Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

PENGKAJIAN FISIK PADA PENCERNAAN ABNORMAL

Dosen pengampu:

Ns. Alfrina Hany, S.Kp, M.Ng

Disusun Oleh:
ZAKFAR EVENDY
NIM.215070209111013

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
Kritisi video tutorial.

Pada video tutorial sudah dijelaskan secara detail terkait dengan pemeriksaan fisik pada abdomen.

Tutorial video dr. Nadeem diberikan pendahuluan terkait pentingnya komunikasi awal kepada pasien terutama
Ketika pemeriksa dan pasien berjenis kelamin yang berbeda, maka diusahaklan pasien ditemani oleh keluarga
atau pemeriksaan fisik dilakukan oleh petugas dengan jenis kelaim yang sama. Hal ini menjadi sangat penting
terutama dengan kultur budaya kita yang sangat menjunjung etika sopan santun dan menghindarkan dari
adanya tuntutan.

Inspeksi visual dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan pada perut, melihat pergerakan abdomen, striae
abdomen, hematoma atau pembuluh darah yang membesar di atas perut, juga adanya bekas luka operasi
sebelumnya.

Auskultasi dilakukan dengan menggunakan bantuan stetoskop. Pada auskultasi ditujukan untuk mendengarkan
periltaltik usus, aneurisma abdomen.

Perkusi dilakukan untuk memeriksa apakah ada hepatomegali atau splenomegali atau apakah ada cairan bebas
di daerah peritoneum. Perhatikan suara timpani dan suara tumpul untuk mengetahui adanya cairan bebas
dalam abdomen.

Palpasi dilakukan senyaman mungkin untuk menghindarkan adanya nyeri pada pasien. Ketika pasien merasakan
nyeri amak secara otomatis otot perut akan berkjontraksi yang akan mengakibatkan pemeriksaan palpasi tidak
akurat. Palpasi dilakukan di sembilan kuadran di perut dan di setiap kuadran dilakukan evaluasi adakah
benjolan atau massa. Palpasi dilakukan secara superfisial terlebih dahulu dan selanjutnya lebih dalam untuk
melihat respon pasien terhadap nyeri tekan.

Turotial Ns. Sarah, sebelum melakukan pemeriksaan ns. Sarah menjelaskan tentang pentingnya memberikan
informasi pada pasien tentang maksud dan tujuasn tindakan yang akan dilakukan dan beberapa peralatan yang
diperlukan.

Urutan pemeriksaan fisik dimulai dari inspeksi, auskultasi, perkusi dan dia akhiri dengan palpasi. Selama
melakukan inspeksi kita juga perlu melakukan anamneses terkait dengan fungsi BAB/BAK, adakah kelainan
dalam berkemih, juga adanya stoma di abdomen. Hal ini akan membantu kita untuk bisa lebih spesifik pada
pemeriksdaan selanjutnya.

Auskultasi dilakukan setelah inspeksi karena pemeriksaan perkusi dan palpasi akan mempengaruhi frekuensi
dan karakteristik bising usus. Auskultasi dilakukan pada semua kuadran abdomen mendengarkan dengan
menggunakan diafragma stetoskop. Dan untuk mendengarkan suara aorta dilakukan dengan menggunakan
bagian bel stetoskop.

Palpasi dilakukan dengan lembut sedalam 4-5 cm dan perhatika respon pasien akan adanya nyeri tekan,
benjolan / massa. Kadang – kadang perlu dilakukan dengan mengguakan 2 tangan untuk memastikan nyeri pada
area yang di palpasi.

Tutorial Ns. Jessica, pertama-pertam memberikan informasi Tindakan yang akan dilakukan kemudian
pemeriksaan dilakukan untuk mencari denyutan setiap gerakan denyut dari aorta peristaltik parasit atau
gelombang usus. Pemeriksaan dilakukan dengan sangatdetail terhadap beberapa kelainan pada abdomen
seperti nyeri di titik mc burny, adnya kholelithiasi, batu ginjal dll.

PENGKAJIAN FISIK PADA PENCERNAAN (ABDOMEN) ABNORMAL


Pada pengkajian fisik abdomen ini kita melakukannya dimulai dari isnpeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi.
Rasionalnya : hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap
abdomen, apabila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu , maka dapat mengubah frekuensi dan karakter
bising usus.
Sebelum melakukan tahap-tahap tersebut kita perlu melakukan beberapa hal diantaranya:
1. Memperkenalkan diri
2. Mengkonfirmasi identitas pasien
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4. Memberikan inform konsen kepada pasien
5. Mencuci tangan
Tahap-tahap pengakajian fisik adalah sebagai berikut:

A. Inspeksi
Inspeksi inspeksi visual adalah hal pertama yang dilakukan sebelum palpasi, perkusi dan kemudian auskultasi.
Inspeksi adalah pemeriksaan tanpa menyentuh pasien, inspeksi dilakukan saat melihat pasien bernafas
kemudian melihat semua gerakan di atas perut dan jika ada kelainan pada gerakan perut. Kemudian melihat
adanya striae atau hematoma atau pembuluh darah yang membesar di atas perut, melihat bekas luka setiap
bekas luka dan menanyakan riwayat dari bekas luka itu apakah pasien telah menjalani beberapa operasi
sebelumnya. Inspeksi dikalukan dari posisi posisi lateral terlebih dahulu dan dari samping.
B. Asukultasi
Melakukan auskultasi dengan bantuan stetoskop , mendengarkan suara gelembung dan melihat kita menunggu
setelah setiap 5 hingga 10 detik dapat mendengar satu suara dan dengarkan selama lebih dari dua menit. Jika
tidak mendengar suara usus maka dapat mengklasifikasikannya sebagai gelembung diam. Menggunakan
diafragma stetoskop untuk mendengarkan apakah ada aneurisma perut dengan cara mengauskultasi dekat
aorta perut.
C. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk memeriksa apakah ada hepatomegali atau splenomegali atau apakah ada cairan bebas
di daerah peritoneum dan memeriksa pergeseran tumpul sehingga berdasarkan suara timpani dan suara tumpul
bisa membedakan tingkat cairan bebas dalam tubuh.
Perkusi dilakukan di atas kandung kemih dan bergerak ke sisi kanan dan meminta pasien untuk bergerak jika
ada cairan maka cairan akan bergeser di bagian bawah. Pasien diminta berdiri dengan posisi lateral dan tunggu
beberapa saat karena jika ada cairan akan membutuhkan waktu untuk menetap setidaknya selama 15 hingga 20
detik setelah itu lakukan perkusi jika ada cairan maka akan ada pergeseran tumpul.
D. Palpasi
Palpasi dilakukan setelah perkusi. Palpasi segmen perut dengan ujung jari tidak dianjurkan karena akan
menekan perut pasien mungkin saja pasien terluka. Cara terbaik untuk melakukan palpasi adalah menyentuh
perut pasien dengan tangan lengkap.
Pasien harus nyaman, kemudian cek sembilan kuadran di perut dan di setiap kuadran raba dan periksa apakah
ada benjolan, ada massa, lakukan palpasi superfisial sup palpasi erficial dan palpasi dalam untuk memeriksa
benjolan atau massa yang dangkal cek adanya nyeri tekan pasien. Lakukan palpasi dalam untuk mencari
organomegali dan saat melakukan deep palpasi lihat wajah pasien saya. Tanyakan pertanyaan jika pasien
mengeluh bahwa di segmen tertentu dia mengalami rasa sakit dan cek ingat pasien mengeluh nyeri pada area
tersebut sebaiknya tidak dipalpasi pada lutut besar karena seperti pada palpasi pertama jika akan menimbulkan
nyeri tekan. Jika pasien mengalami rasa sakit maka daerah yang sakit dipalpasi terakhir.
Palpasi bagian hati dan untuk meraba hati selalu mulai dari kuadran kanan bawah bagian bawah dan naik.
Palpasi limpa dimulai dari kuadran kanan bawah kemudian bergerak ke atas dan dan raba ginjal pasien. Palpasi
menggunakan kedua tangan yang disebut sebagai pemeriksaan bimanual. Palpasi otot supra umbilikalis dengan
cara melakukan dua tes satu disebut sebagai tes angkat kepala. Minta pasien untuk mengangkat kepalanya dan
ketika dia akan mengangkat kepalanya, otot-otot supra umbilical akan mengeras, rab adanya pembengkakan
atau benjolan pada saat itu akan lebih menonjol. Tes kedua untuk mengecek otot lycal segmen infra umbilical
maka minta pasien mengangkat kaki, pada saat itu segmen infra unlikable akan lebih berkontraksi jika akan ada
pembengkakan atau benjolan maka dapat diraba. Minta pasien untuk mengangkat kepalanya, raba segmen
infra umbilical. Minta pasien mengangkat kakinya setelah itu otot perut bagian bawah akan berkontraksi dan
kemudian raba adanya benjolan dan bengkak.
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

NO ASPEK YANG DINILAI KETERANGAN

A. FASE PRE INTERAKSI


1. Cek catatan perawatan dan catatan medis pasien (jika
sudah ada)
2. Persiapan
a. stetoskop
b. Sampiran/sketsel
c. Anjurkan pasien untuk BAK terlebih dahulu
B. FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik & panggil klien dengan namanya
2. Perkenalkan diri (jika pertemuan pertama)
3. Tanyakan keluhan dan kaji keadaan spesifik klien
4. Jelaskan pada klien/keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan, tujuan dan prosedurnya
5. Jelaskan kontrak waktu dan perkiraan lama prosedur
6. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
7. Minta persetujuan klien/keluarga (informed consent)
8. Persiapkan lingkungan: tutup jendela/gorden atau pasang
sampiran untuk menjaga privasi klien, pastikan pencahayaan yang
cukup
C. FASE KERJA
1. Atur berbaring pada posisi supine
2. Letakkan satu bantal dibawah kepala dan lutut
3. Buka abdomen dari prosesus xipoideus sampai atas simpisis
4. Pastikan ruangan hangat dan pencahayaan cukup
5. Hangatkan tangan dan stetoskop
6. Visualissasikan struktur/organ dibawahnya sebelum memulai
pemeriksaan
7. Anjurkan pasien mengendurkan otot abdomen dengan cara
mengambil nafas dalam berkali-kali
8. Minta pasien untuk menunjukkan area yang nyeri (area ini
diperiksa terakhir)
9. Berdiri disamping kana pasien
10. Lakukan pemeriksaan dengan urutan inspeksi, auskultasi,
perkusi, dan palpasi
Inspeksi
1. Kontur dan kesimetrisan
- Observasi bentuk abdomen antara batas tulang rusuk dengan
simpisis pubis (dengan posisi setinggi mata/pemeriksa susuk atau
berlutut)
- Observasi kesimetrisan abdomen (berdiri disamping, didepan kaki
tempat tidur), bandingkan kiri dan kanan. Perhatikan ada tonjolan
atau distensi kandung kemih.
- Abdomen rata, bundar dan menonjol, cekung adalah normal jika
simetris
2. Kulit
- Perhatikan warna (konsisten dengan warna kulit), jaringan parut,
pola vena, dilatasi vena, lesi, striae, edema, kulit yang menegang
dan mengkilat (ascites), jaundice, sianosis, luka operasi, ostomi.
Umbilikus
- Apakah berada ditengah abdomen, inverted atau menonjol,
perhatikan kebersihan, adanya inflamasi, cairan, atau massa

Pergerakan dan pulsasi


- Inspeksi adanya gerakan, pembatasan gerakan (nyeri),
normalnya pria bernapas dengan abdomen dan wanita
dengan kosta
- Perhatikan adanya pergerakan peristaltic dan pulsasi aorta
- Pulsasi aorta abdomen dibawah px dan gelombang peristaltic
dapat terlihan pada indisidu dewasa yang kurus.
Auskultasi
Peristaltik
- Letakkan diafragma stetoskop pada keempat kuadran
- Mulai auskultasi pada kuadaran kanan bawah
- Identifikasi adanya suara bergemuruh ireguler/klik pelan yang
berlangsung sekitar ½ detik sampai beberapa detik.
- Normalnya suara usus 5 – 35 kali per menit
- Dibutuhkan 5 – 20 detik untuk mendengar satu suara usus dan
dibutuhkan 5 menit untuk menentukan bising usus yang tidak
ada
- Peristaltic dideskripsikan sebagai normal, terdengar, tidak ada,
hiperaktif, atau hipoaktif
- Tidak ada bising usus menunjukkan obstruksi, ileus paralitik,
atau peritonitis, post operasi dengan operasi umum. Bising usus
hiperaktif/bunyi mengeram (borborygmi) menunjukkan
peningkatan motilitas gastrointestinal yang disebabkan radang
usus, kegelisahan, diare, perdarahan, laksatif berlebihan, dan
reaksi terhadap makanan.

Suara vaskuler (bruit) dan friction rub


- Gunakan bel stetoskop
- Bruit berupa bunyi seperti desiran, dengung,
terhembus, atau berisik
- Dengarkan pada daerah abdominal dan arteri renalis, iliaca, dan
femoralis. Letakkan bel sejajar garis midklavikula disamping aorta
diatas umbilicus
- Pada umumnya tidak ada bunyi yang terdengar, tetapi
pada dewasa muda dan kurus normal jika terdengar.
- Friction rub dengarkan suara kasar dan mengganggu pada
daerah hepar dan limfa
- Fiction rub disebabkan oleh dua organ yang
bersentuhan/bergesekan, atau organ dengan peritoneum.
Friction rub biasanya menunjukkan tumor, infeksi, atau
peritonitis.
Perkusi
Perkusi pada empat kuadran abdomen untuk menentukan
tingkat suara tympany dan dullness Perkusi hepar
- Untuk menentukan batas atas dan bawah atau tinggi hepar
- Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilicus bergerak keatas
sepanjang garis midklavicula kanan
- Suara pertama yang terdengar adalah tympany, bila suara
berubah menjadi dullness, itu adalah batas bawah hepar (beri
tanda)
- Perkusi kearah bawah dari intercosta 4 sepanjang garis mid
klavikula kanan (suara pertama yang terdengar seharusnya adalah
resonance), lanjutkan perkusi kebawah sampai terdengar bunyi
dullness, ini adalah batas atas hepar (beri tanda)
- Batas atas biasanya setinggi intercosta 6, jarak kedua titi ± 6 –
12 cm
- Perkusi sepanjang garis midsternum dengan teknik yang
sama seperti sebelumnya
Perkusi limfa
- Menentukan ukuran dan lokasi limfa
- Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis
midaksila kiri, splenic dullness biasanya terdengar dari
intercosta ke -6 sampai 10
Palpasi dan perkusi kandung kemih
- Untuk mengetahui lokasi dan isinya
- Lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih, lalu
lakukan perkusi
- Perkusi dilakukan diatas region suprapubik, jika kandung kemih
penuh, akan terdengar suara redup (dullness)
Perkusi ginjal
- Posisi pasien duduk membelakangi pemeriksa
- Observasi sudur kostovertebral, perhatikan warna dan
kesimetrisan
- Palpasi area sudut kostovertebral kiri dan kanan, amati
reaksi pasien (normal jika nyeri)
- Jangan lakukan palpasi dan perkusi jika ada riwayat nyeri,
diperkirakan tumor ginjal.
lakukan perkusi dengan cara : letakkan telapak tangan tidak
dominan diatas sudut kostovertebral, lakukan perkusi atau
tumbukan diatas telapak tangan dengan menggunakan kepalan
tangan dominan, ulangi prosedur untuk bagian kanan. saat inhalasi
perawat meraba tepi hepar
- Normalnya hepar tidak teraba keuali pada beberapa pasien yang
kurus. Jika teraba, maka tepi hepar harus halus, tegas dan tidak
nyeri
Palpasi
Palpasi limfa
- Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
- Letakkan tangan kiri dibawah lengkung rusuk sebelah kiri untuk
memindahkan posisi limfa ke anterior
- Tekan ujung jari-jari tangan kanan kedalam batas tulang
rusuk kiri kearah pasien
- Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam melalui mulut,
sehingga diafragma turun dan limfa bergerak kearah ujung-
ujung jari tangan kanan pemeriksa
- Normalnya limfa tidak teraba
Palpasi ginjal
- Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan
- Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga
dan lengkung iliaka, tangan kanan dibagian atas
- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan
kebawah sementara tangan kiri mendorong keatas
- Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan

Rapikan kembali pasien, atur posisi yang nyaman


Cuci tangan (6 langkah)
D. TERMINASI
1. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan (subjektif dan
objektif)
2. Berikan reinforcement positif pada klien atas
kerjasamanya
3. Lakukan kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya
4. Akhiri kegiatan dengan baik dan salam terapeutik

E. DOKUMENTASI
1. Dokumentasikan hasilpemeriksaan
2. Catat respon klien yang ditemukan saat pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai