PENDAHULUAN
PROGNOSIS ASA
- ASA 1
Pasien tidak memiliki kelainan organik
maupun sistemik selain penyakit yang akan
dioperasi.
- ASA 2
Pasien yang memiliki kelainan sistemik
ringan sampai dengan sedang selain
penyakit yang akan dioperasi. Misalnya
diabetes mellitus yang terkontrol atau
hipertensi ringan
- ASA 3
Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain
penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum
mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus
yang tak terkontrol, asma bronkial, hipertensi
tak terkontrol
- ASA 4
Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang
mengancam jiwa selain penyakit yang akan
dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat,
koma diabetikum
- ASA 5
Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan
anestesi mungkin saja dapat menyelamatkan tapi risiko
kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada
pasien koma berat
- ASA 6
Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang
mana organnya akan diangkat untuk kemudian diberikan
sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.
Anestesi
Definisi
Tindakan menghilangkan rasa nyeri secara sentral
yg disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih
kembali (reversible)
Tahapan anestesi umum :
Persiapan pre anestesi
Induksi anestesi
Rumatan anestesi
Pemulihan pasca-anestesi
Parenteral
Sec. im/iv
Digunakan utk tindakan singkat & induksi anestesi
Utk tindakan yang lama dikombinasi dgn cara lain.
Perektal
Biasa dipakai pada anak utk induksi anestesi /
tindakan singkat
Anestasi Inhalasi
Anestesi menggunakan gas / cairan anestesi yang
mudah menguap (volatie agent)
Anamnesis :
Identitas pasien
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu
Alergi
Keadaan psikis
Keadaan gizi
Tanda penyakit saluran nafas
Tanda penyakit jantung dan kardiovaskular
System persyarafan
Kulit, mulut, mandibula, hidung, leher.
Pemeriksaan lab
Darah,
Persiapan Prabedah
1) Pembersihan dan pengosongan saluran
pencernaan :
Mencegah aspirasi isi lambung, pasien dewasa puasa
6-8 jam, bayi/anak 3-5 jam.
Pemberian obat penetral asam lambung
Pemberian obat pencahar pada lapratomi eksplorasi
2) Semua aksesoris dan kosmetik harus ditanggalkan
3) Kosongkan kandung kemih dan bersihkan jalan nafas
4) Pasien d masukan ke kamar bedah denganpakaian
khusus, diberikan label, periksa sekali lagi inform
consent
5) Pemberian obat premedikasi.
OBAT PREMEDIKASI
Premedikasi : Pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi
anestesi.
Tujuan:
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengurangi jumlah obat-obat anestesi
Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual,
muntah pascaanestesi
Mengurangi keasaman lambung
Mengurangi refleks yang membahayakan
OBAT PREMEDIKASI
ANALGETIK NARKOTIK
Morfin ;
5-10 mg, im (dewasa)
Fungsi : kurangkan kecemasan pasien ,
takipneu pd pemberian trikloroetilen
Kerugian : waktu pemulihan > pjg,
konstipasi, retensi urin, hipotensi,
depresi nafas
Petidin;
50-75 mg, iv (dewasa)
Fungsi : mengurangkan nyeri,
menekan tek darah & pernafasan
Merangsang otot polos
ANTIKOLINERGIK
Atropin;
0,4 0,6 mg, im , mula kerja 10-15 menit
Mencegah hipersekresi kelenjar ludah & bronkus selama
90 menit
TRANSQUILIZER (obat penenang)
Diazepam ;
10mg, iv @ 10-15mg, po , dosis max : 15mg
Menimbulkan sedatif (dosis rendah) & hipnotik (dosis
tinggi)
Midazolam ; (preferrable)
Dosis 50% dari diazepam
Onset > cepat & lama kerja > pendek
H2RA
mengurangkan keasaman lambung
Simetidin;
Dosis dewasa 600mg p.o
Ranitidin;
Dosis dewasa 150mg p.o
ANTIEMETIK
Mengurangi mual muntah pasca operasi
Droperidol;
2,5 -5,0 mg (im)
Ondansetron;
2-4 mg (im)
Stadium anestesi
Stadium
St.Cisorientasi)
Stadium
Dalirium)
II
(St.Analgesia;
(St.Eksitasi;
St.
STADIUM I
(St. Analgesia; St. Cisorientasi)
Mulai dari
kesadaran.
induksi
sampai
hilangnya
sakit
dilakukan.
STADIUM II
Mulai dari
(St. Eksitasi;St.
Delirium)
akhir stadium
I dan ditandai
dengan
dan
diakhiri
menelan
dengan
hilangnya refleks
STADIUM
III
1. Plana 1
Ditandai dengan pernafasan teratur, pernafasan torakal
sama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola
mata terhenti, kadang-kadang letaknya eksentrik,
pupil mengecil lagi dan refleks cahaya (+),
lakrimasi akan meningkat, refleks farings
dan muntah menghilang, tonus otot menurun.
2. Plana 2
Ditandai dengan pernafasan yang teratur,
volume tidal menurun dan
frekwensi pernafasan naik.
Mulai terjadi depresi pernafasan torakal,
bola mata terfiksir ditengah,
pupil mulai midriasis dengan refleks
cahaya menurun dan refleks kornea
menghilang.
3. Plana 3
Ditandai dgn pernafasan abdominal yang lebih
dominan daripada torakal karena paralisis
otot interkostal yang makin bertambah
sehingga pada akhir plana 3 terjadi paralisis
total otot interkostal, juga mulai terjadi
paralisis otot-otot diafragma, pupil melebar dan
refleks cahaya akan menghilang pada
akhir plana 3 ini, lakrimasi refleks farings &
peritoneal menghilang, tonus otot-otot
makin menurun.
4.
Plana 4
Pernafasan tidak adekuat, irreguler,
jerky
karena paralisis otot, diafragma yg makin
nyata,
pada akhir plana 4, paralisis total diafragma,
tonus otot makin menurun dan akhirnya
flaccid, pupil melebar dan refleks cahaya
(-) ,
refleks sfingter ani menghilang.
STADIUM IV
(St. Paralisis)
INDUKSI INTRAVENA
Ketamin : (ketalar)
- dosis 1-2mg/kgBB
- sering menyebabkan halusinasi,
oleh sebab itu sebelumnya
dianjurkan menggunakan sedatif
spt midazolam
- tidak dianjurkan pd pasien dgn tek
darah >60mmHg
INDUKSI INTRAMUSKULAR
INDUKSI INHALASI
INDUKSI PEREKTAL
Rumatan anestesi
RUMATAN INHALASI
Fungsi :
Mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan
intubasi trakea
Memberikan relaksasi otot sepanjang
pembedahan
Contoh obat pelumpuh otot :
Vekuronium (norkuron)
Homolog pankuronium bromida yg berkekuatan >besar
dan lama kerja singkat
Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular
yang bermakna
Mula kerja 2-3 menit, lama kerja 30 menit
Dosis 0,04-0,06 mg/kgBB
Rokuronium
Analog vekuronium dgn onset lebih cepat
Keuntungan : tidak mengganggu fungsi ginjal
Kerugian : mengganggu fungsi hati dan efek kerja lebih
lama
Dosis intubasi :0,3 0,6 mg/kgBB
Dosis rumatan 0,1- 2 mg/kgBB
Eter
Obat anestetik yg sgt kuat krn dpt memasuki
setiap ingkat anestesi
Dosis induksi : 10-20% volume uap eter dlm O2
dan N20
Keuntungan : murah, mudah di dapat, tidak
perlu digunakan bersama obat lain, cukup aman,
Enfluran (ethran)
Induksi dgn enfluran cepat dan lancar
Keuntungan : jrg timbulkan mual muntah, pemulihannya cepat.
Dosis induksi: 2-4,5 % dikombinasi dgn O2 atau campuran N2O2
Dosis rumatan : 0,5 -3 % volume
Sevofluran
Turunan eter berhalogen yang paling disukai utk induksi
inhalasi krn enak, cepat tutama anak.
Dosis induksi 6-8 vol%, rumatan 1-2 vol%
Kontraindikasi :
Status asmatikus
Anemia
Disfungsi hepar
Miastenia gravis
Porfiria
Dispnue berat
Kuntungan:
Induksi mudah & cepat
Tidak ada delirium
Masa pemulihan cepat
Tidak ada iritasi mukosa jalan napas
Kerugian :
Menyebabkan depresi nafas & kardiovaskular
Cenderung mnyebabkn spasme laring
Relaksasi otot perut berkurang
Ketamin (ketalar)
Dosis induksi :1-2 mg/kgBB (iv), 3-10mg/kgBB im
Lama kerja 15-20menit
Sediaan 1%, 5%, 10%
Indikasi
Asma , tindakan ortopedi, pasien dgn risiko
tinggi, pengendalian jalan napas sulit
Kontraindikasi
Tek sistolik > 160/100
Riwayat peny serebrovaskular
dan peny jantung
ANESTESI LOKAL
Anestesi lokal
Definisi:
Tindakan menghilangkan rasa
secara lokal tanpa disertai
hilangnya kesadaran.
Penggunaan:
Sering digunkan dalam kedokteran
gigi, tindakan pada mata, telinga
hidung & tenggorokan, tindakan
pada kulit.
Anestesi permukaan
Pengolesan / penyemprotan analgetik lokal di
selaput mukosa (mata,hidung dan faring)
Anestesi infiltrasi
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung
diarahkan ke sekitar tmpt lesi,luka atau insisi
Dilakukan sec intradermal dan subkutan
Anestesi blok
Penyuktikan analgetik langsung ke saraf utama/
pleksus saraf
Bupivakain
Konsentrasi efektif minimal 0,125%
Mula kerja > lambat dari lidokain tetapi
lama kerja sampai 8 jam
Ropivakain dan levbupivakain
Efek samping > ringan dari bupivakain
Konsentrasi efektif minimal 0,25%
ANESTESI SPINAL
ANESTESI SPINAL
Indikasi
Kontraindikasi absolut
Pasien menolak
Infeksi pd tempt suntikan
Hipovolemia berat/syok
Koagulopati
Tek intrakranial tinggi
Fasilitas resusitasi minimal
Kurang pengalaman/tanpa
didampingi konsultan anestesi
Infeksi sistemik
Infeksi sekitar tempat suntikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Hipovolemia ringan
PERALATAN ANESTESI
SPINAL
1) Peralatan monitor
(nadi, tek darah,pulse oximeter,EKG)
2) Peralatan resusitasi/ anestesia umum
3) Jarum spinal
Ujung bambu runcing (Quinke-Babcock/
Greene/
Ujung pensil (Whitacre)- sering digunakan
krn jrg menimbulkan nyeri pasca suntikan
Anestetik
lokal
Berat jenis
Sifat
dosis
2% plain
1.006
Isobarik
20-100mg
(2-5ml)
5% /
dextrose
7,5%
1.033
Hiperbarik
20-50 mg
(1-2ml)
1.005
Isobarik
5-20 mg
(1-4ml)
0..5%/
dektrose
8,25%
1.027
Hiperbarik
5-15mg
(1-3ml)
LIDOKAIN
(Xylobain,lig
nokain)
BUPIVAKAIN
(MARKAIN)
KOMPLIKASI TINDAKAN
Hipotensi berat
Bradikardi
Hipoventilasi
Trauma pemb darah
Trauma saraf
Mual muntah
Gg pendengarn
Blok spinal tinggi/ total
TERIMA KASIH