Anda di halaman 1dari 11

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

TINDAKAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIK PADA ABDOMEN

DOSEN PEMBIMBING :

ALWIN WIDHIYANTO S.Kep.,Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH

KELOMPOK :

NAMA NIM
1. EKAWATI 14201.09.17014
2. IKE FITRIAH 14201.09.17024
3. MUTI’ATUN NAFISAH 14201.09.17042

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PADJARAKAN – PROBOLINGGO

2018
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

TINDAKAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIK PADA KEPALA

DOSEN PEMBIMBING :

ALWIN WIDHIYANTO S.Kep.,Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH

KELOMPOK :

NAMA NIM
1. AQIDAH AKHLAK 14201.09.17006
2. MILA AMILIA 14201.09.17037

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PADJARAKAN – PROBOLINGGO

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul” TINDAKAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK PADA ABDOMEN ’’ dan dengan selesainya penyusunan standart
operasional prosedur ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. H. Nur hamim, M.Kep.,S.Kep.Ns sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong.
3. Shinta wahyusari S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat sebagai Ketua Prodi S1
Keperawatan.
4. Rizka Yunita, S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan.
5. Alwin widhiyanto S.Kep,.Ns,.M.Kes. sebagai dosen mata pemeriksaan fisik.

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Genggong , 2 Oktober 2018


STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

TINDAKAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

N KOMPONEN KERJA
O
1 TUJUAN :
 Mengidentifikasi kelainan pada fungsi abdomen.
2 PERSIAPAN ALAT :
 Sarung tangan bersih
 Stetoskop
3 PERSIAPAN LINGKUNGAN :
 Lingkungan aman dan tenang.
4 PERSIAPAN KLIEN :
 Posisi klien sesuai kebutuhan pemeriksaan.
 Jika klien tidur, maka klien dibangunkan.
5 LANGKAH – LANGKAH KERJA :
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan ( handscoen ) bersih.
3. Melakukan pengkajian pemeriksaan fisik pada abdomen.
Inspeksi
 Kandung kencing dalam keadaan kosong.
 Mintalah pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan
disisi tubuh. Letakkan bantal kecil dibawah lutut dan
dibelakang kepala untuk melemaskan / relaksasi otot – otot
abdomen.
 Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen.
 Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien dan perhatikan
kulit dan warna abdomen bentuk perut, simetrisitas, jaringan
parut, luka , pola vena , dan striae serta bayangan vena dan
penggerakan abnormal. Normalnya: datar, tidak tegang, strie
, livide / gravidarum, tidak ada lesi.
Abnormal :
 Strie berwarna ungu : syndrome chusing.
 Pelebaran vena abdomen: chirrosiss.
 Dinding perit tebal: edema.
 Berbintil atau ada lesi : neorofibroma.
 Ada masa / benjolan abnormal : tumor.
 Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflasi dari
umbilikus.
NORMAL: Bentuk simetris abnormal.
 Membesar dan melebar – ascites.
 Membesar dan tegang – berisi udara ( ilius ).
 Membesar dan tegang daerah suprapubik – retensi
urine.
 Membesar asimetris – tumor , pembesaran organ
dalam perut.
 Perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran
atau penegangan. Bila abdomen tampak menegang,
mintalah pasien untuk berbalik ke samping dan inspeksi
mengenai ada tidaknya pembesaran area antara iga – iga,
dan panggul, tanyakan pada pasien apakah abdomen terasa
lebih tegang dari biasanya.
 Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen
dengan memasang tali / perban seputar abdomen melalui
umbilicus. Buatlah simpul dikedua sisi tali/ perban untuk
menandai dimana batas lingkar abdomen, lakukan
monitoring, bila terjadi peningkatan peregangan abdomen,
maka jarak kedua simpul makin jauh.
 Inspeksi gerakan dinding perut normal: mengempis saat
ekspirasi dan mengembung saat inspirasi, gerakan
peristaltic pada orang kurus.
Abnormal :
 Terjadi sebaliknya : kelumpuhan otot diafragma.
 Tegang tidak bergerak: peritonitis.
 Gerakan setempat : peristaltik pada ilius.
 Perhatikan denyutan pada dinding perut.
Normal : dapat terlihat pada ephigastrika pada
orang kurus.
 Perhatika umbilicus , catat adanya tanda radang dan hernia.
 Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan
adanya gerakan peristaltik atau denyutan aortik.
AUSKULTASI
 Dengarkan baising usus apakaha normal, hiperaktif,
hipoaktif, tidak ada bising usus, dan perhatikan frekuensi/
karakternya.
 Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan
pemeriksaan dengan sistematis dan dengarkan tiap kuadran
abdomen.
 Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk mendengarkan
bunyi desiran dibagian apegastric dan pada tiap kuadran
diatas arteri aortik , ginjal, iliaka, femoral, dan aorta torakal.
Pada orang kurus mungkin dapat terlihat gerakan peristaltik
usus atau denyutan aorta.
 Catat frekuansi bising usus, hiperaktif, hipoaktif atau
tidak/ada bising usus pada kartu status.
Normal : bising usus: 5-35 x/menit.
Abnormal :
 Bisisng dan peristaltik menurun/ hilang : illieus
paralitik, post operasi.
 Bisisng meningkat : metalisound : illeus obstruktif.
 Peristaltik meningkat dan memanjang (borboitmi) :
diare, kelaparan.
PALPASI
 Minta pasien atau aisten untuk menekan perut pasien
dengan sisi ulnar tangan dan lengan atas tepat disepanjang
garis tengah arah vertikal.
 Letakkan tangan pemeriksa dikedua sisi abdomen, dan
ketuklah dengan tajam salah satu sisi dengan ujung – ujung
jari pemeriksa.
 Rasakan implus / getaran gelombang cairan dengan ujung
jari tangan yang satunya atau bisa menggunakan sisi ulnar
dari tangan untuk merasakan getaran gelombang cairan.
Normal : tidak ada asitess ( gerakan air ).
 PALPASI ABDOMEN
1. Lakukan palpasi ringan ditiap kuadran abdomen dan
hindari area yang telah diketahui sebelumnya
sebagai titik bermasalah seperti apendisitis.
2. Tempatkan tangan pemeriksa diatas abdomen secara
datar, dengan jari – jari ekstensi dan berhimpitan
serta pertahankan sejajar abdomen.
3. Palpasi dimulai perlahan dan hati – hati dari
superfisial sedalam 1 CM untuk mendeteksi area
nyeri, penegangan atau adanya massa.
4. Bila otot sudah lemas dapat dilakukan palpasi
sedalam 2,5 – 7,5 cm, untuk mengetahui keadaan
organ dan mendeteksi adanya massa yang kurang
jelas peraba selama palpasi.
5. Perhatikan karakteristik massa pada lokasi yang
dalam, meliputi ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi,
nyeri denytan dan gerakan.
6. Perhatikan wajah pasien selama palpasi untuk
melihat adanya tanda / adanya rasa tidak nyaman.
7. Bila ditemukan rasa nyeri, uji akan adanya nyeri
lepas, tekan dalam kemudian lepas dengan cepat
untuk mendeteksi , apakah nyeri timbul dengan
melepaskan tekanan.
8. Minta pasien mengangkat kepala dari meja periksa
untuk melihat kontraksi otot- otot abnormal.
 PALPASI HATI
1. Posisi klien tidur terlentang.
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
3. Letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah torak/dada
kanan posterior pasien pada iga kesebelas dan kedua
belas dan tekankanlah telapak tangan.
4. Letakkan telapak tangan kanan diatas abdomen,jari-
jari pengarah ke kepala/superior pasien dan
ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak
digaris klavikular di bawah batas bawah hati.
5. Kemudian tekanlah dengan lembut kedalam dan ke
atas.
6. Minta pasien menarik napas dan cobalah meraba tep
hati saat abdomen mengempis.
Normal :tidak teraba /teraba kenyal.ujung tajam.
Abnormal :
 Teraba nyata (membesar) lunak dan ujung
bengkak tumpul: hepatomegali
 Teraba nyata (membesar)keras tidak
merata,ujung ireguler:hepatoma.
 PALPASI KANDUNG EMPEDU
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksaa disamping kanan dan menghadap pasien.
3. Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dibawah
dada kanan posterior pasien pada iga kesebelas dan
kedua belas dan tekanlah kearah atas.
4. Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-
jari mengarah kekepala /superior pasien dan
ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di
garis klavikular dibawah batas bawah hati.
5. Kemudian tekan lembut kedalam dan keatas.
6. Mintalah pasien untuk menarik napas dan coba
meraba tepi hati saat abdomen mengempis.
7. Palpasi dibawah tepi hati pada sisi lateral dari otot
rektus.
8. Bila diduga ada penyakit kandung empedu,minta-
pasien untuk menarik napas dalam selama palpasi.
 PALPASI LIMPA
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
3. Letakkan secara menyilang telapak tangan kiri
pemeriksa di bawah pinggang kiri pasien dan
tekanlah keatas.
4. Letakkan telapak tangan kanan dengan jari-jari
ekstensi di atas abdomen bawah tepi kiri postal.
5. Tekanlah ujung jari kearah limpa kemudian minta
pasien untuk menarik napas dalam.
6. Palpasilah tepi limpa saat limpa bergerak kebawah
kerah tangan pemeriksa.
7. Apabila dalam posisi terlentangtidak bisa
diraba,maka posisi pasien berbaring miring kekanan
dengan kedua tungkai bawah di fleksikan .
8. Pada keadaan tertentu di perlukan schuffner test
Normal : sulit diraba,teraba bila ada pembesaran.
 PALPASI AORTA
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksa di samping kanan dan menghadap
pasien.
3. Pergunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan
4. Palpasilah dengan perlahan namun dalam kearah
abdomen bagian atas garis bawah.
PERKUSI
 PERKUSI BATAS HATI
1. Lakukan perkusi pada garis midklavisikular kanan
setinggi umbilikus,geser perlahan keatas ,sampai
terjadi perubahan suara dari timpani menjadi
pekak,tandai batas bawah hati tersebut.
2. Ukur jarak antara subcostae kanan ke batas bawah
hati.
3. Batas hati bagian bawah berada di tepi atas bawah
tulang iga kanan. Bagian hati bagian atas terletak
antara celah tulang iga ke-5 sampai ke-7. Jarak batas
atas dengan bawah hati berkisar 6-12 cm dan
pergerakan bagian bawah hati pada waktu bernapas
yaitu berkisar 2-3 cm
 PERKUSI LAMBUNG
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
3. Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah
arterior dan bagian ephigastrium kiri.
4. Gelembung udara lambung bila di perkusi dan
berbunyi timpani
Normalnya : tympani,redup bila ada ada organ di
bawahnya (misalnya hati)
Abnormal :
 Hypertympani : terdapat udara
 Pekak : terdapat cairan
5. setelah pemeriksaan selesai, lepas handscoen,bantu
pasien mengembalikan posisinya.
6. Dokumentasi hasil pemeriksaan
7. Catat atau laporkan tindakan yang telah di lakukan.

4 Sikap
8. Teliti
9. Sabar dan sopan
10. Hati-hati
11. Tanggap terdapat reaksi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Oda depura. 2011. Proses keperawatan dan pemeriksaan fisik, jakarta,penerbit salimba
medika.

Swuart mark H. 1995. Buku ajar diasnostik fisik, jakarta, penerbit buku kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai