Anda di halaman 1dari 9

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN ABDOMEN

 Member salam dan memperkenalkan diri


 Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan
Pendahuluan dilakukan,
 Meminta pasien mengikuti perintah yang akan diberikan selama
pemeriksaan.

 Memberitahukan pasien agar mengosongkan kandung kencing terlebih dulu


(diminta kencing atau dokter membuka kateter bila ada).
 Posisi pasien berbaring supine, nyaman,bantal dibawah kepala, serta
kedua tangan di sisi badan atau di atas dada.
 Dokter mencuci tangan dan membersihkan stetoskop dengan kapas
alkohol.
 Dokter berdiri di sebelah kanan pasien.
Posisi Pasien &
Persiapan

 Lakukan inspeksi pada seluruh permukaan abdomen, apakah tampak


jaringan parut (bentuk dan lokasi), striae, dilatasi vena, rash, dan lesi lain.
 Perhatikan kontur abdomen (flat, rounded, protuberant, atau scaphoid),
apakah abdomen tampak simetris, tampak benjolan pada flank atau benjolan
ditempat lain.
 Periksa kontur dan lokasi umbilicus, apakah tampak tanda-tanda
inflamasi, hernia atau kelainan lainnya.
 Perhatikan juga apakah tampak gerakan peristaltik atau pulsasi di
Inspeksi permukaan abdomen
abdomen 

Auskultasi  Auskultasi dilakukan sebelum pemeriksaan perkusi/palpasi untuk


abdomen mendapatkan suara usus asli s
 Letakkan stetoskop bagian diafragma secara hati-hati pada permukaan
abdomen
 Dengarkan suara usus, kemudian catat frekuensi (normal, meningkat,
menurun, negatif) dan karakternya (metallic sound, dll).
 Dengarkan kemungkinan adanya bruit pada proyeksi aorta abdominalis,
arteri renalis, arteria iliaca dan arteri femoralis.
 Bila dicurigai adanya tumor hepar, infeksi pada hepar atau infark
splenikum, dengarkan di atas hepar dan lien adanya friction rub.
 Lakukan perkusi pada seluruh permukaan abdomen untuk menilai
distribusi timpani dan dullness.
 Lakukan perkusi secara seksama di daerah dada anterior bagian bawah.
Pada sisi kanan akan terdapat pekak hepar, dan pada sisi kiri terdapat
timpani akibat udara gaster dan fleksura coli sinistra.
 Perhatikan peralihan daerah timpani menjadi redup pada setiap
penonjolan daerah abdomen.
 Perkusi perut juga dipakai untuk evaluasi adanya cairan ascites, dengan
cara: shifting dullness, undulasi dan puddle sign.

Perkusi
abdomen

 Lakukan perkusi batas hati atas dan batas hati bawah untuk mengukur
besar hepar (liver span). Caranya : perkusi dimulai dari Linea
Medioclavicular (LMC) kanan setinggi sedikit di bawah umbilicus ke arah
atas. Perubahan dari suara timpani menjadi redup merupakan batas
bawah pekak hepar (tandai dengan titik). Kemudian lakukan perkusi di
sepanjang LMC kanan mulai dari ICS II ke arah bawah, perubahan dari
suara sonor menjadi redup merupakan batas atas hepar (tandai dengan titik
lagi). ukur panjang liver span dari kedua titik tadi dengan menggunakan
penggaris. Normal liver span sepanjang 6-12 cm (8-12 cm).
 Untuk mengetahui adanya pembesaran lien kearah anterior, perlu dilakukan
perkusi pada Traube’s space. Normal terdengar suara timpani, jika
terdengar redup kemungkinan ada pembesaran lien atau diakibat gaster
yang terisi makanan.Perkusi Traube’s space tidak perlu dilakukan jika

sudah ada pembesaran lien kearah bawah.

Sebelum palpasi, pasien diminta untuk menekuk kedua kaki agar dinding
abdomen dalam posisi relaks sehingga memudahkan pemeriksaan.

Palpasi ringan
 Lakukan palpasi ringan untuk menilai secara menyeluruh keadaan
dibawah permukaan abdomen. Cara palpasi ringan dengan meletakkan
Palpasi
tangan dan lengan bawah pada bidang yang sejajar (rata), dengan jari
abdomen
rata terletak pada permukaan abdomen. Palpasi permukaan abdomen
dengan gerakan ringan dan lembut. Saat menggerakkan tangan dari satu
tempat ke tempat lain, angkat sedikit saja dari kulit. Bergerak dengan
lembut dan rasakan pada semua kuadran. Identifikasi adanya organ
superfisial atau adanya masa dan adanya daerah yang nyeri atau
memberikan tahanan terhadap tekanan tangan. Bila didapatkan tahanan,
bedakan apakah ini merupakan gerakan voluntary guarding ataukah
involuntary muscular spasm. Jangan lupa memperhatikan wajah
pasien untuk menilai adanya nyeri dan seberapa parah nyerinya.

Palpasi dalam

 Pergunakan permukaan palmar dari jari untuk palpasi abdomen.


Identifikasi adanya massa dan catat lokasi, ukuran, bentuk,
konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitas (mobilitas saat
respirasi atau saat digerakkan dengan tangan). Bila palpasi dalam sulit
dilakukan (misal, pasien obesitas), pergunakan dua tangan, satu tangan
di atas yang lain. Berikan tekanan melalui tangan yang di atas dan
konsentrasikan sensasi perabaan pada tangan yang di bawah.
Hubungkan hasil pemeriksaan perkusi dengan palpasi. Lakukan juga
palpasi ginjal secara bimanual (masuk blok lain?

Palpasi hepar
 Letakkan tangan kanan pada abdomen pasien tepat di bawah umbilikus
dan sejajar (paralel) dengan otot rectus. Lakukan palpasi dan pindahkan
tangan sedikit demi sedikit ke atas sampai dibawah arcus costa kanan.
Ketika melakukan palpasil pasien diminta menarik nafas dalam. Bila
teraba hepar, catat ukurannya (berapa cm dibawah arcus costa), sifat
permukaan (rata atau berbenjol), konsistensi (lunak, padat, keras,
dll), tepinya (tajam atau tumpul) dan adanya nyeri tekan.
 Beberapa pasien hepar tidak dapat teraba.
 Pasien dengan keluhan nyeri abdomen kanan atas yang dicurigai akibat
infeksi di kandung empedu, perlu dilakukan pemeriksaan Murphy’s sign.
Pemeriksaan murphy’s sign
- Posisi tangan tepat di bawah arcus costa kanan
- Palpasi kearah dalam sambil digerakkan ke atas, pada saat yang sama
pasien disuruh inspirasi maksimal
- Bila pasien mengeluh sakit saat inspirasi maksimal (murphy’s sign positif)
maka kemungkinan ada peradangan di kandung empedu pasien

Untuk mengetahui pembesaran limpa kearah bawah dengan cara


Palpasi lien Secara Schuffner dan Hackett

Palpasi lien Secara Schuffner


 Letakkan tangan kiri di belakang pinggang kiri pasien, sedangkan tangan
kanan diletakkan tepat dibawah umbilikus dan sejajar (paralel) dengan otot
rectus (atau mulai dari SIAS kanan)
 Lakukan palpasi menyilang menuju ke arcus costa kiri pada MCL kiri,
pasien diminta menarik nafas dalam.
 Bila teraba ujung lien,tentukan berapa besar limpa (Schuffner I - VIII).
 Palpasi lien secara Hackett dimulai dari daearah setinggi SIAS kiri sampai
dengan arcus costae pada LMC kiri (Hackett I – IV).


Pencatatan Catat seluruh hasil pemeriksaan abdomen, termasuk ukuran hepar dan lien.
Penutup - Mengucapkan terima kasih, mencuci tangan.
- Menerangkan kelainan yang ditemukan kepada pasien.
- Menerangkan kepada pasien pemeriksaan apa yang selanjutnya akan
dikerjakan
CHECK LIST

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN ABDOMEN

Nama :
NIM :
Tanggal :

Beri tanda ‘√’


JENIS KEGIATAN
I II III
Persiapan
1. Mencuci tangan dan membersihkan stetoskop dengan kapas alcohol.
2. Memperkenalkan diri, dokter berdiri di sebelah kanan pasien..
3. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, pasien
diminta untuk mengikuti perintah yang akan diberikan
4. Menyuruh pasien mengosongkan kandung kencing (meminta untuk miksi atau membuka aliran kateter)
5. Meminta pasien berbaring supine dengan nyaman dan meletakkan bantal dibawah kepala dan
meletakkan tangan disisi badan atau diatas dada.
Inspeksi abdomen
6. Melihat kulit abdomen dan mencatat adanya: jaringan parut (bentuk dan lokasi), striae, dilatasi
vena, rash, dan lesi lain.
7. Melihat kontur abdomen: flat, rounded, protuberant, atau scaphoid, abdomen simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak.
8. Melihat umbilicus, kontur dan lokasi, tanda-tanda inflamasi dan adanya hernia
9. Melihat adakah gerakan peristaltik usus atau pulsasi yang tampak didinding abdomen
Auskultasi abdomen (diperiksa sebelum perkusi/palpasi)
10. Meletakkan diafragma stetoskop secara hati-hati pada abdomen
11. Mendengarkan suara usus, mencatat hasilnya (normal, meningkat, menurun, negatif) dan
karakternya (metallic sound, dll)
12. Mendengarkan kemungkinan adanya bruit pada pada proyeksi aorta abdominalis, arteri renalis
dekstra dan sinestra, arteri iliaca dan arteri femoralis.
Mendengarkan “veneus harm” (bunyi bruit pada vena porta akibat hipertensi porta)
13. Mendengarkan adanya friction rub diatas hepar dan limpa.
Perkusi abdomen
14. Melakukan perkusi pada seluruh kuadran untuk menilai distribusi timpani dan dullness
15. Melakukan perkusi secara seksama daerah dada anterior bagian bawah. Pada sisi kanan akan
terdapat pekak hepar, pada sisi kiri terdapat timpani akibat udara gaster dan fleksura coli
sinistra
16. Memperhatikan peralihan daerah timpani menjadi redup pada setiap penonjolan daerah abdomen
Perkusi shifting dullness jika curiga adanya ascites.
17. Melakukan perkusi abdomen dari titik medial (paling tinggi) menuju ke sisi lateral kiri/kanan abdomen.
Menentukan batas perubahan suara perkusi dari timpani ke dullness dan memberi tanda.
18. Merubah posisi tubuh pasien (berbaring miring ke kiri/kanan),
19. Melakukan perkusi lagi mulai dari titik lateral / titik perkusi terakhir sebelum merubah posisi pasien (bila
ada asites terjadi perubahan suara yang tadinya dullness menjadi timpani) menuju ke medial.
Menentukan batas perubahan suara perkusi dari timpani ke dullness dan memberikan tanda.
20. Disebut shifting dullness positif bila terjadi perubahan suara di lateral yang tadinya dullness menjadi
timpani dan di medial yang tadinya timpani menjadi dullness
Perkusi Hepar (mengukur Liver span)
21. Melakukan identifikasi batas bawah hepar dengan melakukan perkusi pada Linea Medioclaviculer
kanan mulai setinggi bawah umbilicus ke arah atas. Beri tanda daerah perbatasan timpani menjadi
redup.
22. Melakukan identifikasi batas atas hepar dengan melakukan perkusi pada garis Linea Medioclaviculer
kanan mulai dari ICS II kanan ke arah bawah. Beri tanda daearah perbatasan sonor menjadi redup.
23. Mengukur batas atas dan bawah hepar (liver span). Normal liver span sepanjang 8-12 cm
Perkusi limpa (mengetahui pembesaran limpa kearah anterior)
24. Menentukan daerah Traube’s space (daerah yang berbentuk bulan sabit yg terletak diantara titik
pertemuan costa VI – MCL kiri s/d titik pertemuan costa IX - MAL). Melakukan perkusi didaerah traube’s
space tersebut.
25. Perkusi daerah traube’s space secara normal terdengar timpani (oleh karena terdapat udara lambung),
bila terdengar dullness maka kemungkinan limpa membesar kearah anterior atau lambung terisi
makanan atau cairan.
Palpasi Ringan (pastikan kulit abdomen lentur dengan cara menekuk kedua lutut pasien)
26. Meletakkan tangan bagian palmar dan lengan bawah pada bidang yang sejajar (rata), dengan jari
terletak rata pada permukaan abdomen.
27. Melakukan palpasi ke seluruh permukaan abdomen dengan gerakan ringan dan lembut pada
semua kuadran. Saat menggerakkan tangan dari satu tempat ke tempat lain, angkat jari sedikit
saja dari kulit.
28. Mengidentifikasi adanya: organ superfisial, massa, daerah yang nyeri tekan, atau daerah yang
memberikan ”resistensi” terhadap tekanan tangan ( bedakan apakah ini merupakan gerakan
”voluntary guarding” ataukah ”involuntary muscular spasm” ).
Palpasi Dalam (identifikasi massa)
29. Bila pada palpasi ringan meraba adanya massa, maka lanjutkan identifikasi massa tersebut secara
detail dengan palpasi dalam. Catat lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, dan
mobilitasnya saat digerakkan dengan tangan
Palpasi Dalam (identifikasi Hepar)
Meletakkan tangan kanan pada abdomen pasien, tepat di bawah level umbilikus dan sejajar
30.
dengan otot rectus pada MCL kiri.
31. Melakukan palpasi abdomen dari bawah ke arah hepar, sambil pasien diminta inspirasi dalam
(sebaiknya pasien diajak bicara selama pemeriksaan untuk mengalihkan perhatian).
32. Mencatat sifat-sifat hepar: permukaan halus atau berdungkul, konsistensi, tepi hepar, dan adanya
nyeri tekan.
Palpasi Dalam untuk identifikasi kandung empedu, bila curiga adanya cholecystitis.
Melakukan palpasi subcostal di daerah hipokondrium kanan, menyuruh pasien melakukan inspirasi
33.
dalam dengan tujuan supaya kandung empedu bergerak kebawah menyentuh jari pemeriksa
Dikatakan Murphy sign positif bila pasien mengeluh sakit akibat sentuhan kandung empedu
34.
dengan jari pemeriksa
Palpasi Dalam (identifikasi Limpa secara Schuffner)
Meletakkan tangan kanan pada abdomen, tepat di bawah level umbilikus dan sejajar dengan
35.
otot rectus pada MCL kanan (atau mulai dari SIAS kanan).
36. Melakukan palpasi menyilang kearah lien, sambil pasien diminta inspirasi dalam (sebaiknya
pasien diajak bicara selama pemeriksaan untuk mengalihkan perhatian).
37. Bila dapat meraba limpa, menentukan tingkat pembesaran Limpa (schuffner berapa) dan
mencatat sifat-sifat Limpa: permukaan, konsistensi, tepi, dan adanya nyeri tekan.
Pencatatan
41. Mencatat seluruh hasil pemeriksaan abdomen, termasuk ukuran hepar dan limpa.
Penutup
42. Menerangkan kelainan yang ditemukan dan pemeriksaan apa yang selanjutnya harus dikerjakan.
Mengucapkan terima kasih. Mencuci tangan.

TUTOR,

( )

Anda mungkin juga menyukai