Anda di halaman 1dari 4

PROSEDUR PENATALAKSANAAN PASCABEDAH

No. Dokumen No.Revisi Halaman


RS.KELUARGA
HUSADA BATAM

Komplek Odesa Blok


C-1No.12-16 Batam
Center ,Tlp.( 0778)
4804597

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh Direktur RSKH Batam


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
drg. T. Rizky Lanera. MMRS

PENGERTIAN Penatalaksanaan pascabedah dan pascaanestesi di ruangan pemulihan pda


pasien yang menjalani pembedahan, sebelum pasien dipindahkan ke ruang
perawatan/dipulangkan

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan


pascaanestesi di ruang pemulihan pada pasien yang menjalani
pembedahan

KEBIJAKAN Memberikan pelayanan pascaanestesi pada pasien-pasien yang


menjalani pembedahan sampai pasien dapat dipindahkan ke ruang
rawat, ruang ICU atau pasien dipulangkan pada pasien ODS

PROSEDUR A. Pedoman meliputi


1. Syarat tata ruang pemulihan
2. Syarat alat-alat yang diperlukan di ruang pemulihan
3. Syarat SDM yang diperlukan diruang pemulihan
4. Pedoman medis penatalaksanaan pasien pascaanestesi
B. Syarat tata ruang pemulihan
1. Ruang pemulihan sebaiknya berada dekat/ satu lokasi dengan
ruang pembedahan, dekat dengan fasilitas radiologi,
laboratorium, dan ICU.
2. Merupakan suatu ruang perawatan yang terbuka, untuk
memudahkan akses dan pengawasan semua pasien yang
dirawat didalamnya.
3. Rasio jumlah tempat tidur di ruang pemulihan adalah 1.5 kali
jumlah kamar bedah.
4. Setiap tempat tidur pasien mempunyai sistem penerangan yang
cukup, dilengkapi dengan outlet O2, outlet udara (Air), suction
unit, infusion pump, standar infus, lampu penghangat atau alat
penghangat lainnya.
C. Syarat alat-alat medis yang diperlukan di ruang pemulihan
1. Setiap tempat tidur dilengkapi dengan pulse oksimetri, pengukur
tekanan darah.
2. EKG diperlukan untuk pasien-pasien dengan dengan riwayat
gangguan jantung, yang menunjukkan kelainan pada saat
pembedahan, dan pasien yang terancam terjadi gangguan
jantung selama perioperatif.
3. Pada pasien yang diputuskan untuk tetap terintubasi diperlukan
T-piece.
4. Alat untuk memonitor temperatur.
5. Setiap ruang pemulihan mempunyai persediaan alat-alat berupa:
oropharyngeal airway, ETT semua ukuran, Laringoskop, LMA,
Ambu bag, kanula nasal, Non rebreathing mask, simple mask,
dan kanula nasal, alat nebulizer.
C. Syarat SDM yang diperlukan di ruang pemulihan
1. Ruang pemulihan anestesi berada di bawah pengawasan
seorang dokter spesialis anestesiologi.
2. Dokter anestesi harus melakukan penatalaksanaan nyeri
pascabedah sejak di ruang pemulihan, masalah cardiovaskular,
respirasi, dan metabolik.
3. Dokter spesialis bedah harus terlibat menangani masalah yang
terkait dengan pembedahannya.
4. Dokter anestesi dibantu oleh perawat yang sudah terlatih dan
kompeten untuk penatalaksanaan pasien di ruang pemulihan
anestesi.
5. Perawat yang bekerja di ruang pemulihan mempunyai
kemampuan/kompetensi yang sama dengan perawat anestesi,
disyaratkan adalah perawat yang sudah mempunyai sertifikat
untuk resusitasi, dapat menangani masalah airway termasuk
melakukan intubasi dan ventilasi manual, perawatan luka,
menatalaksana kateter urine, kateter drainase, dan mengatasi
syok karena perdarahan.
6. Perawat diruang pemulihan mampu melakukan monitoring
pasien dan bersama-sama dengan dokter anestesi melakukan
penilaian kelayakan pasien yang akan dipindahkan ke fasilitas
perawatan lain.
7. Setiap 1 pasien dirawat oleh satu orang perawat.
8. Terdapat panduan untuk melakukan konsultasi ke disiplin ilmu
lain.
D. Pedoman penatalaksanaan pasien pasca anestesi
1. Dalam pedoman ini dikenal beberapa jenis pelayanan yang harus
diperhatikan :
a. Cara transportasi dari kamar pembedahan ke ruang
pemulihan,
b. Menilai emergence (bangun dari anestesi)
c. Recovery rutin
d. Recovery dari anestesi regional
e. Mengatasi nyeri
f. Mengatasi agitasi pascabedah
g. Mengatasi mual muntah pascabedah
h. Mengatasi shivering pascabedah
i. Mengatasi hipertermi dan hipotermi pascabedah
j. Kriteria pengeluaran pasien dari ruang pemulihan
k. Kriteria pengeluaran pasien untuk pindah ke ICU, dan cara
transportasi pasien ke ICU.
l. Kriteria pengeluaran pasien untuk pindah ke ruang rawat
biasa
m. Kriteria pengeluaran pasien untuk pulang pada pasien ODS
n. Mengatasi komplikasi masalah pernafasan: obstruksi jalan
napas, hipoventilasi, hipoksemia.
o. Mengatasi komplikasi sirkulasi: hipotensi, hipertensi, aritmia.
p. Dokter penanggung jawab pascabedah dalam kaitannya
dengan proses pendidikan
q. Konsultasi antar bagian yang diperlukan pasca bedah
E. Prosedur
1. Pasien tidak boleh dipindahkan dari kamar operasi kecuali jalan
napas sudah dijamin paten dan stabil, ventilasi dan oksigenasi
adekuat, serta hemodinamik stabil.
2. Oksigen suplemen harus diberikan saat memindahkan pasien
dengan resiko hipoksemia.
3. Pasien yang tidak stabil harus tetap terintubasi dan bila
dipindahkan ke ruang pemulihan harus termonitor dengan
monitor portable, dan harus tersedia obat-obat emergensi.
4. Pasien dengan resiko aspirasi atau perdarahan saluran napas
atas harus dipindahkan dengan posisi lateral.
5. Setelah tiba di ruang pemulihan, segera lakukan pemeriksaan
patensi jalan napas, tanda vital, dan oksigenasi.
6. Posisikan pasien dalam keadaan head up (bila tidak ada kontra
indikasi).
7. Lakukan serah terima pasien kepada dokter anestesi/perawat
yang bertugas di ruang pemulihan dengan memberikan informasi
tentang kondisi prabedah dan jalannya pembedahan (jenis
anestesi, tindakan pembedahan, perdarahan, jumlah dan jenis
cairan yang diberikan, komplikasi operasi), kemungkinan
masalah pascaoperasi, serta instruksi pascabedah.
10. Petugas ruang pemulihan melakukan pemeriksaan ulang kondisi
pasien bersama-sama dengan dokter anestesi.
11. Kondisi pasien setelah tiba di ruang pemulihan harus dicatat.
12. Dokter anestesi yang melakukan pemberian anestesi dapat
meninggalkan ruang pemulihan setelah melakukan serah terima
dengan petugas ruang pemulihan.
13. Pemantauan kesadaran, tekanan darah, laju nadi, laju nafas,
suhu, SpO2 di ruang pemulihan dilakukan secara rutin setiap 5
menit pada 15 menit pertama atau sampai stabil, kemudian
setelah itu dilakukan tiap 15 menit.
14. Pantau adanya nyeri pascaoperasi, mual, muntah, input-output
cairan, drain, perdarahan. Kemudian lakukan tindakan/
tatalaksana yang sesuai.
15. Pada pasien yang mendapatkan tindakan regional harus
dilakukan pemeriksaan motorik dan sensorik secara periodik
(seperti dengan Bromage score), dengan pemantauan
hemodinamik yang lebih ketat.
16. Kriteria pengeluaran pasien dari ruang pemulihan menggunakan
kriteria Modified Aldrette Score dengan skor ≥9.
17. Dibuat laporan tertulis yang akurat tentang pemantauan kondisi
pasien di ruang pemulihan

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis anestesi


2. Perawat anestesi
3. Perawat ruang pemulihan
4. Petugas lain yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai