BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi sebagai suatu pendidikan tinggi mengemban
tugas untuk membentuk peserta didik yang berkualitas. Pembentukan kualitas tersebut ditempuh
tidak hanya melalui proses belajar mengajar secara klasikal dengan pemberian teori, namun juga
ditunjang dengan kegiatan praktek laboratorium dan klinik.
Kurikulum Pendidikan D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi menuntun proses belajar
mengajar untuk memcapai kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa, adapun kompetensinya
yaitu mampu memberikan asuhan keperawatan klien pre, intra, post anestesi.
Uji kompetensi bagi Mahasiswa Program Studi D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi
merupakan satu kesatuan uji kompetensi dari keseluruhan yang harus ditempuh dalam kegiatan
belajar mengajar selama dua semester. Bentuk uji kompetensi dapat berupa test tertulis dan tes
keterampilan yang dilaksanakan baik di laboratorium maupun di klinik. Uji kompetensi di klinik
memungkinkan mahasiswa diuji pada beberapa kompetensi sekaligus yang menggambarkan
integrasi dari aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor.
B. Tujuan
A. Tujuan umum
Setelah dilaksakan uji kompetensi utama mahasiswa D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi
Program A Poltekes Depkes Yogyakarta dinyatakan kompeten secara akademik pada kompetensi
yang diujikan.
B. Tujuan khusus
1. Terlaksananya uji kompetensi praktik mahasiswa Prodi D-IV Keperawatan Anestesi
Reanimasi.
2. Mengevaluasi kemampuan/kompetensi mahasiswa dalam bidang Keperawatan Anestesi
Reanimasi
3. Diketahuinya pencapaian kompetensi mahasiswa yang diuji
C. Ruang lingkup
Ujian kompetensi praktek klinik yang dilaksanakan oleh Mahasiswa D-IV Keperawatan Anestesi
Reanimasi Program A Poltekes Depkes Yogyakarta pada pasien dengan kategori ASA I-II, tidak
termasuk pasien one day care, mencakup asuhan pre, intra dan post anestesi di Ranap Lantai
III (Bangsal Bedah) dengan pelaksanaan anestesi di IBS RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten pada
pasien dengan diagnosa medis Cholelitiasis, waktu Senin, 3 Agutus 2009.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
a. Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada sal. empedu (Duktus Koledocus ).
b. Batu Empedu(kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu.
c. Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu.
d. Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu.
B. Penyebab
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen - pigmen empedu dan
kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein. Macam - macam batu
yang ter-bentuk:
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena kenaikan sekresi
kolesterol dan penurunan produksi empedu. Faktor lain yang
berperan dalam pembentukan batu empedu yaitu :
Infeksi kandung empedu
Usia yang bertambah
Obesitas
Wanita
Kurang makan sayur
Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu , ada dua macam ;
Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan
disertai hemolisis kronik / sirosis hati tanpa infeksi.
Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis lapis, ditemukan di sepanjang saluran empedu, disertai bendungan
dan infeksi.
3. Batu saluran empedu.
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah
vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian
divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermi
ten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbul
nya infeksi dan pembentukan batu.
C. Pathofisiologi :
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu
lainnya. Faktor predisposisi yang penting adalah :
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu
Statis empedu
Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang pa- ling penting pada pembentukan
batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersatura si progresif, perubahan susunan
kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebab
kan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan
pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini. Infeksi
bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagi an pada pembentukan batu
dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus.
Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering
sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan
batu.
D. Perjalanan Batu
Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos
abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher
kandung empe- du ( duktus sistikus ) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan
menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung
beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik.
Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doude- num atau tetap tinggal diduktus
yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif.
E. Gejala Klinis
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.
GEJALA AKUT GEJALA KRONIS
TANDA :
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas
3. Kandung empedu membesar dan nyeri
4. Ikterus ringan
TANDA:
1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen
2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang Menetap
2. Mual dan muntah
3. Febris (38,5)
GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid
epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah
skapula kanan
2. Nausea dan muntah
3. Intoleransi dengan makanan berlemak
4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)
E. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium :
1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun
karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi
vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan
kelelahan
SIRKULASI
Gejala Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah
kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu
dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
INTEGRITAS EGO
Gejala Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada keluarga.
Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
ELIMINASI
Gejala Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa
retroperitoneal)
Tanda Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)
MAKANAN/CAIRAN
Gejala Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari berat
badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap kompresi
venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari
pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal)
NEUROSENSORI
Gejala Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa
Pertimbangan
Rencana pemulangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat 3,9 hari, dengan intervensi bedah
10,1 hari.
Dapat memerlukan bantuan terapi medik/suplai, aktivitas perawatan diri dan ataupekerjaan
rumah/transportasi, belanja.
Rencana Keperawatan
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Memberikan dukungan fisik dan psikologi selama tes diagnostik dan program pengobatan.
2. Mencegah komplikasi
3. Menghilangkan nyeri
4. Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan
TUJUAN PEMULANGAN
1. Komplikasi dicegah/menurun
2. Menerima situasi dengan nyata.
3. Nyeri hilang/terkontrol
4. Proses penyakit/prognosis, kemungkinan komplikasi dan program pengobatan di pahami.
Diagnosa Keperawatan Pola Pernapasan/Bersihkan Jalan Napas, Tak Efektif Resiko Tinggi
Terhadap
Faktor resiko meliputi Obstruksi trakeobronkial, pembesaran nodus mediastinal dan atau edema
jalan jalan napas (hodgkin dan non-hodgkin), sindromvena kava superior (non-hodgkin)
Kemungkinan dibuktikan oleh (tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda dan gejala membuat
diagnosa aktual)
Hasil Yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi Pasien Akan Mempertahankan Pola Pernapasan
Normal/Efektif Bebas Dispnea, Sianosis Atau Tanda Lain Distres Pernapasan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji/awasi prekuensi pernapasan, kedalaman, irama. Perhatikan laporan dispnea dan/atau
penggunaan otot bantu pernapasan cuping hidung, gangguan pengembangan dada Perubahan
(seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesori) dapat mengindikasikan berlanjutnya
keterlibatan/ pengaruh pernapasan yang membutuhkan upaya intervensi
Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman, biasanya dengan kepala tempt tidur yang tinggi atau
duduk tegak kedepan (beban berat pada tangan) kaki digantung Memaksimalkan ekspansi paru,
menurunkan kerja pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi
Beri posisi dan bantu ubah posisi secara periodik Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan
memobilisasikaan sekresi
Anjurkan/bantu dengan tehnik napas dalam dan/atau pernapasan bibiratau pernapasan
diagfragmatik abdomen bila diindikasikan Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi
jalan napas kecil, memberikan pasien beberapa kontrol terhadap pernapasan, membantu
menurunkan ansietas
Awasi/evaluasi warna kulit, perhatikan pucat, terjadinya sianosis (khususnya pada dasar kulit,
daun telinga,dan bibir) Proliferasi SDP dapat menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah,
menimbulkan hipoksemia.
Kaji respon pernapasan terhadap aktivitas. Perhatikan keluhan dispnea/lapar udara meningkatkan
kelelahan. Jadwalkaan periode istirahat antara aktivitas Penurunan oksigen seluler menurunkan
toleransi aktivitas. Istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan mencegah kelelahandan dispnea
Identifikasi/dorong tehnik penghematan energi mis : periode istirahat sebelum dan setelah
makan, gunakan mandi dengan kursi, duduk sebelum perawatan Membantu menurunkan
kelelahan dan dispnea dan menyimpan energi untuk regenerasi selulerdan fungsi pernapasan
Tingkatkan tirah baring dan berikan perawatan sesuai indikasi selama eksaserbasi akut/panjang
Memburuknya keterlibatan pernapasan/ hipoksia dapat mengindikasikan penghentian aktivitas
untuk mencegah pengaruh pernapasan lebih serius
Dorong ekspresi perasaan, terima kenyataan situasi dan perasaan normal. Ansietas meningkatkan
kebutuhan oksigen dan hipoksemia mempotensialkan distres pernapasan/gejala jantung yang
meningkatkan ansietas
Berikan lingkungan tenang Meningkatkan relaksasi, penyimpanan energi dan menurunkan
kebutuhan oksigen
Observasi distensi vena leher, sakit kepala, pusing, edema periorbital/fasial, dispnea,dan stridor
Pasien non-Hodgkin pada resiko sindrom vena kava superior dan obstruksi jalan napas,
menunjukkan kedaruratan onkologis.
Kolaborasi
Berikan tambahan oksigen Memaksimalkan ketersediaan untuk untuk kebutuhan sirkulasi,
membantu menurunkan hipoksemia
Awasi pemeriksaan laboratorium, mis : GDA, oksimetri Mengukur keadekuatan fungsi
pernapasan dan keefektifan terapi
Bantu pengobatan pernaapasan/tambahan, mis : IPPB, spirometri insentif. Meningkatkan aerasi
maksimal pada semua segmen paru mencegah aetelektasis
Berikan analgesik dan tranquilizer sesuai indikasi Menurunkan respon fisiologis terhadap
nyeri/ansietas menurunkan kebutuhan oksigen dan membatasi pengaruh terhadap pernapasan.
Bantu intubasi dan ventilasi mekanik Dapat diperlukan untuk dukungan fungsi pernapasan
sampai edema jalan napaas teratasi.
Siapkan untuk terapi radiasi darurat bila diindikasikan Pengobatan pilihan untuk sindrom vena
kava superior
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan dari pemaparan yang penulis tulis didepan dalam laporan ini, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Colelithiasis adalah adanya batu yang terdapat pada kandung empedu.
2. Dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien khususnya pada kasus pasien
Colelithiasis ini, anestetis selaku pemberi pelayanan yang baik, harus dapat melaksanakan
asuhan keperawatan perioperatif secara komprehensif dengan menggunakan proses perawatan
yang meliputi:(1) pengkajian, (2) perumusan diagnose, (3) perencanaan dan pelaksanaan
tindakan, (4) evaluasi serta dokumentasi keperawatan.
B. Saran