MOLAHIDATIDOSA
OLEH :
Ershanty Rahayu Safitrinas Yasin
K1A1 10 046
SUPERVISOR
dr.Steven Ridwan, M.Kes, Sp.OG
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 18 tahun
Alamat : Desa Mowila, Konawe Selatan
Agama : Islam
Suku : Tolaki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
No. RM : 53 97 11
Tanggal perawatan : 4 – 12 Oktober 2018
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
2. Anamnesis Terpimpin
Pasien rujukan dari puskesmas mowila dengan perdarahan lewat jalan
lahir sejak ±5 jam yang lalu. 1 minggu sebelumnya, pasien mengeluhkan
cairan kuning berbau dan bercak darah keluar dari jalan lahir. Keluhan ini
disertai dengan demam (+), mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), BAB dan
BAK kesan normal. Riwayat pengobatan: Pasien dirawat dengan Post SC
e.c Kala II lama dan dipulangkan 1 minggu yang lalu SMRS setelah
kondisinya stabil. Riwayat koitus di akhir kehamilan(+), Riwayat penyakit
dahulu : penyakit jantung (-), Diabetes mellitus (-), ginjal (-), hipertensi (-),
asma (-). Riwayat penyakit dalam keluarga (-). Riwayat alergi (-). Riwayat
menarke dilupa, haid teratur setiap bulan dengan siklus haid 30-35 hari dan
lama haid ± 5 hari dengan 3-4 kali ganti pembalut. HPHT Desember 2018.
Riwayat perkawinan : pasien menikah 1 kali . Riwayat KB : belum pernah.
Riwayat obstetri :
1. I / 2018/ usia 1 minggu / ♀/cukup bulan / SC / Dokter / Rumah sakit
3
C. Pemeriksaan Fisis
1. Status Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 108x/m (reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 18 x/m
Suhu : 38,7oC
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephal, deformitas (-).
Mata : Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-
Edema palpebra (-)
Hidung : Septum deviasi -/-, sekret -/-
Telinga : Liang telinga lapang, serumen -/-
Mulut : Bibir pucat (+), stomatitis (-), caries (-)
Leher : KGB tidak membesar
Tenggorok : Hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular
Paru : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Palpasi : TFU 1 jari dibawah pusat, Teraba
massa di regio iliaka dextra, nyeri tekan (+),
Defans Muskuler (-)
Perkusi : Timpani (+)
Alat genital : Lokia: darah
Ekstremitas : Edema -/-, pucat -/-
4
3. Pemeriksaan obstetri
Pemeriksaan Luar : TFU 1 jari dibawah pusat, Teraba massa di regio
iliaka dextra, nyeri tekan (+)
Pemeriksaan dalam :
-Vulva/Vagina: dalam batas normal
-Portio: Kenyal
-OUE/OUI: Terbuka
-Adnexa: Teraba massa
-Pelepasan: Darah
4. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi (4 Oktober 2018):
-El (+), Subinvolusi
-Massa dengan echo campuran di abdomen kanan
5
Laboratorium
4 Oktober 2018
Parameter Hasil Nilai
rujukan
WBC 9,38 [10^3/uL] 3,5 – 10,0
HGB 11 [g/dL] 10,0 – 16,5
PLT 443 [10^3/uL] 150 – 390
GDS 74 Mg/dl 70 - 180
Bt/Ct 1,50/6,58 Mg/dl 15-40 / 0,7-1,2
5 Oktober 2018
Parameter Hasil Nilai rujukan
6 Oktober 2018
Parameter Hasil Nilai rujukan
6
D. Diagnosa
Pre Operatif : Metritis + perdarahan post partum
Post Operatif : Abses Pelvik + Anemia
E. Perencanaan
1. Rencana Diagnostik
Observasi tanda-tanda vital
Observasi perdarahan
2. Rencana Terapi
IVFD RL cor 1 kolf
Inj Cefotaxime 2gr/12j/iv
Inj Gentamicin 80mg/12j/iv
Drips paracetamol 1 flc/iv
CITO Laparatomi
F. Foto Operasi
7
G. Perkembangan Pasien
PDV :
-Vulva/Vagina: dalam batas normal
-Portio: Kenyal
-OUE/OUI: Terbuka
-Adnexa: Teraba massa
-Pelepasan: Darah
Ekstremitas : pucat -/-
8
Jumat, S :Nyeri luka operasi (+) R/
5/09/ 2018 O : TD : 90/ 50 mmHg - Aff infuse 1 jalur
Post transfuse 1 bag PRC dan 1 WB - IVFD RL:D5 2:1 28 tpm
N : 88 x/ menit - Drips metronidazole 500mg/8j
P : 18 x / menit - Drips levofloxacin 1 fl/12 j
S : 36,6ºC - Inj. Gentamicin 1 amp/24j/iv
Mammae: bengkak +/- - Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV
ASI: sedikit - Inj. Ranitidine 50 mg/8jam/IV
Fluksus : (+) sedikit
BAB: (-)
BAK : 200/12 jam
Verban : Basah
Drain 1: 150ml
Drain 2: (-)
A : POH1 + Abses pelvic + Anemia
Sabtu, S :Nyeri luka operasi (+) R/
6/09/ 2018 O : TD : 110/70 mmHg - IVFD RL:D5 2:1 28 tpm
N : 82 x/ menit - Drips metronidazole 500mg/8j
P : 18x / menit - Drips levofloxacin 1 fl/12 j
S : 37ºC - Inj. Gentamicin 1 amp/24j/iv
Mammae: bengkak +/- - Asam mefenamat 3x500mg,
ASI: sedikit 3x1
Fluksus : (+) sedikit - SF 2x1
BAB: (-) - Channa 3x2
BAK : 100/5 jam - GV pagi dan sore
Verban : kering
Drain 1: kosong, selang full wrn
kuning
Drain 2: 100cc merah
A : POH2+ Abses pelvic + Anemia
1
Minggu, S : Nyeri luka operasi (+), Tidak bisa R/
7/09/ 2018 tidur - Metronidazole 500mg 3x1
O : TD : 120/70 mmHg - Levofloxacin 500mg 2x1
N : 80 x/ menit - GV pagi sore
P : 18x / menit - Aff Infus
S : 36,5ºC - Mobilisasi
Mammae: bengkak +/- - Jangan menyusui
ASI: sedikit
Fluksus : darah
Verban : kering
BAB: (-) 3hari
BAK: 500 cc/8 jam
Drain 1: 5cc kuning
Drain 2: 200cc merah
A : POH3+ Abses pelvic + Anemia
Senin, S : Nyeri luka operasi (+) R/
8/09/ 2018 O : TD : 110/70 mmHg - Metronidazole 500mg 3x1
N : 80 x/ menit - Levofloxacin 500mg 2x1
P : 18x / menit - Channa 3x3
S : 36,5ºC - Kultur pus
Mammae: bengkak +/-
ASI: sedikit
Fluksus : rubra minimal
Verban : basah
BAB: (-) 4 hari
BAK: 900 cc/24 jam
Drain 1: 10cc kuning
Drain 2: 100cc merah
A : POH4+ Abses pelvic + Anemia
2
Selasa, S : Nyeri luka operasi menurun R/
9/09/ 2018 O : TD : 130/80 mmHg - Metronidazole 500mg 3x1
N : 76 x/ menit - Levofloxacin 500mg 1x1
P : 18x / menit - Channa 3x2
S : 36,5ºC - GV Pagi
Mammae: bengkak (-) - Selang Drain ditarik 2 cm
ASI: sedikit keluar
Fluksus : rubra minimal
Verban : basah
BAB: (-) 5 hari
BAK: 500 cc/8 jam
Drain 1: 10cc kuning
Drain 2: 70cc merah
A : POH5+ Abses pelvic + Anemia
Rabu, S : Nyeri luka operasi menurun R/
10/09/ 2018 O : TD : 120/80 mmHg - Metronidazole 500mg 3x1
N : 86 x/ menit - Levofloxacin 500mg 1x1
P : 18x / menit - Channa 3x2
S : 36,5ºC - GV
Mammae: bengkak (-)
ASI: sedikit
Lokia : merah kuning
Verban : basah
BAB: (+) dalam batas normal
BAK: (+) dalam batas normal
Drain 1: 5cc kuning
Drain 2: 30cc merah
A : POH6+ Abses pelvic + Anemia
1
Kamis, S:- R/
11/09/ 2018 O : TD : 140/80 mmHg - Metronidazole 500mg 3x1
N : 82 x/ menit - Levofloxacin 500mg 1x1
P : 18x / menit - Channa 3x2
S : 36,5ºC - Buka kedua drain
Mammae: bengkak (-)
ASI: sedikit
Lokia : kuning
Verban : basah
BAB: (+) dalam batas normal
BAK: (+) dalam batas normal
Drain 1: 5cc kuning
Drain 2: 2cc merah
A : POH7+ Abses pelvic + Anemia
Jumat, S:- R/
12/09/ 2018 O : TD : 100/70 mmHg - Metronidazole 500mg 3x1
N : 72 x/ menit - Levofloxacin 500mg 1x1
P : 18x / menit - Channa 3x2
S : 36,5ºC - Pasien dibolehkan pulang
Mammae: bengkak (-)
ASI: sedikit
Lokia : kuning
Verban : kering
BAB: (+) dalam batas normal
BAK: (+) dalam batas normal
Drain 1: 5cc kuning
Drain 2: 2cc merah
A : POH8+ Abses pelvic + Anemia
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
2
METRITIS
A. Definisi
Infeksi uterus pada saat pasca persalinan dikenal sebagai
endometritis, endomiometritis, dan endoparametritis. Karena infeksi yang
timbul tidak hanya menegenai desidua, miometrium, dan jaringan
parametrium, maka terminology yang digunakan saat ini ialaha metritis.
B. Etiologi
C. Faktor Resiko
3
3. Faktor tindakan persalinan : terutama section sesarea (5-30 kali lebih besar
mengalami infeksi masa nifas) selain itu ekstraksi forceps, tindakan
episiotomi, laserasi jalan lahir, dan manual plasenta.
4
D. Patologi
E. Gambaran Klinis
Gejala klinis terpenting untuk mendiagnosis infeksi masa nifas adalah demam.
Demam puerperium memiliki criteria sebagai berikut.
1. Peningkatan suhu lebih dari sama dengan 38,7 C dalam rentang waktu 24
jam pertama setelah melahirkan
2. Peningkatan suhu diata 38 C pada hari kedua hingga kesepuluh postpartum.
Gejala lain yang ddapat menyertai diantarany adalah:
1. Takikardi
2. Malaise umum bisa disertai menggigil
3. Nyeri abdomen, pada PF bimanual teraba uterus agak membesar.
4. Lochia berbau tidak sedap, bukan tanda pasti karena pada infeksi
streptococcus beta hemoliticus grup A Lochia bening dan tidak berbau
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Lekositosis (15.000-30000)
5
F. Diagnosis
G. Penatalaksanaan
6
ABSES PELVIS
A. Definisi
Penyakit radang panggul adalah istilah umum bagi infeksi genital yang
telah menyebar ke dalam bagian-bagian dalam dari alat reproduksi wanita.
Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam
rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium
dan rongga panggul.
B. Etiologi
7
bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu
dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita
penyakit radang panggul.
Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan
sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab
PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena
hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
C. Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi
untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita
muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan
melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.
Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher
rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri
melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja
cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi
masuknya bakteri.
Faktor resiko terjadinya PID:
1. Aktivitas seksual pada masa remaja
2. Berganti-ganti pasangan seksual
3. Pernah menderita PID
4. Pernah menderita penyakit menular seksual
5. Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.
8
D. Patologi
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran
genital atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba
uterina (salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa
uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat
menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.
1. Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%)
terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum
uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium
masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan
mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus
agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.
2. Limfatik
Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang
berhubungan dengan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi
Myoplasma non purpuralis.
3. Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu
(misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.
4. Intraperitoneum
Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan
intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat
menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia interna.
9
5. Kontak langsung
Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi
setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.
Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada
saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR):
10
2. Aktivitas seksual
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi utrerus
yang dapat menarik spermatozoa dan kuman – kuman memasuki kanalis
servikalis.
3. Peristiwa Haid
Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus
haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang
panggul gonore. Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul
adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik
merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman – kuman N
gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis akut
disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai
”Febril Menses”.
E. Gambaran Klinis
11
2. Demam
4. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak
kemerahan di celana dalam
5. Kram karena menstruasi
6. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
7. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
8. Nyeri punggung bagian bawah
9. Kelelahan
10. Nafsu makan berkurang
11. Sering berkemih
12. Nyeri ketika berkemih.
F. Diagnosis
G. Penatalaksanaan
12
Pasangan seksual juga harus diobati. Wanita dengan penyakit radang
panggul mungkin memilikipasangan yang menderita gonorea atau infeksi
chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. Seseorang dapat
menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala.
Untukmengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka
pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.
Meskipun segera dilakukan pengobatan antimikroba yang tepat untuk
mengatasi metritis, kadang-kadang suatu flegmoon parametrium akan
mengalami supurasi sehingga terbentuk massa benjolan pada ligamentum
latum yang berfluktuasi dan bias menonjol diatas ligamentum inguinale
pouparti.
Dalam keadaan ini, wanita tersebut mungkin tidak menunjukkan gejala
yang semakin memburuk tetapi panas tetap memburuk tetapi panas tetap
bertahan. Begitu terdapat rupture abses kedalam kavum peritoni, peritonitis
yang bias membawa kematian dapat terjadi. Kemungkinan lebih besar lagi,
terjadi robekan kearah anterior sehingga tidak terjangkaub dengan tindakan
drainase lewat jarum yang diarahkan oleh komograi computer. Kadang-
kadang robekan terjadi kearah posterior lewat ruang retroperitonium
kedalam septum rekto vaginalisn dimana drainase operatif mudah digunakan.
Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac,
lakukan kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi fowler. Berikan anti
biotika broad spektrum dalam dosis yang tinggi ampisilin 2g/IV kemudian
1g setiap 6jam ditambah gentamisin 5g/kg berat badan IV dosis tunggal/hari
dan metronidazol 500mg/IV setiap 8jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu
tidak panas selama 24 jam. Pada keadaan yang sangat jarang sellulitis
parametrium yang terjadi akan meluas dan menjadi abses pelvis. Bila ini
terjadi, maka harus dilakukan drainase puss yang terbentuk, baik ke
anterior dengan melakukan pemasangan jarum berukuran besar maupu ke
posterior dengan melakukan kolpotomi selain itu, perlu juga diberikan
antibiotika yang adekuat.
Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
13
1. Pengobatan rawat jalan.
Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
Obat yang diberikan ialah :
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
- Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali
p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 710
hari, atau
- Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali
sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7
hari, atau
- Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500
mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
- Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
- Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
Analgesik dan antipiretik.
- Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
- Metampiron 3 x 500 mg/hari.
dan III.
2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek.
- Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 x sehari selama 5-7 hari dan
14
Metronidazol 1 g rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.
15
PEMBAHASAN
1. Anamnesa
Kasus Teori
Pada kasus ditemukan gejala berupa : Gejala klinik :
- Demam 1. Peningkatan suhu lebih dari sama
dengan 38,7 C dalam rentang waktu 24
- Lokia berbau
jam pertama setelah melahirkan
Ditemukan riwayat persalinan Kala II 2. Peningkatan suhu diatas 38 C pada
hari kedua hingga kesepuluh postpartum.
lama dan koitus di akhir kehamilan
a. Gejala lain yang dapat menyertai
diantarany adalah:
a. Takikardi
b. Malaise umum bisa disertai
menggigil
c. Nyeri abdomen, pada PF
bimanual teraba uterus agak membesar.
d. Lochia berbau tidak sedap.
Faktor resiko:
-Persalinan Kala II Lama
- Koitus di akhir kehamilan
- operasi section sesarea (5-30 kali lebih
besar mengalami infeksi masa nifas)
memiliki riwayat persalinan Kala II Lama dan koitus di akhir kehamilan. Hal
2. Pemeriksaan Fisik
Kasus Teori
Pada kasus, ditemukan pemeriksaan Pemeriksaan Fisik:
Fisik: a. Umum :
-Pasien Tampak Anemis - Takikardia
b. Tanda-Tanda Vital - Temperatur tubuh ≥38,3 pada situasi
16
- Takikardia: 108x/m setelah partus
- Suhu Tubuh meningkat: 38,7 oC b. Pemeriksaan Abdomen
b. Pemeriksaan Fisik - Uterus yang teraba tegang dengan
- Teraba massa di region iliaka dextra atau tanpa peritonitis
dengan nyeri tekan (+) c. Pemeriksaan Dalam
- TFU 1 Jari dibawah pusat yang teraba - Massa dengan indurasi pada adnexa
keras - Massa pada pelvis
c. Pemeriksaan dalam
- Teraba massa pada adnexa
dengan teori.
3. Pemeriksaan Penunjang
Kasus Teori
Pada kasus, dilakukan pemeriksaan : Pemeriksaan Penunjang : 3,9,10
a. Darah lengkap → WBC : 9,38 x103/ul, a. Pem. Laboratorium : biasanya
HGB : 11 g/dl, PLT : 443x103/ul didapatkan peningkatan jumlah leukosit
b. Kultur pus: Bakteri pseudomonas dengan disertai peningkatan jumlah
paucimobilis trombosit yang menunjukkan respon fase
c. USG : -El (+), Subinvolusi akut pada inflamasi.
-Massa dengan echo campuran di b. Kultur pus: contoh
abdomen kanan mikroogranisme yang sering
streptococcus grup A, Chlamydia
trachomatis, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum, dan
Gardnerella vaginalis berasosiasi
dengan peningkatan resiko infeksi post
partum.
c. USG: subinvolusi uteri.
17
Disebabkan oleh berbagai hal seperti
sisa plasenta dalam rongga uterus,
endometritis, dan mioma uteri. Apabila
peristiwa ini terjadi maka lochia akan
bertambah banyak.
Hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis abses pelvic ec
4. Penatalaksanaan
Kasus Teori
Pada kasus, tindakan pembedahan yang Indikasi untuk melakukan
dilakukan adalah Histerektomi subtotal histerektomi
a. Ruptur uteri
b. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol
dengan cara-cara yang ada, misalnya
pada :
1) Atonia uteri
2) Afibrinogenemia atau
hipofibrinogenemia pada solusio plasenta
dan lainnya.
3) Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
4) Arteri uterina terputus.
5) Plasenta inkreta dan perkreta.
6) Hematoma yang luas pada rahim.
c. Infeksi intrapartal berat.
d. Pada keadaan ini biasanya dilakukan
operasi Porro, yaitu uterus dengan isinya
diangkat sekaligus.
e. Uterus miomatosus yang besar.
18
f. Kematian janin dalam rahim dan
missed abortion dengan kelainan darah.
g. Kanker leher rahim.
19