SPONDILITIS TUBERKULOSA
Oleh :
Pembimbing :
dr. Beny Murtaza, Sp.OT, M.Kes
Kendari
2018
BAB I
PENDAHULUAN
terbanyak disebarkan melalui infeksi dari diskus. Mekanisme infeksi terutama oleh
kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor
penyakit infeksi pembunuh nomor satu di dunia, 95% kasus berada di negara
juta penduduk terserang dan 3 juta penduduk di seluruh dunia meninggal oleh karena
TB (Batra, 2009). Insiden spondilitis TB masih sulit ditetapkan, sekitar 10% dari kasus
2007).
terjadi pada kurang lebih 10% kasus. Walaupun setiap tulang atau sendi dapat
terkena, akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight
bearing) dan mempunyai pergerakan yang cukup besar (mobile) lebih sering
terkena dibandingkan dengan bagian yang lain. Dari seluruh kasus tersebut, tulang
belakang merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosa tulang (kurang
2
lebih 50% kasus) (Gorse et al. 1983), diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut
dan tulang-tulang lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang
terkena. Area torako-lumbal terutama torakal bagian bawah (umumnya T 10) dan
terlibat karena pada area ini pergerakan dan tekanan dari weight bearing mencapai
yang dapat timbul secara cepat ataupun lambat. Paralisis dapat timbul secara cepat
disebabkan oleh abses, sedangkan secara lambat oleh karena perkembangan dari
kifosis, kolap vertebra dengan retropulsi dari tulang dan debris (Batra, 2009).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
ekstrapulmonal yang mengenai satu atau lebih ruas tulang belakang (Moore et al,
2. Etiologi
famili Mycobacteriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung, gram positif lemah
yaitu sulit untuk diwarnai tetapi sekali berhasil diwarnai sulit untuk dihapus walaupun
dengan zat asam, sehingga disebut sebagai kuman batang tahan asam. Hal ini
disebabkan oleh karena kuman bakterium memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri
dari lapisan lilin dan lemak (asam lemak mikolat). Selain itu bersifat pleimorfk, tidak
bergerak dan tidak membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-4 µm (Utji et
al, 2005).
3. Anatomi
Vertebrae terdiri dari 33 ruas yaitu : 7 ruas vertebra cervicalis, 12 ruas vertebra
a) Bagian anterior
Bagian ini struktur utamanya adalah corpus vertebrae. Bagian ini fungsi
utamanya adalah untuk menyangga berat badan. Di antara dua corpus vertebra
4
yang berdekatan dihubungkan oleh struktur yang disebut diskus intervertebralis
b) Bagian posterior
Fungsi proteksi, oleh karena bagian ini bentuknya seperti cincin dari tulang
spinalis.
belakang yang diperkuat oleh adanya ligamen dan otot-otot yang sangat kuat.
Kedua struktur terakhir ini menghubungkan vertebrae baik dari ruas ke ruas
coccigeus.
5
4. Patogenesis
Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi TB, karena ukuran
bakteri sangat kecil 1-5 μ, kuman TB yang terhirup mencapai alveolus dan segera
kuman TB dan sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Pada sebagian
kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan
Diawali dari fokus primer kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju
ke kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer
terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar
limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat
primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang
rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh
hingga mencapai jumlah 104 yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons
infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuk
6
terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Setelah
kompleks primer terbentuk, imunitas selular tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada
sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, begitu sistem imun
TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman
Raharjoe,2005)
mengalami nekrosis perkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap
pertumbuhannya oleh imunitas selular, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman.
Fokus tersebut umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi
kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, fokus Simon ini dapat mengalami
7
tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai
secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis.
Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh. Organ yang
dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal,
dan paru sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Bagian pada tulang
belakang yang sering terserang adalah peridiskal terjadi pada 33% kasus spondilitis
TB dan dimulai dari bagian metafisis tulang, dengan penyebaran melalui ligamentum
longitudinal. Anterior terjadi sekitar 2,1% kasus spondilitis TB. Penyakit dimulai dan
skaloping vertebra anterior, sentral terjadi sekitar 11,6% kasus spondilitis TB.
Penyakit terbatas pada bagian tengah dari badan vertebra tunggal, sehingga dapat
lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum
(Munoz,2004.,Raharjoe,2005).
a. Stadium implantasi.
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita
6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak-
8
b. Stadium destruksi awal.
serta penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6
minggu.
Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan
terbentuk massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses , yang tejadi 2-3
serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji
gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi gangguan
aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf
sensoris.
Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih
Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi
9
Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan
defekasi dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi
Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan
tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang
sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena tekanan pada jembatan tulang kanalis
spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan
Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium
implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra
5. Manifestasi Klinis
sebagai berikut, berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar limfe superfisial
yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang yang tidak sembuh
yang disertai oleh nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan
diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat barang dari lantai. Nyeri tersebut
akan berkurang jika pasien beristirahat. Keluhan deformitas pada tulang belakang
10
(kyphosis) terjadi pada 80% kasus disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung
yang membungkuk dan membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta
dapat berkembang secara progresif. Terdapat 2 tipe klinis kiposis yaitu mobile dan
rigid. Pada 80% kasus, terjadi kiposis 100, 20% kasus memiliki kiposis lebih dari 100
dan hanya 4% kasus lebih dari 300. Abses dapat terjadi pada tulang belakang yang
dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke bawah ligamen inguinal
(Hidalgo,2005).
Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal
dengan istilah Pott’s paraplegi, terdapat 2 tipe deisit neurologi ditemukan pada
stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan onset awal, dan paraplegia pada
pasien yang telah sembuh yang biasanya berkembang beberapa tahun setelah
6. Klasifikasi
spondilitis TB:
1) Bentuk paradiskus, merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada orang
2) Bentuk sentral, infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra. Dapat
atasnya dengan lokus awal di korpus vertebra bagian anterior (Moesbar, 2006)
7. Pemeriksaan
malam, demam yang berlangsung secara intermitten terutama sore dan malam
11
hari dan sakit (kaku) pada punggung. Pada pasien anak-anak, dapat juga
demam tinggi), hilangnya berat badan dan berkurangnya nafsu makan akan
2) Adanya riwayat batuk lama (lebih dari 3 minggu) berdahak atau berdarah
disertai nyeri dada. Pada beberapa kasus terjadi pembesaran dari nodus
3) Pada awal dijumpai nyeri interkostal, berupa nyeri yang menjalar dari tulang
belakang ke garis tengah atas dada melalui ruang interkostal. Infeksi yang
mengenai tulang servikal akan tampak sebagai nyeri di daerah telingan atau
nyeri yang menjalar ke tangan. Lesi di torakal atas akan menampakkan nyeri
yang terasa di dada dan intercostal. Pada lesi di bagian torakal bawah maka
nyeri dapat berupa nyeri menjalar ke bagian perut. Rasa nyeri ini hanya
5) Bila infeksi melibatkan area servikal maka pasien tidak dapat menolehkan
nyeri di leher atau bahunya. Jika terdapat abses, maka tampak pembengkakan
di kedua sisi leher. Abses yang besar, terutama pada anak, akan mendorong
12
adanya stridor respiratoar, sementara kompresi medulla spinalis pada orang
servikal.
rongga dada dan tampak sebagai pembengkakan lunak dinding dada. Jika
menekan abses ini berjalan ke bagian belakang maka dapat menekan korda
7) Di regio lumbal : abses akan tampak sebagai suatu pembengkakan lunak yang
terjadi di atas atau di bawah lipat paha. Jarang sekali pus dapat keluar melalui
Pasien tampak berjalan dengan lutut dan hip dalam posisi fleksi dan
panggul.
9) Adanya gejala dan tanda dari kompresi medula spinalis (defisit neurologis).
spondilitis lebih banyak di temukan pada infeksi di area torakal dan servikal.
13
b. Palpasi :
pada area tulang yang mengalami infeksi. Bila terdapat abses maka akan
teraba massa yang berfluktuasi dan kulit diatasnya terasa sedikit hangat
(disebut cold abcess, yang membedakan dengan abses piogenik yang teraba
panas). Dapat dipalpasi di daerah lipat paha, fossa iliaka, retropharynx, atau
lesi. Dapat juga teraba di sekitar dinding dada. Perlu diingat bahwa tidak ada
hubungan antara ukuran lesi destruktif dan kuantitas pus dalam cold abscess.
terkena.
c. Perkusi :
Pada perkusi secara halus atau pemberian tekanan diatas prosesus spinosus
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
(PPD) positif. Tuberculin skin test ini dikatakan positif jika tampak area
bersifat relative
14
5) Cairan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan meningitis
akan memberikan hasil yang lebih baik. Cairan serebrospinal akan tampak:
Xantokrom
Kandungan gula normal pada tahap awal tetapi jika gambaran klinis
akan menunjukkan genuine dry tap. Pada pasien ini adanya peningkatan
tuberkel merupakan tes konfirmasi yang absolut tetapi hal ini tergantung dari
b. Radiologi
a. Sinar Rontgen
(L). Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior korpus
15
vertebra dan osteoporosis regional. Penyempitan ruang diskus
Pada fase lanjut, kerusakan bagian anterior semakin parah. Korpus menjadi
kolaps dan terjadi fusi anterior yang menghasilkan angulasi yang khas disebut
gibbus. Bayangan opaque pada sisi lateral vertebra, memanjang kearah distal,
merupakan gambaran abses psoas pada torakal bawah dan torakolumbal yang
berbentuk fusiform.
b. Mielografi
c. CT-Scan
d. MRI
16
gambaran ini mirip dengan infeksi piogenik dan neoplasma sehingga tidak
9. Diagnosis
tinggi di daerah endemis, dengan keluhan nyeri dan tanda-tanda infeksi sistemik
termasuk spondilitis tuberkulosa dapat dikatakan pasti bila secara klinis, dan hasil
bakteriologis dan histopatologis negatif maka disebut sebgai kasus tuberkulosis ekstra
paru tersangka.
kifosis angular lainnya, yaitu infeksi piogenik non-spesifik dan keganasan Pada
infeksi piogenik akut, manifestasi klinik umumnya lebih berat dibandingkan dengan
kifosis.
e. Kifosis senilis berupa kifosis tidak lokal dan osteoporosis seluruh kerangka.
17
f. Penyakit paru dengan bekas empiema tulang belakang bebas penyakit.
menunjukkan adanya infeksi piogenik. Selain itu keterlibatan dua atau lebih
(Currier, 2004)
11. Penatalaksanaan
menjadi penting untuk dapat mengevakuasi sumber infeksi dan jaringan nekrotik.
a. Terapi Konservatif
Pengobatan konservatif yang ketat dapat memberikan hasil yang cukup baik.
akut atau fase aktif. Istirahat ditempat tidur dapat berlangsung 3 – 4 minggu,
sampai dicapai keadaan yang tenang secara klinis, radiologis dan laboratoris.
makan pulih dan berat badan meningkat., suhu tubuh normal. Secara
18
laboratoris, laju endap darah menurun, tes mantoux diameter < 10 mm. Pada
ataupun sekuester.
b. Anti Tuberkulosa
ethambutol (EMB).
yang primer:
I. Isoniazid (INH)
serebrospinal.
19
Keuntungan : melawan basil dengan aktivitas metabolik yang
serebrospinal.
Efek samping :
20
Dosis : 15-30mg/kg/hari
central scotoma.
V. Streptomycin (STM)
Bersifat bakterisidal
tuberkulosa.
21
2) Kategori II adalah tuberkulosis paru yang kambuh atau gagal dalam
pengobatan.
sebagai kombinasi terakhir atau tambahan pada regimen yang ada. Di samping
c. Immobilisasi
Pemasangan gips bergantung pada level lesi, pada daerah servikal dapat
dan lumbal atas immobilisasi dengan body jacket atau gips korset disertai fiksasi
laboratoris. Bila dalam pengamatan tidak tampak kemajuan, maka perlu difikirkan
22
d. Terapi Operatif
Salah satu tindakan bedah yang penting adalah debridement yang bertujuan
menghilangkan sumber infeksi dengan cara menbuang semua debri dan jaringan
Indikasi operasi:
1) Jika terapi konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, secara klinis
3) Terjadinya kompresi pada medula spinalis dengan atau tidak dengan defisit
4) Lesi terletak torakolumbal, torakal tengah dan bawah pada penderita anak.
Lesi pada daerah ini akan menimbulkan deformitas berat pada anak dan tidak
12. Komplikasi
a) Pott’s paraplegia
Muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus maupun
sequester atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis. Paraplegia ini
saraf.
23
b) Ruptur abses paravertebra
Pada vertebra torakal maka nanah akan turun ke dalam pleura sehingga
Pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk
c) Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat terjadi karena adanya tekanan
diskus intervertebralis (contoh : Pott’s paraplegia “ prognosa baik) atau dapat juga
a. Mortalitas
didiagnosa dini dan patuh dengan regimen terapi dan pengawasan ketat).
b. Relaps
regimen medis saat ini dan pengawasan yang ketat hampir mencapai 0%.
c. Kifosis
paru.
d. Defisit neurologis
24
Defisit neurologis pada pasien spondilitis tuberkulosa dapat membaik
secara spontan tanpa operasi atau kemoterapi. Tetapi secara umum, prognosis
e. Usia
25
DAFTAR PUSTAKA
26
15. Wim de Jong, 2002. Spondilitis TB, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 1226-1229
27