Anda di halaman 1dari 29

Mahendratama P.

Adhi
SMF Anestesiologi RSUD Ulin Banjarmasin
Persalinan melalui pembedahan

Kehamilan Ektopik Terganggu

Torsio Kista
Indikasi

Ibu
Sectio Cesar
Trans Peritoneum
Janin

Uterus
Pre Eklampsia Berat, Eklampsia

Perdarahan Antepartum

Fetal Distress

Ketuban Pecah Dini

Disproporsi Kepala-panggul, Gagal Induksi

Ruptur Uteri Imminens


Wanita hamil

Perubahan Fisiologis

Sistem
Sistem respirasi muskuloskeletal

Sistem kardiovaskuler Sistem metabolik

Sistem Sistem
gastrointestinal hematologik

Sistem ginjal Sistem hepatik


Sistem Respirasi
 Terjadi pelebaran kapiler mukosa sepanjang
traktus respiratori, menyebabkan edema jalan
nafas  mempersulit tindakan intubasi pada
anestesi umum  disarankan penggunaan ETT
diameter lebih kecil
 Terjadi peningkatan konsumsi O2, minute ventilasi,
volume tidal dan penurunan FRC  mudah terjadi
hypoxemia pada anestesi umum  pemberian O2
100% selama 3-5 menit sebelum induksi
Sistem Kardiovaskular
 Terjadi peningkatan volume cairan intravaskular
(45%), volume plasma (55%), volume RBC (30%),
cardiac output (50%), stroke volume (25%), denyut
jantung (25%), dan penurunan tahanan vaskuler
sistemik (20%).
 Sejak awal mgg ke 13-16, uterus gravidus akan
menekan vena cava inferior dan aorta  venous
return menurun  supine hypotensive syndrom
(kelemahan, pening, mual, pingsan).
 Supine hypotensive syndrom dapat dicegah dgn
tindakan left uterine displacement.
Sistem Gastrointestinal

 Uterus gravid menekan lambung, tonus sphincter


esofagus bawah melemah  nyeri lambung (22%
pada trimester pertama dan 72% pada trimester
ketiga).
 Pengosongan lambung tdk berubah selama
kehamilan, namun pada persalinan 
pengosongan lambung melambat dan volume
lambung meningkat  resiko aspirasi pada
persalinan dengan pembedahan darurat.
 Dapat diantisipasi dengan pemberian H2 reseptor
antagonis (ranitidin), antasida, meningkatkan
motolitas lambung (metoclopramid)
Sistem Ginjal
 Vasodilatasi ginjal  peningkatan aliran darah
selama kehamilan namun autoregulasi tetap
terpelihara. Ginjal seringkali membesar.
 Aliran plasma ginjal meningkat.
 GFR ↑ 50% pada trimester pertama, namun kembali
normal pada trimester ketiga
 Terjadi penurunan kreatinin serum dan ureum
 Glycosuria ringan (1-10 g/hr) dan proteinuria
(<300mg/hari)
Sistem Hepatik
 Kadar serum transaminase dan laktat
dehidrogenase meningkat (pada trimester ketiga)
 Serum alkaline phospatase meningkat
 Albumin serum menurun
Sistem Hematologik

 Pada kehamilan, terjadi peningkatan volume darah


45%. Volume plasma meningkat 55% namun RBC
meningkat hanya 35%  anemia hemodilutional.
 Faktor koagulasi – faktor I, VII, VIII, IX, X, XII,
plasminogen meningkat.
 Faktor II dan V tidak berubah.
 Faktor XI dan XIII menurun.
  PT dan PTT menurun.
Sistem Metabolik

 Perubahan metabolisme karbohidrat, lemak dan


protein
 Kadar glukosa darah dan asam amino menurun,
kadar asam lemak bebas, keton dan trigliserida
meningkat.
 Hiperplasia sel ß pankreas
 Kadar T4 dan T3 meningkat
 Kadar kalsium serum menurun, tetapi konsentrasi
kalsium yang terionisasi  normal
Sistem Muskuloskeletal

 Kadar relaxin meningkat, melunakkan serviks.


Sirkulasi Uteroplasenta
 Sirkulasi uteroplasenta penting dalam
perkembangan janin dan mempertahankan
kesehatan janin.
 Insufisiensi uteroplasenta penyebab penting
retardasi pertumbuhan janin intrauterin dan bila
berat dapat mengakibatkan kematian janin.
 Transfer zat anestesi melalui plasenta tergantung
dari rute pemberian (iv, intratekal, epidural), dosis
dan waktu pemberian, kematangan organ-organ
janin.
 Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang
dibuahi terletak diluar uterus.
 Dikatakan terganggu bila terjadi ruptur,
umumnya terjadi pada trimester pertama.
 Ruptur  perdarahan  bila tidak ditangani
secepat mungkin dapat menyebabkan
kematian.
 Penanganan  pembedahan darurat
(laparotomi)
 Pasien harus teresusitasi sebelum induksi
anestesi dan tersedia darah.
 Torsio dari kista ovarium akan
menyebabkan rasa nyeri yang hebat  akut
abdomen.
 Bila terjadi ruptur dapat menyebabkan
hemoperitoneum, hipotensi dan peritonitis.
 Perlu tindakan pembedahan.
 Anestesi umum atau Anestesi regional?
 Anestesi yg dihubungkan dengan mortalitas ibu
menurun sejak tahun 1984.
 Sebagian besar kematian terjadi pada operasi
cesar dengan anestesi umum, dimana 73%
diakibatkan oleh problem jalan napas (aspirasi,
problem induksi atau intubasi, ventilasi yang
tidak adekuat dan gagal napas).
 Sejak 1984, penggunaan anestesi regional
dihubungkan dengan menurunnya angka
kematian maternal.
 Pilihan anestesi bergantung pada :
- Alasan operasi
- Derajat emergency/urgency
- Kondisi ibu dan janin
- Keinginan pasien
 Dokter anestesi harus mempertimbangkan :
- Keamanan dan kenyamanan bagi ibu
- Pengaruh minimal bagi bayi
Anestesi regional : anestesi spinal, epidural,
kombinasi spinal-epidural

Anestesi spinal :
- Prosedur sederhana, mudah dilakukan.
- Onset cepat, memberikan anestesi adekuat.
- Pengaruh ke janin minimal.
- Pasien tetap sadar, resiko aspirasi berkurang.
- Patensi jalan nafas terjamin.
- Blokade simpatis  hipotensi  pastikan
pasien terhidrasi.
- kontraindikasi bila pasien menolak, syok
hipovolemik.
Anestesi Epidural :
-Popularitasnya kian meningkat, karena selain
memberikan anestesi intra op, juga sebagai
analgesia post operasi.
- Prosedur lebih sulit dibanding anestesi spinal.
- Membutuhkan waktu yang lebih lama.
- Onset kerja obat lebih lambat dibanding anestesi
spinal.
- Blok anestesi bersifat segmental, kejadian hipotensi
lebih kurang dibanding anestesi spinal.
- Pasien tetap sadar, patensi jalan napas terjamin
dan resiko aspirasi berkurang.
- Pengaruh ke janin minimal.
- Kontraindikasi : pasien menolak & syok hipovolemik
Kombinasi Anestesi Spinal-epidural :
- Pertama kali dikenalkan tahun 1981
- Untuk mendapatkan onset yang cepat (anestesi
spinal) dan mendapatkan analgesia pasca operasi
(epidural analgesia)
Anestesi Umum :
- Jarang digunakan lagi sejak anestesi regional
menjadi populer dan anestesi umum dihubungkan
dengan berbagai komplikasi.
- Merupakan pilihan teknik bila anestesi regional
dikontraindikasikan, fetal distress, kontraksi tetanik
uterus, pasien psikiatrik yang tak dapat
dikendalikan, hemodinamik tidak stabil karena
perdarahan.
Keuntungan anestesi umum :
- Induksi cepat memberikan pembedahan dimulai
dengan segera.
- Kontrol yang optimal dari jalan napas dan ventilasi
dapat dicapai.
- Kejadian hipotensi pada pasien hipovolemik
lebih sedikit.
Kerugian anestesi umum :
- Resiko aspirasi paru.
- Plasenta tidak memiliki barrier terhadap anestesi
umum dan resiko terjadi depresi janin.
- Kontraksi uterus dapat berkurang, menyebabkan
perdarahan postpartum (halothane).
- Kegagalan intubasi trakea masih merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas
maternal.
Teknik anestesi umum :
1. 30 ml antasida nonpartikulat diberikan sebelum
induksi. Dapat juga ditambahkan 10 mg
metoclopramide, dan 50 mg ranitidin iv.
2. Preoksigenasi dgn O2 100% selama 3-5 menit
sementara ahli obgyn melakukan disinfeksi dan
drapping.
3. RSI dengan penekanan cricoid, menggunakan induksi
dgn propofol 2-2,5mg/kgbb (dosis dikurangi pada
pasien hipovolemi) dan suksinil kolin 1-1,5mg/kgbb.
Ketamin dapat digunakan pada kasus hipovolemia.
4. Setelah bayi dilahirkan, pemeliharaan anestesi
dilakukan dengan memberikan campuran 50% N2O
dan O2 dengan agen anestesi inhalasi sevofluran atau
isofluran. Hiperventilasi dihindari karena efek
samping pada aliran darah uterus.
5. Oksitosin diberikan setelah bayi lahir, melalui infus
intravena untuk menstimulasi kontraktilitas uterus.
6. Dosis anestesi inhalasi/volatile dikurangi hingga <0,5
MAC karena dapat mengakibatkan gangguan
kontraksi uterus.
7. Ekstubasi dilakukan pada saat pasien sadar.
Obat-obat yg dapat digunakan sebagai induksi
anestesi :
1. Thiopental
Sering dipakai pada pasien PEB-Eklampsia.
Dosis 4-7 mg/kgbb.
2. Propofol
Dapat digunakan sebagai induksi maupun
maintenens.
Dosis 2-2,5 mg/kgbb.
3. Ketamin
Pilihan pada pasien dengan gangguan syok
hipotensi/hipovolemik karena perdarahan.
Kontraindikasi pada pasien PEB-Eklampsia.
Dosis 2-3 mg/kgbb
Obat-obat pelumpuh otot yang digunakan :
1. Suksinil kolin, onset cepat durasi singkat.
2. Atrakurium, onset lambat durasi intermediate.
3. Vekuronium, onset lambat durasi intermediate.
4. Rocuronium, makin besar dosis onset kian cepat,
durasi intermediate.
5. Pancuronium, onset lambat durasi panjang.

Semua obat pelumpuh otot aman bagi janin karena


tidak melaui sawar darah plasenta.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai