Adhi
SMF Anestesiologi RSUD Ulin Banjarmasin
Persalinan melalui pembedahan
Torsio Kista
Indikasi
Ibu
Sectio Cesar
Trans Peritoneum
Janin
Uterus
Pre Eklampsia Berat, Eklampsia
Perdarahan Antepartum
Fetal Distress
Perubahan Fisiologis
Sistem
Sistem respirasi muskuloskeletal
Sistem Sistem
gastrointestinal hematologik
Anestesi spinal :
- Prosedur sederhana, mudah dilakukan.
- Onset cepat, memberikan anestesi adekuat.
- Pengaruh ke janin minimal.
- Pasien tetap sadar, resiko aspirasi berkurang.
- Patensi jalan nafas terjamin.
- Blokade simpatis hipotensi pastikan
pasien terhidrasi.
- kontraindikasi bila pasien menolak, syok
hipovolemik.
Anestesi Epidural :
-Popularitasnya kian meningkat, karena selain
memberikan anestesi intra op, juga sebagai
analgesia post operasi.
- Prosedur lebih sulit dibanding anestesi spinal.
- Membutuhkan waktu yang lebih lama.
- Onset kerja obat lebih lambat dibanding anestesi
spinal.
- Blok anestesi bersifat segmental, kejadian hipotensi
lebih kurang dibanding anestesi spinal.
- Pasien tetap sadar, patensi jalan napas terjamin
dan resiko aspirasi berkurang.
- Pengaruh ke janin minimal.
- Kontraindikasi : pasien menolak & syok hipovolemik
Kombinasi Anestesi Spinal-epidural :
- Pertama kali dikenalkan tahun 1981
- Untuk mendapatkan onset yang cepat (anestesi
spinal) dan mendapatkan analgesia pasca operasi
(epidural analgesia)
Anestesi Umum :
- Jarang digunakan lagi sejak anestesi regional
menjadi populer dan anestesi umum dihubungkan
dengan berbagai komplikasi.
- Merupakan pilihan teknik bila anestesi regional
dikontraindikasikan, fetal distress, kontraksi tetanik
uterus, pasien psikiatrik yang tak dapat
dikendalikan, hemodinamik tidak stabil karena
perdarahan.
Keuntungan anestesi umum :
- Induksi cepat memberikan pembedahan dimulai
dengan segera.
- Kontrol yang optimal dari jalan napas dan ventilasi
dapat dicapai.
- Kejadian hipotensi pada pasien hipovolemik
lebih sedikit.
Kerugian anestesi umum :
- Resiko aspirasi paru.
- Plasenta tidak memiliki barrier terhadap anestesi
umum dan resiko terjadi depresi janin.
- Kontraksi uterus dapat berkurang, menyebabkan
perdarahan postpartum (halothane).
- Kegagalan intubasi trakea masih merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas
maternal.
Teknik anestesi umum :
1. 30 ml antasida nonpartikulat diberikan sebelum
induksi. Dapat juga ditambahkan 10 mg
metoclopramide, dan 50 mg ranitidin iv.
2. Preoksigenasi dgn O2 100% selama 3-5 menit
sementara ahli obgyn melakukan disinfeksi dan
drapping.
3. RSI dengan penekanan cricoid, menggunakan induksi
dgn propofol 2-2,5mg/kgbb (dosis dikurangi pada
pasien hipovolemi) dan suksinil kolin 1-1,5mg/kgbb.
Ketamin dapat digunakan pada kasus hipovolemia.
4. Setelah bayi dilahirkan, pemeliharaan anestesi
dilakukan dengan memberikan campuran 50% N2O
dan O2 dengan agen anestesi inhalasi sevofluran atau
isofluran. Hiperventilasi dihindari karena efek
samping pada aliran darah uterus.
5. Oksitosin diberikan setelah bayi lahir, melalui infus
intravena untuk menstimulasi kontraktilitas uterus.
6. Dosis anestesi inhalasi/volatile dikurangi hingga <0,5
MAC karena dapat mengakibatkan gangguan
kontraksi uterus.
7. Ekstubasi dilakukan pada saat pasien sadar.
Obat-obat yg dapat digunakan sebagai induksi
anestesi :
1. Thiopental
Sering dipakai pada pasien PEB-Eklampsia.
Dosis 4-7 mg/kgbb.
2. Propofol
Dapat digunakan sebagai induksi maupun
maintenens.
Dosis 2-2,5 mg/kgbb.
3. Ketamin
Pilihan pada pasien dengan gangguan syok
hipotensi/hipovolemik karena perdarahan.
Kontraindikasi pada pasien PEB-Eklampsia.
Dosis 2-3 mg/kgbb
Obat-obat pelumpuh otot yang digunakan :
1. Suksinil kolin, onset cepat durasi singkat.
2. Atrakurium, onset lambat durasi intermediate.
3. Vekuronium, onset lambat durasi intermediate.
4. Rocuronium, makin besar dosis onset kian cepat,
durasi intermediate.
5. Pancuronium, onset lambat durasi panjang.