Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Komplikasi Anestesi – Volume 8 Nomor 3, Agustus 2021

J U R NA L K O MP LI K ASI A N E S T E SI
V O L U ME 8 N O M O R 3 , A G U S T U S 20 21

TINJAUAN PUSTAKA
OPTIMALISASI KESELAMATAN PASIEN DI POST-ANESTHESIA
CARE UNIT

Untung Widodo1*, Calcarina Fitriani Retno Wisudarti1, Avian Krispratama1

1 Departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, danKeperawatan, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*Corespondenauthor : Untung Widodo, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran,
Kesehatan Masyarakat, danKeperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia (untungwdd@ugm.ac.id)

ABSTRAK

Post Anesthesia Care Unit (PACU) adalah tempat dilakukan pengawasan


Article Citation : Untung Widodo, terhadap pasien yang telah menjalani proses anestesi, baik anestesi umum
Calcarina Fitriani Retno Wisudart1, maupun regional. Masa pemulihan bermula segera setelah pasien meninggalkan
Avian Krispratama. Optimalisasi meja operasi. Komplikasi pascaoperasi dapat terjadi kapan saja, termasuk pada
Keselamatan Pasien Di Post- saat pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan. Pasien harus
Anesthesia Care Unit. Jurnal diawasi dan dimonitor dengan ketat. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi
diantaranya gangguan pemulihan kesadaran, penurunan tahanan perifer dan
Komplikasi Anestesi 8(3)-2021.
curah jantung karena sisa obat anestesi, dan keadaan hipovolemik karena tidak
adekuatnya penggantian cairan selama operasi atau perdarahan pascaoperasi
yang terus berlanjut. Hipertensi dapat terjadi akibat peningkatan aktifitas
simpatoadrenal dan nyeri berat.

Kata kunci: keselamatan pasien; post anesthesia care unit; ruang pemulihan

ABSTRACT

Post-Anesthesia Care Unit (PACU) is a place for monitoring patients who have
undergone the anesthesia process, both regional and general. The recovery period
begins immediately after the patient leaves the operating table. Complications can
occur at any time, including when transferring a patient from the operating room
to the recovery room. The patient must be closely monitored and monitored.
Several post-anesthesia complications include consciousness disorder, a decrease
of peripheral resistance and cardiac output due to residual anesthesia, and
hypovolemia due to inadequate fluid replacement during surgery or continued
postoperative bleeding. Hypertension may occur due to increased activity of
sympathoadrenal and severe pain.

Keywords: patient safety; post-anesthesia care unit; recovery room

76
Optimalisasi Keselamatan Pasien di Post-Anesthesia Care Unit

PENDAHULUAN yang lama, pembedahan emergency, atau


Upaya peningkatan pelayanan pembedahan abdominal dan orthopedi.3
pascaoperasi dipicu oleh banyaknya kejadian Unit Perawatan Paska Anastesi Desain
kematian dini pascaoperasi yang seharusnya dapat PACU sebaiknya terletak di dekat kamar
dicegah. Pengalaman Perang Dunia II dalam operasi sehingga pasien dapat didorong lagi untuk
memberikan perawatan bedah untuk sejumlah pembedahan bila diperlukan atau tim kamar
besar korban pertempuran berkontribusi pada tren operasi dapat segera hadir ke ruang PACU. PACU
sentralisasi perawatan pascaoperasi di ruang juga hendaknya berdekatan dengan bagian
pemulihan, di mana perawat dapat memperhatikan radiologi, laboratorium, bank darah, dan fasilitas
beberapa pasien pascaoperasi secara bersamaan. perawatan intensif lain. Memindahkan pasien yang
Praktik perawatan pasien pascaoperasi selama satu sakit kritis dalam elevator atau melewati koridor
malam di Post-Anesthesia Care Unit (PACU) yang panjang dapat membahayakan pasien karena
semakin populer akibat semakin kompleksnya kegawatdaruratan dapat terjadi di sepanjang
prosedur pembedahan yang diiringi terbatasnya jalan.1
tempat tidur perawatan intensif bedah.1 Desain bangsal yang terbuka
Kesuksesan ruang pemulihan merupakan memungkinkan observasi semua pasien secara
faktor utama dalam evolusi unit perawatan intensif simultan. Kamar pasien yang tertutup diperlukan
bedah modern. Ironisnya, ruang pemulihan belum untuk isolasi dan kontrol infeksi. Rasio tempat tidur
lama diterima sebagai perawatan intensif di PACU adalah 1,5 tempat tidur untuk setiap satu
kebanyakan rumah sakit. Baru pada tahun 1970-an kamar operasi.1 Setiap ruang pasien harus baik
PACU digunakan untuk merawat pasien setelah pencahayaannya dan cukup luas untuk mengakses
prosedur anestesi dan pasien dengan critically ill pasien yang terpasang infus, ventilator, atau
pascaoperasi.1 peralatan radiologi. Sebagai contoh, jumlah
Masa pemulihan bermula segera setelah tempat tidur PACU untuk rumah sakit yang
pasien meninggalkan meja operasi. Komplikasi memiliki 8 ruang operasi adalah 16 tempat tidur,
pascaoperasi dapat terjadi kapan saja, termasuk terdiri dari 12 tempat tidur dengan luas 13,5 m2 dan
pada saat pemindahan pasien dari kamar operasi ke 4 tempat tidur dengan luas 26 m2. Sumber arus
ruang pemulihan. Pasien harus diawasi dan listrik, oksigen, dan suction harus ada pada setiap
dimonitor dengan ketat. Beberapa komplikasi yang ruangan. Jumlah tempat tidur juga harus
dapat terjadi diantaranya gangguan pemulihan mempertimbangkan rata-rata durasi pasien
kesadaran, penurunan tahanan perifer dan curah diawasi di ruang PACU.3
jantung karena sisa obat anestesi, dan keadaan
Peralatan dan Monitoring
hipovolemik karena tidak adekuatnya penggantian
Monitor standar adalah pulse oksimetri,
cairan selama operasi atau perdarahan
EKG, dan tensimeter otomatis untuk setiap pasien.
pascaoperasi yang terus berlanjut. Hipertensi dapat
Ketiga monitor tersebut harus digunakan untuk
terjadi akibat peningkatan aktivitas simpatoadrenal
setiap pasien di fase awal pemulihan anestesi.
dan nyeri berat. Kondisi hipoventilasi, hipoksemia,
Sebagai pedoman, setiap satu set monitor untuk
serta gangguan gastrointestinal juga umum
dua bed tidak selamanya dapat diterima,khususnya
terjadi.2
setelah banyak kejadian di PACU yang mengarah
Sejumlah studi yang terfokus pada
kejadian komplikasi di PACU menunjukkan kejadian pada morbiditas serius sehubungan dengan
ketidakadekuatan monitor. Tensimeter air raksa
komplikasi yang bervariasi mulai dari mual dan
atau pegas juga harus disiapkan untuk mengukur
muntah (9,8%), bantuan jalan napas (6,9%),
monitor tekanan darah non invasif.
ketidakstabilan hemodinamik (5%), gangguan
status mental (0,65%), dan gangguan jantung (1%).
Komplikasi ini meningkat pada pasien-pasien
dengan status ASA yang lebih tinggi, durasi anestesi

77
Jurnal Komplikasi Anestesi – Volume 8 Nomor 3, Agustus 2021

Monitor tekanan arteri, vena sentral, dan Standar PACU


monitoring tekanan intrakranial diperlukan bila American Society of Anesthesiologyst
PACU digunakan untuk merawat pasien dengan (ASA) menetapkan standar untuk PACU yang
kondisi critically-ill pascaoperasi. Kapnograf dapat dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan pasien.5
berguna untuk pasien yang terintubasi.
Temperatur sensitive strip digunakan untuk 1. Standard I: Semua pasien dengan anestesi
mengukur suhu di PACU tetapi pada umumnya umum, anestesi regional atau Monitoring
tidak akurat untuk memantau hipotermia atau Anesthesia Care (MAC) harus
mendapatkan penatalaksanaan
hipertermia. Termometer air raksa atau elektrik
harus digunakan bila ada kecurigaan suhu yang pascaanestesi yang sesuai.
abnormal. Alat penghangat udara, lampu panas, 2. Standard II: Pasien yang dipindahkan ke PACU
selimut hangat atau dingin harus tersedia.3 harus diawasi oleh tim anestesi yang
PACU seharusnya punya sendiri alat–alat mengetahui kondisi pasien. Pasien harus
dievaluasi secara berkesinambungan selama
pokok dan gawat darurat terpisah dari kamar
operasi. Alat-alat ini meliputi kanul oksigen, pemindahan dengan monitoring dan dukungan
facemask dengan berbagai pilihan, oral dan nasal yang tepat terhadap kondisi pasien.
airway, laringoskop, pipa endotrakeal, Laryngeal 3. Standard III: Sesampainya di PACU, pasien
harus dievaluasi ulang dan memberikan
mask Airway (LMA), hingga Jackson-Rees untuk
bantuan ventilasi. Persediaan kateter untuk laporan secara verbal kepada perawat yang
kanulasi vaskuler (vena, arteri, vena sentral, atau bertanggungjawab di PACU.
arteri pulmonalis) harus cukup. Set trakeostomi 4. Standard IV: Kondisi pasien harus dievaluasi
berkesinambungan di PACU.
dan vena seksi juga harus ada. Sebuah alat
defibrilasi transkutan dan sebuah troli emergency 5. Standard V: Dokter bertanggung jawab saat
akan mengeluarkan pasien dariPACU.
dengan obat-obatan dan perlengkapan untuk
bantuan hidup lanjut serta syringe pump harus ada PENGELOLAAN PASIEN
dan dicek secara periodik. Alat untuk terapi Transportasi dari Kamar Operasi
Komplikasi pada periode ini biasanya
respirasi seperti terapi bronkodilator dengan
karena ketiadaan monitor yang adekuat. Pasien
aerosol serta ventilator harus ada dalam ruang
sebaiknya tidak meninggalkan kamar operasi
pemulihan.2
sebelum jalan napas paten dan stabil, ventilasi dan
Staf oksigenasi adekuat, dan hemodinamik stabil.
PACU dibawah pimpinan seorang dokter
Hipoksemia temporer (SpO2 <90%) bisa terjadi
anestesi. Manajemen pasien di dalam PACU tidak
pada 30-50% pasien normal selama transportasi
berbeda dengan di kamar operasi dan merupakan
dan saat bernapas dengan udara ruangan. Pasien
suatu koordinasi antara ahli anestesi, ahli bedah,
yang tidak stabil tetap diintubasi dan dipindahkan
dan beberapa ahli lain. Ahli anestesi bertanggung
dengan monitor portable dan siapkan obat-obatan
jawab mengelola analgesia, jalan napas, jantung,
gawat darurat.4
paru, dan masalah-masalah metabolisme.
Semua pasien sebaiknya ditempatkan di
Sementara itu, ahli bedah mengelola masalah-
PACU dengan tempat tidur yang dapat diposisikan
masalah yang berkaitan langsung dengan
head down atau head up. Posisi head down untuk
masalah pembedahan. Jumlah perawat yang ideal
pasien yang hipovolemik sedang head up untuk
adalah 1 perawat untuk 2 pasien. Aspek
pasien yang punya gangguan fungsi paru. Pasien
medikolegal harus diperhatikan, karena staffing
yang berisiko tinggi untuk muntah dan perdarahan
yang tidak adekuat sering berperan pada
jalan napas atas seperti pascatonsilektomi
morbiditas yang terjadi di PACU. Jika jadwal
sebaiknya diposisikan miring. Posisi ini juga
kamar operasi mencantumkan pasien anak-anak
membantu mencegah sumbatan jalan napas dan
atau banyak operasi singkat, rasio satu perawat
mempermudah pengeluaran sekresi.4
untuk satu pasien bisa dilakukan.4

78
Optimalisasi Keselamatan Pasien di Post-Anesthesia Care Unit

Pemulihan Rutin transfusi, ventilasi post operasi).4


1). Anestesi Umum Semua pasien yang sadar dari anestesi
Tanda vital dan oksigenasi segera
umum sebaiknya mendapat 30-40% oksigen
diperiksa segera setelah pasien datang. Dilakukan
selama pemulihan karena dapat terjadi hipoksia
monitoring sesuai dengan Aldrete Score sebagai
sementara pada pasien yang sehat. Para pasien
kriteria pulih dari anestesi umum. Tekanan darah,
yang berisiko tinggi terjadi hipoksia seperti yang
nadi, dan respirasi diukur secara rutin setiap 5
punya gangguan fungsi paru atau pembedahan
menit selama 15 menit atau sampai stabil dan
perut atas atau dada, sebaiknya dimonitor kontinu
setelah itu setiap 15 menit. Meskipun kejadian
dengan oksimetri. Pilihan rasional melanjutkan
hipoksia tidak ada hubungan dengan tingkat
terapi oksigen pada saat keluar dari PACU dibuat
kesadaran, oksimetri sebaiknya dipasang
berdasarkan pembacaan saturasi O2 pada udara
kontinyu pada semua pasien yang pulih dari
kamar. Analisis gas darah dapat dilakukan untuk
anestesi umum paling tidak sampai sadar penuh.
konfirmasi bacaan oksimetri yang tidak normal.
Temperatur diukur paling tidak satu kali. Setelah
Terapi oksigen harus dikontrol dengan hati-hati
tanda vital awal dicatat, ahli anestesi sebaiknya
pada pasien dengan penyakit paru obstruktif
memberikan penjelasan singkat kepada perawat
menahun dan riwayat retensi CO2. Pasien
PACU tentang riwayat preoperasi, kejadian
diposisikan head up untuk mengoptimalkan
intraoperasi (tipe anestesi, prosedur
oksigenasi. Elevasi kepala tempat tidur sebelum
pembedahan, darah yang hilang, penggantian
pasien responsif dapat menyebabkan sumbatan
cairan, dan komplikasi-komplikasi), perkiraan
jalan napas. Dalam beberapa kasus, pipa nasal atau
masalah-masalah pascaoperasi, dan instruksi
oral dibiarkan sampai pasien bangun. Napas dalam
pascaanestesi (perawatan kateter epidural,
dan batuk sebaiknya dianjurkan secara periodik.3

Tabel 1. Skor pemulihan post anestesia dari Aldrete.1


(Idealnya pasien dikeluarkan bila skor total 10 atau minimal 9)
Kriteria Asli Kriteria Modifikasi Skor
Warna Kulit Oksigenasi
Merah SpO2 >92% pada udara kamar 2
Coklat SpO2 >90% dengan oksigen 1
Sianotik SpO2 >90% dengan oksigen 0
Pernapasan
Bisa bernapas dalam dan batuk Bernapas dalam dan batuk bebas 2
Dangkal tapi pertukaran adekwat Sesak, dangkal, terbatas 1
Apnea atau obstruksi Apnea 0
Sirkulasi
Tensi 20% dibawah normal Tensi  20 mmHg dari normal 2
Tensi 20-50% dibawah normal Tensi  20 – 50 mmHg dari normal 1
Deviasi tensi > 50% dari normal Tensi > 50 mmHg dari normal 0
Kesadaran
Sadar, waspada, berorientasi Sadar penuh 2
Dapat dibangunkan tapi tertidur lagi Dapat dibangunkan 1
Tidak respon Tidak respon 0
Aktivitas
Semua ekstremitas bergerak Semua ekstremitas bergerak 2
Dua ekstremitas bergerak Dua ekstremitas bergerak 1
Tidak ada gerak Tidak ada gerak 0

79
Jurnal Komplikasi Anestesi – Volume 8 Nomor 3, Agustus 2021

2). Anestesi Regional menengah sampai panjang seperti meperidine


Pasien yang tersedasi berat dan 10-20 mg (0,25-0,50 mg/kg pada anak),
hemodinamikanya tidak stabil setelah anestesi hydromorphone 0,25-0,50 mg (0,015-0,02 mg/kg
regional juga diberi suplemen oksigen di PACU. pada anak) atau morphin 2-4 mg (0,025- 0,050
Tingkat sensorik dan motorik dicatat periodik. mg/kg pada anak) adalah paling umum dipakai.
Untuk menilai blokade motoris ekstremitas Efek puncak analgesinya dalam 4-5 menit. Efek
inferior oleh anestesi spinal digunakan Bromage puncak depresi napas morfin dapat terjadi sekitar
score. Pasien dikeluarkan dari PACU setelah 20-30 menit kemudian. Bila pasien sadar penuh,
gerakan penuh tungkai (Bromage score 0). Blok PCA (Patient Controlled Analgesia) dapat
yang tidak pulih dalam waktu 6 jam menjadi diberikan. Pemberian opioid intramuskular tidak
penanda kemungkinan terjadinya hematoma menguntungkan karena onsetnya bervariasi (10-
spinal atau epidural. Pada pasien pascablok 20 menit) dan depresi napas yang tertunda
pleksus brakhialis, sebaiknya diberikan peringatan (sampai 1 jam).2
berulang kepada pasien untuk mencegah melukai Bila dipasang kateter epidural,
diri sendiri karena gerakan lengan yang tak pemberian fentanil 50-100 mcg, sufentanil 20-30
terkoordinasi. Tensi harus selalu dimonitor pada mcg, atau morphin 1-5 mg dapat menghilangkan
anestesi spinal dan epidural. Kateter kandung nyeri dengan sempurna. Akan tetapi, depresi
kemih mungkin diperlukan pada pasien yang napas yang tertunda dengan morfin memerlukan
dianestesi spinal atau epidurallebih dari 4 jam.1 perhatian khusus selama 12-24 jam setelah
Tabel 2. Bromage Score2 pemberian.2
Nyeri pascaoperasi ringan (NRS 1-3)
Gerakan Ekstremitas Inferior Skore
sampai sedang (NRS 4-6) dapat diobati secara
Gerakan penuh dari tungkai 0 oral dengan asetaminofen, ibuprofen,
Tidak mampu mengangkat kaki yg 1 hidrokodon, atau oksikodon. Alternatifnya,
terextensi, bisa menggerakkan
ketorolak (15-30 mg pada orang dewasa), dosis
lutut dan telapak kaki.
Tidak mampu mengangkat kaki yg 2 setara diklofenak atau ibuprofen, atau
terextensi, tidak bisa asetaminofen (parasetamol 15 mg / kg, atau 1 gr
menggerakkan lutut, tapi bisa jika pasien > 50 kg) mungkin diberikan secara
menggerakkan telapak kaki. intravena.1
Tidak mampu menggerakkan kaki 3
Penggunaan alfa 2 agonis (klonidin,
secara keseluruhan.
meverazol, dextodemidine) sebagai terapi
ajuvant mulai banyak digunakan karena
Pengendalian Nyeri kemampuan sparing anestesi dan analgesinya.
Numeric Rating Scale (NRS), skala
Klonidin dapat mengurangi kebutuhan narkotik
peringkat Wong-Baker FACES, Visual Analog Scale
dan meningkatkan efek analgesi dan durasi obat
(VAS), dan McGill Pain Questionnaire (MPQ) adalah
anestesi lokal. Walaupun kombinasi opioid dan
parameter penilaian nyeri yang paling umum
alfa 2 agonis secara sinergis meningkatkan
digunakan. Di skala numerik, 0 berarti tidak ada
respon analgesi, tetapi tidak memengaruhi
rasa sakit dan 10 dimaksudkan untuk
depresi respirasi.5
mencerminkan rasa sakit yang paling parah.1
Nyeri sedang (NRS 4-6) sampai berat Agitasi
Sebelum pasien sadar penuh, nyeri
(NRS 7-10) pascaoperasi di PACU dapat diobati
sering muncul dalam bentuk kegelisahan
dengan opioid parenteral atau intraspinal, anestesi
pascaoperasi. Gangguan sistemik yang serius
regional, atau blok saraf spesifik. Opioid titrasi
(hipoksemia, asidosis, dan hipotensi), kandung
dengan dosis kecil intravena umumnya aman
kemih yang penuh atau komplikasi pembedahan
digunakan. Analgesi adekuat harus
(perdarahan intra abdominal tersembunyi) harus
diseimbangkan lagi tanpa sedasi. Opioid durasi
benar-benar diperhatikan. Agitasi menandakan
perlunya pertimbangan untuk menahan lengan

80
Optimalisasi Keselamatan Pasien di Post-Anesthesia Care Unit

dan kaki agar tak terjadi perlukaan diri sendiri, menunjukkan bahwa jika propofol tidak
terutama pada anak-anak. Bila gangguan fisiologis digunakan selama anestesi, droperidol mungkin
yang serius muncul pada anak-anak,kasih sayang lebih efektif daripada metoklopramid. Selektif 5-
dan kata-kata yang manis dari yang menemani hydroxytriptamin (serotonin) reseptor 3 (5HT3)
atau orang tuanya sering menenangkan pasien antagonis seperti ondansetron 4 mg (0,1 mg/kb
anak-anak. Faktor-faktor lainnya yang turut pada anak), granisetron 0,01-0,04 mg/kg dan
memberi kontribusi meliputi ketakutan dan dolasetron 12,5 mg (0,035 mg/kg pada anak) juga
kecemasan sebelum operasi dan efek samping amat efektif. Ondansetron mungkin lebih efektif
obat (dosis besar agen antikolinergik, fenotiazin daripada agen lainnya pada anak-anak.
atau ketamin). Jika gangguan sistemik serius dan Dexamethason 8-10 mg (0,1 mg/kg pada anak)
nyeri dapat dikesampingkan, agitasi yang jika dikombinasikan dengan antimuntah lainnya
menetap dapat diberi sedasi dengan midazolam sangat efektif untuk mual muntah yang sulit
intravenaintermiten 0,05 mg/kg.4 diatasi. Propofol dosis rendah (20 mg bolus atau
Interaksi orangtua/orang dewasa pada 10 mg bolus dilanjutkan dengan 10mcg/kg/mnt)
anaknya di PACU dapat menurunkan tingkat juga dilaporkan efektif untuk mual muntah
kecemasan orangtua pascaoperasi, meskipun pascaoperasi.7
pada anak tingkat kecemasan sebelum dan Jika pasien mengalami Post Operative
pascaoperasi tidak berbeda bermakna. Nausea and Vomitus (PONV) tanpa profilaksis
Selanjutnya, 86% orang tua melaporkan bahwa sebelumnya maka 67% ahli anestesi akan
informasi bahwa mereka dapat mendampingi memberikan 5-HT3 antagonis sebagai terapi
anaknya di PACU dapat mengurangi pilihan pertama, pilihan selanjutnya pada
kecemasannya dan 90% orang tua dapat metoklopramid dan deksametason. Sedangkan
membantu mempersiapkan anaknya untuk jika PONV terjadi setelah pemberian profilaksis
operasi. Orang tua juga merasa kehadiran mereka sebelumnya, 3-7% ahli anestesi akanmemberikan
dapat mengurangi kecemasan anaknya.4 metoklopramid, deksametason, droperidol, dan
26% akan mengulang dosis 5HT3antagonis.7
Mual dan Muntah
Mual dan muntah adalah masalah umum Menggigil dan Hipotermia
setelah anestesi umum. Mual juga bisa muncul Menggigil dapat terjadi di PACU akibat
pada hipotensi karena anestesi spinal atau hipotermia intraoperasi atau karena agen
epidural. Peningkatan insiden mual dilaporkan anestesi. Penyebab terpenting dari hipotermia
mengikuti pemberian opioid atau anestesi dengan adalah redistribusi panas dari bagian tengah
N2O, pembedahan intraperitoneal (khususnya tubuh ke bagian tepi tubuh. Faktor yang
laparoskopi), dan bedah strabismus. Insiden menyebabkan menggigil diantaranya suhu
tertinggi tampak pada wanita muda. Penelitian sekitar ruang operasi yang dingin, luka besar
menunjukkan bahwa mual lebih sering terjadi yang terbuka lama, dan penggunaan sejumlah
selama menstruasi. Peningkatan tonus vagal besar cairan intravena yang tak dihangatkan.
dengan manifestasi bradikardi mendadak Aliran gas yang tinggi dan tidak dilembabkanjuga
umumnya didahului atau disertai dengan muntah. dapat memberi kontribusi. Hampir semua obat
Anestesi propofol menurunkan insiden mual dan anestesi terutama yang mudah menguap dapat
muntah pascaoperasi. Droperidol intravena 0,05- menurunkan respon vasokonstriksi terhadap
0,075 mg/kg dapat diberikan intraoperesi untuk hipotermia. Menggigil adalah suatu usaha tubuh
menurunkan mual pascaoperasi secara bermakna untuk meningkatkan produksi panas,
tanpa memperpanjang masa pemulihan. Dosis meningkatkan suhu tubuh dan dapat diikuti oleh
kedua droperidol mungkin diperlukan bila mual vasokonstriksi. Menggigil kadangkala cukup
masih terjadi di PACU. Metoclopramid 0,15 mg/kg hebat sehingga menyebabkan hipertermia (38-
IV dapat seefektif droperidol dan lebih sedikit 39C) danasidosis metabolik yang signifikan.2
menyebabkan kantuk. Beberapa penelitian Anestesi spinal dan epidural juga

81
Jurnal Komplikasi Anestesi – Volume 8 Nomor 3, Agustus 2021

menurunkan nilai ambang menggigil dan respon pasien yang mendapat anestesi regional harus
vasokonstriksi terhadap hipotermi. Penyebablain dilihat tanda-tanda resolusi dari blok sensorik
dari menggigil sebaiknya disingkirkan seperti dan motoriknya. Kegagalan resolusi blok spinal
sepsis, alergi obat, atau reaksi transfusi.2 atau epidural setelah lebih dari 6 jam
Hipotermia diterapi dengan alat kemungkinan karena hematoma spinal cord atau
penghangat udara, lampu hangat, atau selimut epidural yang harus dikonfirmasi dengan
hangat untuk meningkatkan suhu tubuh ke pemeriksaan radiologi.
normal. Menggigil yang hebat dapat
PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI
menyebabkan kenaikan konsumsi oksigen, Komplikasi Respirasi
produksi CO2, dan curah jantung. Efek fisiologis ini Problem respirasi merupakan
sering sulit ditoleransi oleh pasien yang sudah ada komplikasiserius yang paling sering ditemukan di
gangguan jantung atau paru. Hipotermi telah PACU. Kebanyakan berhubungan dengan
dikaitkan dengan meningkatnya kejadianiskemia sumbatan jalan napas, hipoventilasi, dan
miokard, aritmia, dan meningkatkan kebutuhan hipoksemia.2
transfusi. Dosis kecil meperidine IV10-50 mg
1). Sumbatan Jalan Napas
dapat menurunkan bahkan Sumbatan jalan napas pada pasien tidak
menghentikan menggigil. Pasien-pasien yang sadar karena lidah jatuh ke belakang ke faring
terintubasi dan memakai ventilator juga dapat posterior. Penyebab lainnya adalah spasme
disedasi dan diberi pelumpuh otot sampai laring, edema glotis, sekresi, muntahan, darah,
normotermia kembali dan efek dari anestesia atau tekanan dari luar trakhea. Sumbatan parsial
sudah hilang.6 jalan napas biasanya diketahui dengan adanya
Kiekkas et al (2005) mendapatkan stridor. Sumbatan total menyebabkan aliran
insidens hipotermi pada pasien pembedahan udara terhenti, suara napas menghilang, dan
orthopedi sebesar 73,5% sedangkan menggigil ditandai dengan gerakan paradoksal dada.
sebesar 24,7%. Tekanan darah arteri rata-rata Kombinasi gerakan jaw thrust dan memiringkan
meningkat secara signifikan pada pasien kepala akan menarik lidah ke depan dan
hipotermi, dan denyut jantung meningkat secara membuka jalan napas. Memasang pipa nasalatau
signifikan pada pasien menggigil.6 oral sering meringankan masalah. Pipa nasal
Kriteria Keluar lebih ditolelir oleh pasien-pasien selama
Sebelum keluar dari PACU semua pasien pemulihan dan lebih sedikit kemungkinan
harus dievaluasi dahulu oleh ahli anestesi, kecuali trauma pada gigi bila mereka menggigit.2
bila sudah dibuat kriteria pengeluaran yang tegas. Jika manuver di atas gagal, harus
Kriteria tersebut dibuat oleh bagian anestesiologi dipertimbangkan adanya spasme laring.
Karakteristik dari spasme laring adalah suara
dan staf medik rumah sakit. Hal ini memungkinkan
tinggi nyaring atau tidak ada suara sama sekali
seorang perawat PACU boleh menentukan kapan jika glotis tertutup. Spasme pita suara lebih
pasien dipindahkan tanpa adanya dokter bila mudah terjadi pada trauma jalan napas,
semua kriteria terpenuhi. Kriteria dapat instrumentasi berulang, atau stimulasi dari sekret
atau darah di jalan napas. Manuver jaw thrust,
bermacam-macam sesuai dengan keadaan pasien terutama bila dikombinasikan dengan tekanan
apakah akan ke ICU, bangsal, bagian rawat jalan, positif jalan napas lewat facemask biasanya
atau langsung pulang.1 Kriteria minimal untuk dapat mengakhiri spasme laring. Memasukkan
alat jalan napas oral atau nasal juga membantu
mengeluarkan pasien dari RR setelah pulih dari
dalam menjamin patensi jalan napas atas sampai
anestesi umum adalah:1 (1) mudah dibangunkan, pita suara. Sekret atau darah pada jalan napas
(2) orientasi penuh, (3) mampu menjaga dan harus disedot untuk mencegah kekambuhan.
mempertahankanjalan napas, (4) tanda vital stabil Spasme laring yang parah harus diterapi agresif
dengan dosis kecil suksinilkolin (10-20 mg) dan
minimal 30-60 menit, (5) mampu memanggil bila ventilasi tekanan positif dengan O2 100% untuk
perlu bantuan, dan (6) tidak tampak komplikasi sementara waktu guna mencegah hipoksia berat
bedah (seperti perdarahan aktif). atau edema paru tekanan negatif. Intubasi
endotrakea kadang- kadang diperlukan untuk
Tambahan untuk kriteria di atas, pasien-

82
Optimalisasi Keselamatan Pasien di Post-Anesthesia Care Unit

menjaga ventilasi. Krikotirotomi atau jet ventilasi yang sadar dapat disuruh memiringkan kepala.
transtrakeal diindikasikan jika intubasi tidak Kemampuan untuk mengangkat kepala selama 5
berhasil.3
Edema glotis setelah instrumentasi jalan detik mungkin tes paling sensitif untuk menilai
napas adalah penyebab penting sumbatan jalan keadekuatan dari reversal.11
Insidensi Residual Neuromuscular Blokade
napas pada bayi dan pediatrik. Kortikosteroid
intravena (dexamethason 0,5 mg/kg) atau (RNMB) pada pasien-pasien dengan anestesi
epinefrin (0,5 ml larutan 2,25% dengan 3 ml normal umum yang tiba di PACU rumah sakit tertier
saline) mungkin membantu dalam kasus-kasus sebesar 31%. Insiden RNMB pada pasien yang
mendapat neostigmin di kamar operasi hamper
semacam ini. Luka hematoma pascaoperasi
setelah prosedur bedah kepala dan leher, tiroid, sama dibanding yang tidak mendapat
dan karotis dapat membahayakan jalan napas neostigmin (76% berbanding 62%).11
dengan cepat. Pembukaan luka tersebut segera Nyeri sayatan dan disfungsi diafragma
menghilangkan kompresi trakea. Kasa yang setelah pembedahan perut atas atau dada, perut
yang menggelembung, dan pakaian yang ketat
tertinggal tak sengaja di hipofaring pada bedah
mulut dapat menyebabkan sumbatan jalan napas adalah faktor-faktor lainnya yang dapat memberi
total cepat atau lambat.2 kontribusi pada hipoventilasi. Kenaikan produksi
2). Hipoventilasi CO2 karena menggigil, hipertermi, atau sepsis
Hipoventilasi didefinisikan sebagai PaCO2 >45 dapat juga meningkatkan PaCO2 bahkan pada
mmHg. Kebanyakan hipoventilasi adalah ringan pasien normal yang pulih dari anestesi umum.8
dan pada beberapa kasus dapat diabaikan.
Terapi sebaiknya langsung ditujukan pada
Hipoventilasi yang bemakna secara klinis akan
tampak bila PaCO2 >60 mmHg atau pH darah arteri penyebab yang mendasarinya, tetapi tanda-
< 7,25. Tanda-tandanya bervariasi misalnya tanda hipoventilasi selalu memerlukan ventilasi
mengantuk, sumbatan jalan napas, laju napas terkontrol sampai faktor-faktor yang berperan
pelan, takipnea dengan napas dangkal, atau sulit diidentifikasi dan dikoreksi. Antagonis opioid,
bernapas. Asidosis ringan sampai sedang dapat
naloxone digunakan secara titrasi dengan dosis
menyebabkan takikardi dan hipertensi, jantung
iritabel (lewat stimulasi simpatis), tetapi asidosis kecil (0,04 mg pada orang dewasa) untuk
yang lebih berat menyebabkan depresi sirkulasi. menghindari komplikasi-komplikasi oleh reverse
Jika curiga hipoventilasi yang bermakna, harus depresi napas tanpa reverse bermakna dari
dilakukan analisis gas darah arteri untuk menilai
analgesia. Setelah nalokson sebaiknya pasien
keparahan dan pemandu tata laksana
selanjutnya.4 dipantau secara cermat akan kekambuhan dari
Hipoventilasi di PACU sangat umum karena depresi napas oleh opioid (renarkotisasi),
efek-efek sisa depresi dari agen anestesiterhadap mengingat nalokson berdurasi lebih pendek
pusat napas. Karakteristik depresi napas karena daripada kebanyakan opioid. Bila terdapat sisa
opioid adalah laju napas yang lambat tapi dengan dari pelumpuh otot dapat diberikan penghambat
volume tidal yang besar. Sedasi yang berlebihan kolinesterase. Alternatif dapat digunakan
juga sering terjadi, tetapi pasien mungkin sudah doxapram 60-100 mg dilanjutkan dengan 1-2
bisa mendengar dan dapat meningkatkan mg/menit intravena.9
pernapasan dengan perintah. Bifasik atau 3). Hipoksemia
berulangnya bentuk- bentuk depresi napas telah
Hipoksemia ringan biasa terjadi pada pasien
dilaporkan sebagai akibat dari semua opioid. yang pulih dari anestesi tanpa diberi
Mekanismenya meliputi variasi-variasi dalam suplemen oksigen selama pemulihan.
intensitas dari stimulasi selama pemulihan dan Hipoksia ringan sampai sedang (PaO2 50-60
pelepasan lambat opioid dari kompartemen perifer mmHg) pada pasien muda sehat dapat
sepertiotot rangka selama pasien hangat kembali ditoleransi dengan baik. Secara klinis
ataumulai bergerak.9 Diagnosis sisa pelumpuh hipoksemia mungkin juga dicurigai dari
otot dapat ditegakkan dengan sebuah stimulator
kegelisahan, takikardi, atau iritabel jantung
syaraf pada pasien-pasien yang tak sadar, pasien

83
Jurnal Komplikasi Anestesi – Volume 8 Nomor 3, Agustus 2021

(ventrikel atau atrium). Kebingungan, bradikardi, epidural, venodilator, dan blokade alfa
hipotensi, dan henti jantung adalah tanda-tanda adrenergik. Peningkatan kapasitas vena
tingkat lanjut. Penggunaan rutin oksimeter di menurunkan venous return kendati volume intra
PACU memfasilitasi deteksi awal. Analisis gas vaskular sebelumnya normal. Hipotensi yang
darah sebaiknya dilakukan untuk menegakkan berhubungan dengan sepsis dan reaksi alergi
diagnosis dan pemandu terapi.1 karena hipovolemi dan vasodilatasi. Hipotensi
Hipoksemia di PACU biasanya disebabkan yang menyertai tension pneumothorax atau
oleh hipoventilasi. Hipoksia difusi jarang tamponade jantung adalah akibat dari
menyebabkan hipoksemia jika selama pemulihan pemburukan pengisian jantung.8
diberi suplemen oksigen. Hipoksia karena murni Disfungsi ventrikel kiri pada seseorang
hipoventilasi juga jarang terjadi jika pasien yang awalnya sehat tidak akan terjadi tanpa
menerima suplemen oksigen. Penurunan adanya gangguan metabolisme yang berat
Fungsional Residual Capacity (FRC) terbesar terjadi (hipoksemia, asidosis, sepsis). Hipotensi karena
pada bedah perut atas atau dada.2 disfungsi ventrikel ditemui terutama pada
Pemberian rutin 30-60% oksigen biasanya pasien dengan penyakit arteri koroner atau
cukup untuk mencegah hipoksemia dengan katup jantung, dan biasanya dicetusksn oleh
hipoventilasi sedang dan hiperkapnea. Pasien- cairan yang berlebihan, iskemia miokard,
pasien dengan penyakit paru atau jantung peningkatan afterload akut, atau disritmia.8
memerlukan konsentrasi oksigen yang lebih Hipotensi ringan selama pemulihan dari
tinggi. Terapi oksigen sebaiknya dipandu dengan anestesi biasa terjadi dan biasanya
SpO2 atau analisis gas darah arteri. Konsentrasi mencerminkan penurunan tonus simpatis.
oksigen harus dikontrol dengan ketat pada pasien Hipotensi yang bermakna didefinisikan sebagai
dengan retensi CO2 untuk
menghindari penurunan tensi 20-30% dari tensi basal pasien.
tercetusnya gagal napas akut. Pasien-pasien Peningkatan tensi setelah bolus caiaran (250-
dengan hipoksemia berat atau menetap harus 500 ml kristaloid atau 100-250 ml koloid)
diberi 100% oksigen lewat Non Rebreathing Mask biasanya menunjukkan adanya hipovolemi.
(NRM) atau Endotracheal Tube (ETT) sampai Tanda-tanda disfungsi jantung sebaiknya
penyebabnya diketahui dan terapi lainnya dimulai. diperiksa pada pasien-pasien tua dan pasien-
2 pasien dengan penyakit jantung. Kegagalan
Komplikasi Sirkulasi. pasien untuk segera berespon terhadap terapi
Gangguan sirkulasi yang paling umum di menunjukan perlunya monitoring
PACU adalah hipotensi, hipertensi, dan aritmia. hemodinamik invasif dan manipulasi preload,
kontraktilitas, dan afterload. 3
1). Hipotensi
Hipotensi biasanya disebabkan oleh 2). Hipertensi
Hipertensi pascaoperasi biasa terjadi di
penurunan venous return atau gangguan fungsi
PACU dan khususnya terjadi pada 30 menit
ventrikel kiri. Hipovolemia adalah penyebab
pertama setelah tindakan. Rangsangan nyeri
hipotensi paling umum di PACU. Hipovolemia
irisan bedah, intubasi trakea, atau kandung
absolut dapat disebabkan oleh penggantian cairan
kemih penuh biasanya ikut berperan pada
yang tidak adekuat, sekuesterisasi cairan yang
hipertensi. Hipertensi pascaoperasi bisa juga
terus-menerus oleh jaringan (rongga ketiga), atau
karena aktivasi refleks simpatis yang menjadi
drainase luka, serta perdarahan pasca operasi.
bagian dari respon neuroendokrin terhadap
Konstriksi vena selama hipotermia mungkin
pembedahan atau hipoksemia sekunder,
menutupi hipovolemia sampai suhu pasien mulai
hiperkapnea, atau asidosis metabolik. Pasien-
naik lagi. Kemudian dilatasi vena menghasilkan
pasien dengan riwayat hipertensi sistemik
hipotensi yang tertunda.1
mudah berkembang menjadi hipertensi di
Hipovolemia relatif bertanggung jawab pada
PACU, bahkan tanpa sebab yang jelas. Cairan
hipotensi yang berhubungan dengan spinal atau

84
Optimalisasi Keselamatan Pasien di Post-Anesthesia Care Unit

berlebihan atau hipertensi intrakranial dapat juga kompleks, begitu juga masalah penanganan
tampak sebagai hipertensi pascaoperasi.2 pasien pascaoperasi. Hampir 50%kematian yang
Hipertensi ringan umumnya tidak terjadi dalam 24 pertama dapatdicegah dengan
memerlukan terapi, tetapi penyebab reversible perawatan yang optimal di ruang pemulihan.
sebaiknya dicari. Petanda hipertensi dapat Kesuksesan dari ruang pemulihan merupakan
mencetuskan perdarahan pascaanestesi, iskemia faktor utama dalam evolusi unit perawatan
miokard, gagal jantung, atau perdarahan intensif bedah modern di mana kini dikenal
intrakranial. Keputusan tentang derajat hipertensi sebagai PACU (Post Anestesia Care Unit).
dan kapan harus diterapi bersifat individual. Pada Pengelolaan pasien pascaoperasi dengan
umumnya tensi meningkat lebih dari 20-30% dari anestesi umum maupun regional dimulai sejak
basal normal pasien. Peningkatan ringan sampai pasien ditransportasikan sampai memenuhi
sedang dapat diterapi dengan beta bloker IV kriteria keluar dari PACU. Nyeri, agitasi,
seperti labetolol, esmolol, atau propanalol. menggigil, hipotermia, mual, dan muntah harus
Calcium channel blocker nicardipin atau pasta mendapatkan perawatan yang optimal di PACU.
nitrogliserin, serta nifedipine sublingual juga Komplikasi respirasi dan kardiovaskuler yang
efektif. Hidralazin juga efektif tapi sering umum terjadi harus cepat dikenali dan
menyebabkan takikardi dan dihubungkan dengan manajemen yang tepat harus cepat dilakukan.
iskemik miokard dan infark.2 Penanganan pasien di PACU dapat dikelola
3). Aritmia berdasarkan standar dan guidelines yang sudah
Gangguan pernapasan yang berperan dalam
ditentukan sebelumnya.
memacu aritmia jantung antara lain hipoksemia,
DAFTAR PUSTAKA
hiperkarbia, dan asidosis. Efek- efek sisa dari agen
1. Morgan, GE, Mikhail, MS, Murray, MJ. Post
anestesi, peningkatan aktivitas sistim saraf
Anesthesia Care Unit. Morgan Clinical
simpatis, abnormalitas metabolik lainnya dan
Anesthesiology. 5th edition. New York : Mc
adanya penyakit jantung dan paru juga
Graw Hill Lange Medical Books. 2013; p.789-
memengaruhi pasien untuk terjadi aritmia di
803.
PACU.1
2. Berg, SM, Braehler, MR. The Post Anesthesia
Bradikardi sering menunjukkan efek sisa dari
Care Unit. Miller’s Anesthesia 9th edition,
kolinesterase inhibitor (neostigmin), opioidsintetis
ELSIVIER : Sauders 2020,p1194 – 1230.
yang poten (sufentanyl) atau beta bloker
3. Whitaker, DK, Booth, H, Clayburn, P, et al.
(propanolol). Takikardi mungkin menunjukkan
Immediate post-anaesthesia recovery 2013 -
efek dari agen antikolinergik (atropin) atau
AAGBI Safety Guidelines. Anaesthesia 2013;
vagolitik (pancuronium atau meperidine), beta
68: pages 288-97 Available from:
agonis (albuterol), reflek takikardi (hidralazine),
serta penyebab- penyebab umum seperti nyeri, http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.111
demam, hipovolemia dan anemia. Lebih lanjut, 1/anae.12146/abstract.
anestesi merangsang depresi dari fungsi 4. Chorney, JML, Edwin Tan, ZNK. Adult- Child
baroreseptor membuat frekuensi jantung tak Interactions in the Post Anesthesia Care
dapat dipercaya memonitor volume intravaskuler Unit: Behavior Matters. Anesthesiology.
di PACU. Atrial dan ventrikel premature beat 2013;118(4):834–41.
biasanya menunjukkan hipokalemia, doi:10.1097/ALN.0b013e31827e501b.
hipomagnesemia, atau peningkatan tonus 5. Diaconescu, D, Grecu, L. The Postanesthesia
simpatis. Sebagian besar disritmia tidak Care Unit. Clinical Anesthesia Procedures of
memerlukan terapi, suplemen oksigen harus terus the Massachusetts General Hospital Seventh
diberikan sambil mencari etiologinya. 1 Edition; Lippincott Williams & Wilkins. 2007;
623-644.
KESIMPULAN 6. ASA House of Delegates. Standards for
Prosedur pembedahan berkembang begitu Postanesthesia Care. Committee of Origin:

85
Jurnal Komplikasi Anestesi – Volume 8 Nomor 3, Agustus 2021

Standards and Practice Parameters. 2019;(1):1–


2.
7. Kiekkas, P, Poulopoulou, M, Papahatzi, A,
Souleles, P. Effects of Hypothermia and
Shivering on Standard PACU monitoring of
Patients. ANNA Journal; 2005; 73(1): 47-53.
8. Macario, A, Claybon, L, Pergolizzi, JV.
Anesthesiologist’ Practice pattern for
treatment of postoperative nausea and
vomiting in the ambulatory Post Anesthesia
Care Unit. BMC Anesthesiology. 2012;6,
http://www.biomed central.com/1471-
2253/6/6.
9. Mark, RE. Postanesthesia Care Unit.Handbook
of Anesthesiologies. www.cspublishing.com.
2011; 243-24.
10. Pandharipande, P, Ely, EW, Mare, Me. Alpha2
agonist : Can They Modify the Outcomes in the
Postanesthetia care unit?. Current Drag
Targets. Bentham Science Publishers ltd. 2005;
vol 6(7).749- 754.
11. Yip, PC, Hannam, JA, Cameron, AJD, Campbell,
D. Incidence of residual neuromuscular
blackade in post- anesthetic care unit.
Anesthesiology Intensive Care. 2010; 38(1):91-
95.

86

Anda mungkin juga menyukai