi yang melakukan perawatan pasca anestesi harus terlatih dengan
baik dalam mengevaluasi pasien sebelum prosedur dilakukan untuk
mengenali kapan terdapat peningkatan risiko
D; Kebijakan dan prosedur yang terkait harus memperbolehkan praktisi
untuk menolak berpartisipasi dalam kasus-kasus tertentu jika mereka
merasa tidak kompeten dalam melakukan suatu tindakan pemulihan dan
terdapat kemungkinan dapat membahayakan pasien / menurunkan
kualitas pelayanan pasien
E; Dokter yang mengawasi bertanggung jawab memimpin timnya dalam
situasi emergensi dimana diperlukan tindakan resusitasi, termasuk
manajemen jalan napas

23;

FASILITAS RUANG PELAYANAN PASCA ANESTESI


Standar minimal fasilitas yang harus ada adalah :
A; Airway management kit
Tersedianya alat untuk penanganan kegawatan nafas, antara lain :
- Ambubag sesuai ukuran
- Jackson reese
- Ventilasi breathing mask (VBM) sesuai ukuran
- Oro-pharingeal airway (OPA) / guedel sesuai ukuran
- Naso-pharingeal airway (NPA)
- Laeringeal mask airway (LMA) sesuai ukuran

- Laringoskop
- Endo-tracheal tube (ETT) dan introduser/stylet sesuai ukuran
- Masker oksigen (NRBM)

B; Gas oksigen

Di dalam ruang pelayanan sedasi harus tersedia suplai oksigen, dalam


hal ini bisa berupa gas oksigen dalam tabung atau gas sentral lengkap
dengan konektor humidifier.
C; Alat pijat jantung / defrilator
D; Bedside monitor

Bedside monitor yang harus ada mencakup alat pemantauan saturasi


oksigen (oksimetri), alat pengukur tekanan darah (tensimeter), alat
pengukur nadi, alat rekam jantung (ECG minimal 2 alat), alat pengukur
suhu tubuh.
E; Mesin suction

Mesin yang sudah siap dengan perlengkapannya, antara lain : tabung,


slang suction dan catheter suction (sesuai ukuran).
F; Obat emergensi

Obat-obatan emergensi yang harus tersedia di ruang pelayanan sedasi,


antara lain :
- Sulfas atrophine (SA)
- Ephineprine
- Epedrine
- Lidokain
- Dexamethason
- Aminophilene
G; Lembar rekam medis

Lembar rekam medis yang diperlukan adalah :


- Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
- Form laporan pasca anestesi
H; Standar prosedur operasional (SPO)

- SPO monitoring pasca anestesi di ruang pemulihan


- SPO perawatan pasca anestesi regional
- SPO perawatan pasca anestesi umum
- SPO transportasi pasien ke ICU tanpa ruport ventilasi
- SPO transportasi pasien ke ICU dengan ruport ventilasi
- SPO pemindahan/pemulangan pasien dari ruang pemulihan
24;

RUANG LINGKUP PELAYANAN PASCA ANESTESI


Pelayanan pasca anestesi meliputi :
Pemindahan pasien dari kamar operasi
Serah terima pasien di ruang pulih
Komplikasi pasca anestesi
Cairan pasca operasi
Pemulangan pasien

BAB III
TATA LAKSANA
3.1;

PEMINDAHAN PASIEN DARI KAMAR OPERASI


A; Pemindahan pasien dilakukan dengan hati-hati mengingat :
Pasien yang belum sadar baik atau belum pulih dari pengaruh anestesi,
posisi kepala diatur sedemikian rupa agar kelapangan jalan nafas tetap
adekuat sehingga ventilasi terjamin.
B; Apabila dianggap perlu, pada pasien yang belum bernafas spontan,
diberikan nafas bantuan
C; Gerakan pada saat memindahkan pasien dapat menimbulkan atau
menambah rasa nyeri akibat tindakan pembedahan dan bisa terjadi
dislokasi sendi
D; Pada pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa terjadi syok atau
hipotensi
E; Pasien yang dilakukan blok spinal, posisi penderita dibuat sedemikian
rupa agar aliran darah dari daerah tungkai ke proksimal lancar
F; Meyakinkan bahwa infus, pipa nasogastrik dan kateter urin tetap
berfungsi dengan baik atau tidak lepas
G; Tidak perlu mendorong pasien tergesa-gesa karena hal tersebut dapat
mengakibatkan :
Rasa nyeri daerah bekas lapangan operasi
Perubahan posisi kepala, sehingga dapat menimbulkan masalah
ventilasi
Muntah regurgitasi
Kegoncangan sirkulasi

3.2;

SERAH TERIMA PASIEN DI RUANG PULIH


Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat serah terima :

A; Masalah-masalah tata laksana anestesi, penyulit selama anestesi/


B;
C;

D;
E;
F;

3.3;

pembedahan, pengobatan dan reaksi alergi yang mungkin terjadi.


Tindakan pembedahan yang dikerjakan, penyulit saat pembedahan,
termasuk jumlah perdarahan
Jenis anestesi yang diberikan dan masalah-masalah yang terjadi,
termasuk cairan infus yang diberikan selama operasi, diuresis serta
gamaran sirkulasi dan respirasi
Posisi pasien di tempat tidur
Hal-hal lain yang perlu mendapat pengawasan khusus sesuai dengan
permasalahan yang terjadi selama anestesi/pembedahan
Apakah pasien perlu mendapat penanganan khusus di ruang terapi
intensif (sesuai dengan instruksi dokter).

TATA LAKSANA KOMPLIKASI PASCA ANESTESI


A; Kesadaran
Pemanjangan pemulihan kesadaran, merupakan salah satu penyulit yang
sering dihadapi di ruang pulih. Banyak faktor yang terlibat dalam
penyulit ini. Apabila hal ini terjadi diusahakan memantau tanda vital
yang lain dan mempertahankan fungsinya agar tetap adekuat. Disamping
itu pasien belum sadar tidak merasakan adanya tekanan, jepitan atau
rangsangan pada anggota gerak, mata atau pada kulitnya sehingga
mudah mengalami cedera, oleh karena itu posisi pasien diatur
sedemikian rupa, mata ditutup dengan plester atau kasa basah sehingga
terhindar dari cedera sekunder.
Masalah gelisah dan berontak, seringkali mengganggu suasana ruang
pulih bahkan bisa membahayakan dirinya sendiri. Penyebab gaduh
gelisah pasca bedah adalah :
Pemakaian ketamin sebagai obat anestesi
Nyeri yang hebat
Hipoksia
Buli-buli penuh
Stres yang berlebihan pra bedah
Pasien anak-anak, seringkali mengalami hal ini
Penanggulangannya, disesuaikan dengan penyebabnya.
B; Respirasi

Parameter respirasi yang harus dinilai pasca anestesi adalah :

Parameter

Normal

Suara nafas paru

Sama pada kedua paru

Frekuensi nafas

10 35 X/mnt

Irama nafas

Teratur

Volume tidal

Minimal 4-5 ml/kgbb

Kapasitas vital

20-40 ml/kgbb

Inspirasi paksa

-40 cmH2O

PaO2 pada FiO2 30%

100 mmHg

paCO2

30-45 mmHg

Apabila dalam penilaian tersebut di atas dijumpai tanda-tanda


insufisiensi respirasi, segera dicari penyebabnya sehingga dengan cepat
dilakukan usaha untuk memulihkan fungsinya.
Sumbatan Jalan Nafas
Pada pasien tidak sadar sangat mudah mengalami sumbatan jalan nafas
akibat jatuhnya lidah ke hipofaring, timbunan air liur atau sekret, bekuan
arah, gigi yang lepas dan isi lambung akibat muntah atau regurgitasi.
Sumbatan bisa terjadi pada daerah :
Supra laring : lidah jatuh ke hipofaring, air liur, bekuan darah dan isi
lambung akibat muntah atau regurgitasi
Laring
: benda asing, spasme, edema dan kelumpuhan pita suara
Infra laring : trakeo-malasea, aspirasi benda asing, dan spasme
bronkus
Usaha penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya :
Tanpa alat
dengan alat
1; Tiga langkah jalan nafas
1. Pipa oro/nasofaring
2; Posisi miring stabil
2. Pipa orotrakea
3; Sapuan pada rongga mulut
3. Alat isap
Atau kalau perlu dilakukan bronkoskopi atau trakeostomi.
Depresi Nafas
Depresi sentral
: paling sering akibat efek sisa opiat, disamping
itu juga disebabkan oleh keadaan hipokanea,
hipotermia dan hipoperfusi.

Depresi perifer

: karena efek sisa pelumpuh otot, nyeri, distensi


abdomen dan rigiditas otot.
Usaha penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya.
C; Sirkulasi

Parameter hemodinamik yang perlu diperhatikan adalah :


Tekanan darah
Sebab-sebab hipertensi pasca bedah adalah hipertensi yang diderita
prabedah, nyeri, hipoksia dan hiperkarbia, penggunaan vasopresor,
dan kelebihan cairan
Sebab-sebab hipotensi/syok pasca bedah adalah perdarahan, defisit
cairan, depresi otot jantung dan dilatasi pembuluh darah yang
berlebihan
Penanggulangannya, disesuaikan dengan penyeabnya
Denyut jantung
Sebab-sebab gangguan irama jantung :
- Takikardia, disebabkan oleh hipoksia, hipovolumia, akibat obat
simpatomimetik, demam, dan nyeri
Penangannya disesuaikan dengan penyebabnya.
- Bradikardi, disebabkan oleh blok subarakhnoid, hipoksia (pada
bayi) dan reflek vagal
Penangannya disesuaikan dengan penyebab, umumnya diberikan
sulfas atropin
- Distritmia (diketahui dengan EKG), paling sering disebabkan
karena hipoksia.
Penanggulangannya adalah memperbaiki ventilasi dan
oksigenasi. Apabila sangat mengganggu dapat diberikan obat
anti disritmia seperti lidokain.
Hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian pasca bedah yang termasuk
dalam sirkulasi adalah :
Perdarahan dari luka operasi
Bendungan disebelah distal dari tempat bebat luka operasi bisa
menimbulkan edema dan nyeri di daerah tersebut.
D; Fungsi ginjal dan saluran kencing

Perhatikan produksi urin, terutama pada pasien yang dicurigai risiko


tinggi gagal ginjal akut pasca bedah/anestesi. Pada keadaan normal

produksi urin mencapai > 0,5 cc/kgbb/jam, bila terjadi oliguri atau anuri,
segera dicari penyebabnya, apakah pre renal, renal, atau salurannya
Penanggulangannya tergantung dari penyebabnya.
E; Fungsi saluran cerna

Kemungkinan terjadi regurgitasi atau muntah pada periode pasca


anestesi/bedah, terutama pada kasus bedah akut, senantiasa harus
diantisipasi.
Untuk mengantisipasi hal itu, pencegahan regurgitasi/muntah lebih
penting artinya daripada menangani kejadian tersebut. Akan tetapi bila
terjadi penyulit seperti ini maka tindakan yang cepat dan tepat sangat
diperlukan untuk menguasai jalan nafas.
Walaupun demikian kemungkinan terjadi aspirasi asam lambung
senantiasa mengancam. Bila hal ini terjadi, pasien dirawat secara
intensif di unit terapi intensifkarena pasien akan mengalami ancaman
gagal nafas akut.
F; Aktivitas motorik

Pemulihan aktivitas motorik pada penggunaan obat pelumpuh otot,


berhubungan erat dengan fungsi respirasi. Bila masih ada efek sisa
pelumpuh otot, pasien mengalami hipoventilasi dan aktivitas motorik
yang lain juga belum kembali normal.
Petunjuk yang sangat sederhana untuk menilai pemulihan otot
adalah menilai kemampuan pasien untuk menggerakkan anggota gerak
terutama pada pasien menjelang sadar. Kalau sarana memadai, dapat
dilakukan uji kemampuan otot rangka dengan alat perangsang saraf.
G; Suhu tubuh

Penyulit hipotermi pasca bedah, tidak bisa dihindari terutama pada


pasien bayi/anak dan usia tua.
Beberapa penyebab hipotermi di kamar operasi adalah :
Suhu kamar operasi yang dingin
Penggunaan desinfektan
Cairan infus dan transfusi darah
Cairan pencuci rongga-rongga pada daerah operasi
Kondisi pasien (bayi dan orang tua)

Penggunaan halotan sebagai obat anestesi

Usaha untuk menghangatkan kembali di ruang pulih adalah dengan


cara :
Pada bayi, segera dimasukkan ke dalam inkubator
Pasang selimut penghangat
Lakukan penyinaran dengan lampu
Disamping hipotermi, kemungkinan hipertemi harus diwaspadai
terutama yang menjurus pada hipertemi malignan. Beberapa hal yang
bisa menimbulkan hipertermi adalah :
Septikemia, terutama pada pasien yang menderita infeksi pra bedah
Penggunaan obat-obatan, seperti : atropin, suksinil kholin dan
halotan
Usaha penanggulangannya adalah :
Pasien didinginkan secara konduksi menggunakan es
Infus dengan cairan infus dingin
Oksigenasi adekuat
Antibiotika, bila diduga sepsis
Bila dianggap perlu, rawat di unit terapi intensif
H; Masalah nyeri

Trauma akibat luka operasi sudah pasti akan menimbulkan rasa


nyeri. Hal ini harus disadari sejak awal dan bila pasien mengeluh rasa
nyeri atau tanda-tanda pasien menderita nyeri, segera berikan analgesik.
Diagnosis nyeri ditegakkan melalui pemeriksaan klinis berdasarkan
pengamatan perubahan perangai, psikologis, perubahan fisik antara lain
pola nafas, denyut nadi, dan tekanan darah, serta pemeriksaan
laboratorium yaitu kadar gula darah. Intensitas nyeri dinilai dengan
Visual Analog Scale (VAS) dengan rentang nilai dari 1-10 yang dibagi
menjadi :
Nyeri ringan ada pada skala 1-3
Nyeri sedang ada pada skala 4-7
Nyeri berat ada pada skala 8-10

Pedoman penanggulangan nyeri pasca bedah mempergunakan konsep


analgesia preemptif, melalui pendekatan trimodal dengan analgesia
balans, yaitu :
Menekan pada proses transduksi di daerah cedera, mempergunakan
preparat atau obat, analgesia lokal atau analgesia nonsteroid atau anti
prostaglandin, misalnya asam mefenamaik, ketoprofen, dan
ketorolak
Menekan pada proses tranmisi, mempergunakan obat analgesia lokal
dengan teknik analgesia regional, seperti misalnya blok interkostal
dan epidural
Menekan pada proses modulasi mempergunakan preparat narkotika
secara sistemik yang diberikan secara intermiten atau tetes kontinu
atau diberikan secara regional melalui kateter epidural.
I; Posisi
Posisi pasien perlu diatur di tempat tidur ruang pulih.
Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah kemungkinan :
Sumbatan jalan nafas, pada pasien belum sadar
Tertindihnya/terjepitnya satu bagian anggota tubuh
Terjadi dislokasi sendi-sendi anggota gerak
Hipotensi, pada pasien dengan analgesia regional
Gangguan kelancaran aliran infus
Posisi pasien diatur sedemikian rupa tergantung kebutuhan sehingga
nyaman dan aman bagi pasien, antara lain :
Posisi miring stabil pada pasien operasi tonsil
Ekstensi kepala, pada pasien yang belum sadar
Posisi terlentang dengan elevasi kedua tungkai dan bahu (kepala)
pada pasien blok spinal dan bedah otak
Posisi elevasi tungkai saja pada pasien syok
3.4;

MONITORING PASCA ANASTESI


Pemantauan dan penanggulangan kedaruratan medik meliputi :
A; Kesadaran
B; Respirasi
C; Sirkulasi
D; Fungsi ginjal dan saluran kencing
E; Fungsi saluran cerna
F; Suhu tubuh

G; Masalah nyeri
H; Posisi

Ada beberapa jalan untuk memonitor pasien pasca anestesi di ruang pulih :
A; Pulse oxymetry : pengukuran kecukupan kebutuhan oksigenasi dengan
pulse oxymetry
B; Kapnografi :
Pengukuran dari CO2 akhir ekspirasi secara langsung berkorelasi
dengan konsentrasi CO2 dalam darah
Kapnografi digunakan untuk
- Penilaian keberhasilan ventilasi alveolar
- Untuk tanda awal hipertermi malignat
- Indikasi penurunan cardiac output pada pasien dengan frekuensi
nafas normal (emboli paru, henti jantung atau hipovolemia
berat). Manifest sebagai penurunan gradual CO2, karena jika
sedikit CO2 yang mencapai paru dari sirkulasi maka terjadi V/Q
mismatch.
C; ECG
ECG memantau detak jantung dan ritme, hal ini penting untuk
memperlihatkan : iskemia, gangguan elektrolit, blok jantung, henti
jantung
ECG 3 lead seringkali digunakan
D; Tekanan darah non invasif
Tekanan darah secara kontinu diukur dengan menggunakan cuff tekanan
darah, untuk memperkirakan perfusi end-organ
E; Temperatur
Anestesi mempengaruhi homeostasis temperatur. Oleh karena itu, pasien
berisiko untuk mengalami fluktuasi temperatur saat dan pasca anestesi.
F; Central venous pressure
Tekanan vena sentral (CVP) digunakan untuk memberi hasil yang lebih
representatif untuk kasus volume dibandingkan tekanan cuff
Selama pasca prosedur anestesi regional panduan pemantauan harus
diikuti. Pasien yang sadar tidak menjadi alasan bagi pemantauan yang tidak
adekuat. Perhatian khusus harus diberikan pada sistem kardiovaskuler akibat
besarnya efek yang ditimbulkan oleh teknik ini. Pemeliharaan kontak verbal

dengan pasien berguna karena hal ini memberikan petunjuk mengenai


perfusi serebal.
Tanda-tanda awal ketidakcukupan curah jantung adalah mual dan
pusing, dan diikuti oleh muntah. Petunjuk pertama adanya penyebaran
anestesi yang terlalu luas dapat berupa keluhan mengenai kesulitan bernafas
atau rasa baal pada jari-jari. Tentunya, gejala dan tanda yang berharga ini
akan menghilang apabila pasien berada dalam kondisi sedasi berat.
3.5;

PEMULANGAN PASIEN
Mempergunakan skor aldrete pasca anestesi umum di ruang pulih.
Obyek

Aktivitas

Respirasi

Tekanan darah

Kesadaran

Warna kulit

Kriteria

Nilai

Mampu menggerakkan empat ekstremitas

Mampu menggerakkan dua ekstremitas

Tidak mampu menggerakkan ekstremitas

Mampu bernafas dalam dan batuk

Sesak atau pernafasan terbatas

Henti nafas

Berubah sampai 20% dari pra bedah

Berubah 20%-50% dari pra bedah

Berubah > 50% dari pra bedah

Sadar baik dan orientasi baik

Sadar setelah dipanggil

Tak ada tanggapan terhadap rangsang

Kemerahan

Pucat agak suram

Sianosis

0
TOTAL NILAI

Penilaian dilakukan pada :


1; Saat masuk

2; Selanjutnya dilakukan penilaian setiap saat dan dicatat setiap 5 menit

sampai tercapai nilai total


3; Nilai untuk pengiriman pasien adalah 10.
Pasca anestesi spinal blok mempergunakan skor bromage, yaitu :
Obyek

Nilai

Jika terdapat gerakan penuh tungkai

Jika mampu memfleksikan lutut tetapi tidak bisa mengangkat tungkai

Jika tidak mampu memfleksikan tungkai

Jika tidak mampu memfleksikan pergelangan kaki

NILAI TOTAL

Penilaian dilakukan pada :


1; Saat masuk
2; Selanjutnya dilakukan penilaian setiap saat dan dicatat setiap 5 menit
sampai tercapai nilai total > 2
3; Nilai untuk pengiriman pasien adalah > 2
Faktor yang perlu diperhatikan sebelum mengirim pasien ke ruangan
adalah :
1; Observasi minimal 30 menit setelah pemberian narkotik atau obat
penawarnya (nalokson) secara intravena (IV)
2; Observasi minimal 60 menit setelah pemberian antibiotik, antiemetik
atau narkotik secara intramuskuler (IM)
3; Observasi minimal 30 menit setelah oksigen dihentikan
4; Observasi 60 menit setelah ekstubasi
5; Tindakan lain akan ditentukan kemudian oleh dokter spesialis anestesi
dan dokter operator

BAB IV
DOKUMENTASI
Pencatatan rekam medis oleh pemberi perawatan pasca anestesi dilakukan
pada beberapa dokumen, antara lain : catatan perkembangan pasien terintegrasi,
dan lembar laporan pasca anestesi.
Semua monitoring fungsi vital dan tindakan pelayanan dicatat pada lembar
laporan pasca anestesi. Dalam melakukan observasi fungsi vital selama di ruang
pulih, petugas harus berespons dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi
vital pasien selama pasca anestesi/pembedahan. Adanya komplikasi serta
kegawatan fungsi vital pasien harus segera dilaporkan pada dokter ahli anestesi
agar segera mendapat tindakan penanganan.
Lembar ke-1
Lembar ini adalah lembar dokumentasi tindakan assesmen pra-anestesi
yang harus diisi dengan lengkap. Lembar ini berisi informasi mengenai biodata
pasien, informasi (1) tentang pemeriksaan pra anestesi, analisa (A) dari hasil
pemeriksaan, dan rencana (R) program anestesi yang akan dilakukan, serta
ditanda tangani oleh dokter pemberi sedasi (DPJP).
Lembar ke-2
Lembar kedua adalah lembar dokumentasi monitoring selama anestesi.
Lembar ini harus terisi dengan lengkap karena lembar ini mencatat tentang waktu
mulai dan akhir dari anestesi, kondisi klinis pasien selama anestesi, pemberian
jenis dan dosis obat anestesi serta waktu pemberiannya, tanda-tanda vital yang
harus diisi setiap 5 menit selama pemberian anestesi, dan ditandatangani oleh
petugas yang memonitor selama sedasi baik dokter anestesi ataupun perawat
asisten anestesi.

Lembar ke-3
Lembar ini adalah lembar dokumentasi perawatan pasca anestesi yang
dimulai dari pencatatan waktu masuknya pasien ke ruang pemulihan, hasil
pemantauan

tanda-tanda

vital,

skala

nyeri,

penilaian

kriteria

pemindahan/pemulangan pasien, discharge summary, waktu pasien keluar dari


ruang pemulihan, dan dokumentasi ini harus ditanda tangani oleh perawat RR.
Lembar ke-4
Lembar ini adalah lembar instruksi dokter pasca anestesi yang harus diisi
dan ditanda tangani oleh dokter pemberi anestesi / DPJP. Instruksi yang diisi
tentang obat-obatan, mobilisasi, diet/nutrisi, edukasi/follow up, dan lain-lain.

BAB V
PENUTUP

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan


kedokteran berdampak pula pada bidang medis dan perawatan. Instalasi
anestesiologi dan rawat intensif merupakan bagian integral dari pelayanan rumah
sakit yang salah satunya adalah pelayanan pasca anestesi dalam rangka
kesuksesan tindakan diagnostik maupun terapeutik demi keselamatan dan
pemulihan kondisi pasien.
Pelayanan pasca anestesi yang dilakukan tentunya perlu senantiasa
disesuaikan dengan perkembangan jaman. Dalam menyongsong era globalisasi
dan menghadapi persaingan bebas di bidang kesehatan, maka pelayanan pasca
anestesi juga harus disiapan secara benar dan berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai