OLEH :
K1A1 10 046
PEMBIMBING
I. Pendahuluan
(PACU) adalah bagian vital dari sebuah rumah sakit, pusat perawatan
gawat darurat dan fasilitas medis lain. RR atau PACU merupakan tempat
bedah, dekat dengan perawat bedah, ahli anestesi dan ahli bedah, sehingga
apabila timbul keadaan gawat pasca bedah, pasien dapat segera diberi
kembali stabil.
kematian dini yang terjadi tiba-tiba setelah tindakan bedah dan anestesia.
Oleh karena itu untuk mencegah hal tersebut diperlukan suatu perawatan
ICU penuh
1
Prosedur pembedahan harus menjalani anestesi dan melalui tahap
pasca bedah, maka setiap pasien yang selesai menjalani operasi dengan
diruang intensif.
meja operasi dan langsung diawasi oleh ahli anestesi. Semua komplikasi
dapat terjadi setiap saat, termasuk pada waktu pemindahan pasien dari
2
Ruang pemulihan (Recovery Room) atau disebut juga Phost
pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru saja menjalani operasi
menerus dipantau. Letak ruangan pemulihan yang ideal adalah yang dekat
dari meja operasi dan mudah dijangkau oleh ahli anestesi atau ahli bedah
listrik.
didalamnya. Hal ini dapat diartikan karena pada masa transisi tersebut
dirasakan dimana pengaruh obat anestesi dan pasca trauma operasi masih
3
Dalam syarat ruang pemulihan harus memiliki pintu lebar,
penerangan cahaya cukup, dan jumlah tidur sesuai dengan jumlah ruang
kali jumah ruang operasi. Area yang digunakan pertempat tidur sekurang-
1,50 m.
kamar bedah. Kondisi ruangan yang membutuhkan suhu yang dapat diatur
dan warna yang tidak mempengaruhi warna kulit dan mukosa sangat
sirkulasi. Ruang pulih sadar yang terletak di dekat kamar bedah akan
tetapi tidak wajib. Walaupun begitu, ketiga monitor tersebut harus segera
tersedia untuk setiap pasien. Dari beberapa monitor tersebut, hanya SpO2
dan NIBP yang harus ada untuk setiap pasien pada fase awal pemulihan
4
dikarenakan monitoring yang tidak adekuat. Kapnografi berguna untuk
Kateter untuk kanulasi vaskular (vena, arteri, vena sentral dan arteri
pulmoner) wajib ada. Kateter pacing transvena dan sebuah generator juga
untuk bantuan hidup tingkat lanjut dan pompa infus harus ada dan secara
5
Menurut European Society of Anestesiology 2009 membagi
monitoring) :
1. Pulse oxymeter
2. EKG
3. Monitor NIBP
1. Perekam EKG
2. Kapnografi
3. Pengukur suhu
prosedur tertentu.
6
Untuk mengontrol dan merekam semua peringatan dari
bentuk hardcopy.
5. Selimut penghangat
1. Kelompok 1
7
dirawat di Unit terapi Intensif pasaca anestesi/bedah tanpa menunggu
2. Kelompok II
kestabilan kardiovaskular.
3. Kelompok III
Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan rawat jalan. Pasien
pada kelompok ini bukan hanya fungsi respirasinya, tetapi harus bebas
dari rasa ngantuk, ataksia, nyeri dan kelemahan otot sehingga pasien
8
pemantauan kondisi fisiologis menyekuruh sepanjang prosedur
operatif dan intra operatif yang dimulai ketika klien diterima dari
lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Pada fase ini lingkup aktivitas
Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan
kerumah.
9
2. Apabila dianggap perlu, pada pasien yang belum bernapas
atau hipotensi
keproksimal lancer
pada pasien bedah terkait perawatan luka, kateter drainase, dan pendarahan
paska operasi.
10
Ahli anestesiaa menangani analgesia, masalah-masalah jalan nafas,
Pasien yang dikelola adalah pasien pasca anestesi umum ataupun anestesi
bebas atau tidak, ventilasinya cukup atau tidak dan sirkulasinya sudah baik
atau tidak. Pasien dengan gangguan jalan nafas dan ventilasi harus
ditangani secara dini. Selain obstruksi jalan nafas karena lidah yang jatuh
muntah yang dapat berakibat aspirasi. Anestesi yang masih dalam, dan sisa
atau masker sampai pasien sadar betul. Pasien yang sudah keluar dari
ruang pulih sadar harus ditulis dengan jelas, sehingga dapat dibaca bila
11
vital pasien normal dan stabil, maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan
sama, bergantung pada kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis
operasi, monitoring lebih ketat dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi
seperti: kelainan organ, syok yang lama, dehidrasi berat, sepsis, trauma
Pada saat melakukan observasu diruang pulih, agar lebih sistematis dan
napas tambahan : tidak ada pada obstruksi total, udara nafas yang
keluar dari hidung, sianosis, jika tidak ada keluhan cukup diberikan
2. Blood (darah)
12
3. Brain (otak)
4. Bladder
5. Bowel
6. Bone (tulang)
operasi yaitu Gangguan sirkulasi terjadi pada pasien dengan terapi cairan
jalan nafas. Pasien yang belum sadar diberikan oksigen dengan kanula
nasal atau masker sampai pasien sadar betul. Pasien yang sudah keluar dari
13
terjadi pada pasien dengan gangguan jalan nafas dan ventilasi. Menggigil
akan menambah beban jantung dan sangat berbahaya pada pasien dengan
penyakit jantung. Kartu observasi selama diruang pulih sadar harus ditulis
dengan jelas sehingga dapat dibaca bila pasien sudah kembali ke bangsal.
Bila keadaan umum dan tanda vital pasien normal dan stabil, maka pasien
Aldrete (lihat tabe l). Idealnya pasien baru boleh dikeluarkan bila jumlah
skor total adalah 10. Namun bila skor total minimal 8 , pasien boleh keluar
ruang pemulihan. Pasien juga dapat dipindah diruang ICU jika score <8
14
Tabel Skor pemulihan pasca-anestesi
ALDRETTE SCORE
NO PENILAIAN Skor
WARNA KULIT
Merah muda 2
1
Pucat 1
Sianotik 0
PERNAFASAN
Dapat bernafas dalam dan batuk 2
2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat 1
Apnea atau obstruksi 0
SIRKULASI
Tekanan darah menyimpang < 20 % dari normal 2
3
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal 1
Tekanan darah menyimpang < 50 % dari normal 0
KESADARAN
Sadar, siaga, dan orientasi 2
4
Bangun namun cepat kembali tertidur 1
Tidak berespons 0
AKTIFITAS
Seluruh ekstremitas dapat digerakkan 2
5
Dua ekstremitas dapat digerakkan 1
Tidak bergerak 0
Sumber : Aldrete JA, Kronik D: A postanesthetic recovery score. Anesth Analg 1970;49-924
adalah skor steward dengan penilaian yang meliputi pergerakan, pernapasan dan
kesadaran. Bila skor total diatas 5, maka pasien boleh keluar dari ruang
15
Tabel Skor Pasien Anak
STEWARD SCORE
NO KRITERIA Skor
KESADARAN
Bangun 2
1
Respon terhadap rangsangan 1
Tidak ada respon 0
PERNAFASAN
Batuk/menangis 2
2
Pertahankan jalan napas 1
Perlu bantuan napas 0
MOTORIK
Gerak bertujuan 2
3
Gerak tanpa tujuan 1
Tidak bergerak 0
16
Kriteria yang digunakan pada pasien dewasa pasca anestesi umum
NO KRITERIA Skor
TANDA VITAL
20% dari nilai prabedah 2
1
20% - 4 % dari nilai prabedah 1
40% dari nilai prabedah 0
PERGERAKAN
Mampu berdiri / tidak ada pusing 2
2
Dengan bantuan 1
Tidak ada pergerakan/pusing 0
MUAL / MUNTAH
Minimal 2
3
Sedang 1
Berat 0
NYERI
Minimal 2
4
Sedang 1
Berat 0
PERDARAHAN AKIBAT PEMBEDAHAN
Minimal 2
5
Sedang 1
Berat 0
Keterangan : bila nilai >/= 9 pasien dinyatakan bisa dipulangkan
17
II.7 Transportasi pasien keluar dari ruang pemulihan (RR)
keluar rumah sakit untuk pasien operasi rawat jalan. Pasien sadar,
selalu bebas, fungsi vital yang stabil dalam 1 jam, dapat meminta
a. Komplikasi respirasi
18
hiperkardi atau sumbatan pernafasan menjadi nyata. Komplikasi
sisi dada telah didiagnosis, maka harus secara lambat laun ditarik
19
tertumbuk pada dinding trakea, atau dapat terlalu menjorok jauh
2. Mengatasi bronkospasme
3. Intubasi endobronkial
4. Batuk
20
isofluran, enfluran ). Pemberian tiopental pun kadang-kadang juga
terjadi karena laring dirangsang oleh lendir atau sisa makanan yang
termuntahkan.
5. Cekukan
mungkin juga merupakan salah satu serabut aferen dari refleks ini.
cukup.
21
menuangkan sedikit air dingin kedalam salah satu lubang hidung
6. Apneu
7. Atelektasis
terjadi absorpsi udara pada bagian distal paru. Komplikasi ini dapat
perselubungan.
22
8. Pneumotoraks
pada induksi yang tidak mulus atau pada waktu stadium anestesi
b. Komplikasi kardiovaskuler
1. Hipotensi
2. Hipertensi
3. Aritmia jantung
4. Payah jantung
23
d. Perubahan cairan tubuh
1. Hipovolemia
2. Hipervolemia
e. Komplikasi Neurologi
1. Konvulsi
2. Terlambat sadar
f. Komplikasi lain-lain
1. Menggigil
3. Mimpi buruk
III. Kesimpulan
dari suatu proses pembedahan dan anestasi. Ruang pulih sadar diperlukan
untuk menangani masalah jalan napas, ventilasi dan sirkulasi pasca bedah
24
ataupun setelah operasi. Penyulit anestesia dapat berakhir dengan kematian
atau cacat menetap jika tidak dideteksi dan ditolong segera dengan tepat.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali Dabbagh. Post operative critical care for cardiac surgeon. 2014
2. Ian Calder. Adrian Pearce. Core Topics in Airway Management.2013
3. Piwowar P dan Gajda J. Identification of the Human Respiratory System
during Experiment with Negative Preasure Impulse Excitation. Metrol.
Meas. Syst.,2009;16(4):h570-582
4. Tortora GJ dan Derrickson B. Principle of Anatomy and Physiology.
United States of America: John Wiley & Sons Inc, 2009:h874-917.
5. Gesek DJ. Respiratory Anesthetic Emergencies in Oral and Maxillofacial
Surgery. Oral Maxillofacial Surg Clin N Am, 2013;25:h479-486
6. Davison R dan Cottle D. The Effects of Anesthesia on Respiratory
Function. 2010:h1-8
7. Degani-Costa LH, Faresin SM, Fulcao LFR. Preoperative Evaluation of
the Patient with Pulmonary Disease. Rev Bras Anestesiol, 2014;64(1):22-
34
8. Azam. dr. Azam’s Note in Anesthesiology. 2013:h7-37
9. Mills GH. Respiratory Physiology and Anesthesia. British Journal of
Anaesthesia, 2001;1(2):h35-9
10. Lin T dan Appadu B. Respiratory Physiology. Dalam: Lin T, Smith T dan
Pinnock C, editor. Fundamentals of Anaesthesia Fourth Editiom. United
Kingdom: Cambridge University Press, 2016:h.371-403
11. Chen C dan Hsu R. Anatomy of the Human Airway. Dalam: Aglio LS,
Lekowski RW dan Urman RD, editor. Essential Clinical Anesthesia
Review. United Kingdom: Cambridge University Press, 2015:h.61-3
12. Kundra, P dan Krishnan H. Airway Management in Children. Indian J.
Anaesth, 2005;49(4):h300-7
13. Epstein A. Effect of General Anestesia on Respiratory System. Israel
Journal of VeterinaryMedicine, 2011;66(1):9-13
26