Dosen pengampu:
Disusun Oleh:
ZAKFAR EVENDY
NIM.215070209111013
Pada video tutorial sudah dijelaskan secara detail terkait dengan pemeriksaan fisik pada abdomen.
Tutorial video dr. Nadeem diberikan pendahuluan terkait pentingnya komunikasi awal kepada pasien terutama
Ketika pemeriksa dan pasien berjenis kelamin yang berbeda, maka diusahaklan pasien ditemani oleh keluarga
atau pemeriksaan fisik dilakukan oleh petugas dengan jenis kelaim yang sama. Hal ini menjadi sangat penting
terutama dengan kultur budaya kita yang sangat menjunjung etika sopan santun dan menghindarkan dari
adanya tuntutan.
Inspeksi visual dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan pada perut, melihat pergerakan abdomen, striae
abdomen, hematoma atau pembuluh darah yang membesar di atas perut, juga adanya bekas luka operasi
sebelumnya.
Auskultasi dilakukan dengan menggunakan bantuan stetoskop. Pada auskultasi ditujukan untuk mendengarkan
periltaltik usus, aneurisma abdomen.
Perkusi dilakukan untuk memeriksa apakah ada hepatomegali atau splenomegali atau apakah ada cairan bebas
di daerah peritoneum. Perhatikan suara timpani dan suara tumpul untuk mengetahui adanya cairan bebas
dalam abdomen.
Palpasi dilakukan senyaman mungkin untuk menghindarkan adanya nyeri pada pasien. Ketika pasien merasakan
nyeri amak secara otomatis otot perut akan berkjontraksi yang akan mengakibatkan pemeriksaan palpasi tidak
akurat. Palpasi dilakukan di sembilan kuadran di perut dan di setiap kuadran dilakukan evaluasi adakah
benjolan atau massa. Palpasi dilakukan secara superfisial terlebih dahulu dan selanjutnya lebih dalam untuk
melihat respon pasien terhadap nyeri tekan.
Turotial Ns. Sarah, sebelum melakukan pemeriksaan ns. Sarah menjelaskan tentang pentingnya memberikan
informasi pada pasien tentang maksud dan tujuasn tindakan yang akan dilakukan dan beberapa peralatan yang
diperlukan.
Urutan pemeriksaan fisik dimulai dari inspeksi, auskultasi, perkusi dan dia akhiri dengan palpasi. Selama
melakukan inspeksi kita juga perlu melakukan anamneses terkait dengan fungsi BAB/BAK, adakah kelainan
dalam berkemih, juga adanya stoma di abdomen. Hal ini akan membantu kita untuk bisa lebih spesifik pada
pemeriksdaan selanjutnya.
Auskultasi dilakukan setelah inspeksi karena pemeriksaan perkusi dan palpasi akan mempengaruhi frekuensi
dan karakteristik bising usus. Auskultasi dilakukan pada semua kuadran abdomen mendengarkan dengan
menggunakan diafragma stetoskop. Dan untuk mendengarkan suara aorta dilakukan dengan menggunakan
bagian bel stetoskop.
Palpasi dilakukan dengan lembut sedalam 4-5 cm dan perhatika respon pasien akan adanya nyeri tekan,
benjolan / massa. Kadang – kadang perlu dilakukan dengan mengguakan 2 tangan untuk memastikan nyeri pada
area yang di palpasi.
Tutorial Ns. Jessica, pertama-pertam memberikan informasi Tindakan yang akan dilakukan kemudian
pemeriksaan dilakukan untuk mencari denyutan setiap gerakan denyut dari aorta peristaltik parasit atau
gelombang usus. Pemeriksaan dilakukan dengan sangatdetail terhadap beberapa kelainan pada abdomen
seperti nyeri di titik mc burny, adnya kholelithiasi, batu ginjal dll.
A. Inspeksi
Inspeksi inspeksi visual adalah hal pertama yang dilakukan sebelum palpasi, perkusi dan kemudian auskultasi.
Inspeksi adalah pemeriksaan tanpa menyentuh pasien, inspeksi dilakukan saat melihat pasien bernafas
kemudian melihat semua gerakan di atas perut dan jika ada kelainan pada gerakan perut. Kemudian melihat
adanya striae atau hematoma atau pembuluh darah yang membesar di atas perut, melihat bekas luka setiap
bekas luka dan menanyakan riwayat dari bekas luka itu apakah pasien telah menjalani beberapa operasi
sebelumnya. Inspeksi dikalukan dari posisi posisi lateral terlebih dahulu dan dari samping.
B. Asukultasi
Melakukan auskultasi dengan bantuan stetoskop , mendengarkan suara gelembung dan melihat kita menunggu
setelah setiap 5 hingga 10 detik dapat mendengar satu suara dan dengarkan selama lebih dari dua menit. Jika
tidak mendengar suara usus maka dapat mengklasifikasikannya sebagai gelembung diam. Menggunakan
diafragma stetoskop untuk mendengarkan apakah ada aneurisma perut dengan cara mengauskultasi dekat
aorta perut.
C. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk memeriksa apakah ada hepatomegali atau splenomegali atau apakah ada cairan bebas
di daerah peritoneum dan memeriksa pergeseran tumpul sehingga berdasarkan suara timpani dan suara tumpul
bisa membedakan tingkat cairan bebas dalam tubuh.
Perkusi dilakukan di atas kandung kemih dan bergerak ke sisi kanan dan meminta pasien untuk bergerak jika
ada cairan maka cairan akan bergeser di bagian bawah. Pasien diminta berdiri dengan posisi lateral dan tunggu
beberapa saat karena jika ada cairan akan membutuhkan waktu untuk menetap setidaknya selama 15 hingga 20
detik setelah itu lakukan perkusi jika ada cairan maka akan ada pergeseran tumpul.
D. Palpasi
Palpasi dilakukan setelah perkusi. Palpasi segmen perut dengan ujung jari tidak dianjurkan karena akan
menekan perut pasien mungkin saja pasien terluka. Cara terbaik untuk melakukan palpasi adalah menyentuh
perut pasien dengan tangan lengkap.
Pasien harus nyaman, kemudian cek sembilan kuadran di perut dan di setiap kuadran raba dan periksa apakah
ada benjolan, ada massa, lakukan palpasi superfisial sup palpasi erficial dan palpasi dalam untuk memeriksa
benjolan atau massa yang dangkal cek adanya nyeri tekan pasien. Lakukan palpasi dalam untuk mencari
organomegali dan saat melakukan deep palpasi lihat wajah pasien saya. Tanyakan pertanyaan jika pasien
mengeluh bahwa di segmen tertentu dia mengalami rasa sakit dan cek ingat pasien mengeluh nyeri pada area
tersebut sebaiknya tidak dipalpasi pada lutut besar karena seperti pada palpasi pertama jika akan menimbulkan
nyeri tekan. Jika pasien mengalami rasa sakit maka daerah yang sakit dipalpasi terakhir.
Palpasi bagian hati dan untuk meraba hati selalu mulai dari kuadran kanan bawah bagian bawah dan naik.
Palpasi limpa dimulai dari kuadran kanan bawah kemudian bergerak ke atas dan dan raba ginjal pasien. Palpasi
menggunakan kedua tangan yang disebut sebagai pemeriksaan bimanual. Palpasi otot supra umbilikalis dengan
cara melakukan dua tes satu disebut sebagai tes angkat kepala. Minta pasien untuk mengangkat kepalanya dan
ketika dia akan mengangkat kepalanya, otot-otot supra umbilical akan mengeras, rab adanya pembengkakan
atau benjolan pada saat itu akan lebih menonjol. Tes kedua untuk mengecek otot lycal segmen infra umbilical
maka minta pasien mengangkat kaki, pada saat itu segmen infra unlikable akan lebih berkontraksi jika akan ada
pembengkakan atau benjolan maka dapat diraba. Minta pasien untuk mengangkat kepalanya, raba segmen
infra umbilical. Minta pasien mengangkat kakinya setelah itu otot perut bagian bawah akan berkontraksi dan
kemudian raba adanya benjolan dan bengkak.
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
E. DOKUMENTASI
1. Dokumentasikan hasilpemeriksaan
2. Catat respon klien yang ditemukan saat pemeriksaan